Anda di halaman 1dari 9

Allama Rozan Firdaus

XI MIPA 10/05

Tugas Resume Operasi Plastik

1.Sejarah Operasi Plastik

Prosedur operasi plastik tertua yang tercatat sejarah dilakukan pada


abad 16. Gaspare Tagliacozzi, seorang tabib asal Italia mencoba
memperbaiki cacat hidung salah satu pasiennya dengan transplantasi
jaringan kulit dari lengan bagian dalam.

Sementara istilah operasi plastik sendiri digunakan untuk pertama


kalinya pada abad 19, tepatnya pada tahun 1837. Namun seperti yang
sudah kita ketahui bersama, bedah kosmetik ini sama sekali tidak
menggunakan bahan plastik yang baru ditemukan 18 tahun kemudian. Lalu
dari mana istilah operasi plastik berasal?

Kata plastik dalam operasi plastik diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu
plastikos. Kata ini memiliki arti ‘membentuk’ atau ‘mencetak’, sesuai
dengan tujuan operasi plastik pada saat itu, yaitu rekonstruksi bagian tubuh
yang rusak atau mengalami kecacatan.

Pada pertengahan abad 19, jenis operasi plastik semakin beragam. Salah
satunya adalah rhinoplasty atau operasi hidung. Hal ini sejalan dengan
perkembangan teknik anestesi dan sterilisasi yang penting untuk
meminimalisir risiko dalam operasi plastik. Kendati demikian, pada masa
itu operasi plastik belum diakui sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran

2. Pengertian Operasi Plastik


Operasi plastik, biasa disingkat oplas, sebenarnya dilakukan untuk
memperbaiki cacat dan kekurangan pada fisik, misalnya akibat penyakit,
cedera, penyakit bawaan, atau pembedahan yang pernah dijalani. Namun,
tidak menutup kemungkinan jika operasi plastik dilakukan untuk
memperbaiki keseimbangan dan kecantikan tubuh. Itu mengapa tujuan
operasi plastik dibagi menjadi dua, yaitu perbaikan (rekonstruktif) dan
kecantikan (estetika).

A. Operasi Plastik Reskrontuktif

Bedah rekonstruktif adalah berbagai tindakan


bedah yang dilakukan untuk mengembalikan
penampilan atau fungsi semula dari bagian
tubuh tertentu. Bedah rekonstruktif umumnya
dilakukan untuk memperbaiki cacat pada
tubuh yang disebabkan oleh penyakit atau
trauma. Bedah rekonstruktif dibedakan berdasarkan organ tubuh yang
membutuhkan pembedahan.

1. Cara Kerja Bedah Rekonstruktif

Bedah rekonstruktif sering dilakukan dengan mengikuti konsep tangga


rekonstruktif, yang mengolongkan setiap kasus berdasarkan tingkat
kerumitannya. Pembedahan yang paling sederhana hanya membutuhkan
penjahitan luka sederhana, sedangkan pembedahan yang lebih rumit
kemungkinan akan membutuhkan pencangkokan kulit dan teknik pelebaran
jaringan. Rincian cara pelaksanaan suatu tindakan bergantung pada jenis
bedah rekonstruktif yang akan dilakukan. Beberapa jenis bedah
rekonstruktif yang paling umum adalah:

Pengangkatan kanker kulit – Tindakan bedah yang dilakukan untuk


mengobati kanker kulit meliputi pengangkatan pertumbuhan kulit yang
abnormal agar kulit kembali terlihat normal. Bedah perbaikan bibir sumbing
dan celah pada langit-langit mulut – Tindakan bedah ini dilakukan pada
pasien anak yang sejak lahir sudah memiliki bibir sumbing dan kelainan
pada langit-langit mulut. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit anak
yang dapat ditangani melalui pembedahan tidak lama setelah anak
dilahirkan.

Perbaikan bekas luka – Bedah perbaikan bekas luka dilakukan untuk


meningkatkan penampilan dari bekas luka akibat bedah atau trauma,
sehingga bagian tubuh yang memiliki bekas luka dapat kembali ke
penampilan semula. Pasien sebaiknya tidak memiliki harapan yang terlalu
berlebihan ketika menjalani bedah perbaikan bekas luka; karena hasil dari
pembedahan ini bergantung pada ukuran, letak, dan kedalaman bekas luka.
Ada beberapa bekas luka yang sulit dihilangkan sepenuhnya dan bedah
rekonstruktif hanya bisa menyamarkan bekas luka tersebut, sehingga
bekas luka ini tidak terlalu memengaruhi tubuh. Namun, bekas luka yang
lebih kecil dan lunak dapat lebih mudah ditangani.

