Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah
kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu
perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan
tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah
pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan
bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai
kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr.
Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya
gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
semakin lambannya Budi Utomo.
Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
2. Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh
H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh
SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah
panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang,
maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota
yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh
beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.
Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi
Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama
menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. menunjukkan para pendiri
Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker
(Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo.
Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan
Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut
memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut.
Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan
judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam
Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan
kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische
Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
ditangkap dan dibuang ke Belanda.
4. Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada
dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R.
Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel.
Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka, memperoleh
suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat.
Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk
konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang
diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah
ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam
menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination).
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama
teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei
1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono,
Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi PKI
makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah
dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.
Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A merupakan organisasi propaganda untuk kepentingan perang Jepang. Organisasi
ini berdiri pada bulan April 1942. Pimpinannya adalah Mr. Sjamsuddin.
Tujuan berdirinya Gerakan Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela menyumbangkantenaga
bagi perang Jepang. Semboyannya adalah Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin Asia, Nippon
pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang
dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan propaganda, diterbitkan surat
kabar Asia Raya.
Setelah kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati dan meninggalkan organisasi
tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi ini dibubarkan.
Tujuan Putera menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala
sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda.
HUBUNGAN INTERNASIONAL
dilakukan suatu Negara yang meliputi aspek politik, ekonomi, social budaya dan hankam dalam
rangka mencapai tujuan nasional bangsa itu.
Hubungan Internasional merupakan kegiatan interaksi manusia antar bangsa baik secara
individual maupun kelompok, ahli hukum mengatakan bahwa hubungan internasional adalah
hubungan antara bangsa.
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD
1945, yaitu :
4. dan untuk melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
b. Antar kelompok (Lembaga social dan keagamaan dan perdagangan yang melakukan kontak
secara insidental, periodik atau permanen).
c. Hubungan antar Negara ( negara yang satu dengan negara lainmengadakan kerjasama dalam
bidang ekonomi, kebudayaan, tekhnologi, dll ).
a. Persahabatan
b. Persengketaan
c. Permusuhan
d. Peperangan
b. Saling ketergantungan : hubungan ini terjadi antara negara-negara yang belum berkembang
(negara-negara dunia ke tiga ) dengan negara maju. Negara baru merdeka atau negara
berkembang ingin meningkatkan kesejahteraan rakyatnya mereka melakukan hubungan ekonomi
, mengembangkan industri dan bersaing dengan negara maju di pasar global. Namun mereka
tidak memiliki modal dan tekhnologi, maka negara tadi bergantung kepada modal dan tekhnologi
negara maju. Pola hubungan ini dekat dengan neo- kolonoalisme, yaitu usaha menguasai negara
lain atas bidang ekonomi, kebudayaan, idiologi atau kemiliteran negara atau kawasan tertentu
tapi dengan cara mengindahkan proforma kemerdekaan politis.
c. Sama derajat anatar bangsa : hubungan ini dilakukan dalam rangka kerjasama dalam rangka
untuk mewujutkan kesejahteraan mereka. Pola hubungan ini sulit dilakukan terutama oleh
negara-negara atau bangsa-bangsa yang serba ketinggalan dalam kualitas sumber dayanya,
terutama sumber daya manusianya.
Terkait dengan hubungan sama derajat sila kedua Pancasila mengajarkan bahwa hubungan antar
negara atau antar bangsa harus bertolak pada kodrat manusia. Dalam Pancasila kodrat manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan YME yang merdeka dan sama derajatnya. Oleh karena itu
hubungan antar bangsa harus diwarnai dengan penghormatan atas kodrat manusia sebagai
makhluk yang sederajat, tapa memandang idiologi, bentuk negara dan sistem pemerintahan dari
negara lain itu.
Oleh karena itu nasionalisme bangsa indonesia tidak jatuh kepaham Chauvinisme dan
kosmopolitisme. Chauvinisme adalah paham yang mengagung-agungkan bangsa sendiri dengan
memandang renfah bangsa lain. Kosmopolitisme adalah pandangan yang melihat kosmos
(seluruh Dunia ) sebagai polis (negeri sendiri ) sehingga cenderung melupakan nasionalisme
yang sehat dan mengabaikan tugas terhadap bangsanya sendiri.
Itulah sebabnya bangsa indonesia memilih politik luar negeri Bebas Aktif. Bebas berarti :
2. Dalam pergaulan itu bangsa indonesia tidak Intervensi atau tidak mencampuri urusan dalam
negeri negara lain.
3. Dalam pergaulan itu terjadi saling memberi dan menerima bantuan dan pertolongan yang tidak
mengikat.
Aktif berarti :
1. Bangsa Indonesia aktif bekerjasama dengan bangsa lain untuk perdamaian dunia
2. Bangsa indonesia aktif membela bangsa yang terancam keberadaan dan kedaulatannya atas
dasar persamaan derajat tidak termasuk intervensi.
Dalam pelaksanaan kerjasama dan hubungan Internasional Presiden sebagai kepala negara
dibantu oleh Menteri dan Departemen Luar Negeri serta dibantu oleh para Duta dan Konsul yang
diangkat oleh Presiden dan dibantu oleh Duta dan Konsul Negara lain yang diterimanya.
Pengankatan Duta dan Konsul serta penerimaan Duta dan Konsulk negara lain telah diatur
dalam pasal 13 UUD 1945, yang berbunyi :
Ayat 3 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
Tidak satupun bangsa di dunia ini dapat membebaskan diri ketergantungan dengan bangsa dan
negara lain. Menurut Mochtar Kusumaatmaja hubungan dan kerjasama antar bangsa itu timbul
karena adanya kebutuhan yang disebabkan oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan
industri yang tidak merata di dunia.
a. Diplomasi : seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu Negara
– perunding (negotiation)
– Melaporkan (reporting)
– Perwakilan (refresentation)
c. Ekonomi : Sarana ekonomi umumnya digunakan secara luas dalam hubungan internasional
baik dalam masa damai maupun masa perang. Pada masa tertentu semua negara harus terlibat
dalam perdagangan internasional agar dapat memperoleh barang yang tak dapat diproduksi
dalam negeri., sehingga terjadi ekspor dan impor.
d. Kekuatan militer dan perang (show of Force): Peralatan militer yang memadai dapat
menambah keyakinan dan stabilitas untuk berdiplomasi. Diplomasi tanpa dukunagan militer
yang kuat dapat membuat suatu negara tidak memiliki rasa percaya diri sehingga tak mampu
menghindari tekanan dan ancaman negara lain yang dapat menggangu kepentingan nasuonalnya.
Maka dengan demikian demontrasi senjata, latihan perang bersama kerasp dilaksanakan untuk
menampilkan kekuatannya. Namun yang lebih diutamakan bukanlah perang tetapi tindakan
prevetif dalam hubungan internasional.
1. Asas Teritorial yaitu hak dari suatu Negara atas wilayahnya, berhak menegakkan hokum
terhadap barang dan semua orang yang berada di wilayahnya.
2. Asas Kebangsaan yaitu kekuasan Negara atas warga negaranya, setiap warga Negara
dimanapun ia berada tetap mendapat perlakuan hokum dari negaranya. Asas ini memiliki
kekuatan eksteritorial yaitu hokum Negara tersebut tetap berlaku bagi warga negaranya
walaupun berada di Negara asing.
3. Asas kepentingan umum Yaitu Negara dapat melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan masyarakat. Negara dapat menyesuaikan diri dengan semua peristiwa yang ada
hubungannya dengan kepentingan umum. Hukum tidak terbatas oleh wilayah suatu Negara.
A. Perwakilan Diplomatik : adalah lembaga kenegaraan di luar negeri yang bertugas dalam
membina hubungan politik dengan negara lain. Tugas ini dilakukan oleh perangkat diplomatik
yang meliputi duta besar, duta, kuasa usaha dan atase-atase.
Dalam praktik internasional ada dua jenis perwakilan diplomatik :
1. Kedutaan Besar, yang ditugaskan tetap pada suatu negara tertentu untuk saling memberikan
hubungan rutin antar negara tersebut.
Tingkatan dan kepangkatan perwakilan diplomatik menurut menurut Kongres di Aachen tahun
1918 sbb :
1. Duta Besar ( Ambassador) adalah tingkatan tertinggi dalam perwakilan diplomatik. Duta
Besar memiliki kekuasaan penuh dan luar biasa dan ditempatkan pada negara yang punya
hubungan erat dan banyak hubungan timbal balik. Dalam beberapa hal seorang duta besar dapat
memutuskan sesuatu yang menyangkut negaranya tanpa berkonsultasi dengan kepala negaranya
terlebih dahulu.
2. Duta (Gerzant) adalah setingkat lebih rendah dari duta besar, biasanya ditempatkan pada
negara yang tidak banyak hubungan timbal balik dan derajat kereratan hubungan lebih rendah
dari pada negara yang mengirim duta besar. Segala persoalan. Segala persoalan yang
menyangkut ke dua negara, seorang duta harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
pemerintah negaranya.
