Anda di halaman 1dari 17

ORGANISASI KEPEMUDAAN

1. Budi Utomo (BU)


Pada awal abad XX sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau
Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche
Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat. Pada
tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di Jakarta.
Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo pada tanggal
20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain pendiri Budi
Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.

Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah
kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu
perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan
tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah
pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan
bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai
kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.

a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar


saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran
sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang
menderita.

Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr.
Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya
gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
semakin lambannya Budi Utomo.

a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada


penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat
Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum
terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun
dalam bidang politik.

Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
2. Sarekat Islam (SI)

Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh
H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh
SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah
panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang,
maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota
yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh
beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.
Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:

a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,


b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.

Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan


Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari
Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto
tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial
Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini
suatu taktik pemerintah colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI.
Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S
Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki
pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI
yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota.
Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama
yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.

a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi
Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama
menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis
Indonesia (PKI).

3. Indische Partij (IP)

Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.  menunjukkan para pendiri
Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker
(Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo.
Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.

Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme


bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa
memandang suku, agama, dan ras.

Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan
Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut
memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut.
Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan
judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam
Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan
kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische
Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
ditangkap dan dibuang ke Belanda.

4. Perhimpunan Indonesia

Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada
dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R.
Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel.
Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah  Indonesia merdeka, memperoleh
suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat.
Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk
konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang
diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah
ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam
menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination).

5. Partai Komunis Indonesia (PKI)

Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama
teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei
1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono,
Semaun, Alimin, dan lain-lain.

PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi PKI
makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah
dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas.

Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan


pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan
ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih
kacau. PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta
dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan
di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari
pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI
dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan
kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk tetap
memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.

Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A merupakan organisasi propaganda untuk kepentingan perang Jepang. Organisasi
ini berdiri pada bulan April 1942. Pimpinannya adalah Mr. Sjamsuddin.

Tujuan berdirinya Gerakan Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela menyumbangkantenaga
bagi  perang Jepang. Semboyannya adalah Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin Asia, Nippon
pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang
dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan propaganda, diterbitkan surat
kabar Asia Raya.
 
Setelah kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati dan meninggalkan organisasi
tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi ini dibubarkan.

Putera (Pusat Tenaga Rakyat)


Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan lahirnya gerakan baru yang disebut Pusat Tenaga
Rakyat atau Putera. Pemimpinnya adalah empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki
Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur. 

Tujuan Putera menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala
sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda.
HUBUNGAN INTERNASIONAL

Menurut RENSTRA ( Rrencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia )


adalah       hubungan         antar      bangsa  dalam segenap aspeknya yang

dilakukan suatu Negara yang meliputi aspek politik, ekonomi, social budaya dan hankam dalam
rangka mencapai tujuan nasional bangsa itu.

Hubungan Internasional merupakan kegiatan interaksi manusia antar bangsa baik secara
individual maupun kelompok, ahli hukum mengatakan bahwa hubungan internasional adalah
hubungan antara bangsa.

Tujuan Nasional Bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD
1945, yaitu :

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. untuk memajukan kesejahteraan social

3. mencerdaskan kehidupan bangsa

4. dan untuk melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

B. Wujud dari Hubungan Internasional :

a. Individual ( turis mahasiswa pedagang yang mengadakan kontak-kontak pribadi sehingga


timbul kepentingan timbal balik di antara mereka ).

b. Antar kelompok (Lembaga social dan keagamaan dan perdagangan yang melakukan kontak
secara insidental, periodik atau permanen).

c. Hubungan antar Negara ( negara yang satu dengan negara lainmengadakan kerjasama dalam
bidang ekonomi, kebudayaan, tekhnologi, dll ).

C. Sifat Hubungan Internasional :

a. Persahabatan

b. Persengketaan

c. Permusuhan

d. Peperangan

D. Pola Hubungan Internasional :


a. Penjajahan: bangsa yang satu menghisap bangsa lain yang disebabkan oleh perkembangan
kapitalisme.  Kapitalisme membutuhkan bahan mentah bagi industri dalam negeri, oleh karena
bahan mentah itu banyak diluar negeri maka timbul kehendak untuk menguasai wilayah bangsa
lain untuk menghisap kekayaan bangsa lain itu.

b. Saling ketergantungan : hubungan ini terjadi antara negara-negara yang belum berkembang 
(negara-negara dunia ke tiga ) dengan negara maju.  Negara baru merdeka atau negara
berkembang ingin meningkatkan kesejahteraan rakyatnya mereka melakukan hubungan ekonomi
, mengembangkan industri dan bersaing dengan negara maju di pasar global.  Namun mereka
tidak memiliki modal dan tekhnologi, maka negara tadi bergantung kepada modal dan tekhnologi
negara maju. Pola hubungan ini dekat dengan neo- kolonoalisme, yaitu usaha menguasai negara
lain atas bidang ekonomi, kebudayaan, idiologi atau kemiliteran  negara atau kawasan tertentu
tapi dengan cara mengindahkan proforma kemerdekaan politis.

c. Sama derajat anatar bangsa : hubungan ini dilakukan dalam rangka kerjasama dalam rangka
untuk mewujutkan kesejahteraan mereka.  Pola hubungan ini sulit dilakukan terutama oleh
negara-negara atau bangsa-bangsa yang serba ketinggalan  dalam kualitas sumber dayanya,
terutama sumber daya manusianya.

Terkait dengan hubungan sama derajat sila kedua Pancasila mengajarkan bahwa hubungan antar
negara atau antar bangsa harus bertolak pada kodrat manusia.  Dalam Pancasila kodrat manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan YME yang merdeka dan sama derajatnya.  Oleh karena itu
hubungan antar bangsa harus diwarnai dengan penghormatan atas kodrat manusia sebagai
makhluk yang sederajat, tapa memandang idiologi, bentuk negara dan sistem pemerintahan dari
negara lain itu.

Oleh karena itu nasionalisme bangsa indonesia tidak jatuh kepaham Chauvinisme dan
kosmopolitisme. Chauvinisme adalah paham yang mengagung-agungkan bangsa sendiri dengan
memandang renfah bangsa lain.  Kosmopolitisme adalah pandangan yang melihat kosmos
(seluruh Dunia ) sebagai polis (negeri sendiri ) sehingga cenderung melupakan nasionalisme
yang sehat dan mengabaikan tugas terhadap bangsanya sendiri.

Itulah sebabnya bangsa indonesia memilih politik luar negeri Bebas Aktif. Bebas berarti :

1. Banga Indonesia bebas bergaul denagn bangsa manapun.

2. Dalam pergaulan itu bangsa indonesia tidak Intervensi atau tidak mencampuri urusan dalam
negeri negara lain.

3. Dalam pergaulan itu terjadi saling memberi dan menerima bantuan dan pertolongan yang tidak
mengikat.

Aktif berarti :

1. Bangsa Indonesia aktif bekerjasama dengan bangsa lain untuk perdamaian dunia
2. Bangsa indonesia  aktif membela bangsa yang terancam keberadaan dan kedaulatannya atas
dasar persamaan derajat tidak termasuk intervensi.

Dalam pelaksanaan kerjasama  dan hubungan Internasional Presiden sebagai kepala negara
dibantu oleh Menteri dan Departemen Luar Negeri serta dibantu oleh para Duta dan Konsul yang
diangkat oleh Presiden dan dibantu oleh Duta dan Konsul Negara lain yang diterimanya. 
Pengankatan Duta dan Konsul serta penerimaan Duta dan Konsulk negara lain  telah diatur
dalam pasal 13 UUD 1945, yang berbunyi :

Ayat 1  Presiden mengangkat duta dan konsul

Ayat 2  Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR

Ayat 3  Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan            
pertimbangan DPR.

E. Arti Penting Hubungan dan kerjasama Internasional :

Tidak satupun bangsa di dunia ini dapat membebaskan diri ketergantungan dengan bangsa dan
negara lain.  Menurut Mochtar Kusumaatmaja hubungan dan kerjasama antar bangsa itu timbul
karena adanya kebutuhan yang disebabkan oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan
industri yang tidak merata di dunia.

