Anda di halaman 1dari 17

Organisasi-oraganisasi Pergerakan Nasional Indonesia

1. Budi Utomo (BU)

Kader Budi Utomo. Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculture


Pada awal abad ke-20 sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau
Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche
Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat.
(Baca juga: STOVIA Sejarah Pendidikan Dokter di Indonesia)

Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di Jakarta.
Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo pada tanggal
20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain pendiri Budi
Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.

Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah
kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu
perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan
tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah
pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan
bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai
kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
 Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja,
tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
 Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr.
Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya
gerak Budi Utomo semakin lamban.

Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo :
1. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada
penduduk umumnya.
2. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat
Indonesia.
3. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan
kaum terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo
mulai terjun dalam bidang politik.
4. Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena
politik.

2. Sarekat Islam (SI)


Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Hadir para anggota dari Kaliwungu,
Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP),
Semarang. Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh
H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. 
(Baca juga: Haji Agus Salim Sang Pembela Kebenaran)

Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang
lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak.
(Baca juga: HOS Cokroaminoto Raja Jawa Tanpa Mahkota)

Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka
pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi
Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto,
Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi
agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah: 
1. Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2. Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan
kekuatannya
3. Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
(Baca juga: Abdoel Moeis Dari Seruan "Kemerdekaan Hindia" hingga Novel Salah
Asuhan) Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
 Mengembangkan jiwa berdagang,
 Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
 Memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
 Derajat bumi putera,
 Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
 Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
 Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan
Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari
Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto
tidak diberi badan hukum.
(Baca juga: Kyai Haji Samanhudi Pedagang Sekaligus Pejuang)

Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur Jenderal


Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah
colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul
dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai
kapitalisme. 

Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis


adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya
disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai
anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi
dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
 SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
 SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi
Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama
menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia
(PKI).
3. Indische Partij (IP)

Trio Indische Partij dari kiri Suwardi Suryaningrat, dr. Cipto Mangunkusumo, dan E.F.E. Douwes
Dekker. Foto: Tempo
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.  menunjukkan para pendiri
Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker
(Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo.
Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.
(Baca juga: Ernest Douwes Dekker  Ik ben Indonesier, Aku Bangsa Indonesia)

Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme


bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa
memandang suku, agama, dan ras.
(Baca juga: Ki Hajar Dewantara "Seandainya Aku Seorang Belanda")

Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan
Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut
memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut. 

Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan
judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam
Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan
kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische
Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
ditangkap dan dibuang ke Belanda.
(Baca juga: dr. Tjipto Mangoenkoesoemo Dokter Penentang Kolonial Belanda )

4. Perhimpunan Indonesia
Anggota Indische Vereeniging. Foto: Tempo

Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada
dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R.
Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel.

Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah  Indonesia merdeka, memperoleh


suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat.
Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. 

Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang
diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah
ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam
menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination).

5. Partai Komunis Indonesia (PKI)


PKI pada tahun 1923. Foto: Indonesian Old Image
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama
teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei
1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono,
Semaun, Alimin, dan lain-lain.

PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi PKI
makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah
dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.

Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan


pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan
ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih
kacau. 
(Baca juga: Alimin Sang Komunis Tua Terlupakan)

PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam
pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di
tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari pemerintah
Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI dinyatakan
sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan
politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk tetap
memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
6. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Pendiri Partai Nasional Indonesia. Foto: Musem Sumpah Pemuda


Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club.
Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan
Algemeene Studie Club. 

Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk menyusun
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai
ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo,
Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat
karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir.
Soekarno (Bung Karno).
4. Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan
Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran
nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan
nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar
perjuangannya adalah marhaenisme.

7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

Anggota PPPKI. Foto: Museum Dewantara Kirti Griya


PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU),
PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan
dibentuknya PPPKI yaitu:
1. Menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
2. Menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia
3. Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-
benih kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
keretakan tersebut.
 Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing
kelompoknya.
 Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
 Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.

8. Partai Indonesia (Partindo)

Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka
PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono
pada tahun 1929. 

Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self
help dan nonkooperasi.

Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932,
setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena
tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)


Parindra. Foto: Koleksi Museum Nasional
 Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada
tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik
Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun
nonkooperasi.

Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, jadi
luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di
volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.
(Baca juga: Mohammad Husni Thamrin Pejuang Dari Betawi)

RELATED:

 Holocaust yang Gagal di Indonesia


 Orang Indonesia yang Menjadi Pahlawan di Negeri Belanda
 Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi

Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara yang
berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh
pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti
pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.

10. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Moh.Yamin Pendiri Gerindo.Foto: Tempo
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan
Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka.
Gerindo juga menganut asas incidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo
antara lain:
(Baca juga: Mohammad Yamin Cendikiawan Sawahlunto)
 Mencapai Indonesia Merdeka,
 Memperkokoh ekonomi Indonesia,
 Mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
 Memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

11. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)


Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan negara Belanda di
mana anggotanya mempunyai hak yang sama.

Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu
pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial
Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas
prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik
Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
1. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan
musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar
bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang berdiri sendiri.
2. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
3. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai
parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen.
Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya
pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman
karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mem-
pelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.

Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang


mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat
Indonesia berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan
tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan
rakyat Indonesia.

12. Organisasi Keagamaan

Bendera Organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Foto: NU.or.id


Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat
Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat
mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad.
(Baca juga: Kyai Haji Ahmad Dahlan Sang Pembaharu)
(Baca juga: Kyai Haji Hasyim Asyari Sang Pendiri NU)
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi
kemajuan bangsa antara lain, berikut ini.
1. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
2. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa
Timur.
3. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.

13. Organisasi Pemuda dan Wanita

Kegiatan di Van Deventer School Bandung (Sekolah Keutamaan Istri) di Bandung. Foto: kumeokmemehdipacok
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini
berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai
oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk
mendirikan organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah
menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang
berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).

Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti


Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong
Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda
Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.

Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan.
Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah
Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri
Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk
memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan cara memberi
penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan
tindakan malu-malu yang melampaui batas.

Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada
tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug
tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika.

Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan Islam
dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita
dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada
perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan
perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.

Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang tokoh wanita yaitu Ibu
Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan perkumpulan yang bernama
Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917. PIKAT dalam
kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.

14. PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)

Suasana saat Kongres Pemuda I. Foto: Coreter


Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI
mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong
Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan
Indonesia. 

Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk
kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.
SHARE THIS POST
RELATED POSTS
 Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia


Pergerakan Nasional Sebagai Langkah Kebangkitan Nasional Indonesia


Apa Itu Politik Etis?

Anda mungkin juga menyukai