Anda di halaman 1dari 37

Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS 2020

Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk menilai penguasaan pengetahuan dan kemampuan
mengimplementasikan:

1. Nasionalisme, dengan tujuan mampu mewujudkan kepentingan nasional melalui cita-cita dan
tujuan yang sama dengan tetap mempertahankan identitas nasional
A. Lahirnya Nasionalisme di Indonesia

Faktor dari dalam (internal)


 Kenangan kejayaan masa lampau
mana pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh Nusantara, sedangkan masa
Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
 Bersatunya negara-negara Asia dan Afrika sejak zaman dahulu kala
Faktor yang mendorong rasa nasionalisme bangsa Asia bukanlah akibat penjajahan yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika, melainkan rasa persatuan itu sudah dimiliki sejak
zaman dahulu kala terutama sesama ras, ataupun kerjasama perdagangan
 Munculnya golongan cendekiawan
Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan
Barat maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya
organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan penjajahan.
 Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan

Faktor dari luar (eksternal)


 Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
 Pergerakan Kebangsaan India
India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National
Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dsb. Mahatma Gandhi
memiliki dasar perjuangan:
1. Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti peperangan.
2. Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka masuk
kantor atau pabrik.
3. Satyagraha, merupakan gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Inggris.
4. Swadesi, merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri.
Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore.
 Gerakan Kebangsaan Filipina
Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di wilayah Filipina.
Novel yang dikarangnya berupa Noli Me Tangere (Jangan Sentuh Aku). Jose ditangkap tanggal 30
September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya dilanjutkan Emilio Aquinaldo yang berhasil
memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat berhasil
menguasai Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4 Juli 1946.
 Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor
kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San Min Chu I: 1.
Republik Tiongkok adalah suatu negara nasional Cina 2. Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi
(kedaulatan berada di tanggan rakyat) 3. Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi
rakyatnya.
Apa yang dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat
Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911)
 Pergerakan Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasya menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya.
 Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama
Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan oleh Muhammad
Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di Indonesia seperti
Muhammaddiyah.
Intinya dengan gerakan kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain
termasuk Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di
negaranya.
 Munculnya Paham-paham baru
Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi
dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di Indonesia.
Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan ideologi-ideologi (paham) pada organisasi
pergerakan nasional yang ada di Indonesia.

Tumbuhnya Nasionalisme di Indonesia

1. Budi Utomo

 Organisasi ini berawal dari gerakan dr. Wahidin Soedirohoesodo yang berkeliling Jawa untuk
mensosialisasikan pentingnya pendidikan.
 Selain mensosialisasikan pendidikan, terdapat pula dana pendidikan untuk mereka yang
kurang mampu. Dana pendidikan tersebut disebut dengan Studie Fond.
 Kemudian pada tahun 1907, terjadi pertemuan antara dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan
Soetomo, seorang mahasiswa STOVIA.
 mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
 Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia dan
beranggotakan mahasiswa STOVIA.
 Berdirinya organisasi ini merupakan tonggak awal kebangkitan nasional, sehingga hari
lahirnya Budi Utomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

2. Sarekat Islam

 Organisasi ini berawal dari organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji
Samanhudi di Solo tahun 1911.
 Organisasi ini awalnya dibentuk untuk melindungi pengusaha lokal agar dapat bersaing
dengan penguasaha non lokal yang memonopoli perdagangan batik.
 DI kemudian diubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 yang diketuai oleh H.O.S.
Tjokroaminoto.
 pada tahun 1921, SI terpecah menjadi 2 kubu, yaitu SI Putih dan SI Merah. Perpecahan
tersebut terjadi karena adanya penyusupan paham sosialis-komunis.
3. Indische Partij

 Indische Partij didirikan di Bandung tanggal 25 Desember 1912. Pendiri organisasi ini antara
lain Dr. E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara), dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.
 Mereka kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
 Indische Partij bertujuan untuk mengembangkan rasa nasionalisme, menciptakan persatuan
antara orang Indonesia dan Bumiputera, serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka.
 Organisasi ini adalah organisasi politik yang berani mengkritik pemerintah kolonial Belanda.
 Kritik tersebut ditujukan melalui tulisan R.M. Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als ik een
Nederlander was (Seandainya aku seorang Belanda).
 Oleh karena itu, pada 4 Mei 1913, Indische Partij dianggap sebagai partai terlarang dan ketiga
tokohnya diasingkan ke negeri Belanda.

4. Perhimpunan Indonesia

 Organisasi ini didirikan di Belanda pada tahun 1908.


 Awalnya organisasi ini diberi nama Indische Vereeniging oleh Sutan Kasayangan dan R.M.
Noto Suroto.
 Kemudian tpada ahun 1925 Indische Vereeniging mengubah namanya menjadi Perhimpunan
Indonesia. Istilah Indonesia digunakan untuk menunjukkan identitas diri bangsa dan negara
serta menggantikan kata Hindia Belanda.
 Tokoh-tokoh yang tergabung dalam organisasi ini adalah Mohammad Hatta, Tjipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.
 Organisasi ini memiliki azas perjuangan dengan kekuatan sendiri dan tidak meminta kepada
pemerintah kolonial Belanda.
 Perhimpunan Indonesia memiliki majalah yang disebut sebagai Hindia Poetra dan kemudian
diubah menjadi Indonesia Merdeka.

5. Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV)

 ISDV didirikan pada 9 Mei 1914, oleh Sneevliet (anggota Partai Buruh Sosial Demokrat
Belanda) dan rekan-rekannya di Surabaya.
 Organisasi ini menganut paham Marxisme, yang kemudian berganti nama menjadi Partai
Komunis Hindia pada 23 Mei 1920.
 Tidak lama kemudian kembali diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
Desember 1920.
 PKI diketuai oleh Semaun dengan Darsono sebagai wakil ketua dan Bergsma sebagai
sekretaris partai.
 Tokoh yang tergabung dalam organisasi ini adalah Alimin Prawirodirdjo dan Musso. Pada
tanggal 13 November 1926, PKI melancarkan pemerontakan di Jawa dan Sumatera yang
kemudian ditumpas oleh pemerintah kolonial Belanda.
 Akibat aksi ini, PKI dianggap sebagai partai terlarang serta tokoh-tokohnya ditangkap dan
diasingkan ke Tanah Merah dan Boven Digul.

6. Partai Nasional Indonesia (PNI)

 Pada awalnya, PNI adalah perkumpulan yang dibentuk Ir. Soekarno yang
bernama Algemeene Studie Club tahun 1925.
 Karena adanya perkumpulan ini, berdirilah partai politik baru bernama Partai Nasional
Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927.
 Tokoh-tokoh yang tergabung adalah Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Ir. Anwari,
Mr. Sartono, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, dan Dr. Samsi.
 PNI bergerak dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
 Setelah Kongres tahun 1928 di Surabaya, anggota PNI semakin meningkat sehingga
mengkhawatirkan pemerintah kolonial.
 Akhirnya pada tanggal 29 Desember 1929, empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, Gatot
Mangkoeprodjo, Maskoen dan Soepriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh
Pengadilan Bandung.
 Dalam proses persidangan Ir. Soekarno menyampaikan pembelaan berjudul “Indonesia
Menggugat”

7. Kongres Pemuda (ejaan van Ophuysen: Congres Pemoeda)

 adalah kongres nasional yang pernah diadakan 2 kali di Jakarta (Batavia). K


 ongres Pemuda I diadakan tahun 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai
kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan budaya.
 Kongres Pemuda II, yang diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dipimpin oleh pemuda
Soegondo Djojopoespito dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia),
 menghasilkan keputusan penting yang disebut sebagai Sumpah Pemuda.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
Kedua : kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
 Selain itu pada kongres tersebut Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman juga
ditetapkan sebagai lagu kebangsaan.