Disamping itu hubungan antar bangsa penting disebabkan :

1. Menciptakan hidup berdampingan secara damai.

2. Mengembangka penyelesaian masalah secara damai dan diplomasi.

3. Membangun solidaritas dan saling menghormati antar bangsa.

4. Berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia

5. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan nrgara di tengah bangsa-bangsa lain.

F.Sarana Hubungan Internasional :

a. Diplomasi : seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu Negara

dalam hubungannya dengan Negara dan bangsa lain.

Fungsi dasar Diplomat ada 3 yaitu :

a. Sebagai lambang, prestise Negara pengirim

b. Sebagai wakil yuridis yang sah dari Negara pengirim


c. Sebagai perwakilan diplomatic suatu Negara di Negara lain. :

– perunding (negotiation)

– Melaporkan (reporting)

– Perwakilan (refresentation)

– Melindungi kepentingan negara dan warga negaranya di luar negeri.

b. Propaganda : usaha sistimatis untuk mempengaruhi pikiran, emosi demi kepentinagn


masyarakat umum. Propaganda : lebih ditujukan kepada warga Negara lain dari pada
pemerintahannya, dan untuk kepentingan Negara yang membuat propaganda.

c. Ekonomi : Sarana ekonomi umumnya digunakan secara luas dalam hubungan internasional 
baik dalam masa damai maupun masa perang.  Pada masa tertentu semua negara harus terlibat
dalam perdagangan internasional agar dapat memperoleh barang yang tak dapat diproduksi
dalam negeri., sehingga terjadi ekspor dan impor.

d. Kekuatan militer dan perang (show of Force): Peralatan militer yang memadai dapat
menambah keyakinan dan stabilitas untuk berdiplomasi.  Diplomasi tanpa dukunagan militer
yang kuat dapat membuat suatu negara tidak memiliki rasa percaya diri sehingga tak mampu
menghindari tekanan dan ancaman negara lain yang dapat menggangu kepentingan nasuonalnya. 
Maka dengan demikian demontrasi senjata, latihan perang bersama kerasp dilaksanakan untuk
menampilkan kekuatannya.  Namun yang lebih diutamakan bukanlah perang tetapi tindakan
prevetif dalam hubungan internasional.

G.Asas-asas dalam Hubungan Internasional :

1. Asas Teritorial yaitu hak dari suatu Negara atas wilayahnya, berhak menegakkan hokum
terhadap barang dan semua orang yang berada di wilayahnya.

2. Asas Kebangsaan yaitu kekuasan Negara atas warga negaranya, setiap warga Negara
dimanapun ia berada tetap mendapat perlakuan hokum dari negaranya. Asas ini memiliki
kekuatan eksteritorial yaitu hokum Negara tersebut tetap berlaku bagi warga negaranya
walaupun berada di Negara asing.

3. Asas kepentingan umum Yaitu Negara dapat melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan masyarakat.  Negara dapat menyesuaikan diri dengan semua peristiwa yang ada
hubungannya dengan kepentingan umum.  Hukum tidak terbatas oleh  wilayah suatu Negara.

H. Perwakilan Negara di Luar Negeri :

A. Perwakilan Diplomatik : adalah lembaga kenegaraan di luar negeri yang bertugas dalam
membina hubungan politik dengan negara lain.  Tugas ini dilakukan oleh perangkat diplomatik
yang meliputi duta besar, duta, kuasa usaha dan atase-atase.
Dalam praktik internasional ada dua jenis perwakilan diplomatik :

1. Kedutaan Besar, yang ditugaskan tetap pada suatu negara tertentu untuk saling memberikan
hubungan  rutin antar negara tersebut.