Penanganan bekas luka bakar – Bedah rekonstruktif ini digunakan untuk


memperbaiki penampilan kulit setelah terkena luka bakar. Pemindahan
jaringan – Pemindahan jaringan atau transplantasi jaringan flap adalah
bedah rekonstruktif yang dapat mengembalikan penampilan dan sensasi
dari bagian tubuh kembali seperti semula dengan mencangkok jaringan
dari tubuh pasien atau tubuh donor yang telah meninggal. Pemindahan
jaringan dilakukan dengan mengambil jaringan tubuh, seperti kulit, lemak,
otot, saraf, dan tulang dari satu bagian tubuh dan memindahkannya ke
bagian tubuh yang diinginkan. Salah satu proses dari tindakan ini adalah
pelekatan saraf, arteri, dan pembuluh darah. Bedah rekonstruktif juga dapat
dilakukan apabila pasien mengalami cedera pada wajah dan tangan serta
ketika pasien menderita suatu penyakit pada rahang, kepala, dan leher.
Tindakan bedah ini dilakukan oleh dokter bedah maksilofasial dan dokter
ahli THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan). Penyebab paling umum dari
cacat pada tubuh adalah kanker atau pertumbuhan tumor yang abnormal.

B. Operasi Plastik Estetika

Operasi bedah plastik estetik


merupakan tindakan medis yang
fokus lebih pada pembenahan fisik
yang sehat (tidak cacat), dengan
tujuan mencapai tampilan yang lebih
menarik (harmoni) sesuai dengan
keinginan pasien itu sendiri. Seperti memperindah bentuk alis, mata,
kelopak mata, hidung, dagu, penyempurnaan bentuk tulang pipi, serta
perbaikan payudara.

Saat ini, dengan ilmu kedokteran yang semakin maju dan perangkat medis
yang semakin canggih, operasi plastik tidak lagi menjadi hal yang
menakutkan. Sebaliknya, operasi bedah plastik estetik justru kian diminati
masyarakat untuk memperbaiki penampilannya, supaya lebih terlihat cantik
atau ganteng sesuai keinginan. Intinya supaya kepercayaan diri meningkat.

Tuntutan gaya hidup inilah yang kerap membuat seseorang memutuskan


untuk menambah keindahan ideal pada bagian wajah secara instan. Akan
tetapi, setiap tindakan operasi dan tindakan bedah plastik selalu ada risiko-
risiko yang harus diketahui (dipertimbangkan). Sebab jika tidak hati-hati
atau dilakukan dengan gegabah, tindakan operasi plastik justru dapat
memicu efek samping yang cukup parah (disharmoni).

Efek samping usai operasi plastik di bagian wajah akan mengalami memar,
nyeri, kulit memerah dan mengeluarkan cairan. Risiko yang ringan akan
dengan sendirinya membaik, seiring dengan berlangsungnya proses
penyembuhan.
Resiko paling parah pada tindakan operasi plastik adalah ketidaksesuaian
hasil operasi dengan keinginan pasien, yang memungkinkan dapat
berdampak pada kejiwaan pasien itu sendiri (stres). Contoh, operasi
plastik pada bagian hidung inggin lebih mancung tapi hasilnya justru
kadang tidak simetris, dan ini justru menjadi sangat buruk.

3. Risiko Operasi Plastik

Setiap jenis operasi dan tindakan bedah memiliki risiko, tak terkecuali
operasi plastik. Sebelum memutuskan untuk menjalani operasi ini, Anda
pun perlu memahami risiko-risiko yang mengintai. Beberapa di antaranya
yaitu:

Icon Search

Covid SOS SehatQ

Kulit & Kecantikan

Menimbang Manfaat dan Risiko Operasi Plastik

Operasi plastik dibenci dan dicinta. Beberapa orang ada yang ingin
menjalani tindakan ini untuk mengubah penampilan fisiknya. Apakah Anda
termasuk? Jika iya, ketahui dulu manfaat dan risiko dari operasi plastik.

11 Dec 2019|Arif Putra

Ditinjau olehdr. Reni Utari

Operasi plastik dapat berupa operasi kosmetik dan bedah rekonstruksi dan
tetap memiliki sejumlah risiko kesehatan.

Operasi kosmetik merupakan operasi plastik yang bertujuan untuk


mempercantik penampilan fisik.
Topik terkait operasi plastik atau oplas selalu hangat dibicarakan. Prosedur
ini sering dikaitkan dengan kecantikan dan ketampanan artis Hollywood
dan Korea. Tak jarang orang memiliki keinginan operasi plastik karena
tidak pede dengan penampilannya.

Setiap tindakan medis ada pro dan kontranya, tak terkecuali operasi
plastik. Bagaimana manfaat dan risiko dari tindakan ini?

Apa itu operasi plastik? Apa manfaatnya?

Operasi plastik adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah


penampilan seseorang atau membantu mengembalikan kemampuan
bagian tubuh untuk berfungsi. Istilah “plastik” sebenarnya tak berkaitan
dengan bahan plastik, melainkan dari bahasa Yunani “plastikos” yang
berarti “untuk membentuk”.

Sebenarnya, operasi plastik dapat berupa operasi kosmetik (estetik) dan


bedah rekonstruksi. Sesuai namanya, operasi rekonstruksi bertujuan untuk
mengoreksi kecacatan pada bagian tubuh. Cacat tersebut dapat terbentuk
sejak lahir atau karena kecelakaan.