Perkembangan Nasionalisme di Indonesia


Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan identitas
nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut negara kita ini. Dimana
selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia
dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan
dan pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan
Indonesia bukan atas nama daerah lagi. Istilah Indonesia mulai digunakan sejak:
1. J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan nusantara
dalam tulisannya pada tahun 1850.
2. Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk
nusantara dengan Indonesia.
3. Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
4. Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang awalnya
bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
5. Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
6. Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah
Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku
bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang di luar wilayah
Indonesia.
7. Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Peranan Nasionalisme di Indonesia


Perkembangan nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan pergerakan nasional guna
seakan melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran berbagai golongan yang ada dalam masyarakat,
seperti golongan terpelajar/kaum cendekiawan, golongan profesional, dan golongan pers.
Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
 Periode Awal Perkembangan
Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi sosial
dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo, Sarekat Dagang Indonesia,
Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
 Periode Nasionalisme Politik
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische Partij dan Gerakan
Pemuda.
 Periode Radikal
Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan baik itu
secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan penjajah). Organisasi yang
bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI.
 Periode Bertahan
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh pertimbangan.
Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga organisasi-organisasi
pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan
gerakan yang berkembang pada periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo.
2. Integritas, dengan tujuan mampu menunjukkan sifat atau keadaan yang menjunjung tinggi
kejujuran, ketangguhan, kewibawaan sebagai satu kesatuan.

 Integrasi nasional menurut etimologi atas secara bahasa berasal dari kata integrate, yang
berarti menyatukan, menggabungkan, dan memadukan.
 Dipadukan menurut istilah, integrasi berarti cara untuk memberi dan menempatkan semua
unsur yang ada di sekeliling agar dapat bersatu padu, menyatu, bergabung, dan bersatu
menjadi satu kesatuan.
 . Intergrasi nasional terkait dengan Indonesia adalah segala tindakan yang dapat
menyatukan setiap unsur dalam masyarakat yang sangat beragam menjadi satu kesatuan
dan satu tujuan dalam naungan negara dasar hukum NKRI yang bersombayan pada Bhineka
Tunggal Ika.
 Dengan demikian, integritas nasional sebagai salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI,
negeri tercinta ini.

Integrasi nasional, dibagi menjadi dua kelompok besar, seperti di bawah ini:

1. Integrasi Nasional Dipandang Secara Politis


Segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan
sehingga membentuk identitas nasional.

2. Integrasi Nasional Dipandang Secara Antropologis


Sebuah integritas nasional yang dilaksanakan secara terus menerus dilihat secara anrtropologis
merupakan proses yang membtennuk penyesuaian diri satu masyarakat dengan masyarakat lain yang
berbeda.

Faktor Pendorong Integritas Nasional


 Faktor Sejarah
Masyarakat mengalami sejarah yang sama. Merasa sama-sama merasakan penjajahan dari Belanda,
misalnya. Ini yang membuat Indonesia bersatu. Wilayah Indonesia seperti diketahui bersama adalah
semua wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.

 Keinginan Bersatu
Selain faktor sejarah, keinginan masyarakat sendiri untuk bersatu dapat menjadi factor pendorong
integrasi nasional. Jika keinginan ini tidak ada, meskipun sejarah sama belum tentu terjadi tindakan
yang menyatukan. Keinginan bersatu umumnya terjadi untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional.

 Cinta Tanah Air dan Rela Berkorban


Setelah suatu bangsa merdeka, seperti Indonesia faktor sejarah yang sama dan rasa senasib dan
sepenanggungan tidak lagi membuat integritas nasional terjadi. Selanjutnya, faktor yang mendorong
adalah rasa cinta tanah air dan rela berkorban. Di mana masyarakat ingin Bangsa Indonesia tetap ada
dan rela berkorban apa saja untuk mempertahankannya.
 Konsensus atau Kesepakatan Nasional
Mendukung kemerdekaan atau pernyataan kedaulatan yang sudah ada, kesepakatan atau konsensus
nasional adalah faktor pendorong selanjutnya dari integritas nasional. Ini berlaku ketika negara
dalam keadaan tidak stabil. Keinginan bersatu, cinta tanah air, dan rela berkorban didorong oleh
kesepakatan nasional. Kesepakatan nasional akan melahirkan integrasi yang sangat kuat.

Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional


Semua hal di dunia ini saling berpasangan. Ada factor pendukung, ada pula faktor penghambat
integrasi. Faktor penghambat integrasi ini terkadang tidak hanya membuat sulit menyatukan seluruh
komponen bangsa. Faktor ini menjadi penyebab terjadinya disintegrasi nasional. Disintegrasi
membuat tujuan pembangunan nasional sulit terwujud.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional, antara lain :

 Masyarakat Heterogen
Masyarakat Indonesia sangat heterogen. Bahkan termasuk masyarakat yang paling beragan di dunia.
Keragaman suku bangsa, ras, agama, dan budaya sangat lengkap di sini. Ini dikarenakan wilayahnya
yang juga cukup luas. Keragaman masyarakat menjadi faktor penghambat yang paling utama dari
integrasi nasional. Masyarakat yang berbeda mempunyai kebiasaan yang berbeda dan tidak mudah
menyatu.

 Wilayah Luas
Unsur-unsur negara kesatuan republik Indonesia yang berupa wilayah sangat luas. Wilayah ini
memisahkan suku bangsa yang satu dengan suku yang lain dan membuat keragaman lebih banyak
lagi. Wilayah yang luas ini membuat penyatuan juga menjadi lebih sulit karena membutuhkan waktu
dan tenaga serta dana yang tentunya lebih banyak.
 Ancaman dari Dalam dan Luar Negeri
Ancaman dari dalam dan luar negeri terhadap integrasi nasional selalu ada. Ancaman dari dalam
negeri, misalnya berupa pemberontakan kelompok masyarakat. Sementara ancaman dari luar negeri
dapat berupa ancaman invasi. Namun, ada juga ancaman yang lebih halus dengan menguasai
Indonesia di berbagai bidang, seperti penguasaan ekonomi, ideologi, dan budaya.

 Ketidakmerataan Pembangunan
Wilayah Indonesia yang luas membuat pembangunan tidak merata. Khususnya pembangunan di
wilayah-wilayah yang sangat jauh dari pusat dan terpencil. Ketidakmerataan pembangunan membuat
keresahan masyarakat setempat. Isu ketidakadilan akan mudah mencuat dan menyulitkan integrasi
nasional.

 Etnosentrisme
Faktor terakhir dari penghambat integrasi nasional adalah etnosentrisme. Perasaan bahwa suatu
suku bangsa dan ras tertentu lebih baik dibandingkan yang lain.

3. Bela negara, dengan tujuan mampu berperan aktif dalam mempertahankan eksistensi bangsa
dan negara;

 Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi
suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.

 Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya [1].
 Unsur Dasar Bela Negara

1. Cinta Tanah Air


2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara

 Contoh-Contoh Bela Negara:

1. Melestarikan budaya
2. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
4. Mencintai produk-produk dalam negeri
 Pemerintah Indonesia saat ini menjalankan program pelatihan Bela Negara yang terbuka bagi
seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 22 Oktober 2015
 Pada tanggal 23 Februari 2016, Menhan Ryamizard Ryacudu kembali meresmikan peluncuran Situs
web resmi (portal belanegara). Portal tersebut dimaksudkan untuk menjadi sumber penyebaran
informasi kepada masyarakat tentang program Bela Negara, dan masyarakat juga bisa memberikan
saran dan masukan di portal tersebut.[6]
 Sifat-sifat bela negara
Sifat lunak
Psycological

 Pemahaman ideologi negara (Pancasila dan UUD 1945)


 Nilai-nilai luhur bangsa
 Wawasan kebangsaan
 Persatuan dan kesatuan bangsa
 Kesadaran bela negara
Physical

 Perjuangan mengisi kemerdekaan


 Pengabdian sesuai profesi
 Menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia internasional
 Penanganan bencana dan menghadapi ancaman non militer lainnya (ekonomi, sosial, budaya,
dsb)

 Sifat Keras
Menghadapi ancaman militer

1. Komponen Utama Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap
digunakan untuk melaksanakan tugas tugas pertahanan.
2. Komponen Cadangan (kombatan) "Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya
nasional" yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.
3. Komponen Pendukung (Non kombatan) "Komponen pendukung" adalah "sumber daya
nasional" yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata
untuk perlawanan fisik.