2. Perutusan Tetap, yang ditempatkan pada suatu organisasi internasional (PBB).

B.Tingkatan dan Kepangkatan Perwakilan Diplomatik :

Tingkatan dan kepangkatan perwakilan diplomatik menurut menurut Kongres di Aachen tahun
1918 sbb :

1. Duta Besar ( Ambassador) adalah tingkatan tertinggi dalam perwakilan diplomatik.  Duta
Besar memiliki kekuasaan penuh dan luar biasa dan ditempatkan pada negara yang punya
hubungan erat dan banyak hubungan timbal balik. Dalam beberapa hal seorang duta besar dapat
memutuskan sesuatu yang menyangkut negaranya tanpa berkonsultasi dengan kepala negaranya
terlebih dahulu.

2. Duta (Gerzant) adalah setingkat lebih rendah dari duta besar, biasanya ditempatkan pada
negara yang tidak banyak hubungan timbal balik dan derajat kereratan hubungan lebih rendah
dari pada negara yang mengirim duta besar.  Segala persoalan.  Segala persoalan yang
menyangkut ke dua negara, seorang duta harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
pemerintah negaranya.

3. Menteri Presiden (Minister President) adalah mereka yang tidak dianggab sebagai wakil
kepala negara, tetapi hanya ditempatkan untuk mengurus urusan-urusan negaranya.

4. Kuasa Usaha (Charge D’affair), kuasa usaha tidak diperbantukan kepada kepala negara, tetapi
kepada menteri luar negeri negara penerima.  Berhubungan dengan kepala negara negara
penerima melalui menteri luar negeri negara penerima.

5. Atase-atase, adalah tenaga ahli kedutaan, ada atase militer. atase perekonomian, atase
pendidikan dan kebudayaan, dll.

C. Fungsi, Hak dan Kewajiban Perwakilan Diplomat menurut Konvensi Wina tahun 1961 :

1.Wakil negara pengirim di negara penerima

2. Melindungi kepentingan negara dan warga negara pengirim sesuai hukum

internasional.

3. Mengadakan perundinagn dan persetujuan dengan negara penerima.

4. Mengetahui keadan dan perkembangan di negara penerima dengan cara yang


syah sesuai dengan Undang-undang dan melaporkannya kepada negara

pengirim.

5. Memelihara persahabatan serta membina hubungan ekonomi, pendidikan dan

kebudayaan, ilmu pengetahuan antara negara pengirim dan penerima.

D. Berakhirnya Fungsi Misi Perwakilan Diplomatik :

1. Sudah habis masa jabatan

2. Ia ditarik oleh pemerintah negaranya

3. Karena tidak disenangi (di persona non grata )

4. Negara penerima perang dengan negara pengirim.

E. Hak Kekebalan (immunitet) Korps Diplomatik :

a. Hak Ekstrateritorialitas, hak kekebalan dalam daerah perwakilan seperti daerah kedutaan
besar, daerah kedutaan termasuk halaman dan bangunannya dimana terpancang bendera dan
lambang negara itu. Berdasarkan hukum internasional daerah itu dipandang sebagai daerah
negara pengirim.  Orang yang masuk tanpa izin bisa dikeluarkan.  Gedung perwakilan negara
asing tidak boleh digeledah atau dimasuki oleh petugas kehakiman, polisi, tanpa seizin kepala
perwakilan diplomatik yang bersangkutan.  Arsip-arsip, surat-surat ataupun telegram tidak boleh
dibuka oleh polisi, hakim tersebut.  Warga negara yang mencari perlindungan digedung
perwakilan diplomatik tidak dapat ditanmgkap begitu saja melainkan harus melalui perundingan
dengan kepala perwakilan setempat.  Kecuali pelaku kejahatan, yang memang harus diserahkan 
pada polisi setempat.

b. Hak Kekebalan atau Kebebasan Korps Diplomatik, setiap anggota korps diplomatik harus
tunduk kepada hukum dan peraturan kepolisian setempat namun tidak dapat dituntut dimuka
pengadilan.  Mereka dibebaskan dari pajak dan bea cukai, bebas pemeriksaan atas tas diplomatik,
bebas mendirikan tempat ibabad dilingkungan kedutaan.

