Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk menilai penguasaan pengetahuan dan kemampuan
mengimplementasikan:
1. Nasionalisme, dengan tujuan mampu mewujudkan kepentingan nasional melalui cita-cita dan
tujuan yang sama dengan tetap mempertahankan identitas nasional
A. Lahirnya Nasionalisme di Indonesia
1. Budi Utomo
Organisasi ini berawal dari gerakan dr. Wahidin Soedirohoesodo yang berkeliling Jawa untuk
mensosialisasikan pentingnya pendidikan.
Selain mensosialisasikan pendidikan, terdapat pula dana pendidikan untuk mereka yang
kurang mampu. Dana pendidikan tersebut disebut dengan Studie Fond.
Kemudian pada tahun 1907, terjadi pertemuan antara dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan
Soetomo, seorang mahasiswa STOVIA.
mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia dan
beranggotakan mahasiswa STOVIA.
Berdirinya organisasi ini merupakan tonggak awal kebangkitan nasional, sehingga hari
lahirnya Budi Utomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Sarekat Islam
Organisasi ini berawal dari organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji
Samanhudi di Solo tahun 1911.
Organisasi ini awalnya dibentuk untuk melindungi pengusaha lokal agar dapat bersaing
dengan penguasaha non lokal yang memonopoli perdagangan batik.
DI kemudian diubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 yang diketuai oleh H.O.S.
Tjokroaminoto.
pada tahun 1921, SI terpecah menjadi 2 kubu, yaitu SI Putih dan SI Merah. Perpecahan
tersebut terjadi karena adanya penyusupan paham sosialis-komunis.
3. Indische Partij
Indische Partij didirikan di Bandung tanggal 25 Desember 1912. Pendiri organisasi ini antara
lain Dr. E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara), dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.
Mereka kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Indische Partij bertujuan untuk mengembangkan rasa nasionalisme, menciptakan persatuan
antara orang Indonesia dan Bumiputera, serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka.
Organisasi ini adalah organisasi politik yang berani mengkritik pemerintah kolonial Belanda.
Kritik tersebut ditujukan melalui tulisan R.M. Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als ik een
Nederlander was (Seandainya aku seorang Belanda).
Oleh karena itu, pada 4 Mei 1913, Indische Partij dianggap sebagai partai terlarang dan ketiga
tokohnya diasingkan ke negeri Belanda.
4. Perhimpunan Indonesia
ISDV didirikan pada 9 Mei 1914, oleh Sneevliet (anggota Partai Buruh Sosial Demokrat
Belanda) dan rekan-rekannya di Surabaya.
Organisasi ini menganut paham Marxisme, yang kemudian berganti nama menjadi Partai
Komunis Hindia pada 23 Mei 1920.
Tidak lama kemudian kembali diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
Desember 1920.
PKI diketuai oleh Semaun dengan Darsono sebagai wakil ketua dan Bergsma sebagai
sekretaris partai.
Tokoh yang tergabung dalam organisasi ini adalah Alimin Prawirodirdjo dan Musso. Pada
tanggal 13 November 1926, PKI melancarkan pemerontakan di Jawa dan Sumatera yang
kemudian ditumpas oleh pemerintah kolonial Belanda.
Akibat aksi ini, PKI dianggap sebagai partai terlarang serta tokoh-tokohnya ditangkap dan
diasingkan ke Tanah Merah dan Boven Digul.
Pada awalnya, PNI adalah perkumpulan yang dibentuk Ir. Soekarno yang
bernama Algemeene Studie Club tahun 1925.
Karena adanya perkumpulan ini, berdirilah partai politik baru bernama Partai Nasional
Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927.
Tokoh-tokoh yang tergabung adalah Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Ir. Anwari,
Mr. Sartono, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, dan Dr. Samsi.
PNI bergerak dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Setelah Kongres tahun 1928 di Surabaya, anggota PNI semakin meningkat sehingga
mengkhawatirkan pemerintah kolonial.
Akhirnya pada tanggal 29 Desember 1929, empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, Gatot
Mangkoeprodjo, Maskoen dan Soepriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh
Pengadilan Bandung.
Dalam proses persidangan Ir. Soekarno menyampaikan pembelaan berjudul “Indonesia
Menggugat”
Integrasi nasional menurut etimologi atas secara bahasa berasal dari kata integrate, yang
berarti menyatukan, menggabungkan, dan memadukan.
Dipadukan menurut istilah, integrasi berarti cara untuk memberi dan menempatkan semua
unsur yang ada di sekeliling agar dapat bersatu padu, menyatu, bergabung, dan bersatu
menjadi satu kesatuan.
. Intergrasi nasional terkait dengan Indonesia adalah segala tindakan yang dapat
menyatukan setiap unsur dalam masyarakat yang sangat beragam menjadi satu kesatuan
dan satu tujuan dalam naungan negara dasar hukum NKRI yang bersombayan pada Bhineka
Tunggal Ika.
Dengan demikian, integritas nasional sebagai salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI,
negeri tercinta ini.
Integrasi nasional, dibagi menjadi dua kelompok besar, seperti di bawah ini:
Keinginan Bersatu
Selain faktor sejarah, keinginan masyarakat sendiri untuk bersatu dapat menjadi factor pendorong
integrasi nasional. Jika keinginan ini tidak ada, meskipun sejarah sama belum tentu terjadi tindakan
yang menyatukan. Keinginan bersatu umumnya terjadi untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional.
Masyarakat Heterogen
Masyarakat Indonesia sangat heterogen. Bahkan termasuk masyarakat yang paling beragan di dunia.
Keragaman suku bangsa, ras, agama, dan budaya sangat lengkap di sini. Ini dikarenakan wilayahnya
yang juga cukup luas. Keragaman masyarakat menjadi faktor penghambat yang paling utama dari
integrasi nasional. Masyarakat yang berbeda mempunyai kebiasaan yang berbeda dan tidak mudah
menyatu.
Wilayah Luas
Unsur-unsur negara kesatuan republik Indonesia yang berupa wilayah sangat luas. Wilayah ini
memisahkan suku bangsa yang satu dengan suku yang lain dan membuat keragaman lebih banyak
lagi. Wilayah yang luas ini membuat penyatuan juga menjadi lebih sulit karena membutuhkan waktu
dan tenaga serta dana yang tentunya lebih banyak.
Ancaman dari Dalam dan Luar Negeri
Ancaman dari dalam dan luar negeri terhadap integrasi nasional selalu ada. Ancaman dari dalam
negeri, misalnya berupa pemberontakan kelompok masyarakat. Sementara ancaman dari luar negeri
dapat berupa ancaman invasi. Namun, ada juga ancaman yang lebih halus dengan menguasai
Indonesia di berbagai bidang, seperti penguasaan ekonomi, ideologi, dan budaya.
Ketidakmerataan Pembangunan
Wilayah Indonesia yang luas membuat pembangunan tidak merata. Khususnya pembangunan di
wilayah-wilayah yang sangat jauh dari pusat dan terpencil. Ketidakmerataan pembangunan membuat
keresahan masyarakat setempat. Isu ketidakadilan akan mudah mencuat dan menyulitkan integrasi
nasional.
Etnosentrisme
Faktor terakhir dari penghambat integrasi nasional adalah etnosentrisme. Perasaan bahwa suatu
suku bangsa dan ras tertentu lebih baik dibandingkan yang lain.
3. Bela negara, dengan tujuan mampu berperan aktif dalam mempertahankan eksistensi bangsa
dan negara;
Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi
suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya [1].
Unsur Dasar Bela Negara
1. Melestarikan budaya
2. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
4. Mencintai produk-produk dalam negeri
Pemerintah Indonesia saat ini menjalankan program pelatihan Bela Negara yang terbuka bagi
seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 22 Oktober 2015
Pada tanggal 23 Februari 2016, Menhan Ryamizard Ryacudu kembali meresmikan peluncuran Situs
web resmi (portal belanegara). Portal tersebut dimaksudkan untuk menjadi sumber penyebaran
informasi kepada masyarakat tentang program Bela Negara, dan masyarakat juga bisa memberikan
saran dan masukan di portal tersebut.[6]
Sifat-sifat bela negara
Sifat lunak
Psycological
Sifat Keras
Menghadapi ancaman militer
1. Komponen Utama Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap
digunakan untuk melaksanakan tugas tugas pertahanan.
2. Komponen Cadangan (kombatan) "Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya
nasional" yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.
3. Komponen Pendukung (Non kombatan) "Komponen pendukung" adalah "sumber daya
nasional" yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata
untuk perlawanan fisik.
memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan dalam
bertahan hidup atau mengatasi kesulitan.
senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya.
ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.
terus membina kemampuan jasmani dan rohani.
memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.
andasan bentuk hukum bela negara tersebut akan diuraikan di bawah ini:
1. Landasan Idiil
Sama halnya dengan landasan hukum semua akitivitas Bangsa Indonesia, landasan idiilnya adalah
Pancasila. Artinya semua kegiatan yang berlangsung harus sesuai dengan pancasila sebagai dasar dan
ideologi nasional. Landasan hukum bela negara terdapat dalam lima sila Pancasila .
1. Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia meyakini bahwa kemerdekaan dan kedaulatan
setiap individu dan setiap bangsa adalah hak asasi manusia. Di mana kemerdekaan dan kedaulatan ini
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan dalam pokok pikiran pembukaan UUD 1945 alinea ketiga
disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
2. Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa bela negara wajib hukumnya bagi
setiap warga negara terkait dengan kemanusiaan dan keadilan.
3. Sila ketiga, persatuan Indonesia, dapat dijadikan sebuah landasan idiil yang sangat mendasar karena bela
negara terkait langsung hubungannya dengan rasa cinta tanah air dan kewajiban membelanya.
4. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan, menunjukkan landasan bela negara yang menyeluruh dan terorganisir diatur oleh negara.
5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai landasan idiil. Di dalam sila ini
terkandung makna kerja keras, giat belajar, ikut serta dalam kegiatan pembangunan, yang merupakan
perwujudan bela negara dalam kehidupan sehari-hari.
2. Landasan Konsitusional
Landasan konsitusional pelaksanaan bela negara adalah UUD 1945, karena UUD 1945 merupakan
konstitusi Negara Indonesia, dan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Dalam tiap batang tubuh UUD
1945 ini, tercantum hak dan kewajiban bela negara bagi setiap warga negara Indonesia.
3. Pasal 30 ayat 2
Menjelaskan tentang pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan oleh TNI dan Polri, sesuai dengan
isinya,”Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
4. Pasal 30 ayat 3 UUD 1945
Berisikan tentang tugas Tentara Nasional Indonesia. Pasal ini berisi pemisahan TNI dan Polri yang
menyatakan bahwa.”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, memelihara keutuhan, dan kedaulatan
negara”.
3. Landasan Operasional
Landasan operasional adalah dasar hukum penyelenggaraan suatu kegiatan dalam negara yang memuat
aturannya secara lebih terperinci. Ini dilakukan agar semua kegiatan penyelenggaraan negara lebih kuat
secara hukum, termasuk dalam hal bela negara. Beberapa landasan operasional bela negara, yaitu:
Tap MPR No VI dan VII Tahun 2000 tentang TNI dan Polri
Ketetapan MPR Nomopr VI tahun 2000 menjelaskan tentang pemisahan TNI dan Polri yang semula
menjadi satu lembaga. Kemudian UU Nomor VII menjelaskan peranannya masing-masing, yang kemudian
diatur lebih lanjut dalam undang-undang.
Undang-Undang Nomor 2 dan 4 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut UU Nomor 2 tahun 2002 ini, Kepolisian Negara Ri berfungsi memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan dan pengayoman, serta pelayanan terhadap
masyarakat. Sedangkan UU Nomor 4 tahun 2002 menunjukkan tujuan kepolisian negara RI, yaitu
mewujudkan keamanan dalam negeri yang termasuk di dalamnya terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, dan jaminan tegaknya hukum. terselenggaranya hal tersebut adalah dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
4. Pilar negara, dengan tujuan mampu membentuk karakter positif melalui pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan Bhinneka Tunggal Ika;
A. Pengertian Pancasila
Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata “logi” yang artinya
pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang
ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar. Istilah ideologi pertama kali di
kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang perancis pada tahun 1796. Karl Marx mengartikan Ideologi
sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial
tertentu dalam bidang politik atau sosial atau sosial ekonomi. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua
pengertian ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional di
golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi doktriner dan ideologi yang pragmatis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam
arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara
lain memiliki ciri:
Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup, yang
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi berikutnya, diperjuangkan
dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk
orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang di hayati menjadi
sesuatu keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin tinggi pula
komitmen nya untuk melaksanakannya.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilikinya
dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup mereka.
Pengertian yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu
masyarakat bangsa.
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-
tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.
Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti mempercayai suatu keadaan
tanpa data yang valid, sedangkan apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.
ideologi tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh
masyarakat elit tertentu atau kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan
cara yang totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.