 Nilai nilai bela negara[7][sunting | sunting sumber]


o Cinta tanah air
o Kesadaran berbangsa dan bernegara
o Yakin akan Pancasila
o Rela berkorban
 Kemampuan awal bela negara[sunting | sunting sumber]

1. secara psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji, pantang menyerah
dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional.
2. secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang dapat
mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.
Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:

 memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan dalam
bertahan hidup atau mengatasi kesulitan.
 senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya.
 ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.
 terus membina kemampuan jasmani dan rohani.
 memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.
andasan bentuk hukum bela negara tersebut akan diuraikan di bawah ini:

1. Landasan Idiil

Sama halnya dengan landasan hukum semua akitivitas Bangsa Indonesia, landasan idiilnya adalah
Pancasila. Artinya semua kegiatan yang berlangsung harus sesuai dengan pancasila sebagai dasar dan
ideologi nasional. Landasan hukum bela negara terdapat dalam lima sila Pancasila .

1. Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia meyakini bahwa kemerdekaan dan kedaulatan
setiap individu dan setiap bangsa adalah hak asasi manusia. Di mana kemerdekaan dan kedaulatan ini
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan dalam pokok pikiran pembukaan UUD 1945 alinea ketiga
disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
2. Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa bela negara wajib hukumnya bagi
setiap warga negara terkait dengan kemanusiaan dan keadilan.
3. Sila ketiga, persatuan Indonesia, dapat dijadikan sebuah landasan idiil yang sangat mendasar karena bela
negara terkait langsung hubungannya dengan rasa cinta tanah air dan kewajiban membelanya.
4. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan, menunjukkan landasan bela negara yang menyeluruh dan terorganisir diatur oleh negara.
5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai landasan idiil. Di dalam sila ini
terkandung makna kerja keras, giat belajar, ikut serta dalam kegiatan pembangunan, yang merupakan
perwujudan bela negara dalam kehidupan sehari-hari.

2. Landasan Konsitusional

Landasan konsitusional pelaksanaan bela negara adalah UUD 1945, karena UUD 1945 merupakan
konstitusi Negara Indonesia, dan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Dalam tiap batang tubuh UUD
1945 ini, tercantum hak dan kewajiban bela negara bagi setiap warga negara Indonesia.

1. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945


Hasil amandemen yang menyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.

2. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945


Tentang hak dan kewajiban bela negara dalam kondisi yang berbeda. Bunyi pasal tersebut adalah,”Tiap-
tiap warga negara berhak dan ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara

3. Pasal 30 ayat 2
Menjelaskan tentang pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan oleh TNI dan Polri, sesuai dengan
isinya,”Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
4. Pasal 30 ayat 3 UUD 1945
Berisikan tentang tugas Tentara Nasional Indonesia. Pasal ini berisi pemisahan TNI dan Polri yang
menyatakan bahwa.”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, memelihara keutuhan, dan kedaulatan
negara”.

5. Pasal 30 ayat 4 UUD 1945


Yang juga hasil amandemen merupakan pasal yang menjelaskan tugas kepolisian dan wewenangnya.
Pasal ini hanya terdapat dalam UUD 1945 hasil amandemen dan berbunyi,”Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hokum

6. Pasal 30 ayat 5 UUD 1945


Berisikan tentang kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
hubungan keduanya. pasal ini juga merupakan hasil amandemen UUD 1945 masa reformasi, yang
berbunyi, “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara diatur oleh undang-undang”.

3. Landasan Operasional

Landasan operasional adalah dasar hukum penyelenggaraan suatu kegiatan dalam negara yang memuat
aturannya secara lebih terperinci. Ini dilakukan agar semua kegiatan penyelenggaraan negara lebih kuat
secara hukum, termasuk dalam hal bela negara. Beberapa landasan operasional bela negara, yaitu:

 Tap MPR Nomor VI Tahun 1973


Ketatapan MPR ini berisikan tentang konsep wawasan nusantara, yang mejelaskan di mana pun warga
negara Indonesia berada, ia adalah sebagai satu kesatuan Negara Indonesia.

 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiki manusia. Dan dalam UU ini dijelaskan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak dan kewajiban dalam mebela negara sesuai ketentuan yang berlaku.

 Tap MPR No VI dan VII Tahun 2000 tentang TNI dan Polri
Ketetapan MPR Nomopr VI tahun 2000 menjelaskan tentang pemisahan TNI dan Polri yang semula
menjadi satu lembaga. Kemudian UU Nomor VII menjelaskan peranannya masing-masing, yang kemudian
diatur lebih lanjut dalam undang-undang.

 Undang-Undang Nomor 2 dan 4 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut UU Nomor 2 tahun 2002 ini, Kepolisian Negara Ri berfungsi memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan dan pengayoman, serta pelayanan terhadap
masyarakat. Sedangkan UU Nomor 4 tahun 2002 menunjukkan tujuan kepolisian negara RI, yaitu
mewujudkan keamanan dalam negeri yang termasuk di dalamnya terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, dan jaminan tegaknya hukum. terselenggaranya hal tersebut adalah dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.

 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara


Dalam UU ini dijelaskan secara terperinci tentang pengertian pertahanan negara dan pelaksanaanya yang
menganut sistem pertahanan rakyat semesta, yaitu pertahanan yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia
sesuai kemampuan dan profesinya masing-masing. Dalam pasal 5 UU No.3 juga disebutkan fungsi
pertahanan negara untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu
kesatuan.

 Undang-Undang Nopmor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia


Dalam undang-undang ini menjelaskan tentang define Tentara Nasional Indonesia, yaitu tentara yang
berjuang mengakkan RI, dan fungsi secara terperinci dalam pertahanan dan keamanan negara yangs
esuai dengan hak asasi manusia.

Landasan Idiil bela negara tidak akan berubah sesuai pedoman Bangsa Indonesia yang juga tidak
berubah, yaitu Pancasila. Sedangkan landasan konstistusional dapat berubah sesuai kesepakatan, apabila
ada amandemen terhadap UUD 1945. Landasan operasional dapat berubah sesuai kebijakan pemerintah
tentang bela negara yang akan dilaksanakan, karena landasan ini rincian aturan yang akan dilaksanakan
terkait bela negara. Hanya sedikit yang dapat diuraikan dalam artikel landasan hukum bela negara ini.
Semoga tetap bermanfaat.

4. Pilar negara, dengan tujuan mampu membentuk karakter positif melalui pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan Bhinneka Tunggal Ika;

1. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA


1.Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Sebagai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat bangsa indonesia melalui penjabaran instrumental
sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan nafas jiwa bangsa
Indonesia dan karena pancasila lair bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia.

2.Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Merupakan bentuk peran dalam menunjukkan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di
bedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia.

3.Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia


Merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang teah membentuk sikap,
watak, prilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.

4. Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia.


Untuk Mengatur tatanan kehidupan bangsa indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua
pelaksanaan sistem ketatanegraan Indonesia sesuai Pancasila.

5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi negara
Republik Indonesia
Sebagai segala sumber hukum di negara indonesia karena segala kehidupan negara indonesia
berdasarkan pancasila, juga harus berlandaskan hukum. Semua Tindakan kekuasaan dalam masyarakat
harus berlandaskan hukum.

6.Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
Karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para
pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan di lestarikan.