F. Perwakilan Konsuler : adalah lembaga    kenegaraan di luar negeri yang bertugas dalam
membina hubungan non politik dengan negara lain. Ada konsuler yang bersifat

tetap ada konsuler kehormatan.  Tugas pokok konsul kehormatan adalah menghubungkan
perdagangan ke dua negara.  Pejabat ini tidak mendapat gaji, melainkan mendapat honoraruium
atas jasa-jasanya itu.

1. Tingkatan kepangkatan perwakilan konsuler :

a. Konsul Jenderal, membawahi beberapa konsul yang ditempatkan di ibu


kota negara tempat ia bertugas.

b. Konsul , konsul mengepalai suatu kekonsulan yang    membawahi satu

daerah kekonsulan kadang-kadang diperbantukan konsul Jenderal.

c. Konsul Muda, mengepalai kantor wakil konsulat yang ada didalam

satu daerah kekonsulan. Kadang diperbantukan kepada konsul jenderal

atau Konsul.

d  gen Konsul, diangkat oleh konsul jenderal atau oleh konsul untuk

engurus hal tertentu yang berhubungan dengan daerah kekonsulan,

iasanya ditempatkan di kota-kota yang termasuk kekonsulan.

G. Fungsi Perwakilan Knsuler menurut Konvensi Wina :

1. Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya, badan

hukum sesuai dengan hukum internasional ( sesuai batas-batas yang

di izinkan).

2. Memajukan hubungan perdagangan, ekonomi, kebudayaan dan iptek ke dua

negara.

3. Mengeluarkan paspor dan Visa atau dokumen perjalanan kepada warga

negara pengirim.

4. Bertindak sebagai notaris dan panitera sipil, melakukan fungsi administratif

yang tidak bertentangan dengan peraturang negara penerima.

H. Berakhirnya misi perwakilan konsuler :

1. Fungsi seorang pejabat konsuler telah berakhir

2. Penarikan dari negara pengirim

3. Pemberitahuan bahwa ia bukan lagi sebagai anggota staf konsuler


I. Perbedaan perwakilan diplomatiok dengan perwakilan konsuler:

A. Korps Diplomatik :

1. Memelihara kepentingan negaranya dengan melakukan hubungan dengan

pejabat tingkat pusat.

2. Berhak mengadakan hubungan bersifat politik.

3. Satu negara hanya memiliki satu perwakilan diplomatik di negara penerima.

4. Mempunyai hak ekstrateritorial (tidak tunduk pada kekuasaan peradilan)

B. Korps Konsuler :

1. Memelihara kepentingan negaranya dengan melaksanakan hubungan  dengan

pejabat tingkat daerah (setempat).

2. Berhak mengadakan hubungan yang bersifat non politik

3. Satu negara dapat mempunyai lebih dari satu perwakilan konsuler.

4. Tidak mempunyai hak ekstrateritorial (tunduk pada pelaksanaan kekuasaan

peradilan).

J. PERJANJIAN INTERNASIONAL

1. Pengertian perjanjian internasional

a. Mochtar Kusumaatmaja, perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan anatara


anggota masyarakat bangsa-bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
Dalam definisi ini subyek hukum internasional yang mengadakan perjanjian adalah anggota
masyarakat bangsa-bangsa, lembaga-lembaga internasional dan negara-negara.

b. Definisi lain Perjanjian Internasional adalah kesepakatan antara dua atau lebih subyek hukum
internasional (lembaga internasional. negara) yang menurut hukum internasional menimbulkan
hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan.

2. Macam Perjanjian Internasional :

Perjanjian internasional dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu :

a. Jumlah pesertanya
b. Srtrukturnya

c. Objeknya

d. Cara berlakunya

e. Intrumen pembentuk perjanjiannya

ad.a. Jumlah pesertanya, yaitu perjanjian bilateral dan multilateral.  Bilateral adalah perjanjian
antar dua negara unutk mengatur kepentingan kedua belah pihak.  Perjanjian multilateral adalah
diadakan oleh banyak negara untuk mengatur kepentingan bersama negara-nebara peserta
perjanjian tersebut.

Contoh perjanjian bilateral : Indonesia – Cina (dwikewarganegaraan), Indonesia – Malaysia


(ekstradisi), Indonesia-Tailand (garis batas laut Andaman) dll. Contoh multilateral adalah
Konvensi Jenewa (perlindungan korban perang), Konvensi Wina (diplomatic), Konvensi Hukum
Laut Internasional (laut teritorial, zona bersebelahan, ZEE dan landas benua), dll

ad.b. Dari segi strukturnya yaitu ada perjanjian yang bersifat Law Making Treaties adalah
perjanjian yang mengandung kaidah hukum yang berlaku bagi semua bangsa di dunia, Seperti
konvensi Jenewa, Wina, hukum laut. Sedangakan  ada perjanjian yang bersifat treaty contract
adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban hanya bagi negara yang mengadakan
perjanjian saja, seperti Indonesia-Malaysia, Indonesia-Cina, dll

ad. c. Dari segi objeknya, perjanjian internasional dibedakan antara perjanjian yang berisi soal-
soal politik, dengan perjanjian yang berisi soal-soal ekonomi, budaya, dll

ad. d. Dari segi cara berlakunya, yaitu  perjanjian bersifat self-executing (berlaku dengan
sendirinya)yaitu perjanian itu langsung dapat berlaku setelah diratifikasi oleh negara peserta) dan
non self- executing, jika berlakunya perjanjian itu harus dilakukan perubahan undang-undang di
negara peserta terlebih dahulu.

ad. e.  Dari segi intrumennya, perjanjian internasional itu ada dua, yaitu tertulis dan lisan.
Perjanjian internasional tertulis adalah perjanjian yang dituangkan dalam instrumen-instrumen
pembentuk perjanjian yang tertulis dan formal, seperti Treaty, Comvention, Agreement, Charter,
Covenant, Statute, Constitution, Protocol, Declaration, Arrangement. Sedangkan perjanjian 
internasional lisan adalah setiap perjanjian internasional yang doekspresikan melalui instrumen-
instrumen tidak tertulis, seperti  :

1. Perjanjian internasional lisan ( international oral agreement), yang diperjanjikan adalah hal-
hal yang disepakati secara lisan, seperti the London Agreement (keanggotaan Dewan Keamanan
PBB).

2. Deklarasi Unilateral atau deklarasi sepihak ( unilateral declaration), adalah pernyataan suatu
negara yang disampaikan  oleh wakil negara itu dan ditujukan kepada negara lain.
3. Perjanjian diam-diam (tacit consent atau tacit agreement), perjanjian yang dibuat tidak tegas,
artinya keberadaan perjanjian itu hanya dapat diketahui melalui penyimpulan suatu tingkah laku
baik aktif atau tidak aktif, dari Negara atau subyek hokum internasional lainnya.

3. Tahap Pembuatan Perjanjian Internasional :

Menurut Mochtar Kusumaatmaja ada dua macam cara pembentukan perjanjian internasional :

a. Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 3 tahap yaitu (perundingan, penandatanganan,


ratifikasi atau pengesahan), cara ini dupakai apabila materi atau yang diperjanjikan itu dianggap
sangat penting maka perlu persetujuan DPR.

b.  Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 2 tahap yaitu ( perundingan dan
penandatanganan) dipakai untuk perjanjian yang tidak begitu penting, penyelesaian cepat,
berjangka pendek, seperti Perjanjian perdagangan.

Menurut  Hukum Positif Indonesia, pada pasal 11 ayat 1 UUD 1945 dosebutkan bahwa Presiden
dengan persetujuan DPR membuat perjanjian dengan Negara lain.  Dalam Undang-undang RI 
No. 24 tahun 2000 ditegaskan bahwa pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap
( penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan dan penandatanganan).

