Anda di halaman 1dari 16

Allama Rozan Firdaus

XI MIPA 10/05

Tugas Sejarah Organisasi Pergerakan Nasional

1. Boedi Oetomo

a. Latar Belakang

Pada awalnya, Wahidin Soedirohoesodo ingin agar di Jawa dapat dibentuk


suatu perkumpulan yang memiliki tujuan untuk memajukan pendidikan dan
membiayai anak-anak yang kurang mampu namun memiliki kemampuanserta
potensi kecerdasan. Wahidin lantas memnita dukungan kaum tua, akan tetapi
ditolak. Tetapi, mahasiswa STOVIA seperti Soetomo, Goenawan, dan Soeradji.
Setelah melalui rangkaian diskusi, maka pada tanggal 20 Mei 1908 berdirilah
himpunan yang diberi nama Boedi Oetomo.
Perkembangan Budi Utomo kemudian mengalami beberapa kali pergantian
pemimpin dalam sepuluh tahun pertama. Pemimpin rata-rata dari golongan kelas
elit (priyai atau kelas atas) dari karangan keraton, seperti R. Adipati Tirtokoesoemo
(pemimpin pertama) eks Bupati Karanganyar, dan Pangeran A.N. Dirodjo dari
Keraton Pakualam. Budi Utomo mengalami perkembangan penting terjadi saat
dipimpin oleh Pangeran Noto Dirodjo. Ia merupakan orang keturunan Indonesia
Belanda yang sangat mendukung perjuangan bangsa Indonesia yakni Douwes
Dekker beliau mewujudkan makna politik dalam pergerakan yang nyata.
Kemudian pengertian tentang tanah air Indonesia semakin lama dapat diterima dan
dipahami orang Jawa semua itu berkat peran dari Douwes Dekker. Setelah itu,
muncul lah Indische-Partij (organisasi politik murni) yang pertama kali didirikan.
Organisasi ini bersifat politik dan juga terbuka untuk seluruh masyarakat
Indonesia.
Perkembangan Budi Utomo - Kongres pertama kali Organisasi Budi Utomo
yakni pada tanggal 3 sampai 8 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kegiatan
kongres kali ini, Raden Adipati Tirtokoesoemo diangkat sebagai pemimpin BU dan
pada saat itu, Budi Utomo sudah memiliki 7 cabang yang tersebar di beberapa kota
meliputi ; Yogyakarta, Batavia, Magelang, Surabaya, bandung, Bogor dan
Ponorogo. Sejak dipimpin oleh R. Adipati Tirtokoesoemo, kemudian anggota baru
mulai berdatangan baik dari kalangan pejabat kolonial ataupun bangsawan. Hal ini
membuat para anggota muda banyak yang menyingkir dan keluar dari organisasi
ini. Setelah itu Organisasi Budi Utomo berisi anggota-anggota dari kalangan
pegawai negeri dan pryai. Berikut ini Hasil kongres pertama Budi Utomo di
Yogyakarta meliputi : 
Organisasi Budi Utomo tidak terjun dalam bidang politikOrganisasi Budi
Utomo memiliki kegiatan dalam bidang sosial, pendidikan dan budaya.Organisasi
Budi Utomo hanya meliputi Jawa serta MaduraAdipati Tritokusumo dipilih
sebagai pimpinan pusat  Organisasi Budi Utomo
Organisasi Budi Utomo mengalami perkembangan pada tahun 1912, yakni
saat Notodirjo menjadi ketuanya. Dalam pimpinannya ia berambisi untuk mengejar
ketertinggalan Budi utomo. Akan tetapi, hasilnya tidak berdampak besar, karena
saat itu telah bermunculan organisasi nasional lainnya, yakni Sarekat Islam (SI)
dan Indische Partij (IP). Namun demikian, Organisasi Budi Utomo tetap
mempunyai peran yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, karena dengan
munculnya organisasi ini kemudian mempelopori gerakan kebangsaan indonesia.
Kemudian pada tahun 1912 Notokusumo menggantikan Notodirjo menjadi
pemimpin Organisasi Budi Utomo. Pergantian ini bertujuan untuk mengejar
ketertinggalan dari organisasi lain yang telah dibentuk dan berkembang pesat.
Namun sangat disayangkan BU tidak dapat bersaing dengan organisasi yang telah
ada dan mengalami perkembangan pesat seperti Indische Partij dan Sarekat Islam.

2. Sarekat Islam

a. Latar Belakang

H.Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam pada tahun 1911 untuk


menyokong kepentingan ekonomi para pedagang islam di Indonesia. Pada saat itu
kaum tionghoa mendominasi perdagangan di Hindia Belanda, sehingga
kedudukannya lebih tinggi daripada kaum pedagang pribumi islam. Di bawah
komando H.Samanhudi, SDI menjadi organisasi yang berpengaruh kala itu. Pada
1912, di Surabaya, H.O.S. Tjokroaminoto juga mendirikan organisasi yang sama.
Tjokroaminoto masuk ke organisasi Sarekat Islam bersama dengan Hasan Ali
Surati.  Tjokroaminoto kemudian diberikan kepercayaan menjadi pemimpin baru
dari Sarekat Dagang Islam, ia pun mengubah nama organisasi tersebut menjadi
Sarekat Islam. 