7.Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.


Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan pancasila sebagai
patokan atau landasan pemersatu bangsa.

8. Pancasila sebagai ligature bangsa


Pengikat budaya yang berkembang secara alami dalam kehidupan bermasyarakat. Mampu menciptakan
suatu bangsa dan Negara yang kokoh. Nilai yang terkandung dipahami dan diyakini oleh masyarakat

9. pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia


Bersifat khusus, otentik, dan membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain
2. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi
basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, serta menjadi
tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia

A. Pengertian Pancasila
Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata “logi” yang artinya
pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang
ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar. Istilah ideologi pertama kali di
kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang perancis pada tahun 1796. Karl Marx mengartikan Ideologi
sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial
tertentu dalam bidang politik atau sosial atau sosial ekonomi. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua
pengertian ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional di
golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi doktriner dan ideologi yang pragmatis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam
arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara
lain memiliki ciri:

 Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
 Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup, yang
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi berikutnya, diperjuangkan
dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk
orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang di hayati menjadi
sesuatu keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin tinggi pula
komitmen nya untuk melaksanakannya.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilikinya
dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup mereka.
Pengertian yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu
masyarakat bangsa.

B. Ideologi Terbuka dan Ideologi tertutup


Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan
sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam sistem pemerintahan yang demokratis. Ideologi
terbuka merupakan ideologi yang hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke
dalam tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan
nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak
dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis.

Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-
tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.
Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti mempercayai suatu keadaan
tanpa data yang valid, sedangkan apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.
ideologi tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh
masyarakat elit tertentu atau kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan
cara yang totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.
Dari arti kedua Ideologi ini, perbedaannya adalah Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak
totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini
bersifat demokratis dan terbuka, sedangkan Ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai
penguasa) dan totaliter, arti dari totaliter itu sendiri adalah bahwa pemerintahan dengan kekuasaannya
mempunyai hak mutlak untuk mengatur di segala bidang aspek yang ada.

a) Ciri-ciri Ideologi Terbuka


Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah). Jadi,


bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat.

 Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah milik
seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka.
 Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu menggali
kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi ke-kini-an mereka.
 Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi
masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
 Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai
latar belakang budaya dan agama.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila merupakan Ideologi terbuka hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual,
dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun
mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat,
perkembangan iptek dan zaman.

D. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Dari segi sosiologis, Karl Mannhein membedakan dua macam kategori ideologi yaitu ideologi yang
bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif.

 Ideologi Partikular

Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan
kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.

 Ideologi Komprehensif

Didefinisikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial.
Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara
besar-besaran menuju bentuk tertentu.

Dari kedua ideologi diatas, ideologi Pancasila berada ditengah-tengah kedua ideologi diatas, artinya
ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu serta ideologi
Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia mampu
mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi bangsa dan Negara

Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya
(cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara
paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi
realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:

1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan realita atau
kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama
kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahirannya.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu
mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati
diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung
ideologi itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang
sesuai dengan realita-realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.

Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat dikatakan sebagai ideology
terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan Negara.

Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos yang
mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen
bangsa. Hal tersebut bisa saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di
dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip
inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah masyarakat
bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup
bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama
sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional,
Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah
Pancasila mampu bertahan.
Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud
lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal,
nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan
yang berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila
sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila
selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya
tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus
menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari kehidupan
masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga
nilai-nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :

1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus Pancasila pada setiap
satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap Pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila.

2.3 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kewarganegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran, atau
kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan subyektif, artinya
hakikat nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di
negara lain.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif, maksudnya :

1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan adanya sifat
umum universal dan abstrak.
2. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia.
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu
terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena:
1. Nilai- nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia

Makna Lambang Pancasila ( UU 24 Tahun 2009 ) Pasal 46,47,48,49

Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh
lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.

Pasal 47

1. Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki paruh, sayap, ekor, dan
cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan.
2. Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17,
ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.

Pasal 48

1. Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat sebuah garis hitam
tebal yang melukiskan katulistiwa.
2. Pada perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan
dasar Pancasila sebagai berikut:
1. Bintang
Bintang merupakan lambang dari sila pertama.
Bintang emas dengan perisai hitam ini melambangkan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya kerohanian bagi setiap manusia.
Sedangkan latar belakang berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli yang
menunjukkan bahwa Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu dan sudah ada sebelum segala
sesuatu di dunia ini ada.
2. Rantai
Rantai merupakan makna dari sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Gambar rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu
sama lain yang saling membantu.
Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan
lingkaran yang saling terkait membentuk lingkaran.
Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki dan lingkaran melambangkan perempuan. Nah,
maka dari itu kita sesama manusia harus saling membantu satu sama lain.
3. Pohon Beringin
Pohon beringin ini melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia.
Pohon beringin ini memiliki akar tunggal panjang yang menunjang pohon besar ini tumbuh.
Akar ini rumbuh sampai ke dalam tanah dan menggambarkan kesatuan dan persatuan Indonesia.
Pohon beringin juga memiliki akar yang menjalar di mana-mana yang melambangkan sebagai
negara kesatuan yang memiliki latar belakang budaya yang bermacam-macam.
4. Banteng
Banteng merupakan lambang dari sila keempat.
Banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul.
Seperti halnya musyawarah, yakni orang-orang berdiskusi dan berkumpul.
5. Padi dan kapas
Padi kapas ini melambangkan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kapas dan padi melambangkan pangan dan sandang yang merupakan kebutuhan pokok semua
rakyat Indonesia tanpa melihat status atau kedudukan.

Tambahan Ketentuan Bendera

1. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3
(dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih
yang kedua bagiannya berukuran sama.
2. Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dari kain yang warnanya tidak
luntur.
3. Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan ketentuan ukuran:
a. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;
b. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
c. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
d. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
e. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
f. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
g. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
h. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
i. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara; dan
j. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.

45. Butir Isi Pancasila

Sila pertama ( Berhubungan dengan Agama dan Tuhan )


Bintang.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

Sila kedua ( Kemanusiaan, Membela Kebenaran dan keadilan Bekerja sama )


Rantai.

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ketiga ( Kepentingan Bangsa , Negara , Cinta Tanah Air , Ketertiban dunia , )
Pohon Beringin.

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat ( Hak dan Kewajiban Sama , Musyawarah , Keputusan )
Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

Sila kelima ( Kekeluargaan , Gotong Royong, Sikap Adil , Keseimbangan , Hak Milik , Menghargai )
Padi Dan Kapas.

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

Sejarah Pancasila
KD 1

1.Jepang mengumumkan tanggal 1 Maret 1945 akan membentuk BPUPKI.