Operasi atau bedah rekonstruksi dilakukan untuk alasan medis. Ada


banyak penyakit yang ditangani dengan bedah rekonstruksi, termasuk
kanker mulut dan cedera tangan.

Sementara itu, operasi kosmetik dilakukan untuk meningkatkan


penampilan fisik seseorang, mulai dari bagian kepala hingga bagian kaki.
Jenisnya pun dapat beragam, seperti facelift atau rhytidectomy
(penghilangan kerutan di wajah), pembesaran payudara, hingga rhinoplasty
atau nose-job (untuk mempercantik hidung). Walau namanya operasi
estetik, tak semua tindakan ini melibatkan “operasi”.
Risiko operasi plastik yang harus dipertimbangkan

Setiap jenis operasi dan tindakan bedah memiliki risiko, tak terkecuali
operasi plastik. Sebelum memutuskan untuk menjalani operasi ini, Anda
pun perlu memahami risiko-risiko yang mengintai. Beberapa di antaranya
yaitu:

1. Kerusakan saraf

Pada beberapa kasus tindakan bedah, risiko kerusakan saraf dapat terjadi,
termasuk saat menjalani operasi plastik. Komplikasi ini paling jelas terjadi
di saraf wajah yang membuat Anda sulit untuk memberikan ekspresi muka.
Mata yang terlihat terkulai pun berisiko terjadi.

Mayoritas kasus kerusakan saraf akibat operasi plastik dapat ditangani,


walau ada pula yang menjadi kerusakan permanen.

2. Terbentuk jaringan parut

Pembentukan jaringan parut sering terjadi pada tindakan bedah, termasuk


operasi plastik. Tentunya hal ini dapat mengganggu orang yang
mengalaminya karena tujuan operasi kosmetik adalah meningkatkan
estetika diri.

Pasien bisa menurunkan risiko jaringan parut ini, dengan tidak merokok
pascaoperasi, mengonsumsi makanan sehat, serta mengikuti arahan
dokter.

3. Infeksi

Infeksi menjadi salah satu komplikasi operasi plastik yang umum terjadi.
Salah satunya yakni infeksi selulitis yang merupakan infeksi pada kulit.
Pada beberapa kasus, infeksi pascaoperasi plastik dapat terjadi di tubuh
bagian dalam dan menjadi parah. Kondisi ini akan membutuhkan
pemberian antibiotik secara intravena.

4. Perdarahan

Operasi apa pun berisiko menimbulkan perdarahan. Apabila tidak


terkontrol, perdarahan dapat menimbulkan penurunan tekanan darah
dengan risiko kematian.

Perdarahan tersebut dapat terjadi selama proses operasi maupun


pascaoperasi. Perdarahan setelah operasi plastik dapat disebabkan oleh
pasien yang terlalu aktif bergerak.

5. Hematoma

Hematoma adalah kumpulan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah


dan terkadang menimbulkan rasa sakit. Hematoma umum terjadi hampir di
semua jenis operasi, seperti facelift maupun pembesaran payudara.

6. Seroma

Seroma mirip dengan hematoma, yang merupakan kumpulan cairan


limfatik di permukaan kulit. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan
dan rasa sakit. Risiko ini juga bisa terjadi di semua operasi, termasuk
operasi plastik abdominoplasty (pengencangan perut).

Apabila kumpulan cairan tersebut cukup besar, dokter akan menyingkirkan


cairan tersebut menggunakan jarum. Langkah ini efektif untuk menangani
seroma pascaoperasi, walau tetap berisiko kumpulan cairan tersebut
muncul kembali.

7. Gumpalan darah
Terbentuknya gumpalan darah menjadi risiko yang umum terjadi di banyak
prosedur medis, termasuk operasi plastik. Salah satu jenis gumpalan
tersebut adalah trombosis vena dalam yang terbentuk di area kaki.

Gumpalan darah harus ditangani oleh dokter, sekalipun di banyak kasus tak
mengancam nyawa. Gumpalan tersebut dapat mematikan jika gumpalan
darah bergerak melalui pembuluh balik menuju jantung dan paru-paru.

8. Operasi plastik gagal

Menjadi momok bagi pasien yang menjalani operasi kosmetik, hasil


operasi yang tak sesuai keinginan tetap bisa terjadi. Tak hanya gagal
memberikan peningkatan penampilan fisik, hasil operasi ini juga dapat
menjadi lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

9. Komplikasi anestesi

Anestesi atau bius adalah tindakan untuk membuat pasien hilang


kesadaran beberapa saat, sehingga pasien tidak merasakan saat operasi
berlangsung. Komplikasi tersebut dapat berupa infeksi paru-paru, stroke,
serangan jantung, hingga kematian.

10. Kematian

Setiap operasi berisiko menimbulkan kematian pasien. Walau mungkin


risiko tersebut kecil, sangat mungkin pasien meninggal dunia saat
menjalani operasi. Komplikasi akibat reaksi dari obat anestesi merupakan
kasus kematian yang paling banyak terjadi karena menjalani operasi.

Anda mungkin juga menyukai