b. Perkembangan

Sarekat Islam didirikan dengan tujuan untuk menggalang kerjasama diantara


para pedagang islam untuk memajukan perdagangan mereka dan mampu
menyaingi para pedagang Tionghoa. Sarekat islam menjadi organisasi ternama
yang identik dengan gerakan nasionalis, demokratis, religius, serta ekonomis.
Hanya dalam waktu singkat, Sarekat Islam dapat berkembang ke seluruh lapisan
masyarakat.
Pada proses pelaksanaannya pun tidak terlihat adanya gerakan politik yang
terjadi. Sarekat Islam memperjuangakan hak-hak sesungguhnya yang ada di bidang
politik. Sarekat Islam memperjuangkan keadilan tanpa menyerah serta menekan
adanya penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Kehadiran Sarekat
Islam di antara para masyarakat juga sudah sangat dinantikan, karena mereka
membutuhkan wadah untuk menyalurkan aspirasi rakyat Indonesia.  Pada Januari
1913, di Surabaya, Sarekat Islam menegaskan bahwa organisasi ini bukanlah
sebuah partai politik. Sarekat Islam terbuka untuk bangsa Indonesia. Namun, untuk
menjaga agar Sarekat Islam tetap menjadi organisasi rakyat, dilakukan pembatasan
terhadap masuknya pegawai negeri sebagai anggota. 

C.Perpecahan
Setelah sarekat islam berjaya di Indonesia, Organisasi ini mulai mengalami
perpecahan karena adanya perbedaan suasana kehidupan politik setelah tahun
1929. Sarekat Islam terkena pengaruh komunis yang diperkenalkan oleh Sneevliet
pada tahun 1913. Satu tahun setelahnya, Ia mendirikan ISDV. Namun, anggota
ISDV tidak memiliki hubungan yang dekat dengan rakyat. Sehingga mereka pun
mencoba memasuki Sarekat Islam Semarang pimpinan Semaun.
Semaun tidak menyetujui jika SI mengirimkan wakilnya ke dalam Volkraad.
Perlahan-lahan pengaruh Semaun pun semakin besar dalam Sarikat Islam yang
dilain hari menimbulkan konflik dalam tubuh SI. SI terpecah menjadi dua bagian,
yaitu SI Merah dan SI putih. Perpecahan ini terjadi lantaran adanya agitasi dari
golongan koomunis melalui Semaun dan Darsono ke dalam tubuh SI.
SI Putih sendiri adalah organisasi yang berhalauan kanan, diketuai oleh
Tjokroaminoto. Sedangkan SI Merah berhalauan kiri dipimpin oleh Semaun. SI
Merah menentang adanya percampuran agama dalam politik dalam organisasi
sarikat islam. Celah yang terjadi antara SI Merah dan SI Putih pun makin meluas
saat keluarnya pernyataan dari PKI yang menentang adanya Pan-Islamisme.

3. Indische Partij
Terbentuknya Indische Partij merupakan gagasan utama dari E.F.E Douwes
Dekker. Douwes Dekker yang bernama asli danudirja Setiabudi merupakan
pejuang kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia. Meskipun keturunan
Belanda, ia adalah seorang pelopor munculnya nasionalisme di Indonesia pada
awal abad ke -20. Douwes Dekker bukanlah keturunan asli Indonesia, sehingga ia
pun beberapa kali mengalami diskriminasi dari orang Belanda murni.
Salah satunya yaitu orang Indo tidak dapat menduduki posisi kunci
pemerintahan karena tingkat pendidikannya. Sedangkan di posisi yang sama, orang
Belanda mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada pribumi. Dari kejadian
berikut, Douwes Dekker memiliki ide untuk mencetuskan indische bond, sebuah
organisasi yang dipimpin oleh oramg-oramg asli Hindia-Belanda. Namun,
organisasi tidak dapat berjalan dengan baik, karena tidak adanya dukungan yang
cukup dari masyarakat.
Selanjutnya pada 1912, Douwe Dekker mengajak Cipto Mnagunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat mendirikan partai sendiri bernama Indische Partij. Cipto dan
Suwardi sendiri merupakan dua tokoh yang berasal dari golongan pribumi. Tujuan
dari didirikannya Indische Partij adalah untuk terciptannya kerjasama antara orang
Indo dengan bumiputera.

B.Program Kerja

Untuk menimbulkan adanya kerjasama dengan Orang Indo dan bumiputra,


Indische Partij memiliki beberapa program kerja, yaitu:

 Menyerap Cita-cita nasional Hindia. (Indonesia)


 Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam bidang
pemerintahan atau masyarakat.
 Memberantas berbagai usaha yang mengakibatkan kebencian antaragama
 Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia.
 Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan
memperkuat ekonomi mereka yang lemah.

C.Akhir Indische Partij

Setelah tiga serangkai membentuk Indische Partij, merekapun mencoba


mendaftarkan pada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan status badan
hukum. Namun upaya tersebut rupanya ditolak oleh Gubernur Jenderal Idenburg.
Alasan penolakan ini adalah IP saat itu dianggap sebagai pembangkit rasa
nasionalisme rakyat dan bergerak untuk menentang Hindia Belanda. Akhirnya
organisasi ini tidak dapat terbentuk.
Di tahun 1913, pemerintah Belanda tengah mengadakan peringatan 100
tahun bebasnya Belanda dari tangan Napoleon Bonapaerte. Ironisnya, perayaan
kemerdekaan Belanda justru diadakan di tanah jajahan. Suwardi Suryaningrat
mengkritik Belanda denga tulisan sarkastiknya yang berjudul Als ik een
Nederlander was di harian De Expres. Douwes Dekker juga mengikuti langkah
Soewardi dengan menulis artikel yang berjudul Onze Helden : Tjipto
Mangoenkusumo en Soewardi Soerjaningrat.
Akibatmya tiga serangkai ditangkap lalu diasingkan. Douwes Dekker
diasingkan ke kupang dan Cipto Mngunkusumo diasingkan ke Pulau Banda.
Sedangkan Suwardi Suryaningrat diasingkan ke Belanda.
4.Organisasi Pemuda