3. Menteri Presiden (Minister President) adalah mereka yang tidak dianggab sebagai wakil
kepala negara, tetapi hanya ditempatkan untuk mengurus urusan-urusan negaranya.
4. Kuasa Usaha (Charge D’affair), kuasa usaha tidak diperbantukan kepada kepala negara, tetapi
kepada menteri luar negeri negara penerima. Berhubungan dengan kepala negara negara
penerima melalui menteri luar negeri negara penerima.
5. Atase-atase, adalah tenaga ahli kedutaan, ada atase militer. atase perekonomian, atase
pendidikan dan kebudayaan, dll.
C. Fungsi, Hak dan Kewajiban Perwakilan Diplomat menurut Konvensi Wina tahun 1961 :
internasional.
pengirim.
a. Hak Ekstrateritorialitas, hak kekebalan dalam daerah perwakilan seperti daerah kedutaan
besar, daerah kedutaan termasuk halaman dan bangunannya dimana terpancang bendera dan
lambang negara itu. Berdasarkan hukum internasional daerah itu dipandang sebagai daerah
negara pengirim. Orang yang masuk tanpa izin bisa dikeluarkan. Gedung perwakilan negara
asing tidak boleh digeledah atau dimasuki oleh petugas kehakiman, polisi, tanpa seizin kepala
perwakilan diplomatik yang bersangkutan. Arsip-arsip, surat-surat ataupun telegram tidak boleh
dibuka oleh polisi, hakim tersebut. Warga negara yang mencari perlindungan digedung
perwakilan diplomatik tidak dapat ditanmgkap begitu saja melainkan harus melalui perundingan
dengan kepala perwakilan setempat. Kecuali pelaku kejahatan, yang memang harus diserahkan
pada polisi setempat.
b. Hak Kekebalan atau Kebebasan Korps Diplomatik, setiap anggota korps diplomatik harus
tunduk kepada hukum dan peraturan kepolisian setempat namun tidak dapat dituntut dimuka
pengadilan. Mereka dibebaskan dari pajak dan bea cukai, bebas pemeriksaan atas tas diplomatik,
bebas mendirikan tempat ibabad dilingkungan kedutaan.
F. Perwakilan Konsuler : adalah lembaga kenegaraan di luar negeri yang bertugas dalam
membina hubungan non politik dengan negara lain. Ada konsuler yang bersifat
tetap ada konsuler kehormatan. Tugas pokok konsul kehormatan adalah menghubungkan
perdagangan ke dua negara. Pejabat ini tidak mendapat gaji, melainkan mendapat honoraruium
atas jasa-jasanya itu.
atau Konsul.
d gen Konsul, diangkat oleh konsul jenderal atau oleh konsul untuk
di izinkan).
negara.
negara pengirim.
A. Korps Diplomatik :
B. Korps Konsuler :
peradilan).
J. PERJANJIAN INTERNASIONAL
b. Definisi lain Perjanjian Internasional adalah kesepakatan antara dua atau lebih subyek hukum
internasional (lembaga internasional. negara) yang menurut hukum internasional menimbulkan
hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan.
a. Jumlah pesertanya
b. Srtrukturnya
c. Objeknya
d. Cara berlakunya
ad.a. Jumlah pesertanya, yaitu perjanjian bilateral dan multilateral. Bilateral adalah perjanjian
antar dua negara unutk mengatur kepentingan kedua belah pihak. Perjanjian multilateral adalah
diadakan oleh banyak negara untuk mengatur kepentingan bersama negara-nebara peserta
perjanjian tersebut.
ad.b. Dari segi strukturnya yaitu ada perjanjian yang bersifat Law Making Treaties adalah
perjanjian yang mengandung kaidah hukum yang berlaku bagi semua bangsa di dunia, Seperti
konvensi Jenewa, Wina, hukum laut. Sedangakan ada perjanjian yang bersifat treaty contract
adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban hanya bagi negara yang mengadakan
perjanjian saja, seperti Indonesia-Malaysia, Indonesia-Cina, dll
ad. c. Dari segi objeknya, perjanjian internasional dibedakan antara perjanjian yang berisi soal-
soal politik, dengan perjanjian yang berisi soal-soal ekonomi, budaya, dll
ad. d. Dari segi cara berlakunya, yaitu perjanjian bersifat self-executing (berlaku dengan
sendirinya)yaitu perjanian itu langsung dapat berlaku setelah diratifikasi oleh negara peserta) dan
non self- executing, jika berlakunya perjanjian itu harus dilakukan perubahan undang-undang di
negara peserta terlebih dahulu.
ad. e. Dari segi intrumennya, perjanjian internasional itu ada dua, yaitu tertulis dan lisan.
