Anda di halaman 1dari 13

BOEDI OETOMO

Organisasi Budi Utomo lahir pada tanggal 20 Mei 1908 dan menjadi
tonggak permulaan pergerakan nasional di Indonesia. Pada awal berdirinya,
organisasi Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial
budaya. Organisasi ini mendirikan sejumlah sekolah yang bernama Budi
Utomo dengan tujuan berusaha memelihara serta memajukan kebudayaan
Jawa. Anggota Budi Utomo terdiri dari kalangan atas suku Jawa dan Madura.

Budi Utomo memiliki sejumlah tokoh penting, antara lain: Dr. Sutomo, Dr.
Cipto Mangunkusumo, dan Gunawan Mangunkusumo. Sejak tahun 1915
organisasi Budi Utomo bergerak di bidang politik. Gerakan nasionalisme Budi
Utomo yang berciri politik dilatari oleh berlangsungnya Perang Dunia I.
Peristiwa Perang Dunia I mendorong pemerintah kolonial Hindia-Belanda
memberlakukan milisi bumiputera, yaitu wajib militer bagi warga pribumi.
Dalam perjuangannya di bidang politik, Budi Utomo memberi syarat
untuk pemberlakuan wajib militer tersebut. Syarat tersebut adalah harus
dibentuk terlebih dulu sebuah lembaga perwakilan rakyat (Volksraad). Usul
Budi Utomo disetujui oleh Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum sehingga
terbentuk Volksraad pada tanggal 18 Mei 1918. Di dalam lembaga Volksraad
terdapat perwakilan organisasi Budi Utomo, yaitu Suratmo Suryokusomo.
Menyadari arti penting manfaat organisasi pergerakan bagi rakyat,
maka pada tahun 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk
menerima anggota dari kalangan masyarakat biasa. Dengan bergabungnya
masyarakat luas dalam organisasi Budi Utomo, hal ini menjadikan organisasi
tersebut berfungsi menjadi pergerakan rakyat. Kondisi ini dibuktikan dengan
adanya pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut kehidupan yang lebih
baik.
Sejak tahun 1930 Budi Utomo membuka keanggotaannya untuk
semua bangsa Indonesia. Dalam bidang politik, Budi Utomo memiliki cita-cita
untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Dengan demikian, Budi Utomo telah
berkembang menjadi sebuah organisasi dengan sifat dan tujuan
nasionalisme.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tahun 1935 Budi Utomo
menggabungkan diri dengan Partai Bangsa Indonesia (PBI) yang didirikan
oleh Dr. Sutomo. Hasil peleburan Budi Utomo dan PBI adalah Partai
Indonesia Raya (Parindra) yang diketuai oleh Dr. Sutomo.

ORGANISASI SAREKAT ISLAM (SI)


Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para
pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI
didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang
batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah koperasi, dengan tujuan
memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan
SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang maka tidak memiliki
anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu, agar memiliki anggota yang
banyak dan luas ruang lingkupnya maka pada tanggal 18 September 1912,
SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).

Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI
seperti H.O.S. Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam
berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam.

Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a) Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang
Cina.
b) Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk
menunjukkan kekuatannya, dan
c) Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi
putera.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a) Mengembangkan jiwa pedagang.
b) Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran.
c) Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya
derajat bumi putera.
d) Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.
e) Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f) Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong-menolong.


Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara
horisontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Antara
tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam politik
Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam
menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan Hindia.

Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan
pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI
berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu
SI di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto tidak diberi badan hukum.
Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda
(Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang yang ada di
daerah. Ini suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memcah belah
persatuan SI.

Bayang pemecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara
H.O.S. Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut
Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis
adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan pada tahun 1921,
ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak
boleh merangkap sebagai anggota lain terutama yang beraliran komunis.
Akhirnya SI pecah menjadi dua, yaitu SI Putih dan SI Merah.
a) SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin
oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang
berpusat di Yogyakarta.
b) SI Merah, yang berhaluasn sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh
Semaun, yang berpusat di Semarang.

Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSSI). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti
nama menjadi Sarekat Raya (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Indische Partij

Organisasi Indische Partij didirikan oleh Tiga Serangkai yang terdiri
atas Suwardi Suryaningrat Ki Hajar Dewantara,dr.Cipto Mangunkusumo dan
dr.EFE Douwes Dekker/Danur Dirjo Setiabudi,pada tahun 1912.Anggota
Indische Partij terbuka bagi seluruh lapisan rakyat yang mendiami
Indonesia.Walaupun salah satu anggota Indische Partij merupakan
keturunan Belanda (Douwes Dekker),tetapi organisasi ini tidak mengenal
supremasi golongan indo atas golongan pribumi bahkan terjadi peleburan
antara golongan indo di Indonesia.Tujuan Indische Partij ialah membangun
lapangan hidup dan menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan
ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia Belanda untuk
mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.Indische Partij didirikan
atas dasar nasionalisme yang luas,dan merupakan partai politik yang
pertama.Konsep kebangsaan dalam tubuh Indische Partij disebarluaskan
oleh Douwes Dekker karena ia berpendapat bahwa rakyat Belanda harus
dibebaskan dari belenggu penjajahan.
Cita-cita perjuangan Indische Partij disebarluaskan melui surat kabar De
Express.Karena IP merupakan partai yang tegas dan menyatakan ingin
memerdekakan Indonesia,maka Belanda melrang Indische Partij
beroperasi.Walaupun demikian,tokoh-tokoh Indische Partij teap
berjuang,seperti Ki Hajar Dewantara yang mengkritik pelaksanaan HUT
Kemerdekaan Belanda di Indonesia melalui tulisan yang berjudul Als ih Een
Nederlender (Seandainya Saya Seorang Belanda).Tulisan ini berisi sindiran
terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Karena dianggap berbahaya,
Akhirnya pada Bulan Agustus 1913 Belanda menjatuhkan hukuman buang
kepada para impinan Tiga Serangkai,dan mereka memilih untuk di buang di
negeri Belanda.Cokroaminoto dipulangkan pada tahun 1914 karena sakit
keras. Ki Hajar Dewantara dan Dauwes Dekker baru kembali pda tahun 1919.
Setelah pemimpinanya dibuang, IP mengganti nana menjadi Nasional
Indische Partij tetapi kurang berpengaruh.Walaupun perjuangan Indische
Partij sangat singkat,namun tujuanya telah memberi warna baru bagi
organisasi pergerakan nasional yaitu adanya semangat nasionalisme yang
mendalam untuk merpejuangkan nasib rakyat Indonesia.Dalam
perkembanganya,Indische Partij di jadikan motivasi oleh Perhimpunan
Indonesia dan Partai Nasional Inndonesia.