Latar Belakang Berdirinya Organisasi Pemuda


Latar belakang berdirinya beberapa organisasi pemuda disebabkan peran
pemuda di Organisasi Budi Utomo kurang diakui lebih tepatnya diambil alih oleh
golongan tua yang terdiri dari para pegawai negeri dan kaum priyai. Seperti yang
kita ketahui, organisasi Budi Utomo pada awalnya memang didirikan oleh
kumpulan para pelajar, namun pada perkembangan selanjutnya organisasi ini
dikuasai oleh para pegawai negeri dan kaum priyai.

Akibat golongan muda yang semakin tersingkir, para pemuda kemudian


berinisiatif membuat perkumpulan / organisasi sendiri. Berikut ini beberapa
organisasi pemuda yang berhasil berdiri pada masa pergerakan nasional Indonesia.

1. Trikoro Dharmo

Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh para


pemuda setelah Budi Utomo dikuasai oleh para priyai. Organisasi Trikoro Dharmo
berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta,, setelah 3 tahun kemudian, tepatnya
pada tahun 1918 organisasi ini namanya diubah menjadi Jong Java. Tokoh
organisasi gerakan pemuda Jong Java meliputi : Sunardi, R. Satiman
Wiryosanjoyo, Kadarman dan Agus Salim. Tujuan organisasi gerakan pemuda
Jong Java yaitu mencapai kejayaan dengan memperkuat persatuan antara berbagai
pemuda dari Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali.

Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu dengan menambah


pengetahuan umum bagi para anggotanya, menjalin tali silaturahmi antar pelajar
sekolah menengah, sekolah kejuruan atau sekolah guru, kemudian lebih
menguatkan perasaan untuk membangkitkan budaya dan bahasa. Pada awalnya
organisasi ini tidak bergerak dalam bidang politik, tetapi setelah masuknya Agus
Salim bidang politik mulai dijajaki. Akhirnya menimbulkan beberapa pro dan
kontra, ada yang setuju dan tidak setuju mengenai pergeseran jalan ke bidang
politik. Akibat pro kontra tersebut, kemudian yang setuju bergerak dalam politik
memisahkan diri untuk membuat perkumpulan baru yang bernama Jong Islamieten
Bond.

2. Jong Sumatranen Bond


Organisasi pergerakan pemuda yang kedua adalah organisasi Sumatranen
Bond atau disebut juga sebagai persatuan para pemuda Sumatera. Organisasi
pemuda ini didirikan di Jakarta pada tahun 1917. Tokoh pelopor organisasi
pergerakan pemuda ini adalah Muh. Yamin dan Mohammad Hatta. Sementara itu,
tujuan organisasi pergerakan pemuda ini yaitu memperkuat dan memperkukuh
hubungan para pelajar yang berasal dari Sumatera, selain itu tujuan lainnya adalah
mendidik para pemuda Sumatra agar bisa menjadi pemimpin bangsa serta
mengembangkan dan mempelajari budaya asalnya.

3. Organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia

Perkumpulan pemuda ini didirikan pada bulan September 1926 oleh para
pelajar yang berasal dari Jakarta dan Bandung. Tokoh yang mempelopori
berdirinya perkumpulan ini yaitu meliputi : Sugondo, Abdullah Sigit, Reksodipuro,
Suwiryo, Sumanang dan AK. Abdul Gani. Tujuan berdirinya organisasi pergerakan
pemuda ini adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia atau
menjadikan Indonesia menjadi negara yang merdeka bebas dari penjajahan.

4. Organisasi Pemuda Indonesia

Organisasi pemuda didirikan di kota Bandung pada tahun 1927. Sebelum


berganti nama menjadi organisasi Pemuda Indonesia, perkumpulan ini bernama
Jong Indonesia yang anggotanya kebanyakan pemuda Indonesia yang sekolah di
luar negeri. Tokoh-tokoh organisasi pemuda Jong Indonesia meliputi : Moh.
Tamzil, Suwaji, Sugiono, Sartono, Budgiarto, Asaat dan Yusapati.

5.PKI (ISDV)

a. Latar Belakang

Ideologi marxisme masuk ke Indonesia dibawa oleh H.J.F.M Sneevliet. Pada


tahun 1914, Sneevliet bersama J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan Bergsma
mendirikan organisasi yang bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging
(ISDV) di Semarang. Dalam membangun basis massa, Sneevliet mencoba
membawa ISDV bersekutu dengan gerakan yang lebih besar dan dapat bertindak
sebagai jembatan kepada rakyat Indonesia. ISDV kemudian menginfiltrasi Sarekat
Islam karena SI memiliki basis massa yang cukup besar. Selanjutnya, Sneevliet
berhasil mempengaruhi beberapa pemimpin muda Sarekat Islam seperti Darsono
dan Semaun. Dalam perkembangannya, Semaun dan Darsono membentuk SI
Merah yang berafiliasi dengan ISDV. Pada tahun 1918 ISDV berubah nama
menjadi Sociaal Democratische Arbieders Partij (SDAP) atau Partai Buruh Sosial
Demokrat. Pada tanggal 20 Mei 1920 SDAP berubah nama menjadi Partai
Komunis Hindia. Selanjutnya, Kongres Partai Komunis Hindia pada bulan
Desember 1920 menyepakati perubahan nama partai menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI).