Menurut Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional disebutkan tahap
pembuatan perjanjian internasional dilakuakn melalui tahap:

a. Perundingan (Negotiation), perundingan tahap pertama tentang objek tertentu, diwakili oleh
kepla negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri atau duta besar dengan menunjukkan
Surat Kuasa Penuh (full powers)

b. Penandatanganan (Signature), biasanya dilakukan oleh menteri luar negeri atau kepala
pemerintahan.  Tapi perjanjian belum dapat diberlakukan sebelum diratifikasi oleh masing-
masing negara.

c.  Pengesahan (Ratification), Penandatanganan hanya bersifat sementara dan harus dikuatkan 
dengan pengesahan atau penguatan yang disebut ratifikasi.  Ratifikasi perjanjian internasional 
dapat dibedakan sbb:

1. Ratifikasi oleh badan eksekutif, biasanya dilakukan oleh raja absolut dan pemerintahan
otoriter.

2.  Ratifikasi oleh badan Legislatif atau DPR,Parlemen tapi jarang digunakan.

3.  Ratifikasi campuran antara DPR (legislatif) dengan Pemerintah (Eksekutif).

JENIS PERJANJIAN INTERNASIONAL


1. Bilateral bersifat khusus (Treaty Contract) karena hanya mengatur kepentingan ke dua
negara, oleh sebab itu perjanjian bilateral bersifat ‘tertutup’ dalam arti tertutup
kemungkinan bagi negara lain untuk ikut serta dalam perjanjian tersebut.

Contohnya : Indonesia dengan RRC (1955) tentang Penyelesaian dwikewarganegaraan. 


Indonesia dengan Thailand tentang garis batas laut Andaman sebelah utara selat Malaka 1071. 
Indonesia dengan Malaysia tentang Ektradisi 1974.  Indonesia dengan Australia tentang
Pertahanan dan Keamanan kedua negara 1995.

1. Multilateral yang disebut juga Law Making Treatis biasanya mengatur hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum dan bersifat terbuka dala  arti tidak hanya mengatur
kepentingan negara yang mengadakan perjanjian itu tetapi juga kepentingan negara lain
yang tidak turut serta dalam perjanjian itu (bukan Peserta). Contohnya :Konvensi Jenewa
1949 tentang perlindungan korban perang.  Konvensi wina 1961 tentang Hubungan
Diplomatik.  Konvensi Hukum Laut Internasiobnal 1982 tentang laut teritorial (200 mil),
Zona Bersebelahan (24 mil), Zona Ekonomi Eksklusif (200 mil), Landas Benua (lebih
200 mil).

ISTILAH-ISTILAH DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL :

1. Traktat (treaty) perjanjian paling formal merupakan persetujuan dua negara atau lebih
mencakup perjanjian bidang politik dan ekonomi.

2. Konvensi (Convention) persetujuan formal bersifat multilateral yang tidak berurusan dengan
kebijaksanaan tingkat tinggi (haigh Plicy) dilegalisasi oleh wakil yang berkuasa penuh.

3. Protokol (Protocol) persetujuan tidak resmi umumnya tidak dibuat oleh kepala negara yang
mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klaususl-klausul tertentu ( Klausul =
ketentuan tambahan sebuah perjanjian).

4. Persetujuan (Agreement) perjanjian bersifat tekhnis atau administratif.  Tidak diratifikasi


karena  sifatnya tidak seresmi atau seformal traktat atau konvensi.

5. Perikatan ( Arrangement) adalah  istilah yang digunakan untuk transaksi yang sifatnya
sementara.  Tidak diratifikasi.

6. Proses Verbal catatan atau ringkasan atau kesimpulan konferensi diplomatik, atau catatan
suatu pemufakatan.  Tidak diratifikasi.

7. Piagam (Statute) yaitu himpunan peraturan yang ditetapkan leh persetujuan internasional baik
mengenai pekerjaan atau kesatuan tertentu seperti pengawasan internasional yang mencakup
tentang minyak, lapangan kerja.  Contoh  Piagam Kebebasan Transit.

8. Deklarasi (declaration) yaiut perjanjianinternasinal yang berbentuk  traktat dan dokumen tidak
resmi.
9. Modus Vivendi dokumen untuk mencatat persetujuan  internasional bersifat sementara, sampai
perjumpaan permanen, terinci dan sistimatis serta tidak memerlukan ratifikasi.