Ternyata baru dibentuk Tgl 29 April 1945.
Dilantik Tgl 28 Mei 1945.
2. Perdana Menteri Jepang Koiso.
3. Secara formal, suasana tegang dan suasana kebatinan/khidmat.
4. BPUPKI anggotanya: - 62 dari tokoh-tokoh Indonesia.
-7 perwakilan dari Jepang.
5. Susunan Organisasi:
a. Ketua :- dr.K.R.T.Radjiman Wedyodiningrat.
b. Wakil : - Ichibangase Yosio (Jepang)
- R.P Soeroso (Indonesia)
6.Tugas BPUPKI :
- Membahas tentang Rancangan Dasar Negara.
- Membahas tentang Rancangan UUD
- Mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
- Menyusun rancangan falsafah negara
7. BPUPKI Mengadakan Sidang:
a. Sebanyak dua kali resmi.:
1.Tanggal 29 Mei -1 Juni 1945. (Rancangan Dasar Negara)
2. Tanggal 10-17 Juli 1945. ( Rancangan UUD )
b. Satu kali tidak resmi
8. a.Mohammad Yamin. ( Berbicara pada hari pertama tgl 29 Mei 1945)
b.Mr. Soepomo. ( Berbicara pada hari kedua tgl 31 Mei 1945)
c.Ir.Soekarno. ( Berbicara pada hari ketiga tgl 1 Juni 1945) Lahirnya Pancasila

Tugas dan Fungsi BPUPKI


Tugas : adalah menyelidiki dan mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
Fungsi : adalah menyusun dan mempersiapkan Dasar negara dan Rancangan UUD

KD 2

RUMUSAN MOH.YAMIN
( Tgl 29 Mei 1945)
( Secara Lisan )
1. PERI KEBANGSAAN
2. PERI KEMANUSIAAN
3. PERI KETUHANAN
4. PERI KERAKYATAN
5.KESEJAHTERAAN RAKYAT

RUMUSAN MOH.YAMIN
( Tgl 29 Mei 1945)
(Secara tertulis)
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEBANGSAAN PERSATUAN INDONESIA
3. RASA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

RUMUSAN Mr SOEPOMO
(Tgl 31 Mei 1945)
1. PERSATUAN
2. KEKELUARGAAN
3. KESEIMBANGAN LAHIR DAN BATIN
4. MUSYAWARAH
5. KEADILAN RAKYAT

RUMUSAN Ir. SOEKARNO


(Tgl 1 Juni 1945)
1. KEBANGSAAN INDONESIA
2. INTERNASIONALISME ATAU PERIKEMANUSIAAN
3. MUFAKAT ATAU DEMOKRASI
4. KESEJAHTERAAN SOSIAL
5. KETUHANAN YANG BERKEBUDAYAAN

Ir.Soekarno menyampaikan kelima dasar negara tsb. Dinamakan Panca Dharma,atas saran seorang ahli
bahasa,diubah menjadi Pancasila .
Berdasarkan pada peristiwa tsb maka 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai “Hari Lahirnya Pancasila”

RUMUSAN PANCASILA DALAM PIAGAM JAKARTA


1. KETUHANAN DENGAN KEWAJIBAN MENJALANKAN SYARIAT ISLAM BAGI PEMELUK-PEMELUKNYA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

PERSAMAAN RUMUSAN DASAR NEGARA:

Rumusan Dasar Negara yang di usulkan memiliki perbedaan satu sama lain.
Namun demikian rumusan-rumusan tsb memiliki persamaan dari segi materi dan semangat yang
menjiwainya.Gagasan yang disampaikan berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat
pengalaman bangsa lain
Pandangan yg disampaikan diilhami oleh gagasan besar dunia,tetapi berakar pada kepribadian dan
gagasan besar bangsa Indonesia sendiri.

Pada akhir sidang pertama ,ketua BPUPKI ,membentuk Panitia Kecil yang bertugas :
l Untuk mengumpulkan usul-usul para anggota yang akan dibahas pada sidang berikutnya (10-17 Juli
1945)
l Panitia Kecil yang resmi ini beranggotakan delapan orang (Panitia Delapan) dipimpin Ir.Soekarno.
l Terdiri dari 6 orang wakil golongan kebangsaan dan 2 orang wakil golongan Islam.

Pada tanggal 22 Juni 1945,Panitia Sembilan mengadakan rapat di rumah Ir.Soekarno,Jalan Pegangsaan
Timur no.56 Jakarta.
Rapat berlangsung alot karena terjadi perbedaan pandangan antar peserta rapat tentang rumusan Dasar
Negara.

TUGAS PANITIA SEMBILAN :


Bertugas untuk menyelidiki usul-usul mengenai perumusan dasar negara yang melahirkan konsep
rancangan Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
Rancangan Dasar Negara : disebut
“Mukaddimah” ( Soekarno)
“Piagam Jakarta” (Moh.Yamin)

KD 3
PPKI : ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Suasana Pembentukan : Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUKPI dibubarkan oleh Jepang,sebagai gantinya
Jepang membentuk PPKI tanggal 9 Agustus 1945.
Keanggatoaan PPKI:
Jumlah anggota : 21 orang
Ketua : Ir Soekarno
Wakil : Drs.Moh.Hatta
PPKI yang dibentuk oleh Jepang jumlah anggotanya 21, kemudian anggotanya ditambah menjadi 27
orang .

Perubahan keanggotaan PPKI memiliki nilai strategis karena PPKI murni dibentuk bangsa Indonesia ,dan
kesan bahwa PPKI bentukan Jepang hilang.
Tujuan pembentukan PPKI:
Yaitu untuk mempersiapkan kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PPKI bersidang : pada tanggal 18 Agustus 1945.
Hasil Sidang PPKI :
a. Menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945.
b. Memilih presiden dan wakil presiden,yaitu Ir.Soekarno dan Moh.Hatta.
c. Membentuk KNIP ,untuk membantu presiden.
sebelum MPR sementara dan DPA sementara dibentuk.

Salah satu keputusan PPKI adalah mengesahkan UUD Negara RI Tahun 1945,yang dalam Pembukaan UUD
Alenia IV mencantumkan sila-sila Pancasila sebagai dasar negarara.
Perubahan penting dalam dalam sidang ini yaitu:
Perubahan rumusan dasar negara yang telah disepakati dalam Piagam Jakarta,yaitu tujuh kata setelah
kata Ketuhanan,yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan,dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”,diubah menjadi Ketuhanan YME.
Alasan perubahan sila pertama pada Piagam Jakarta :
Yaitu bahwa masyarakat Indonesia tidak semuanya menganut agama Islam,seperti masyarakat Indonesia
bagian Timur,sebagian ada yang menganut agama Nasrani.

SIDANG PPKI KEDUA TGL 19 agustus 1845:


1.Pembagian wilayah Indonesia dalam 8 Provinsi :
v Sumatra
v Jawa Barat
v Jawa Tengah
v Jawa Timur
v Sunda Kecil (Nusa Tenggara)
v Maluku
v Sulawesi
v Kalimantan (timur) / Borneo
2.Menetapkan 12 Departemen dengan mentrinya yang mengepalai departemen dan 4 menteri negara.

Sidang PPKI tgl 22 Agustus 1945 :


1.Pembentukan PNI
2..Pembentukan BKR
PEMBENTUKAN KNIP?

KD 4

NILAI SEMANGAT PENDIRI NEGARA:


Semangat kebangsaan harus tumbuh dan dipupuk dalam diri warga negara Indonesia
Semangat bangsaan merupakan semangat yang tumbuh dalam diri warga negara untuk mencitai dan rela
berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara
Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nilai nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme : Adalah
suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan
kepada negara kebangsaan (nation state).

Ada dua jenis nasionslisme :


1. Nasionalisme dalam arti sempit :( negatif )
(Chauvinisme) – Jerman pada masa Hitler (1934-1945)
Yaitu mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan
berlebihan,sebaliknya memandang rendah terhadap bangsa lain.
2.Nasionalisme dalam arti luas :( positif )
Yaitu perasaan cinta yang tinggi atau bangga terha dap tanah air,akan tetapi tidak memandang rendah
bangsa lain.

Patriotisme ------patria artinya cinta tanah air.


Kata patria -------patriot artinya seseorang yang mencintai tanah air.
Pariotisme berarti : berarti semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk mempertahankan bangsanya.
Patriotisme muncul setelah lahirnya nasionalisme,tetapi antara nasionalisme dan patriotisme umumnya
diartikan sama.
Jiwa patriotisme telah tampak dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia…….yaitu bentuk
kerelaan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan,dengan mengorbankan jiwa dan raga.

