Pergerakan Nasional
Salsabila Nadia
XI IPS 3
36
Pengertian dan Latar Belakang Organisasi
Pergerakan Nasional
Organisasi pergerakan nasional adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia yang memiliki tujuan organisasi untuk memperbaiki nasib
atau keadaan rakyat Indonesia yang sama-sama ingin memperoleh kemerdekaan
nasional.
Sebelum namanya berubah menjadi Sarekat Islam, sebelumnya organisasi pergerakan nasional ini
bernama SarekatDagang Islam (SDI). Pendiri dari SDI adalah H. Samanhudi dan didirikan di Solo pada
tahun 1911. Sejak SDI berpindahke Surabaya, dan kepemimpinan saat itu berpindah ke HOS
Cokroaminoto, SDI berubah nama menjadi Sarekat Islam. Alasannya yaitu untuk memperluas bidang
kegiatan organisasi yang awalnya hanya bergerak pada bidang perdagangan. Sarekat Islam jelas memiliki
tujuan. Beberapa bidang kegiatan yang dijalankan oleh SI antara lain, Sosial-ekonomi, memberikan
bantuan modal usaha bagi anggotanya dan memajukan perdagangan masyarakat pribumi. Agama,
memajukan kehidupan dan mengembangkan ajaran agama Islam Organisasi SI berkembang begitu pesat.
Karena perkembangannya yang pesat, SI menjadi ancaman bagi pemerintah kolonial Belanda.
Selain itu, perkembangannya yang pesat ini membuat SI berubah menjadi partai politik, setelah diakui
sebagai organisasi resmi pada bulan Maret 1916 oleh pemerintah. Setelah mengalami perkembangan yang
pesat, SI kemudian mengalami kemunduran di tahun 1921. Kemunduran itu terjadi akibat perpecahan di
dalam Sarekat Islam sendiri. Sarekat Islam terpecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah. Hal tersebut
terjadi akibat adanya agitasi golongan komunis melalui tokoh Semaun dan Darsono ke dalam tubuh SI. SI
Putih akhirnya berkembang dan dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, sedangkan SI Merah dipimpin oleh
Semaun.
C. Indische Partij
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. Menunjukkan para pendiri
Indische Partij yangterkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo
Setiabudi), Ki HajarDewantara (R.M. Suwardi Suryaningrat), dan dr. Cipto Mangunkusumo.
Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912. Tujuan Indische Partij sangat jelas,
yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka
bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan
Belandadari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati
hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat
menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ikeen Nederlander was
(Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, bagaimanamungkin bangsa
terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah.
D. Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Pelopor
pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa
lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat,
Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische
Vereeniging adalah Indonesia merdeka, memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang
bertanggungjawab kepada seluruh rakyat. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto
Mangunkusumodan Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging.
IndischeVereeninging pada tahun 1924 berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) Masuk
konsep“Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya
sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat
WoodrowWilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The
Right ofSelf Determination). Akibat sepak terjang PI dinggap berbahaya oleh Belanda. Belanda kemudian
menangkap para pimpinanPI antara lain Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdul Madjid
Djojodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo. Keempat tokoh tersebut disidangkan di Den Haaf (1928),
kemudian dibebaskan karena tidak terbukti.
E. Organisasi
Keagamaan
1. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan nasional yang berakar pada keagamaan
yang didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan.
Tujuan dari organisasi ini adalah tanggapan atas saran Budi Utomo untuk memberi
pelajaran agama kepada anggotanya, sehingga membuat kelompok Muhammadiyah
menjadi organisasi agama yang modern. Organisasi ini mulai bergerak dengan
mendirikan sekolah agama yang modern, panti asuhan, panti jompo,dan fakir miskin,
sampai balai pengobatan dan rumah sakit. Muhammadiyah memiliki peran penting
dalam mempersiapkan perlawanan terhadap dominasi asing dan pengaruh Belanda.
Organisasi ini juga efektif meningkatkan pendidikan masyarakat Indonesia menjadi
lebih baik. Untuk detail sejarah organisasi pergerakan nasional Muhammadiyah,
2. Nahdlatul Ulama
(Kebangkitan Para Ulama) adalah organisasi sosial keagamaan atau Jamiyyah Diniyah Islamiyahyang
didirikan oleh para ulama, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdullah Wahab Hasbullah, K.H.
BisriSyamsuri, K.H. Mas Alwi, dan K.H. Ridwan. Mereka pemegang teguh pada salah satu dari empat
mahzab, berhaluan Ahlussunnah waljama’ah. Tujuannya tidak saja mengembangkandan mengamalkan
ajaran Islam, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, dan sebagainya dalam rangka
pengabdian kepada umat manusia.
Majelis ini disebut juga Majelis UI Islamil A’la Indonesia atau Majelis Islam Luhur. MIAI didirikan di
Surabaya pada September 1937 atas prakarsa tokoh-tokoh Muhammadiyah, PSII, PII, Al-Irsyad,Persis,
Persatuan Ulama Indonesia, Al-Washiliyah, Al-Islam, Warmusi (Wartawan MuslimIndonesia). Adapun
susunan pengurusnya sebagai berikut: Ketua: K.H.A. Wahid Hasyim (NU), WakilKetua I: K.H. Mas
Mansyur (Muhammadiyah), Wakil Ketua II: Wondoawiseno (PSII), Bendahara: Sukirman, Sekretaris:
Satrodiwiryo (Persis). Mulanya MIAI tidak berpolitik, tetapi kemudian mengikuti kegiatan dalam aksi-
aksi politik menentang penjajah bersama GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia. Kegiatan MIAI yang
utama adalah melaksanakan kongres-kongres partai dan organisasi Islam Indonesia.
3. PPKJ (Perkumpulan Politik Katolik Jawi),
Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa. PKI sebagai partai massa
telah dilarang. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung
Karno). Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai
pegangan perjuanganPNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan
perbuatan nasional. Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut,
PNI menggunakan tiga asas yaitu self help(berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya
terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi.Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.
H. Taman Siswa
2. Kartini Fonds
Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny.T. Ch. Van Deventer (1912) dengan
tujuanmendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnyaMaju Kemuliaan di Bandung,
Pawiyatan Wanitodi Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara,
Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
3. Keutamaan Istri
Keutamaan Istri berdiri berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R.
Dewi Sartika. Pada tahun1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan
mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan
kerumah tanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini
kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya,
Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang
4. Aisyiah
Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah.
Pendirinya adalah H. SitiWalidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah
memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim,
dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat
mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
5. Wanita Katolik
Wanita Katolik Republik Indonesia berdiri pada tahun 1924 atas inisiatif seorang
wanita bangsawan Yogyakarta yang juga tokoh intelektual wanita saat itu.
Tergerak oleh keinginan luhur yang didasari oleh cinta kasih sebagai perwujudan
iman katolik, Raden Ajeng Maria Soelastri Soejadi Sasraningra Darmaseputra
(adik kandung Nyi Hajar Dewantara) mendirikan perkumpulan ibu-ibu Katolik
Pribumi. Keinginan beliau saat itu mendapat dukungan dari Pastor VanDriesche,
SJ yang banyak memberikan masukan mengenai teknik berorganisasi, rekruitmen
anggota dan pengembangan misi perkumpulan dengan mengajak para pengurus
melihat kebutuhan umat Gereja, terutama kebutuhan kaum wanita katoliknya.
Terima Kasih