SEJARAH BERDIRINYA PERHIMPUNAN INDONESIA
(INDISCHE VEREENIGING), LATAR BELAKANG, TUJUAN,
TOKOH, PERGERAKAN NASIONAL

Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging),
Latar Belakang, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional - Perhimpunan Indonesia
didirikan tahun 1908 oleh mahasiswamahasiswa Indonesia yang belajar di
negeri Belanda. Mereka antara lain: R.P Sosrokartono, R. Hoesein
Djajadiningrat, R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada,
Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya Perhimpunan Indonesia
bernama Indische Vereeniging. Kegiatannya pada mulanya hanya terbatas
pada penyelenggaraan pertemuan sosial dan para anggota ditambah dengan
sekali-sekali mengadakan pertemuan dengan orang-orang Belanda yang
banyak memperhatikan masalah Indonesia, antara lain: Mr. Abenendanon, Mr.
van Deventer, dan Dr. Snouck Hurgronye
Kedatangan 3 tokoh Indische Partiij ke negeri Belanda yang dibuang
oleh pemerintah kolonial (Cipto Mangunkusumo, R. M Suwardi Suryaningrat,
E.F.E. Douwes Dekker) segera mengubah suasana dan semangat Indische
Vereeniging. Tokoh IP tersebut membawa suasana politik ke dalam pikiran
tokoh-tokoh Indische Vereeniging. Udara politik itu lebih segar lagi setelah
datangnya Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) yang
dibentuk oleh pemerintah kolonial, sebagai usaha untuk mempertahankan
Indonesia dari ancaman Perang Dunia I. Panitia ini terdiri atas R.Ng.
Dwijosewojo (BU), Abdul Muis (SI), dan Kolonel RheMrev, seorang Indo-
Belanda. Kedatangan tokoh-tokoh IP dan Comite Indie Weerbaar tersebut,
memberikan dimensi pikiran baru bagi para mahasiswa Indonesia di negeri
Belanda. Mereka bukan hanya dapat menuntut ilmu, tetapi juga harus
memikirkan bagaimana dapat memperbaiki nasib bangsanya sendiri.
Pada tahun 1912 Indische Vereeniging berganti nama menjadi
Indonesische Vereeniging dan akhirnya diubah lagi menjadi Perhimpunan
Indonesia (1924). Dengan perubahan itu, terjadi pula perubahan dasar pikiran
dan orientasi dalam pergerakan mereka. Majalah mereka berganti nama
menjadi Indonesia Merdeka (1924). Terjadilah pergeseran cara berpikir dan
gerakan yang radikal, dengan tegas mereka menginginkan Indonesia
merdeka.
Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak memasuki bidang
politik, terlihat dari asasnya yang dimuat dalam majalah Hindia Poetra, Maret
1923, yaitu Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang
bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata. Hal yang
demikian itu hanya dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan
pertolongan siapapun juga. Oleh karena itu, segala jenis perpecahan harus
dihindarkan, supaya tujuan lekas tercapai.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-15, tahun
1924 mereka menerbitkan buku peringatan yang berjudul Gedenkboek. Buku
ini berisi 13 artikel yang ditulis oleh A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo, Sukiman
Wiryosanjoyo, Mohammad Hatta, Muhammad Natsir, Sulaiman, R. Ng.
Purbacaraka, Darmawan Mangunkusumo, dan Iwa Kusumasumantri. Buku ini
ternyata mengguncangkan dan menghebohkan pemerintahan Hindia
Belanda. Setelah itu disusul lagi dengan dikeluarkannya pernyataan yang
keras dari pengurus PI di bawah pimpinan Sukiman Wirjosanjoyo tentang
prinsip-prinsip yang harus dipakai oleh pergerakan kebangsaan untuk
mencapai kemerdekaan.
Aksi para anggota PI semakin radikal. Pengawasan terhadap gerakan
mahasiswa Indonesia makin diperkuat oleh aparat kepolisian Belanda. Namun
para anggota PI tetap melakukan kegiatan politiknya, bahkan mulai menjalin
hubungan dengan berbagai negara di Eropa dan Asia. Konsepsi-konsepsi PI
dan berita-berita tentang berbagai kejadian di Eropa dikirim ke Indonesia
melalui majalah mereka, Indonesia Merdeka. Konsepsi-konsepsi PI kelak
sangat berpengaruh terhadap kaum pergerakan di Indonesia. Bahkan di
bawah kepemimpinan Muhammad Hatta, PI resmi diakui sebagai front
terdepan pergerakan kebangsaan oleh PPKI yang diketuai Ir. Soekarno.
Pada Juni 1927, PI dituduh menjalin hubungan dengan PKI untuk
melakukan pemberontakan sehingga diadakan penggeledahan terhadap
tokoh-tokoh PI. Pada September, 4 tokoh PI di negeri Belanda, ditangkap dan
diadili. Mereka adalah Mohammad Hatta, Natzir Datuk Pamoncak, Ali
Sastroamidjojo, dan Abdul Majid Joyodiningrat. Di Indonesia sendiri, banyak
organisasi yang lahir karena mendapat ilham dari perjuangan PI, antara lain:
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Partai Nasional Indonesia (PNI),
dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) 1928.

PARTAI KOMUNIS INDONESIA

Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet
pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV)
(atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV
pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu
SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis),
yang aktif di Hindia Belanda
Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam
bahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya
adalahAdolf Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan
Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan
dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi
Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi
radikal dan anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa
tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan
diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan
membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.
Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa
Melayu, "Soeara Merdeka".
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi
Oktober seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini
berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda
yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan
dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada
akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah
pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah
dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di
Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda,
termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer
Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.
ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak
di bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang
lain, Soeara Rajat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan
paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan
organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi
mayoritas orang Indonesia.

Pembentukan Partai Komunis
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat
Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para
anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam
melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar
ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu
saja membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari
partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di
Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan
Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.
PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari
Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya
kedua Komunis Internasional pada 1920.
Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI).
PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI)