B.Akhir

Pada awalnya PKI tidak mendapat banyak dukungan rakyat. Untuk mendapatkan
dukungan rakyat, PKI melakukan propaganda secara besar-besaran dan mendekati
kaum buruh yang menderita sebagai akibat dari depresi ekonomi. PKI juga
mendorong gerakan-gerakan yang bersifat radikal terhadap pemerintah kolonial
Belanda. Salah satu gerakan tersebut adalah pemberontakan PKI pada tanggal 13
November 1926 di Jakarta. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Alimin, Musso,
Sardjono, Budi Sutjitro, dan Sugono. Pemberontakan tersebut tidak berlangsung
lama karena dalam waktu satu minggu pemerintah kolonial Belanda berhasil
menumpasnya. Akibat pemberontakan, puluhan ribu simpatisan PKI ditangkap dan
diasingkan ke beberapa daerah. Pemerintah kolonial Belanda juga menetapkan PKI
sebagai organisasi terlarang di seluruh Indonesia.

6. Perhimpunan Indonesia

a. Latar Belakang

Semula, perkumpulan Indische Vereeniging hanyalah perkumpulan tempat


para mahasiswa dari Hindia-Belanda membicarakan tentang politik tanah-
air.  Indische Vereniging berdiri pada tahun 1908 bersamaan dengan berdirinya
Budi Utomo, pendirinya adalah para pelajar atau mahasiswa Indonesia yang
sedang belajar di Belanda. Tokoh-tokoh Indische Vereniging  antara lain R. Husein
Djajadiningrat, R. M. Ng. Noto Suroto, dan Notodiningrat. Organisasi Indische
Vereniging ini pada mulanya hanya berbentuk kegiatan sosial tempat berkumpul
para mahasiswa Indonesia yang merasa menjadi perantau di negeri Belanda. Sejak
tahun 1913 dengan kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij yang disebut “Tiga
Serangkai” (Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat)
yang diasingkan ke Belanda organisasi ini mulai dimasuki dengan hal-hal yang
bersifat politik.
Anggota dari Indische Vereninging awal mula berdiri tidaklah banyak,
hanya sekitar 30-an (pada tahun 1926 saja anggotanya hanya 36 orang). Namun
pengalaman di Belanda ini, yang kemudian memberikan wawasan dan pemahaman
baru serta pengalaman hidup di tengah-tengah masyarakat yang lebih terbuka
(sebab negeri Belanda bercorak demokratis-liberal), nampaknya berpengaruh besar
terhadap diri para anggotanya, yang kebanyakan masih berusia 20-an itu. Anggota
dari Indische Vereniging antara lain Iwa Kusumasumantri, Moh. Nazir Datuk
Pamuntjak, Moh. Hatta, Sutomo, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Budiarto, Iskaq, J.B.
Sitanala, Darmawan Mangunkusumo, Sastromuljono, Gatot Mangkupradja,
Ahmad Subardjo dll. Mereka ini tentu saja kebanyakan memang berasal dari
keluarga terpandang atau elit tradisional di Indonesia.
Pada tahun 1923 Iwa Kusumasumantri menjadi ketua dari Indische
Vereniging. Pada masa kepemimpinan Iwa Kusumasumantri inilah pada
1924 Indische Vereniging berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging atau
Perhimpunan Indonesia, sedang jurnalnya berubah dari Hindia
Poetra menjadi Indonesia Merdeka. Kata Indonesia sudah secara sadar dipakai
untuk maksud politis. Uniknya, justru kesadaran ini muncul oleh pengaruh
keberanian Belanda melawan penjajahan Spanyol dalam sejarah. Setahun
kemudian pada Januari 1925 Indische Vereniging yang telah berubah nama
menjadi Indonesische Vereniging ini resmi menjadi organisasi politik yang radikal
dan sebulan kemudian nama Perhimpunan Indonesia yang dipakai oleh organisasi
ini.
Tujuan Perhimpunan Indonesia adalah Indonesia Merdeka. Sifat gerakannya
tidak bekerja sama (non-kooperatif) atau antipati terhadap pemerintah kolonial
Belanda. Organisasi ini bermaksud menanamkan kesadaran bahwa bangsa
Indonesia harus percaya pada kemampuannya sendiri tanpa menggantungkan diri
kepada bangsa asing, dan mampu menghadapi pemerintah kolonial Belanda
dengan cara bersatu dan bekerja sama antara bangsa Indonesia untuk mencapai
Indonesia merdeka.

b.Perkembangan

kegiatan-kegiatan politik Perhimpunan Indonesia (PI) sangat menarik


perhatian dunia internasional. Salah satu aksi yang paling dikenal adalah
manifesto politik yang dikeluarkan pada 1925. Kegiatan tersebut berdampak
hingga membuat pemerintah Belanda merasa terancam akan keberadaan organisasi
pergerakan nasional Indonesia itu Karena tidak ada yang menyangka sebelumnya
kalau organisasi yang awalnya didirikan dengan sifat sosial berubah menjadi
organisasi pergerakan nasional. Bahkan aktif memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia di kancah internasional. Penggunaan istilah “Indonesia” menunjukan
sifat radikal yang menuntut Indonesia merdeka.