Jiwa dan semangat bangsa Indonesia /semangat juang 45 :


a. pro-patria dan primus patrialis (mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan tanah air)
b. jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan
kemerdekaan
c. jiwa toleran atau tenggang rasa antar SARA
d. jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab
e. jiwa ksatria dan kebesaran jiwa tidak balas dendam
Salah satu semangat yang dimiliki para pendiri negara dalam merumuskan Pancasila adalah Semangat
mendahulukan kepentinga bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi/golongan.
KOMITMEN PARA PENDIRI NEGARA DALAM PERUMUSAN PANCASILA :
Komitmen : adalah sikap perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki,memberikan perhatian,serta
melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan sungguh-sungguh.
a. memiliki semangat persatuan ,kesatuan, nasionalisme
b. adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia.
c. selalu bersemangat dalam berjuang.
d. mendukung dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa
e. melakukan pengorbanan pribadi dengan cara menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan
pribadi .

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Pasal-Pasal yang Berkaitan dengan Sila-Sila Pancasila”


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 28E Ayat (1)
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Ayat (2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.
Pasal 29
Ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung.
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat
3.
Pasal 18B ayat 2
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur damam undang-undang
Pasal 28
kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
pasal 28C
1.Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan uman manusia.
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28D
1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Pasal 28E
1.Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi denggan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat menusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabai.
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3. Identitas budaya dan hak masyarakat dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggun
jawab negara, terutama pemerintah.
5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokaratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokaratis.
Pasal 29 Ayat (2)
Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 30 ayat 1
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara
Pasal 31 ayat 1
Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara

3. Persatuan Indonesia.
Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.
Pasal 2
1. Madjelis Permusjawaratan rakyat terdiri atas anggauta-anggauta DewanPerwakilan
rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari Daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
2. Madjelis Permusjawaratan rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di
ibu-kota Negara.
3. Segala putusan Madjelis Permusjawaratan rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak
Pasal 3
Majelis Permusjawaratan rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis
besar daripada haluan Negara.
Pasal 6 ayat 2
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Madjelis Permusjawaratan rakyat dengan
suara yang terbanyak
Pasal 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Inonesia
Pasal 33 ayat 3
Bumi dan air dn kekajaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh
suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar Negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum tersebut
terangkum didalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 yang sama
hakikatnya dengan
Pancasila, yaitu :

1. Negara Persatuan “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. Keadilan sosial “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia “
3. Kedaulaatan Rakyat “ Neara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan
/perwakilan.”
4. Ketuhanan dan kemanusiaan “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap.”
Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila
memporelehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas-asas social, ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religigius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b.) Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaedah Negara
yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu :

1. Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberi factor-faktor mutlak bagi
adanya tertib hukum Indonesia.
2. Memasukkkan dirinya di dalam tertib hukum sebagai tertib hukum tertinggi.
Hubungan secara material

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang bersifat formal, sebagaimana di
jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pncasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI
membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di susun oleh
panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum
yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai
sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi
sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi atau inti sari
dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain adalah pancasila.

Pengertian Bhineka Tunggal Ika


Secara etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno
yang bila dipisahkan menjadi Bhinneka = beragam atau beraneka, Tunggal = satu, dan Ika = itu. Artinya,
secara harfiah, jika diartikan menjadi beraneka satu itu. Maknanya, bisa dikatakan bahwa beraneka
ragam tetapi masih satu jua. Semoboyan ini diambil dari kitab atau kakawin Sutasoma karangan Empu
Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan majapahit sekitar abad ke-14 M.
Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia, dengan keberagaman
penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa daerah, ras, agama, dan
kepercayaan, lantas tidak membuat Indonesia menjadi terpecah-belah. Melalui semboyan ini, Indonesia
bisa dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Sejarah Bhineka Tunggal Ika


Sebelumnya semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang yaitu Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dikenal untuk pertama kalinya
pada masa Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggl Ika ini
dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma. Perumuan semboyan ini pada dasarnya merupakan
pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu
dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
 1. Common Denominator
Di Indonesia, berbagai macam keaneka ragaman yang ada tidaklah membuat bangsa ini menjadi pecah.
Terdapat 5 agama yang ada di Indonesia, dan hal tersebut tidak membuat agama-agama tersebut untuk
saling mencela. Maka sesuai dengan prinsip pertama dari Bhinneka Tunggal Ika, maka perbedaan-
perbedaan di dalam agama tersebut haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata lain kita
haruslah mencari sebuah persamaan dalam perbedaan itu, sehingga semua rakyat yang hidup di
Indonesia dapat hidup di dalam keanekaragaman dan kedamaian dengan adanya kesamaan di dalam
perbedaan tersebut.
 2. Tidak Bersifat Sektarian dan Enklusif
Makna yang terkandung di dalam prinsip ini yakni semua rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara tidak dibenarkan menganggap bahwa dirinya atau kelompoknya adalah yang paling benar,
paling hebat, atau paling diakui oleh yang lain.
 3. Tidak Bersifat Formalistis
Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis, yang hanya menunjukkan sebuah perilaku semu dan
kaku. Tetapi, Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini dliandasi oleh adanya rasa
cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya mempercayai, dan saling rukun antar sesame.
Karena dengan cara inilah, keanekaragaman bisa disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan.
 4. Bersifat Konvergen
Bhinneka Tunggal Ika sifatnya konvergen dan tidak divergen. Segala macam keaneka ragaman yang ada
bila terjadi masalah, bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi haruslah dicari satu titik temu yang
bisa membuat segala macam kepentingan menjadi satu. Hal ini bisa dicapai bila terdapatnya sikap
toleran, saling percaya, rukun, non sectarian, dan inklusif.

Implementasi Bhinneka Tunggal Ika


Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh komponen mematuhi
prinsip-prinsip yang sudah disebutkankan di atas. Yakni :
 1. Perilaku Inklusif
Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang luas,
sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan kelompok. Kepentingan
bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan
bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai
peranan masing-masing di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 2. Mengakomodasi Sifat Prulalistik
Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila Indonesia
adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat bangsa kita disegani
oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak bisa dipergunakan dengan baik, maka sangat mungkin akan
terjadi disintegrasi di dalam bangsa.
Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai jumlah yang tidak
sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai, dan saling menyayangi menjadi hal
mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat Indonesia, supaya terciptanya masyarakat yang tenteram
dan damai.
 3. Tidak Mencari Menangnya Sendiri
Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi ditambah dengan
diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat bebas untuk mengungkapkan
pendapatnya masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-Bhinneka-an, maka seseorang
haruslah saling menghormati antar satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk
dibesar-besarkan, tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama.
Sifatnya konvergen haruslah benar-benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan bernegara, jauhkan
sifat divergen.
 4. Musyawarah untuk Mufakat
Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama dengan diberlakukannya
musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk mencapai satu kepentingan. Prinsip common
denominator atau mencari inti kesamaan haruslah diterapkan di dalam musyawarah. Dalam
musyawarah, segala macam gagasan yang timbul akan diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga
kesepakatan itu yang mencapai mufakat antar pribadi atau kelompok.
 5. Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban
Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya, rasa rela
berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban ini akan terbentuk
dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi, dan sayang menyayangi. Jauhilah rasa benci karena
hanya akan menimbulkan konflik di dalam kehidupan.