Dari arti kedua Ideologi ini, perbedaannya adalah Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak
totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini
bersifat demokratis dan terbuka, sedangkan Ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai
penguasa) dan totaliter, arti dari totaliter itu sendiri adalah bahwa pemerintahan dengan kekuasaannya
mempunyai hak mutlak untuk mengatur di segala bidang aspek yang ada.
Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah milik
seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka.
Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu menggali
kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi ke-kini-an mereka.
Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi
masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai
latar belakang budaya dan agama.
Dari segi sosiologis, Karl Mannhein membedakan dua macam kategori ideologi yaitu ideologi yang
bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif.
Ideologi Partikular
Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan
kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
Ideologi Komprehensif
Didefinisikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial.
Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara
besar-besaran menuju bentuk tertentu.
Dari kedua ideologi diatas, ideologi Pancasila berada ditengah-tengah kedua ideologi diatas, artinya
ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu serta ideologi
Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia mampu
mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya
(cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara
paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi
realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan realita atau
kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama
kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahirannya.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu
mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati
diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung
ideologi itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang
sesuai dengan realita-realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat dikatakan sebagai ideology
terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos yang
mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen
bangsa. Hal tersebut bisa saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di
dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip
inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah masyarakat
bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup
bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama
sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional,
Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah
Pancasila mampu bertahan.
Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud
lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal,
nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan
yang berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila
sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila
selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya
tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus
menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari kehidupan
masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga
nilai-nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus Pancasila pada setiap
satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap Pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila.
2.3 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kewarganegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran, atau
kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan subyektif, artinya
hakikat nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di
negara lain.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif, maksudnya :
1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan adanya sifat
umum universal dan abstrak.
2. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia.
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu
terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena:
1. Nilai- nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh
lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Pasal 47
1. Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki paruh, sayap, ekor, dan
cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan.
2. Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17,
ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Pasal 48
1. Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat sebuah garis hitam
tebal yang melukiskan katulistiwa.
2. Pada perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan
dasar Pancasila sebagai berikut:
1. Bintang
Bintang merupakan lambang dari sila pertama.
Bintang emas dengan perisai hitam ini melambangkan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya kerohanian bagi setiap manusia.
Sedangkan latar belakang berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli yang
menunjukkan bahwa Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu dan sudah ada sebelum segala
sesuatu di dunia ini ada.
2. Rantai
Rantai merupakan makna dari sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Gambar rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu
sama lain yang saling membantu.
Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan
lingkaran yang saling terkait membentuk lingkaran.
Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki dan lingkaran melambangkan perempuan. Nah,
maka dari itu kita sesama manusia harus saling membantu satu sama lain.
3. Pohon Beringin
Pohon beringin ini melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia.
Pohon beringin ini memiliki akar tunggal panjang yang menunjang pohon besar ini tumbuh.
Akar ini rumbuh sampai ke dalam tanah dan menggambarkan kesatuan dan persatuan Indonesia.
Pohon beringin juga memiliki akar yang menjalar di mana-mana yang melambangkan sebagai
negara kesatuan yang memiliki latar belakang budaya yang bermacam-macam.
4. Banteng
Banteng merupakan lambang dari sila keempat.
Banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul.
Seperti halnya musyawarah, yakni orang-orang berdiskusi dan berkumpul.
5. Padi dan kapas
Padi kapas ini melambangkan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kapas dan padi melambangkan pangan dan sandang yang merupakan kebutuhan pokok semua
rakyat Indonesia tanpa melihat status atau kedudukan.
1. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3
(dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih
yang kedua bagiannya berukuran sama.
2. Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dari kain yang warnanya tidak
luntur.
3. Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan ketentuan ukuran:
a. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;
b. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
c. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
d. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
e. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
f. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
g. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
h. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
i. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara; dan
j. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.
Sila pertama
Bintang.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.
Sila kedua
Rantai.
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga
Pohon Beringin.
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat
Kepala Banteng
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima
Padi Dan Kapas.
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.