Bukan hanya nama organisasi, perubahan nama juga terjadi pada majalah
terbitan Perhimpunan Indonesia yang semula bernama Hindia Putra menjadi
Indonesia Merdeka dengan semboyannya “Indonesia merdeka, sekarang!”. Sifat
organisasi berubah drastis dari organisasi sosial menjadi organisasi politik. Mereka
mengambil keputusan untuk memegang prinsip non-kooperasi. Pada 1923,
Perhimpunan Indonesia mengeluarkan Deklarasi Perhimpunan Indonesia yang
dimuat dalam majalah Hindia Putra. Dalam deklarasi tersebut memakai kata
“Bangsa Indonesia” yang menunjukkan cita-cita Perhimpunan Indonesia akan
sebuah negara baru yang merdeka
Pada 1925 deklarasi tersebut berkembang menjadi manifesto politik. Karena
menyakini hanya kemerdekaan yang dapat mengembalikan harga diri bangsa
Indonesia. Perkembangan teknologi media cetak  dan jurnalisme memiliki peran
penting dalam menyebarkan manifesto politik ini. Ide-ide tentang persatuan,
nasionalisme yang digagas Perhimpunan Indonesia tidak hanya beredar di Belanda,
tetapi juga beredar di Hindia Belanda. Dampaknya, ide-ide tersebut memengaruhi
organisasi pergerakan nasional di tanah air. Para pejuang kemerdekaan di Hindia
Belanda menjadi sadar bahwa mereka adalah satu bangsa walaupun berbeda suku
bangsa dan agama. Kesadaran inilah yang memunculkan lahirnya Sumpah Pemuda
pada 1928.
Aktivitas Perhimpunan Indonesia (PI) semakin meningkat sejak
bergabungnya Mohammad Hatta dan Ahmad Subarjo dalam kepenggurusan.
Mereka menegaskan bahwa tujuan Perhimpunan Indonesia yaitu Indonesia
merdeka yang akan dicapai melalui aksi bersama. Mereka juga mendapatkan
dukungan internasional, sehingga Perhimpunan Indonesia aktif dalam kegiatan-
kegiatan organisasi internasional menentang penjajah. Organisasi internasional
seperti Liga Demokrasi Internasional, Liga Penentang Imperialisme dan
penindasan kolonial. Bahkan Perhimpuan Indonesia memiliki pengaruh cukup
besar di Indonesia. Banyak organisasi-organisasi pergerakan nasional berdiri
karena terinspirasi dari Perhimpunan Indonesia. Organisasi tersebut, yakni
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Partai Nasional Indonesia (PNI),
dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia). Walaupun perjuangan yang dilakukan
bersifat internasional, dampaknya juga dirasakan dalam lingkup nasional.

7. PNI

Latar belakang berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) yaitu karena


dipengaruhi situasi yang cukup kompleks mengenai sosial politik pada saat itu.
Pemberontakan dengan cara keras sudah tidak bisa dilakukan lagi setelah pecahnya
beberapa pemberontakan yang dilakukan PKI, oleh karena itu harus membentuk
sebuah gerakan baru.
PNI atau singkatan dari Partai Nasional Indonesia didirikan pada tanggal 4
Juli 1927 di kota Bandung, tokoh-tokoh yang terlibat dan bergabung dengan PNI
meliputi : Ir Soekarno, Ir Anwari, Dr Samsi, Dr. Cipto Mangunkusumo, Budiarto
SH dan Sartono SH. Pada awal berdiri partai ini bernama Perserikatan Nasional
Indonesia, tetapi kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai
Nasional Indonesia. Pada kongres pertama untuk meresmikan PNI, Ir Soekarno
kemudian ditunjuk untuk menjadi ketua, tetapi pada perkembangan selanjutnya Mr
Sartono menggantikannya sebagai ketua. Ajaran yang menjadi dasar PNI adalah
Marhaenisme atau bisa diartikan sebagai perjuangan sosiodemokratis dan
sosionasionalis. PNI berhasil melakukan beberapa kongres yang sangat ditentang
oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. 

Tujuan Partai Nasional Indonesia


Tujuan PNI yaitu kemerdekaan Indonesia. Tujuan tersebut akan dicapai melalui
asas / dasar "Percaya Pada Diri Sendiri". PNI berusaha memperbaiki keadaan
politik, sosial, ekonomi dan budaya dengan kekuatan sendiri. Usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain :

 Usaha dalam bidang politik : PNI berusaha memperkuat rasa kesatuan dan
persatuan kebangsaan, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan,
kehidupan politik dan memberantas segala penghalang usaha kemerdekaan.
Selain itu melalui PPPKI, PNI berhasil menghimpun beberapa organisasi
pergerakan lainnya yang sudah terbentuk.
 Usaha dalam bidang sosial : Berusaha memajukan pengajaran berskala
nasional, mengangkat derajat wanita, mengurangi pengangguran,
memperbaiki kesehatan, meningkatkan transmigrasi.
 Usaha dalam bidang ekonomi : Berusaha memajukan ekonomi melalui
perdagangan rakyat, koperasi, industri kecil, kerajinan-kerajinan dan bank-
bank.

Perkembangan Partai Nasional Indonesia kemudian membuat Belanda semakin


resah, karena ajarannya mengenai pergerakan kemerdekaan. Pada tanggal 24
Desember 1929 pemerintah Hindia Belanda kemudian mengeluarkan perintah
untuk penangkapan para tokoh-tokoh PNI. Setelah 5 hari, kemudian para tokoh-
tokoh PNI ditangkap dan pada tahun 1930 para tokoh yang berhasil ditangkap
seperti Ir Soekarno, Moh Hatta dan Sutan Syahrir dimasukkan kedalam penjara
Sukamiskin.
Dalam masa di pengadilan, Ir Soekarno sempat membacakan pidato yang cukup
terkenal sampai sekarang, yakni berjudul "Indonesia Menggugat". Soekarno
membacakan pidato tersebut sebagai gugatannaya di pengadilan. PNI pun akhirnya
dibubarkan saat dipimpin oleh Mr Sartono, ia kemudian membentuk Partindo
(Partai Indonesia) pada tanggal 25 April 1931. Mohammad Hatta yang tidak setuju
dibentuknya Partai Indonesia kemudian membentuk PNI Baru atau bisa disebut
Pendidikan Nasional Indonesia. Tokoh-tokoh PNI lama kemudian bergabung,
seperti Ir Soekarno. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, tokoh-tokoh PNI di
tangkap lagi dan dibuang / diasingkan. Pada tahun 1933 Ir Soekarno ditangkap dan
di buang di Flores sampai tahun 1942, sementara Mohammad Hatta dan S Syahrir
dibuang ke Bandaneira sampai tahun 1942.

8. GAPI
a. Latar belakang

Pendirian GAPI berawal dari penolakan Belanda terhadap Petisi Soetardjo


pada tahun 1936. Kegagalan Petisi Soetardjo mendorong Moh. Hoesni Thamrin
untuk menyatukan partai politik di Indonesia dalam bentuk organisasi. Alasan lain
terbentuknya GAPI adalah munculnya paham fasisme di dunia Internasional yang
sangat mengkhawatirkan bagi nasib demokrasi di Indonesia. Tokoh nasional
Indonesia khawatir akan penyebaran fasisme di kalangan pemerintah kolonial
Belanda.
Berdasarkan anggaran dasar organisasinya, GAPI memiliki tujuan untuk:
Menyatukan partai politik Indonesia dalam perjuangan kedaulatan pemerintahan
Indonesia, Demokratisasi pemerintahan Indonesia, Mencegah konflik antar partai
politik Indonesia dalam melakukan perjuangan kemerdekaan untuk mencapai
tujuannya, GAPI berpegang teguh pada asas-asas berikut: Hak untuk menentukan
nasib bangsa Indonesia sendiri, Persatuan aksi seluruh organisasi pergerakan
Indonesia, Persatuan nasional Indonesia yang berpedoman pada prinsip kerakyatan

b. perkembangan

Perjuangan GAPI sebagai organisasi federasi partai politik, GAPI secara


aktif menuntut kepada Belanda untuk menerapkan pemerintahan demokratis bagi
Indonesia. Tuntutan GAPI tersebut direalisasikan dalam bentuk gerakan yang
disebut dengan Indonesia Berparlemen. Dalam gerakan Indonesia Berparlemen,
GAPI menuntut pembentukan parlemen atau lembaga legislatif yang anggotanya
dipilih langsung oleh rakyat dan pemerintah harus bertanggung jawab langsung
terhadap parlemen tersebut. Pada perkembangannya, GAPI terus melakukan
penyebaran gagasan Indonesia Berparlemen melalui Kongres Rakyat Indonesia.
Selanjutnya, hasil Kongres Rakyat Indonesia menjadi sebuah propaganda GAPI
untuk mewujudkan sistem pemerintahan demokratis di Indonesia.
9. Parindra

Pada dekade 1930-an, banyak muncul partai-partai politik yang


menempuh cara-cara koopratif dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Pergerakan perjuangan secara kooperatif dianggap lebih rasional dan
mampu meminimalisasi konfrontasi antara masyarakat pribumi dan pemerintah
kolonial yang berpotensi menimbulkan korban jiwa. Partai Indonesia Raya atau
Parindra merupakan salah satu organisasi pergerakan politik yang aktif dalam
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia melalui cara-cara kooperatif.
Pendirian Parindra didirikan pada kongres bersama antar organisasi tanggal 24-26
Desember 1935 oleh dr.Sutomo dan tokoh-tokoh nasionalis moderat Indonesia.
Dalam buku Sejarah Pemikiran Indonesia Modern (2013) karya Taufik
Abdullah, Parindra merupakan gabungan dari organisasi-organisasi pergerakan
seperti, Budi Utomo, Paguyuban Pasundan, Serikat Betawi, Serikat Ambon,
Serikat Minahasa, Sumtranen Bond dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Latar
belakang pembentukan Parindra bermula dari keinginan golongan priayi
cendekiawan Jawa untuk membentuk wadah perjuangan politik demi kemerdekaan
bangsa Indonesia. Selain itu, golongan priayi cendekiawan Jawa juga berkeinginan
untuk menerapkan perjuangan kooperatif terhadap kolonialisme Belanda.

b.perkembangan

Pada perkembangannya, cita-cita dan gagasan perjuangan Parindra menarik


banyak simpati dari masyarakat Indonesia. Pada tahun 1939, anggota Parindra
meningkat hampir 3 kali lipat hingga 11.250 orang. Perjuangan Parindra
menempuh jalur politik, sosial dan ekonomi untuk mewujudkan cita-cita persatuan
dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada umumnya, gerakan politik Parindra
bersifat kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Namun, dalam kondisi-
kondisi tertentu Parindra berani bersikap non-kooperatif terhadap Belanda. Dalam
bidang politik, Parindra memanfaatkan keberadaan Volksraad (Dewan Rakyat)
untuk menyampaikan aspirasi tentang kemerdekaan Indonesia dalam bidang
pemerintahan.
Selain itu, Parindra juga bergabung dengan Gabungan Politik Indonesia
(GAPI) untuk menyatukan visi partai politik dalam perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Dalam bidang sosial, Parindra mendirikan perkumpulan
buruh tani bernama Rukun Tani. Selain itu, Parindra juga rutin mennyebarluaskan
gagasan kemerdekaan dengan membentuk percetakan, majalah dan surat kabar
yang dikelola secara mandiri. Dalam bidang ekonomi, Parindra berhasil
mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya serta mendirikan koperasi
masyarakat pribumi.
10. Partindo
A.  Latar Belakang Lahirnya Partindo
Setelah PNI dibubarkan pada bulan april 1931. Pimpinan Mr. Sartono
mendirikan partai baru dengan beberapa simpatisannya untuk melanjutkan cita-cita
PNI yang lama dalam bentuk lain maka partai baru itu dinamakan Partai Indonesia
atau disingkat Partindo. Yang tidak menyetujui pembubaran PNI lama yaitu Drs.
Moh. Hatta dan St. Sjahrir mendirikan partai baru yaitu Pendidikan Nasional
Indonesia atau PNI baru.
Baru saja heboh PNI selesai dan soal “wilde schoolen ordonantie” reda,
timbul persoalan baru, yaitu pemberontakan diatas kapal perang de zeven
provincien pada tanggal 5 februari 1933. Pemberontakan ini didahului oleh
gerakan-gerakan perlawanan dari personil marinir di surabaya dengan dalih
menuntut kenaikan gaji. Pemerintah kolonial membom kapal penjelajah itu dan
pemberontak menyerah.
Sementara itu dari kalangan masyarakat Belanda timbul suatu perasaan
kekhawatiran tentang adanya aksi sosial dari golongan yang mereka sebut
inlanders. Aksi sosial yang muncul di masyarakat ini digunakan oleh masyarakat
belanda untuk menghantam musuh politiknya. Pemerintah condong untuk
mengikuti jalan pemikiran golongan masyarakat belanda tersebut dan mengambil
tindakan yang keras terhadap golongan pergerakan nasional yang radikal.
Sejak ada nya peristiwa diatas, propaganda massa yang dilakukan oleh
Partindo dan PNI baru oleh pemerintah kolonial diperhatikan dengan seksama dan
dianggap sebagai bahaya untuk ketentraman umum.
Sebenarnya pemimpin-pemimpin pergerakan tidak melakukan tindakan-
tindakan berbahaya, tetapi aksinya dan propaganda nya menurut pemerintah
kolonial menyebabkan rakyat dan keadaan bergolak, hingga menimbulkan  sikap
bermusuhan terhadap pemerintah kolonial. Disebabkan memburuknya
perekonomian, rakyat gampang sekali tersinggung dan kata-kata pemimpin
pergerakan merugikan pemerintah kolonial.
Perkembangan ini dipakai sebagai alasan yang menyebabkan rentetan
tindakan-tindakan terhadap partai-partai politik yang berhaluan non kooperasi.
Apabila partai-partai yang berhaluan non kooperasi bersatu maka keadaannya akan
lebih baik. Tetapi partai-partai politik itu sendiri saling bertengkar, hal yang
seharusnya tidak dilakukan.
Terutama sejak peristiwa de seven provincien, pihak  polisi kerap melakukan
pengawasan terhadap perkumpulan-perkumpulan radikal. Pada pertengahan tahun
1932, perkumpulan-perkumpulan ini banyak dirugikan dengan iterupsi-interupsi
dari pihak kepolisian untuk menunda rapat-rapat. Di bulan-bulan awal tahun 1933
walaupun sering polisi membubarkan rapat-rapat yang diadakan oleh pengikut-
pengikut Soekarno,  tetapi perhatian rakyat masih banyak. Pada bulan-bulan
febriari sampai maret 1933, soekarno yang sudah dibebaskan beserta pemimpin-
pemimpin Partindo yang lain mengadakan suatu propaganda keliling diberbagai
tempat di Jawa Tengah. Isi pidatonya adalah menyerang kaum imperialis dan
menganjurkan adanya persatuan diantara kaum marhaenis untuk dapat mencapai
indonesia merdeka. Rapat-rapat umum itu banyak yang dibubarkan
karena  dianggap menggangu ketertiban oleh polisi.
Tindakan pemerintah dan polisi  tersebut seperti yang terlihat di atas, di
dalam volksraad ramai dibicarakan. Seorang tokoh fraksi nasional Hoesni
Thamrin, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada tanggal 4 april 1933. Ia
menunjuk contoh-contoh beberapa kejadian atas tindakan polisi, hal tersebut
menjadikan suasana lebih tegang. Jawaban dari wakil pemerintah Mr. Vonk
merupakan tuduhan yang keras terhadap diri Thamrin yang dianggap sebagai
pembela dari golongan ekstrimis.
Ketika sedang hangat-hangatnya memperdebatkan persoalan tindakan polisi,
Partindo menyelenggarakan kongres yang ke II. Pemerintah melihat sikap Partindo
makin dapat membakar semangat rakyat. Demikian juga dengan PNI baru, oleh
karena itu perlu diadakan tindakan tegas bagi kedua partai tersebut. Untuk
melumpuhkan semangat mereka, pemerintah mengambil keputusan pada tanggal
27 juni 1933 untuk melarang pegawai-pegawai negri menjadi anggota Partindo dan
PNI baru. Tindakan pemerintah tersebut sebenarnya tidak banyak memukul kedua
partai tersebut karena anggota-anggotanya kebanyakan bukan pegawai
pemerintahan.
Ketegangan memuncak setelah penangkapan Soekarno dan kawan-
kawannya pada tanggal 1 agustus 1933. Alasan penangkapan berdasarkan isi surat
selebaran mencapai Indonesia merdeka yang didakwa melanggar peraturan
pemerintah. Sebelum surat selebaran tersebut, telah diadakan tindakan peneguran
terhadap Soekarna berhubungan dengan karangan-karangan yang termuat  dalam
majalah fikiran rakyat yang di pimpinnya, yang dianggap menebar bibit kebencian
terhadap pemerintah.
Pada hari berikutnya keluarlah keterangan pemerintah dalam
sidang volksraad. Keterangan tersebut menyatakan bahwa secara bulat
memutuskan membatasi hak kebebasan pers untuk perhimpunan-perhimpunan
Partindo dan PNI baru. Pemerintah tidak mengambil tindakan untuk membubarkan
perkumpulan-perkumpulan politik tersebut. Sementara itu keadaan golongan
radikal menjadi kurang menyenangkan karena dalam akhir tahun 1933 beberapa
pemimpinnya meninggalkan Partindo. Mula-mula Gatot Mangkoepradja,
kemudian menyusul Ir. Soekarno sendiri. Tidak diketahui apakah keluarnya tokoh-
tokoh itu dari partai adalah siasat saja, karena adanya kemungkinan-kemungkinan
menyelamatkan partai berhubung dengan nota Colijn kepada Tweede Kamer
dimana disebutkan perlu adanya tindakan-tindakan terhadap pemimpin-pemimpin
partai politik, karena tindakan-tindakan mereka makin berkobar-kobar dan aksi-
aksinya selalu menghasut, dimana kesukaran ekonomi oleh mereka digunakan oleh
mereka untuk dipergunakan sebagai propaganda penting. Dan Ir. Soekarno punya
pengaruh sangat besar terhadap Partindo dan PNI baru.
Keluarnya Ir. Soekarno dari Partindo mendapat reaksi dari kalangan
pergerakan nasional pada umumnya teristimewa dari golongan pendidikan nasional
Indonesia yaitu Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir dan Maskun. Sebab keluarnya
pemimpin-pemimpin Partindo merupakan tamparan bagi pergerakan nasional pada
umumnya. Setelah pemimpin-pemimpin Partindo mengalami pembuangan,
pemerintah kolonial melalukan sorotan yang seksama kepada jalannya Pendidikan
Nasional Indonesia atau PNI baru.