5. Bahasa Indonesia, dengan tujuan mampu menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan yang sangat penting kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Frasa atau frase adalah salah satu istilah yang sering dibicarakan dalam kajian linguistik. Frasa
merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat.
Frasa eksosentris[sunting | sunting sumber]
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini
tidak mempunyai unsur pusat (UP).Frasa ini mempunya dua komponen.
 Perangkai, berupa preposisi/ partikel
 Sumbu
Frasa yang memiliki perangkai preposisi dinamakan frasa eksosentris direktif atau biasa disebut frasa
preposional, sementara yang memiliki perangkai selain preposisi dinamakan frasa eksosentris
nondirektif.
Frasa eksosentris direktif ( Keterangan )
Contoh
 di pasar
 dari rumah
 ke warung
 dengan ayah
Frasa eksosentris nondirektif
Ciri frasa ini adalah komponen pertamanya adalah artikulus, seperti si dan sang atau kata lain
seperti yang, para, dan kaum.[1]
Frasa endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu kompenan atau unsurnya memiliki perilaku sintaksis yang
sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponen dapat menggantikan kedudukan
keseluruhan. Misal, frase sedang membaca pada kalimat Ani sedang membaca buku.
Komponen membaca dapat mengganti frase sedang membaca tanpa mengubah makna frasa tersebut.[1]
Frasa endosentris berinduk tunggal
Frasa endoesentris berinduk tunggal adalah frasa yang memiliki induk frasa yang menjadi penanda
kategori frasa.
Frasa verbal
Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa
verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata
‘sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
1. bekerja keras
2. sedang berlari
Secara morfologis, pada kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’
yang menunjukkan verba aktif.
Frasa nominal
Nominal adalah lawan dari verbal. Jika frasa verbal adalah frasa yang berfungsi sebagai kata kerja, maka
frasa nominal berfungsi sebagai kata benda.
Contoh
1. meja batu
2. gerabah buatan Bantu
Frasa pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang induknya berkategori nomina.
Contoh
1. kami berdua
2. bukan cuma dia
Frasa numeral
Frasa Numeral adalah frasa yang induknya berkategori numeral.
Contoh
1. cetakan pertama
2. dua pucuk surat
Frasa adjektival
Frasa adjektival adalah frasa yang induknya berkategori adjektiv.
Contoh
1. agak pusing
2. hitam kelam

Frasa endosentris berinduk jamak


Frasa endoesentris berinduk jamak adalah frase yang komponen-komponennya memiliki fungsi dan
kategori yang sederajat atau sama.
Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponennya sederajat dan ditandai atau secara potensial dapat
diberi konjungsi koordinatif tunggal seperti dan, atau, tetapi maupun konjungsi koordinatif terbagi,
seperti baik ... atau, makin ... makin, baik ... maupun.
Contoh
1. baik kaya atau miskin
2. makin dikejar makin jauh
Frasa apositif
Frasa apositif adalah frasa yang komponennya merujuk pada hal yang sama. Cirinya adalah salah satu
komponennya menerangkan komponen lainnya.
Contoh
1. Andi, anak sulungku,
2. Ia tidak cantik -- walaupun tidak jelek

Macam-macam Majas
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu majas
perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini ulasannya.
Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan
suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas
perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain
di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk
ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan
merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat
mirip.

4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat
artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan
frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya
saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan
dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud
berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan
keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya
bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan
dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi
beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk
merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan
konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun
perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh
subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang
sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan
suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan
lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi
yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang
ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan sesuatu. Sedangkan kalimat pasif adalah
kalimat subjeknya dikenai sesuatu pekerjaan.
Contoh:

 Kalimat aktif: Renu sedang menyiram tanaman.


o Kalimat pasif: Tanaman sedang disirami Renu.
 Kalimat aktif: Wahyu melihat buku pelajaran.
o Kalimat pasif: Buku pelajaran dilihat Wahyu.
 Kalimat aktif: Andre memasak ikan
o Kalimat pasif: ikan dimasak Andre
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya
sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf.[1]
Contoh homonim antara lain:

 bulan (nama kalender atau nama satelit)


 genting (gawat atau atap rumah)
 rapat (pertemuan atau tidak renggang)

Penulisan Daftar Pustaka

A. Penulisan Daftar Pustaka dari Sumber Buku


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis daftar pustaka dari sumber buku. Namun, hal
paling utama adalah memperhatikan urutan dan tanda bacanya. Berikut adalah urutan sebuah referensi dari
buku.

1. Nama
Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu menuliskan nama belakang penulis terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama depan dan tengah penulis buku
tersebut. Jika buku tersebut merupakan karya dari dua penulis atau lebih, hanya penulis pertama yang
urutan namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada setelahnya dengan urutan yang sesuai nama
aslinya. Jika pada buku tersebut nama penulis dicantumkan lengkap dengan gelar pendidikan atau gelar
lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu dituliskan.

Jika dalam buku yang diacu itu tercantum nama editor,


penulisannya dilakukan dengan menambahkan singkatan
(Ed.).
Contoh:
• Mahaso, Ode (Ed.). 1997.

Jika pengarang terdiri dari dua atau tiga orang, nama


pengarang dituliskan semuanya dengan ketentuan nama
orang pertama dibalik sedangkan nama orang kedua dan
ketiga tetap. Di antara kedua nama pengarang itu digunakan
kata penghubung “dan”.
Contoh:
• Sumardjan, Selo dan Marta Susilo.
• Kusmadi, Ismail. Dini A., dan Eva R.

Jika lebih dari tiga orang, ditulis nama pengarang pertama


yang dibalik lalu ditambahkan singkatan “dkk” (dan kawan-
kawan) atau et all.
Contoh:
• Kartika, Salma dkk.
• Susan, Alberta et. all.
Jika beberapa buku ditulis oleh seorang pengarang, nama
pengarang cukup ditulis sekali pada buku yang disebut
pertama. Selanjutnya cukup dibuat garis sepanjang 10 ketukan
dan diakhiri dengan tanda titik. Setelah nama penga-rang,
cantumkan tahun terbit dengan dibubuhkan tanda titik. Jika
tahunnya berbeda, penyusunan daftar pustaka dilakukan
dengan urutan berdasarkan yang paling lama ke yang paling
baru.
Contoh:
• Keraf, Gorys. 1979.
• _________ . 1982.
• _________ . 1984.

Jika diterbitkan pada tahun yang sama, penempatan


urutannya berdasarkan pola abjad judul buku. Kriteria
pembedaannya adalah setelah tahun terbit dibubuhkan huruf,
misalnya a, b, c tanpa jarak.
Contoh:
• Bakri, Oemar. 1987a.
• __________ . 1987b.

2. Tahun Terbit
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-teman gunakan sebagai referensi. Jangan
terkecoh pada angka tahun cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu pakai merupakan cetakan kedua,
ketiga, ataupun terakhir.

3. Judul Buku
Tuliskan judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa, penulisan judul dibuat dengan italic (miring).

4. Kota dan Nama Penerbit


Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku adalah mencantumkan kota penerbitan dan
nama penerbit yang mencetak buku tersebut. Dahulukan penulisan nama kota, baru diikuti dengan nama
penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua (:).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan. Pastikan teman-teman menggunakan
tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama, tahun terbit, judul buku, hingga kota dan nama penerbit.

Contoh Daftar Pustaka dari Buku


Data Buku:
Judul : Family Medical Care Volume 4
Penulis : Dr. John F. Knight
Penerbit : Indonesia Publishing House
Kota Penerbit : Bandung
Tahun Terbit : 2001
Cara Penulisan:
Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung: Indonesia Publishing House.
B. Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel dalam Jurnal, Koran, atau Majalah
Tidak berbeda jauh dengan penulisan dari sumber berupa buku, teman-teman pun perlu mencantumkan
nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan nama penerbit. Hanya saja, ada perbedaan
penulisan untuk beberapa urutan tersebut, yakni sebagai berikut.

1. Nama
Pastikan nama yang teman-teman tulis dalam daftar pustaka artikel tersebut adalah penulis artikelnya,
bukan editor dari jurnal, koran, ataupun majalah yang menjadi sumber referensi.