Sejarah Pancasila
KD 1
KD 2
RUMUSAN MOH.YAMIN
( Tgl 29 Mei 1945)
( Secara Lisan )
1. PERI KEBANGSAAN
2. PERI KEMANUSIAAN
3. PERI KETUHANAN
4. PERI KERAKYATAN
5.KESEJAHTERAAN RAKYAT
RUMUSAN MOH.YAMIN
( Tgl 29 Mei 1945)
(Secara tertulis)
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEBANGSAAN PERSATUAN INDONESIA
3. RASA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
RUMUSAN Mr SOEPOMO
(Tgl 31 Mei 1945)
1. PERSATUAN
2. KEKELUARGAAN
3. KESEIMBANGAN LAHIR DAN BATIN
4. MUSYAWARAH
5. KEADILAN RAKYAT
Ir.Soekarno menyampaikan kelima dasar negara tsb. Dinamakan Panca Dharma,atas saran seorang ahli
bahasa,diubah menjadi Pancasila .
Berdasarkan pada peristiwa tsb maka 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai “Hari Lahirnya Pancasila”
Rumusan Dasar Negara yang di usulkan memiliki perbedaan satu sama lain.
Namun demikian rumusan-rumusan tsb memiliki persamaan dari segi materi dan semangat yang
menjiwainya.Gagasan yang disampaikan berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat
pengalaman bangsa lain
Pandangan yg disampaikan diilhami oleh gagasan besar dunia,tetapi berakar pada kepribadian dan
gagasan besar bangsa Indonesia sendiri.
Pada akhir sidang pertama ,ketua BPUPKI ,membentuk Panitia Kecil yang bertugas :
l Untuk mengumpulkan usul-usul para anggota yang akan dibahas pada sidang berikutnya (10-17 Juli
1945)
l Panitia Kecil yang resmi ini beranggotakan delapan orang (Panitia Delapan) dipimpin Ir.Soekarno.
l Terdiri dari 6 orang wakil golongan kebangsaan dan 2 orang wakil golongan Islam.
Pada tanggal 22 Juni 1945,Panitia Sembilan mengadakan rapat di rumah Ir.Soekarno,Jalan Pegangsaan
Timur no.56 Jakarta.
Rapat berlangsung alot karena terjadi perbedaan pandangan antar peserta rapat tentang rumusan Dasar
Negara.
KD 3
PPKI : ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Suasana Pembentukan : Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUKPI dibubarkan oleh Jepang,sebagai gantinya
Jepang membentuk PPKI tanggal 9 Agustus 1945.
Keanggatoaan PPKI:
Jumlah anggota : 21 orang
Ketua : Ir Soekarno
Wakil : Drs.Moh.Hatta
PPKI yang dibentuk oleh Jepang jumlah anggotanya 21, kemudian anggotanya ditambah menjadi 27
orang .
Perubahan keanggotaan PPKI memiliki nilai strategis karena PPKI murni dibentuk bangsa Indonesia ,dan
kesan bahwa PPKI bentukan Jepang hilang.
Tujuan pembentukan PPKI:
Yaitu untuk mempersiapkan kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PPKI bersidang : pada tanggal 18 Agustus 1945.
Hasil Sidang PPKI :
a. Menetapkan UUD Negara RI Tahun 1945.
b. Memilih presiden dan wakil presiden,yaitu Ir.Soekarno dan Moh.Hatta.
c. Membentuk KNIP ,untuk membantu presiden.
sebelum MPR sementara dan DPA sementara dibentuk.
Salah satu keputusan PPKI adalah mengesahkan UUD Negara RI Tahun 1945,yang dalam Pembukaan UUD
Alenia IV mencantumkan sila-sila Pancasila sebagai dasar negarara.
Perubahan penting dalam dalam sidang ini yaitu:
Perubahan rumusan dasar negara yang telah disepakati dalam Piagam Jakarta,yaitu tujuh kata setelah
kata Ketuhanan,yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan,dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”,diubah menjadi Ketuhanan YME.
Alasan perubahan sila pertama pada Piagam Jakarta :
Yaitu bahwa masyarakat Indonesia tidak semuanya menganut agama Islam,seperti masyarakat Indonesia
bagian Timur,sebagian ada yang menganut agama Nasrani.
KD 4
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokaratis.
Pasal 29 Ayat (2)
Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 30 ayat 1
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara
Pasal 31 ayat 1
Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara
3. Persatuan Indonesia.
Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh
suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar Negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum tersebut
terangkum didalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 yang sama
hakikatnya dengan
Pancasila, yaitu :
1. Negara Persatuan “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
“
2. Keadilan sosial “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia “
3. Kedaulaatan Rakyat “ Neara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan
/perwakilan.”
4. Ketuhanan dan kemanusiaan “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap.”
Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila
memporelehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas-asas social, ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religigius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b.) Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaedah Negara
yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu :
1. Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberi factor-faktor mutlak bagi
adanya tertib hukum Indonesia.
2. Memasukkkan dirinya di dalam tertib hukum sebagai tertib hukum tertinggi.
Hubungan secara material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang bersifat formal, sebagaimana di
jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pncasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI
membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di susun oleh
panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum
yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai
sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi
sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi atau inti sari
dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain adalah pancasila.
5. Bahasa Indonesia, dengan tujuan mampu menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan yang sangat penting kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Frasa atau frase adalah salah satu istilah yang sering dibicarakan dalam kajian linguistik. Frasa
merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat.
Frasa eksosentris[sunting | sunting sumber]
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini
tidak mempunyai unsur pusat (UP).Frasa ini mempunya dua komponen.
Perangkai, berupa preposisi/ partikel
Sumbu
Frasa yang memiliki perangkai preposisi dinamakan frasa eksosentris direktif atau biasa disebut frasa
preposional, sementara yang memiliki perangkai selain preposisi dinamakan frasa eksosentris
nondirektif.
Frasa eksosentris direktif ( Keterangan )
Contoh
di pasar
dari rumah
ke warung
dengan ayah
Frasa eksosentris nondirektif
Ciri frasa ini adalah komponen pertamanya adalah artikulus, seperti si dan sang atau kata lain
seperti yang, para, dan kaum.[1]
Frasa endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu kompenan atau unsurnya memiliki perilaku sintaksis yang
sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponen dapat menggantikan kedudukan
keseluruhan. Misal, frase sedang membaca pada kalimat Ani sedang membaca buku.
Komponen membaca dapat mengganti frase sedang membaca tanpa mengubah makna frasa tersebut.[1]
Frasa endosentris berinduk tunggal
Frasa endoesentris berinduk tunggal adalah frasa yang memiliki induk frasa yang menjadi penanda
kategori frasa.
Frasa verbal
Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa
verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata
‘sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
1. bekerja keras
2. sedang berlari
Secara morfologis, pada kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’
yang menunjukkan verba aktif.
Frasa nominal[sunting | sunting sumber]
Nominal adalah lawan dari verbal. Jika frasa verbal adalah frasa yang berfungsi sebagai kata kerja, maka
frasa nominal berfungsi sebagai kata benda.
Contoh
1. meja batu
2. gerabah buatan Bantu
Frasa pronominal[sunting | sunting sumber]
Frasa pronominal adalah frasa yang induknya berkategori nomina.
Contoh
1. kami berdua
2. bukan cuma dia
Frasa numeral
Frasa Numeral adalah frasa yang induknya berkategori numeral.
Contoh
1. cetakan pertama
2. dua pucuk surat
Frasa adjektival
Frasa adjektival adalah frasa yang induknya berkategori adjektiv.
Contoh
1. agak pusing
2. hitam kelam
Macam-macam Majas
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu majas
perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini ulasannya.
Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan
suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas
perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain
di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk
ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan
merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat
mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat
artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan
frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya
saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan
dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud
berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan
keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya
bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan
dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi
beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk
merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan
konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun
perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh
subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang
sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan
suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan
lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi
yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang
ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan sesuatu. Sedangkan kalimat pasif adalah
kalimat subjeknya dikenai sesuatu pekerjaan.
Contoh:
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya
sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf.[1]
Contoh homonim antara lain:
1. Nama
Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu menuliskan nama belakang penulis terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama depan dan tengah penulis buku
tersebut. Jika buku tersebut merupakan karya dari dua penulis atau lebih, hanya penulis pertama yang
urutan namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada setelahnya dengan urutan yang sesuai nama
aslinya. Jika pada buku tersebut nama penulis dicantumkan lengkap dengan gelar pendidikan atau gelar
lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu dituliskan.
2. Tahun Terbit
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-teman gunakan sebagai referensi. Jangan
terkecoh pada angka tahun cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu pakai merupakan cetakan kedua,
ketiga, ataupun terakhir.
3. Judul Buku
Tuliskan judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa, penulisan judul dibuat dengan italic (miring).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan. Pastikan teman-teman menggunakan
tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama, tahun terbit, judul buku, hingga kota dan nama penerbit.
1. Nama
Pastikan nama yang teman-teman tulis dalam daftar pustaka artikel tersebut adalah penulis artikelnya,
bukan editor dari jurnal, koran, ataupun majalah yang menjadi sumber referensi.
2. Judul
Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi. Penulisan tidak dengan format italic,
melainkan tegak lurus dengan pemberian tanda kutip (“) pembuka dan penutup. Setelah itu, lanjutkan
dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah yang memuat artikel tersebut. Penulisan nama jurnal,
majalah, atau koran baru dicetak miring. Ikutkan di halaman berapa artikel tersebut dimuat yang ditulis
dalam tanda kurung [(…)].
Contoh Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel Jurnal
Data Artikel:
Judul Jurnal : Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1
Judul Artikel : Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang
Penulis : Umar Solikhan
Penerbit : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Terbit : Pangkalpinang
Tahun Terbit : 2013
Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang”
dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 (hlm. 123-129). Pangkalpinang: Kantor
Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Panduan dan juga aturan penulisan gelar sangat dibutuhkan berdasarkan dengan EYD. Nah, di bawah ini
adalah aturan dan juga panduan untuk menuliskan gelar di dalam EYD yang sudah ditetapkan oleh
pemerintahan di Indonesia:
Masing-masing gelar dituliskan sebelum atau setelah nama pemilik dari gelar tersebut
Masing-masing gelar ditulis dengan memakai tanda titik antara satu huruf dengan huruf yang
lainnya pada singkatan dari gelar
Nama orang yang menyandang gelarnya dengan gelar yang ia miliki harusnya dipisah dengan
memakai tanda koma
Apabila gelar seseorang yang akan dicantumkan ternyata lebih dari satu, maka antara satu gelar
dengan gelar yang lainnya harus dipisahkan terlebih dahulu dengan menggunakan tanda koma.
Misalnya saja Siti Nurbaya, S.Ag,S.E
1. Kemampuan verbal, yang meliputi: Analogi, dengan tujuan mengukur kemampuan individu dalam
bernalar melalui perbandingan dua konsep kata yang memiliki hubungan tertentu kemudian
menggunakan konsep hubungan tersebut pada situasi yang lain.
Silogisme, dengan tujuan mengukur kemampuan individu untuk menarik kesimpulan dari dua
pernyataan yang diberikan; dan Analitis, dengan tujuan mengukur kemampuan individu untuk
menganalisis informasi yang diberikan dan menarik kesimpulan.
2. Kemampuan numerik, yang meliputi: Berhitung, dengan tujuan mengukur kemampuan hitung
sederhana; Deret angka, dengan tujuan mengukur kemampuan individu dalam melihat pola hubungan
angka-angka;
Perbandingan kuantitatif, dengan tujuan mengukur kemampuan individu untuk menarik kesimpulan
berdasarkan dua data kuantitatif; dan soal cerita, dengan tujuan mengukur kemampuan individu untuk
melakukan analisis kuantitatif dari informasi yang diberikan.
Analogi, dengan tujuan mengukur kemampuan individu dalam bernalar melalui perbandingan dua
gambar yang memiliki hubungan tertentu kemudian menggunakan konsep hubungan tersebut pada
situasi lain; Ketidaksamaan, dengan tujuan mengukur kemampuan individu untuk melihat perbedaan
beberapa gambar; Serial, dengan tujuan mengukur kemampuan individu dalam melihat pola hubungan
dalam bentuk gambar.
1. Pelayanan publik, dengan tujuan mampu menampilkan perilaku keramahtamahan dalam bekerja yang
efektif agar bisa memenuhi kebutuhan dan kepuasan orang lain sesuai dengan tugas dan wewenang yang
dimiliki;
2. Jejaring kerja, dengan tujuan mampu membangun dan membina hubungan, bekerja sama, berbagi
informasi dan berkolaborasi dengan orang lain secara efektif;
3. Sosial budaya, dengan tujuan mampu beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam masyarakat
majemuk (terdiri atas beragam agama, suku, budaya, dan sebagainya);
4. Teknologi informasi dan komunikasi, dengan tujuan mampu memanfaatkan teknologi informasi secara
efektif untuk meningkatkan kinerja;
5. Profesionalisme, dengan tujuan mampu melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan tuntutan
jabatan.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Jadwal, Lokasi, Perubahan Passing Grade dan
Kisi-kisi Resmi Tes Seleksi Kompetensi Dasar CPNS
2019, https://jogja.tribunnews.com/2020/01/16/jadwal-lokasi-perubahan-passing-grade-dan-kisi-kisi-
resmi-tes-seleksi-kompetensi-dasar-cpns-2019?page=4.