     B. Perkembangan Partindo

Dalam tahun 1933 Partindo telah mempunyai 71 cabang (antaranya ada 24


calon cabang), beranggotakan kira-kira 20.000. Ia berusaha terus-menerus
memperbesar bilangan anggotanya, supaya dapat menjadi suatu partai rakyat
sesungguh-sunnguhnya. Dipergunakanlah suatu daftar usaha, lengkap mengenai
hal-hal sosial, ekonomi dan politik, yang semuanya harus meratakan jalan menuju
Republik Indonesia. Oleh Pemerintah disambut aksi ini dengan mengadakan
tindakan seperti yang diadakan terhadap PNI baru, yaitu :
a.       Memperkeras pengawasan polisi di rapat-rapat.
b.      Larangan bagi pegawai negeri menjadi anggotanya (27 Juni 1993).
c.       Larangan mengadakan persidangan di seluruh Indonesia (1-08-19330)
d.      Penangkapan-penangkapan Ir. Soekarno yang seperti tercatat di  atas
memimpin Partindo setelah keluar dari penjara, ditangkap kembali dan diasingkan
pada awal 1934 ke Flores (Besluit Gubernemen tanggal 28 Desember 1933 No. 2Z.

   C.  Bubarnya Partindo

Penangkapan atas diri pemimpin besar dari Partindo itu dan larangan yang
ditimpakan padanya tentang berapat, menyebabkan Partindo memasuki suatu
tempo yang tidak mengandung aksi. Oleh karena ternyata, bahwa adanya partai ini
sebagai anggota PPKI menjadi suatu rintangan untuk berapat (Kongres Indonesia
Raya bulan Desember 1933 Partindo keluar dari federasi ini. Dari kalangan partai
itu timbul makin lama makin banyak  suara, yang ingin supaya Partindo
dibubarkan saja dan supaya didirikan partai baru, jadi amat berlainan sekali dengan
pendirian pemimpin-pemimpin PNI baru.
Bertambah merosotnya Partindo itu oleh karena berhentinya segala aksi itu,
menyebabkan akhirnya  pengurus besar mengumumkan pada pertengahan
November 1936, bahwa diambil keputusan membubarkan partai itu. Sebagai
sebab-sebabnya dikemukakan, bahwa partai itu, karena akibat larangan berapat dan
jeleknya perekonomian rakyat, sulit sekali hidupnya. Seperti pada pembubran PNI
lama (dalam tahun 1931 oleh Mr. Sartono) juga pembubaran Partindo oleh Mr.
Sartono juga, terjadi dengan tidak mendapat persetujuan anggota seluruhnya ; di
beberapa tempat (umpamanya di Yogya, Semarang) di coba dengan mendirikan
sebuah komite Pertahann P.I, untuk menghambat pembubaran itu, tetapi tidak
berhasil.

Anda mungkin juga menyukai