Sejarah Pendirian PNI
Dalam dasawarsa pertama abad ke-20 didalam sejarah Indonesia
dikenal sebagai periode kebangkitan nasional maka pertumbuhan kesadaran
nasionalisme mulai tampak dengan mulai bermunculannya organisasi
organisasi di Indonesia. Walau awalnya orientasi tujuan organisasi-
organisasi ini belum sampai pada fase penegasan identitas politiknya namun
lambat laun mulai terlihat tujuan-tujuan yang mendasar ditubuh organisasi-
organisasi yang muncul di negri ini. Sebagai contoh adalah PNI, dulu sebelum
PNI resmi berdiri menjadi sebuah organisasi politik PNI merupakan
kelompok-kelompok studi di Surabaya yang dipimpin oleh Sutomo dan di
Bandung dipimpin oleh Soekarno yang kemudian berkembang ke seluruh
Jawa dan meluas lagi ke luar Jawa. Tujuan pendirian kelompok-kelompok
studi ini agar para pelajar Jawa dapat bersatu, menanamkan kesadaran
kepada mereka bahwa Indonesia adalah suatu bangsa.
Mereka yang tergabung dalam studieclub beranggapan bahwa setelah
PKI memberontak serta kegagalannya yang sangat dirasakan oleh umum hal
ini menunjukan kelemahan besar dalam urusan organisasi maka dengan
semangat nasionalisme meraka merapatkan barisan untuk menuju
Indonesia yang merdeka. Salah satu usaha awal ialah prakarsa Soedjadi,
Iskaq, Tjokroadisoerjo dan Boediarto membentuk SRNI (Serikat Rakyat
Nasional Indonesia) terlebih dulu dengan perantaraan Soedjadi prakarsa itu
diteruskan ke PI di Negeri Belanda yang selanjutnya memberi pengarahan
namun setelah dirasa rasakan ternyata rencana PI tidak sesuai dengan
situasi di Indonesia dan oleh karena itu mereka berusaha sendiri membentuk
organisasi politik. Maka pada tanggal 4 juli 1927 PNI resmi didirikan di
Bandung melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan para anggotanya
yang mana dalam pertemuan pertemuan itu sering membicarakan
keadaan-keadaan sosial politik pada saat tersebut. Agenda pertemuan 4 juli
tersebut selain meresmikan pendirian PNI (Perserikatan Nasional Indonesia)
juga menetapkan Soekarno sebagai ketua dan membahas anggaran-anggaran
dasar keorganisasian.
Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena didorong
oleh faktor-faktoryaitu antaralain adalah : Pergerakan yang ada lemah
sehingga kurang bisa menggerakkan massa,PKI sebagai partai massa telah
dilarang, Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang
bernama Ir. Soekarno (Bung Karno) selain itu secara eksplisit PNI
menyatakan bahwa didalam tubuh PNI tidak ada diskriminasi ras dan tingkat
kasta melainkan sikap nasionalisme yang dijunjung tinggi, sehingga dengan
adanya beberapa faktor ini PNI berkembang sangat pesat dan banyak yang
berminat menjadi anggotanya. PNI pun mulai berkembang telihat pada akhir
tahun 1927 tercatat menjadi 3 cabang. Selain di Bandung juga terbentuk
cabang di Yogyakarta dan di Batavia. Pada bulan Desember dibentuk juga
sebuah panita di Surabaya untuk persiapan pembentukan cabang baru di
kota tersebut. Di Surabaya sendiri PNI resmi berdiri pada 5 February 1928.
Kemudian memasuki tahun 1928 secara terang terangan organisasi ini
berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional
Indonesia.

Tujuan Pendirian PNI
Awalnya dalam pembentukan PNI ini bertujuan untuk
membangkitkan kesadaran nasionalisme antaralain dengan menginsyafkan
rakyat akan besarnya penderitaan dalam menghadapi eksploitasi ekonomi,
sosial dan politik yang dijalankan penguasa kolonia dan untuk mencapai
Indonesia yang merdeka terlepas dari segala penjajahan. PNI yakin jika
Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajahan maka susunan kehidupan,
struktur sosial masyarakat Indonesia akan kembali seperti sebagai mana
mestinya. Tujuan tersebut bisa dipakai kalau kita bisa berdiri sendiri atau
percaya pada diri sendiri, dan tidak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Belanda. PNI yakin, dengan gerakan-gerakannya yang revolusioner
pemerintah kolonial Belanda tidak akan memberikan, membantu, atau
memberi jalan untuk tercapainya suatu kemerdekaan.
Berdasarkan atas pengetahuan ini, dalam anggaran dasarnya, PNI
menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan
Indonesia. Tujuan ini hendak dicapai dengan azas percaya pada diri
sendiri. Artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan
kekuatan dan kebiasaan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-
sekolah, poliklinik, Bank Nasional, perkumpulan-perkumpulan koperasi dan
lain-lain. Itulah sebabnya PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang
diadakan oleh pemerintah. Yang dapat menjadi anggota PNI adalah semua
orang Indonesia yang sekurang-kurangnya telah berumur 18 tahun. Orang-
orang Asia lainnya dapat juga menjadi anggota PNI tetapi hanya sebagai
anggota luar Biasa iasa.

Anda mungkin juga menyukai