Perjanjian internasional tertulis adalah perjanjian yang dituangkan dalam instrumen-instrumen
pembentuk perjanjian yang tertulis dan formal, seperti Treaty, Comvention, Agreement, Charter,
Covenant, Statute, Constitution, Protocol, Declaration, Arrangement. Sedangkan perjanjian
internasional lisan adalah setiap perjanjian internasional yang doekspresikan melalui instrumen-
instrumen tidak tertulis, seperti :
1. Perjanjian internasional lisan ( international oral agreement), yang diperjanjikan adalah hal-
hal yang disepakati secara lisan, seperti the London Agreement (keanggotaan Dewan Keamanan
PBB).
2. Deklarasi Unilateral atau deklarasi sepihak ( unilateral declaration), adalah pernyataan suatu
negara yang disampaikan oleh wakil negara itu dan ditujukan kepada negara lain.
3. Perjanjian diam-diam (tacit consent atau tacit agreement), perjanjian yang dibuat tidak tegas,
artinya keberadaan perjanjian itu hanya dapat diketahui melalui penyimpulan suatu tingkah laku
baik aktif atau tidak aktif, dari Negara atau subyek hokum internasional lainnya.
Menurut Mochtar Kusumaatmaja ada dua macam cara pembentukan perjanjian internasional :
b. Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 2 tahap yaitu ( perundingan dan
penandatanganan) dipakai untuk perjanjian yang tidak begitu penting, penyelesaian cepat,
berjangka pendek, seperti Perjanjian perdagangan.
Menurut Hukum Positif Indonesia, pada pasal 11 ayat 1 UUD 1945 dosebutkan bahwa Presiden
dengan persetujuan DPR membuat perjanjian dengan Negara lain. Dalam Undang-undang RI
No. 24 tahun 2000 ditegaskan bahwa pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap
( penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan dan penandatanganan).
Menurut Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional disebutkan tahap
pembuatan perjanjian internasional dilakuakn melalui tahap:
a. Perundingan (Negotiation), perundingan tahap pertama tentang objek tertentu, diwakili oleh
kepla negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri atau duta besar dengan menunjukkan
Surat Kuasa Penuh (full powers)
b. Penandatanganan (Signature), biasanya dilakukan oleh menteri luar negeri atau kepala
pemerintahan. Tapi perjanjian belum dapat diberlakukan sebelum diratifikasi oleh masing-
masing negara.
c. Pengesahan (Ratification), Penandatanganan hanya bersifat sementara dan harus dikuatkan
dengan pengesahan atau penguatan yang disebut ratifikasi. Ratifikasi perjanjian internasional
dapat dibedakan sbb:
1. Ratifikasi oleh badan eksekutif, biasanya dilakukan oleh raja absolut dan pemerintahan
otoriter.
2. Ratifikasi oleh badan Legislatif atau DPR,Parlemen tapi jarang digunakan.
1. Multilateral yang disebut juga Law Making Treatis biasanya mengatur hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum dan bersifat terbuka dala arti tidak hanya mengatur
kepentingan negara yang mengadakan perjanjian itu tetapi juga kepentingan negara lain
yang tidak turut serta dalam perjanjian itu (bukan Peserta). Contohnya :Konvensi Jenewa
1949 tentang perlindungan korban perang. Konvensi wina 1961 tentang Hubungan
Diplomatik. Konvensi Hukum Laut Internasiobnal 1982 tentang laut teritorial (200 mil),
Zona Bersebelahan (24 mil), Zona Ekonomi Eksklusif (200 mil), Landas Benua (lebih
200 mil).
1. Traktat (treaty) perjanjian paling formal merupakan persetujuan dua negara atau lebih
mencakup perjanjian bidang politik dan ekonomi.
2. Konvensi (Convention) persetujuan formal bersifat multilateral yang tidak berurusan dengan
kebijaksanaan tingkat tinggi (haigh Plicy) dilegalisasi oleh wakil yang berkuasa penuh.
3. Protokol (Protocol) persetujuan tidak resmi umumnya tidak dibuat oleh kepala negara yang
mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klaususl-klausul tertentu ( Klausul =
ketentuan tambahan sebuah perjanjian).
5. Perikatan ( Arrangement) adalah istilah yang digunakan untuk transaksi yang sifatnya
sementara. Tidak diratifikasi.
