Anda di halaman 1dari 25

TOKOH – TOKOH

PEJUANG KEMERDEKAAN
INDONESIA
Masa Kebangkitan Nasional
 Tokoh – tokoh pejuang bangsa Indonesia pada
masa pergerakan nasional.
1. Tirto Adhi Suryo
2. Cokroaminoto
3. dr. Sutomo
4. H. Samanhudi
5. Ki Hajar Dewantara
6. E. F. E. Douwes Dekker
Tirto Adhi Suryo

 Lahir di Blora, Jawa Tengah pada 1880.


 Wafat 7 Des 1918.
 Pada usia 14-15 tahun, Tirto sudah menunjukkan
ketertarikan di bidang menulis dengan
mengirimkan tulisannya ke sejumlah surat kabar.
 Pada 1903, Tirto mendirikan korannya sendiri
dengan nama Soenda Berita.
 Surat kabar Soenda Berita bertahan sampai tahun
1906.
Tirto Adhi Suryo
 Lalu kemudian Tirto mendirikan Medan Prijaji
pada 1 Jan 1907.
 Surat kabar ini merupakan visi nasional yang
pertama di Indonesia.
 “Anak Hindia” istilah yang dipopulerkan oleh Tirto
melalui Medan Prijaji.
 Melalui tulisannya, Tirto menyadarkan masyarakat
Indonesia tentang ketidakadilan dan kerugian
yang harus dialami akibat penjajahan.
Tirto Adhi Suryo
 Kritik tajam disampaikan Tirto kemudian
membuat resah pemerintahan kolonial Hindia
Belanda.
 Akibatnya ia kemudian dibuang ke Teluk Betung
(1910) dan Ambon (1913).
 Medan Prijaji dibubarkan paksa pada 22 Agustus
1912.
 Selain berjuang melalui surat kabar, Tirto juga
berjuang dengan melalui Sarekat Dagang Islam.
Tirto Adhi Suryo
 Melalui usaha dan perjuangannya, Tirto merintis
pertumbuhan dan perkembangan pers nasional
Indonesia.
 Untuk menghormati jasa-jasanya, tanggal
kematiannya pada 7 Desember diperingati sebagai
Hari Pers Nasional.
Cokroaminoto

 Lahir 16 Agustus 1882 – Wafat 17 Desember 1934.


 Pendidikan:
1. Tamat Sekolah Dasar
2. OSVIA Magelang pada 1902.
 Setelah itu ia bekerja menjadi juru tulis dan ahli
kimia di sebuah pabrik gula di Surabaya.
Cokroaminoto
 Pada 1912, Cokroaminoto berkenalan dengan H.
Samanhudi, Pemimpin Sarekat Dagang Islam.
 Perkenalannya membuat Cokro mengenal dunia
politik.
 H. Samanhudi melihat adanya potensi diri Cokro
sebagai pribadi yang taat beragama dan cerdas.
 H. Samanhudi meminta Cokro bergabung dengan
SDI dan ajakan tersebut diterima Cokro.
Cokroaminoto
 Setelah Cokro bergabung, Ia kemudian menyusun
anggaran dasar yang memuat tujuan SI, yaitu:
1. Memajukan perdagangan
2. Menolong anggotanya yang mengalami kesulitan
3. Memajukan kepentingan rohani dan jasmani
kaum bumiputera
4. Memajukan kehidupan agama Islam
Cokroaminoto
 Sarekat Islam kemudian berkembang pesat dalam
waktu singkat. Pada 1915, Cokroaminoto diangkat
menjadi ketua SI dan H. Samanhudi diangkat
menjadi ketua kehormatan.
 Setelah bergabung dengan SI, Cokro tidak
memiliki penghasilan tetap.
 Untuk mengatasinya, Cokro menerima beberapa
pemuda untuk mondok di rumahnya di Surabaya.
Cokroaminoto
 Pemuda tersebut Sukarno, Abikusno, Herman
Kartawisastra, Alimin, Muso.
 Selama berada dirumahnya, pemuda-pemuda tersebut
giat berdiskusi dengan Cokroaminoto.
 Pada 18 Mei 1918, pemerintah kolonial membentuk
Volksraad (Dewan Rakyat).
 Atas putusan Kongres SI, Cokro dan Abdul Muis
ditunjuk menjadi perwakilan SI di Volksraad.
 Usaha-usaha Cokro untuk kepentingan rakyat semakin
keras dengan Ia menyatakan pendapat yang membela
kepentingan rakyat dan mengecam tindakan
pemerintahan kolonial.
Cokroaminoto
 Akibat tindakan dan seruan-seruan tersebut,
pemerintah kolonial semakin memberikan
tekanan-tekanan terhadap SI.
 Para pemimpin SI ditangkap dan diasingkan ke
Digul, sedangkan Cokroaminoto dan Abdul Muis
dilarang keluar dari Pulau Jawa.
 Cokroaminoto mendapat julukan “Raja Jawa
tanpa Mahkota”, Julukan tersebut
menggambarkan betapa besar pengaruh
Cokroaminoto bagi masyarakat Indonesia.
dr. Sutomo

 Lahir 30 Juli 1888 dan Wafat 30 Mei 1938.