10.  Pertukaran Nota yaitu metode tidak resmi namun banyak digunakan.  Biasanya diulakukan
oleh wakil-wakil militer dan negara dan bisa bersifat multilateral dan melahirkan kewajiban bagi
yang mengadakannya.

11. Ketentuan Penutup (final Act) ringkasan hasil konvensi yang menyebutkan negara peserta,
nama utusan,masalah yang disetujui konferensi dan tidak diratifikasi.

12. Ketenrtuan Umum (General Act) traktat yang bersifat resmi dan tidak resmi.

13. Charter adalah istilah dalam perjanjian internasional untuk pendirian badan yang melakukan
fungsi administratif.  Misalnya Atlantic Charter, Magna Charter.

14. Pakta (fact), menunjukkan suatu persetujuan yang lebih khusus dan membutuhkan ratifikasi. 
Misalny Pakta Warsawa (mengenai Pertahanan ).

15. Covenant yaitu anggaran dasar LBB (Liga Bangsa-Bangsa

1. Langsung

Pemilihan umum harus dilaksanakan secara langsung, tidak boleh diwakilkan. Hal ini
dilakukan demi mengurangi resiko kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab. Pemilu berasaskan “langsung” juga berfungsi sebagai media
edukasi politik partisipatif bagi masyarakat. Dengan adanya pemilu langsung ini dapat
meminimalisir masyarakat supaya tidak golput/apatis. Pendidikan politik yang baik
melalui pemilu dapat meningkatkan peran masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan
yang demokratis

2. Umum

Pemilu bersifat umu, yaitu pemilihan umum dapat diikuti oleh seluruh warga negara yang
telah memiliki hak menggunakan suara tanpa terkecuali. Semua warga negara yang hidup
dalam lingkungan negara yang menganut sistem demokrasi pemilihanumum bukanlah hal
yang tabu, oleh karena itu pemilhan umum dilaksanakan oleh seluruh warga negara yang
telah memiliki hak pilih. Suara yang dimilikin oleh pemilih bersifat rahasia, artinya tidak
boleh diumbar apalagi diumumkan kepada orang lain.

3. Bebas

Dalam praktek sistem demokrasi dengan masyarakat yang partisipan, pemilihan umum
dilaksanakan secara bebas. Dalam hal ini berarti, pemilu dilakukan tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun. Pemilih bebas memilih calon pemimpin terbaik menurut mereka
tanpa adanya intervensi dari orang lain. Hal ini merupakan hak yang sangat dilindungi
dalam masyarakat demokrasi karena satu suara saja akan sangat berpengaruh dalam hasil
pemilu.

4. Rahasia

Rahasia berarti suara yang diberikan oleh ppemilih bersifat rahasia dan tertutup dan tidak
boleh diketahui oleh pihak manapun kecuali si pemilih itu sendiri. Pentingnya pemilu
berasa rahasia adalah untuk menghindari konflik karena berbeda pendapat anatara
pemilih satu dengan pemilih lain. Selain itu, pemilu bersifat privasi bagi seorang pemilih
karena menentukan pilihan tidak boleh ada campur tangan dari siapa pun.

5. Jujur

Asas jujur dalam pemilu artinya bahwa pemilu yang baik dan berdasarkan demokrasi
adalah dengan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. hal ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa pemilih dalam pemilu benar-benar menggunakan
hak suaranya dalam memilih pemimpin. Karena satu suara sangat menentukan hasil
pemilu. Tanpa adanya asas “jujur” dalam pemilu, pesta demokrasi yang partisipatif tidak
akan berjalan dengan baik.

6. Adil

Asas adil dalam pemilu adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan
pemilih. Asas yang adil harus dilaksanakan sebaik-baiknya supaya tidak ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu. Asas yang
adil ini tidak hanya unruk peserta pemilu dan pemilih, namun juga untuk penyelenggara
pemilu.

Anda mungkin juga menyukai