2. Judul
Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi. Penulisan tidak dengan format italic,
melainkan tegak lurus dengan pemberian tanda kutip (“) pembuka dan penutup. Setelah itu, lanjutkan
dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah yang memuat artikel tersebut. Penulisan nama jurnal,
majalah, atau koran baru dicetak miring. Ikutkan di halaman berapa artikel tersebut dimuat yang ditulis
dalam tanda kurung [(…)].
Contoh Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel Jurnal
Data Artikel:
Judul Jurnal : Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1
Judul Artikel : Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang
Penulis : Umar Solikhan
Penerbit : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Terbit : Pangkalpinang
Tahun Terbit : 2013
Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang”
dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 (hlm. 123-129). Pangkalpinang: Kantor
Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Contoh Jika Majalah sebagai Acuan


Jika majalah menjadi sumber acuan, kita harus memperhatikan unsur-unsur beserta urutannya yang
perlu disebutkan dalam daftar pustaka sebagai berikut:
 nama pengarang,
 tahun terbit,
 judul artikel,
 judul majalah,
 bulan terbit (kalau ada),
 tahun terbitan yang keberapa (kalau ada),
 tempat terbit.
Contoh:
Nasution, Anwar. 1975. “Sistem Moneter Internasional”. Dalam Prisma, Desember, IV. Jakarta.
Paranggi, Umbu Landu. 2006. “Puisi: Bagian Terpenting dari Darah Hidupku” dalam Horison Majalah
Sastra. Jakarta: PT Metro Pos.

Contoh Jika Surat Kabar sebagai Acuan


Jika surat kabar menjadi sumber acuan, kita harus memperhatikan unsur-unsur beserta urutannya yang
perlu disebutkan dalam daftar pustaka sebagai berikut:
 nama pengarang,
 tahun terbit,
 judul artikel,
 judul surat kabar,
 tanggal terbit, dan
 tempat terbit.
Contoh:
Tabah, Anton. 1984. “Polwan semakin efektif dalam Penegakan Hukum”. Dalam Sinar Harapan, 1
September 1984. Jakarta.
Contoh Jika Antologi sebagai Sumber Acuan
Jika antologi menjadi sumber acuan, kita harus memperhatikan unsur-unsur beserta urutannya yang
perlu disebutkan dalam daftar pustaka sebagai berikut:
 nama pengarang,
 tahun terbit karangan,
 judul karangan,
 nama penghimpun (Ed.),
 tahun terbit antologi,
 judul antologi,
 tempat terbit, dan
 nama penerbit.
Contoh:
Kartodirjo, Sartono. 1977. “Metode Penggunaan Dokumen”. Dalam Koentjaraningrat (Ed.). 1980. Metode-
metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Panduan dan juga aturan penulisan gelar sangat dibutuhkan berdasarkan dengan EYD. Nah, di bawah ini
adalah aturan dan juga panduan untuk menuliskan gelar di dalam EYD yang sudah ditetapkan oleh
pemerintahan di Indonesia:
 Masing-masing gelar dituliskan sebelum atau setelah nama pemilik dari gelar tersebut
 Masing-masing gelar ditulis dengan memakai tanda titik antara satu huruf dengan huruf yang
lainnya pada singkatan dari gelar
 Nama orang yang menyandang gelarnya dengan gelar yang ia miliki harusnya dipisah dengan
memakai tanda koma
 Apabila gelar seseorang yang akan dicantumkan ternyata lebih dari satu, maka antara satu gelar
dengan gelar yang lainnya harus dipisahkan terlebih dahulu dengan menggunakan tanda koma.
Misalnya saja Siti Nurbaya, S.Ag,S.E

Contoh Penulisan Gelar Sarjana


Susianah, S.Pd.I. : Sarjana Pendidikan Islam
Susianah, S.Kom. : Sarjana Komputer
Susianah, S.H.I. : Sarjana Hukum Islam
Susianah, S.Sos. : Sarjana Sosial
Susianah, S.E. : Sarjana Ekonomi
Susianah, S.H. : Sarjana Hukum
Susianah, S.Kes. : Sarjana Kesehatan
Susianah, S.Ked. : Sarjana Kedokteran
Susianah, S.Pd. : Sarjana Pendidikan
Susianah, S.T. : Sarjana Teknik

Pengertian Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain. Kalimat hasil
kutipan pembicaaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya. Bagian ujaran/ucapan diberi
tanda petik (“….” ) dapat berupa kalimat perintah, berita, atau kalimat tanya.
Ciri ciri kalimat langsung
Bertanda kutip dalam bahasa tertulis.

1. Intonasi: bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.


2. Berkemungkinan susunan :
o pengiring/kutipan
o kutipan/pengiring
o kutipan/pengiring/kutipan
3. Huruf pertama pada petikan langsung ditulis dengan menggunakan huruf kapital.
4. Bagian kutipan ada yang berupa kalimat tanya, kalimat berita, atau kalimat perintah.
5. Bagian pengiring dan bagian petikan langsung dipisah dengan tanda baca koma (,).
6. Jika di dalam petikan langsung menggunakan kata sapaan, maka sebelum kata sapaan diberi
tanda baca koma (,) dan huruf pertama kata sapaan menggunakan huruf kapital.
7. Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, wajib menggunakan tanda baca titik dua (:)
di depan kalimat langsung.
Contoh kalimat langsung
Berikut beberapa contoh kalimat langsung:

1. Robi berkata, “Panas sekali cuaca hari ini.”


2. “Tolong ambilkan obat!” kata Ibu kepada Rani.
3. “Kamu harus isitirahat yang cukup dan jangan dulu keluar rumah selama beberapa hari,”
kata dokter kepadaku.
4. Bu Guru bertanya, “Di antara kalian, siapa yang bercita-cita ingin menjadi astronot?”
5. Desmon berkata, ”Ani nanti pulangnya saya antar!”
6. ” Kapan bukuku kamu kembalikan?“ tanya Samid.
7. ” Belikan saya mobil baru!“ pinta Tria.
8. ” Saya akan datang nanti malam,“ kata Hamid.
9. Dani berkata,” Coba kamu bantu saya menyelesaikan tugas ini!”
10. Paman berkata,” Pulanglah kalian secepatnya karena sebentar lagi hujan turun.”
11. Ketua kelas berkata,” Terima kasih atas sambutan kalian kepada kami pada acara kunjungan
kami.”
12. Kata Webby,” Saya nanti sore akan ke rumahmu.”
Perubahan Kata Ganti Kalimat Langsung ke Tak Langsung
Dalam perubahan bentuk ini perhatikan perubahan kata gantinya:
Kata Ganti Kalimat Langsung —> Kata Ganti Kalimat Tak Langsung

 Saya —> Dia


 Kamu —> Saya
 Kalian —> Kami
 Kami —> Mereka
 Kita —> Kami

Ciri- ciri kalimat tidak langsung[sunting]

Ciri- ciri kalimat tidak langsung:

1. Tidak bertanda petik.


2. Intonasi mendatar dan menurun pada akhir kalimat.
3. Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan, yakni:
o kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
o kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.
o kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
4. Berkata tugas: bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dan sebagainya.
5. Bagian kutipan semuanya berbentuk kalimat berita.
Contoh kalimat tidak langsung

1. Robi mengatakan bahwa cuaca hari ini panas sekali.


2. Ibu mengatakan kepada Rani untuk mengambilkan obat.
Dokter berkata kepadaku bahwa aku harus istirahat yang cukup dan tidak keluar rumah selama beberapa
hari.

1. Bu Guru menanyakan kepada kami adakah di antara kami yang bercita-cita menjadi astronot.
2. Desmon mengatakan bahwa dia nanti akan mengantarkan Ani kalau pulang.
3. Hamid menanyakan tentang kapan bukunya saya kembalikan.
4. Tria meminta agar dia dibelikan mobil baru.
5. Hamid berkata bahwa dia akan datang nanti malam.
6. Dani mengatakan supaya saya membatu dia menyelesaikan tugas.
7. Paman mengatakan bahwa kita harus pulang secepatnya karena sebentar lagi hujan turun.
8. Ketua kelas mengatakan terima kasih atas sambutan kami kepada mereka pada acara kunjungan
mereka.
9. Webby mengatakan bahwa dia akan datang ke rumahku nanti sore.

Anda mungkin juga menyukai