6. Proses Verbal catatan atau ringkasan atau kesimpulan konferensi diplomatik, atau catatan
suatu pemufakatan. Tidak diratifikasi.
7. Piagam (Statute) yaitu himpunan peraturan yang ditetapkan leh persetujuan internasional baik
mengenai pekerjaan atau kesatuan tertentu seperti pengawasan internasional yang mencakup
tentang minyak, lapangan kerja. Contoh Piagam Kebebasan Transit.
8. Deklarasi (declaration) yaiut perjanjianinternasinal yang berbentuk traktat dan dokumen tidak
resmi.
9. Modus Vivendi dokumen untuk mencatat persetujuan internasional bersifat sementara, sampai
perjumpaan permanen, terinci dan sistimatis serta tidak memerlukan ratifikasi.
10. Pertukaran Nota yaitu metode tidak resmi namun banyak digunakan. Biasanya diulakukan
oleh wakil-wakil militer dan negara dan bisa bersifat multilateral dan melahirkan kewajiban bagi
yang mengadakannya.
11. Ketentuan Penutup (final Act) ringkasan hasil konvensi yang menyebutkan negara peserta,
nama utusan,masalah yang disetujui konferensi dan tidak diratifikasi.
12. Ketenrtuan Umum (General Act) traktat yang bersifat resmi dan tidak resmi.
13. Charter adalah istilah dalam perjanjian internasional untuk pendirian badan yang melakukan
fungsi administratif. Misalnya Atlantic Charter, Magna Charter.
14. Pakta (fact), menunjukkan suatu persetujuan yang lebih khusus dan membutuhkan ratifikasi.
Misalny Pakta Warsawa (mengenai Pertahanan ).
1. Langsung
Pemilihan umum harus dilaksanakan secara langsung, tidak boleh diwakilkan. Hal ini
dilakukan demi mengurangi resiko kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab. Pemilu berasaskan “langsung” juga berfungsi sebagai media
edukasi politik partisipatif bagi masyarakat. Dengan adanya pemilu langsung ini dapat
meminimalisir masyarakat supaya tidak golput/apatis. Pendidikan politik yang baik
melalui pemilu dapat meningkatkan peran masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan
yang demokratis
2. Umum
Pemilu bersifat umu, yaitu pemilihan umum dapat diikuti oleh seluruh warga negara yang
telah memiliki hak menggunakan suara tanpa terkecuali. Semua warga negara yang hidup
dalam lingkungan negara yang menganut sistem demokrasi pemilihanumum bukanlah hal
yang tabu, oleh karena itu pemilhan umum dilaksanakan oleh seluruh warga negara yang
telah memiliki hak pilih. Suara yang dimilikin oleh pemilih bersifat rahasia, artinya tidak
boleh diumbar apalagi diumumkan kepada orang lain.
3. Bebas
Dalam praktek sistem demokrasi dengan masyarakat yang partisipan, pemilihan umum
dilaksanakan secara bebas. Dalam hal ini berarti, pemilu dilakukan tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun. Pemilih bebas memilih calon pemimpin terbaik menurut mereka
tanpa adanya intervensi dari orang lain. Hal ini merupakan hak yang sangat dilindungi
dalam masyarakat demokrasi karena satu suara saja akan sangat berpengaruh dalam hasil
pemilu.
4. Rahasia
Rahasia berarti suara yang diberikan oleh ppemilih bersifat rahasia dan tertutup dan tidak
boleh diketahui oleh pihak manapun kecuali si pemilih itu sendiri. Pentingnya pemilu
berasa rahasia adalah untuk menghindari konflik karena berbeda pendapat anatara
pemilih satu dengan pemilih lain. Selain itu, pemilu bersifat privasi bagi seorang pemilih
karena menentukan pilihan tidak boleh ada campur tangan dari siapa pun.
5. Jujur
Asas jujur dalam pemilu artinya bahwa pemilu yang baik dan berdasarkan demokrasi
adalah dengan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. hal ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa pemilih dalam pemilu benar-benar menggunakan
hak suaranya dalam memilih pemimpin. Karena satu suara sangat menentukan hasil
pemilu. Tanpa adanya asas “jujur” dalam pemilu, pesta demokrasi yang partisipatif tidak
akan berjalan dengan baik.
6. Adil
Asas adil dalam pemilu adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan
pemilih. Asas yang adil harus dilaksanakan sebaik-baiknya supaya tidak ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu. Asas yang
adil ini tidak hanya unruk peserta pemilu dan pemilih, namun juga untuk penyelenggara
pemilu.