 Pendidikan:
1. Sekolah Rendah Bumiputera
2. Sekolah Rendah Belanda (ELS)
3. STOVIA
4. Melanjutkan ke Belanda
5. Melanjutkan ke Jerman Barat
6. Melanjutkan ke Austria
dr. Sutomo
 Di STOVIA, ia bertemu dengan Wahidin Sudirohusodo,
seorang dokter yang berkeliling daerah untuk
mengkampanyekan idenya mengenai pembentukan
sebuah badan yang akan memberikan beasiswa bagi
anak Indonesia yang cerdas.
 Pada 20 Mei 1908 Sutomo dan Pelajar STOVIA lainnya
membentuk organisasi Budi Utomo dan Sutomo
terpilih menjadi ketuanya.
 Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang
didirikan di Indonesia.
 Tanggal pembentukannya, 20 Mei ditetapkan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
dr. Sutomo
 Pada 1909, Sutomo mulai melepaskan diri dari Budi
Utomo dan berfokus pada Pendidikan.
 Selama menuntut ilmu di Belanda, ia menjadi anggota
Indische Vereeniging kemudian berganti nama
Indonesische Vereniging dan akhirnya menjadi
Perhimpunan Indonesia.
 Setelah kembali dari luar negeri, Sutomo mendirikan
Indonesische Studie Club (ISC) pada 11 Juli 1924 dengan
tujuan agar golongan terpelajar dapat bergerak bersama
untuk memajukan rakyat.
 11 Okt 1930 ISC berubah menjadi partai Persatuan
Bangsa Indonesia. PBI bergerak dibidang sosial, ekonomi,
pengajaran dan politik.
H. Samanhudi

 Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 1868 dan


Wafat 28 Desember 1956.
 Pendidikan:
1. Pendidikan agama dari Kyai Jadermo di Surabaya
2. Pendidikan umum di SD Bumiputera kelas Satu
 Bisnis perdagangan batik: usaha yang dipilih
Samanhudi dalam berbisnis.
H. Samanhudi
 Melalui bisnis, ia menjalin hubungan dengan pedagang
dari kota lain.
 Dalam menjalankan bisnisnya, ia merasakan hambatan
yang diberikan pemerintah kolonial terhadap para
pedagang pribumi.
 Karena hal inilah, Samanhudi membentuk perkumpulan
Mardi Budi yang beranggotakan para pedagang batik.
 Tujuan Mardi Budi: tolong menolong apabila ada anggota
keluarga meninggal dunia.
 Pada 1911 Mardi Budi berganti nama menjadi Sarekat
Dagang Islam.
H. Samanhudi
 Dalam perkembangannya, Samanhudi bersama dengan
cokroaminoto, terus mengembangkan SDI yang kemudian
mengganti nama menjadi Sarekat Islam (SI).
 Samanhudi mendapat penghargaan dari pemerintah RI
sebagai Perintis Kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara

 Suwardi Suryaningrat Lahir di Yogyakarta pada 02


Mei 1889 dan Wafat 26 April 1959.
 Pendidikan:
1. ELS (Europeesche Largere School)
2. Kweekschool (Sekolah Guru)
3. STOVIA
 Di STOVIA ia tidak berhasil tamat.
Ki Hajar Dewantara

 Surat kabar dipilih Suwardi sebagai wadah untuk


menyampaikan segala pemikirannya mengenai tanah
kelahirannya yang tengah dijajah.
 Pada 1913, Suwardi menulis artikel yang berisi
kecaman terhadap rencana kolonial untuk
memungut uang rakyat yang digunakan untuk
perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari
Perancis.
 Artikel tersebut berjudul “Seandainya Aku Seorang
Belanda” yang mengakibatkan Suwardi ditangkap
dan dibuang ke Belanda pada 1913.
Ki Hajar Dewantara

 Di Belanda, Suwardi belajar dan memperoleh Akte


Guru Eropa.
 Pada 25 Desember 1912, bersama dengan Douwes
Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, ia mendirikan
Indische Partij yang berhaluan radikal.
 Tetapi organisasi ini dibubarkan pada Maret 1913.
 Perjuangan Suwardi selanjutnya ialah mendirikan
Perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922.
 Tujuannya: untuk menumbuhkan rasa kebangsaan
dan cinta tanah air pada para siswanya.
Ki Hajar Dewantara

 Taman Siswa berkembang dengan cepat dan


mempunyai banyak cabang di seluruh Indonesia.
 Setelah merdeka Menteri Pendidikan dipangku oleh
Suwardi.
 Akhirnya Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak
Pendidikan Nasional.
E. F. E. Douwes Dekker

 Ernest Francois Eugene Douwes Dekker lahir di


Pasuruan, Jawa Timur pada 8 Oktober 1879 dan
wafat 28 Agustus 1950.
 Ketika dewasa, Douwes Dekker mengganti
namanya menjadi Danudirja Setiabudi.
 Ia memperoleh pendidikan di HBS.
 Pada 1 Maret 1912, Dekker menerbitkan harian De
Expres yang tajam mengkritik pemerintah Hindia
Belanda.
E. F. E. Douwes Dekker

 Kehadiran surat kabar De Expres kemudian dengan


cepat berkembang menjadi wadah bagi pemuda
untuk menyalurkan tulisan-tulisan yang menyerang
dan mengecam praktik kolonial Belanda.
 Dekker, Cipto dan Suwardi Suryaningrat mendirikan
partai politik Indische Partij.
 Partai ini bersifat radikal.
 Tujuan IP: mempersatukan bangsa sebagai persiapan
untuk mencapai kemerdekaan.
 Tetapi organisasi ini dibubarkan pada Maret 1913.
E. F. E. Douwes Dekker
 Dekker sempat diasingkan ke negeri Belanda akibat
kritiknya terhadap rencana perayaan 100 tahun
kemerdekaan Belanda atas Perancis yang memungut
uang dari rakyat.
 Sekembalinya ke Indonesia, Dekker berfokus pada
bidang pendidikan.
 Cara yang ditempuhnya adalah dengan mendirikan
sekolah Ksatrian Institut.
 Sekolah ini mengajarkan siswanya untuk berjiwa
nasional dan mengajarkan kepada mereka untuk
berpikiran merdeka.
 Selamah hidupnya, Dekker selalu berjuang
membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai