Anda di halaman 1dari 3

Allama Rozan Firdaus

XII MIPA 10/05

Studi Kasus Pelecehan Seksual di Universitas Riau

Baru-baru ini media sosial twitter dihebohkan dengan thread mengenai kejadian
pelecehan seksual di Universitas Riau pasca keluarnya Permendikbud Nomor 30
tahun 2021. Mahasiswa hubungan internasional berinisial L dilecehkan di
lingkungan kampus oleh dosen pembimbing skripsi sekaligus dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Unri, bernama Syafri Harto. Mahasiswa tersebut melalui
video pengakuannya bersaksi bahwa dosen tersebut mengucapkan kata yang
bernada asusila selama melakukan bimbingan skripsi. Selain itu, ketika sang
mahasiswi pamit keluar ruangan, Syafri Harto meremas pundak pelaku dan
mendekatkan badannya ke korban. Selanjutnya sang dosen berusaha untuk
mencium korban.

Lantas korban meminta bantuan kepada kepala jurusan untuk menindaklanjuti


kasus pelecehan tersebut. Namun, kepala jurusan tersebut tidak mendukung,
malahan menertawakan korban dan mengancam korban supaya tidak melapor ke
kepolisian. Merasa tidak didengar, korban bersama KOMAHI Unri membuat video
pengakuan tentang kekerasan seksual yang dilakukan oleh Syafri Harto dan
melaporkan kasus pelecehan seksual ke Polda Riau. Menanggapi video tersebut, si
pelaku melaporkan balik menggunakan UU ITE pasal pencemaran nama baik.
Syafri Harto juga menyangkal keterlibatannya dengan kasus tersebut. Keluarga
Syafri bersama dengan keluarganya juga menuduh dan mempermalukan korban
di media sosial facebook.

Dampak dari kasus tersebut adalah terganggunya psikologis korban, fitnah dan
labelling kepada korban dan terganggunya studi korban di kampus. Dampak
kepada pelaku adalah tercorengnya nama baik dan ancaman pidana serta
ancaman pencopotan jabatannya di kampus. Selain itu dampak kepada institusi
pendidikan UNRI adalah nama baik yang tercoreng juga.
Setelah berselang lama, Kepolisian Riau menetapkan Syafri Harto sebagai
tersangka kasus pelecehan seksual dengan pasal berlapis, yaitu pasal 289 dan
pasal 294 ayat (2) KUHP. Pasal tersebut berisi:

Berikut bunyi pasal 289 KUHP:

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang


melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum
karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara maksimal 9 tahun.

Sementara, berikut pasal 294 KUHP:

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan orang
yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya
dianya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama:

1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan
adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau
diserahkan kepadanya,

2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,


tempat pekerjaan negara, tempat pen- didikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah
sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang
yang dimasukkan ke dalamnya.

Penetapan tersangka itu setelah melalui proses penyelidikan, keterangan saksi-


saksi dan barang bukti yang sudah diamankan.

Penyidik meningkatkan status dari penyelidikan ke penyidikan. Kepolisian juga


telah memanggil tersangka untuk dimintai keterangan lebih lanjut dalam kasus
tindak pidana dugaan perbuatan cabul.
Selain itu, laporan pelaku, Syafri Harto dengan UU ITE juga dicabut olehnya. Akan
tetapi, pelaku tidak mendapatkan perlakuan yang semestinya. Dengan ancaman
pidana lebih dari 5 tahun, seharusnya kepolisian menahan tersangka. Tersangka
saat ini masih melenggang bebas dan masih menjabat sebagai dekan di
Universitas Riau. Kolega dosen tersebut juga berusaha untuk menutup-nutupi
kasus tersebut.

Kasus tersebut merupakan fenomena gunung es setelah keluarnya permendikbud


nomor 30 tahun 2021. Banyak kasus pelecehan seksual di kampus yang
sebelumnya ditutup-tutupi demi nama baik kampus sekarang dapat ditangani
oleh penegak hukum. Dengan permendikbud ini, kampus harus membentuk tim
satuan tugas ketika terjadi laporan pelecehan seksual. Permendikbud ini menjadi
secercah harapan kepada masyarakat Indonesia untuk melindungi perempuan
dan anak di lingkungan pendidikan.

Sumber berita:

https://amp.kompas.com/regional/read/2021/11/18/115644578/5-fakta-kasus-
dugaan-pelecehan-seksual-mahasiswi-unri-korban-curhat-di

https://www.gatra.com/detail/news/527979/hukum/permendikbud-dalam-
kasus-pelecehan-seksual-di-kampus-unri

Anda mungkin juga menyukai