Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alwet Fadlil Hakim

Kelas : B
Nim : 2005166058
Prodi : Pendidikan Sejarah

Kronologi Pengeroyokan Audrey Siswi SMP di


Pontianak
wis, CNN Indonesia | Rabu, 10/04/2019 08:10 WIB

Ilustrasi kekerasan. (Istockphoto/iweta0077)

Jakarta, CNN Indonesia -- Audrey, seorang siswi SMP di Pontianak Kalimantan Barat,


dikeroyok oleh sejumlah siswi SMA. Akibat pengeroyokan itu, siswi 14 tahun ini
mengalami trauma dan kini masih dirawat di sebuah rumah sakit. Dugaan sementara
pemicu pengeroyokan adalah masalah asmara dan saling komentar di media sosial

Kasus Audrey sempat menjadi salah satu topik terpopuler dunia di twitter, dengan tagar
#JusticeForAudrey.

Dilansir sejumlah media, pengeroyokan terhadap Audrey terjadi pada Jumat, 29 Maret
2019. Namun orang tuanya baru melaporkan ke Polsek Pontianak Selatan satu pekan
kemudian atau pada Jumat, 5 April 2019.

Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Eka
Nurhayati Ishak mengatakan pihaknya pada Jumat (5/4) sekitar pukul 13.00 WIB,
menerima aduan dari korban yang didampingi langsung oleh ibunya.

Dalam aduan itu korban melaporkan dirinya telah mengalami kekerasan fisik dan psikis,
seperti ditendang, dipukul, diseret sampai kepalanya dibenturkan ke aspal.

"Dari pengakuan korban, pelaku utama penganiayaan ada tiga orang, sedangkan
sembilan orang lainnya hanya sebagai penonton," kata Nurhayati seperti
dilansir Antara.

Audrey dikeroyok setelah sebelumnya dijemput oleh para pelaku di rumahnya. Para
pelaku yang berasal dari berbagai SMA di Pontianak ini menjemput dengan alasan ingin
berbicara dengan Audrey.

Audrey lantas dibawa ke Jalan Sulawesi. Tiba di lokasi korban sempat diinterogasi
sebelum akhirnya dianiaya. Audrey juga mendapat perlakuan serupa di Taman Akcaya. 

Pengeroyokan ini diduga dipicu oleh persoalan asmara dan saling balas komentar di
media sosial.

Wakil Ketua KPPAD Kalbar Tumbur Manalu mengatakan Audrey sebenarnya bukan
target pengeroyokan. Para pelaku menargetkan kakak sepupu korban.

Audrey juga sempat mendapat simpati dari sejumlah artis hingga selebritis media sosial.
Termasuk dari pengacara ternama Hotman Paris Hutapea.

Hotman bahkan meminta Presiden Jokowi untuk mendorong penyelidikan dan


penegakan hukum atas kasus Audrey.

"Hanya dengan satu kalimat apabila bapak presiden RI, Bapak Jokowi berbicara di
televisi ada kasus Audrey Pontianak segera disidik dan ditangkap pelakunya, maka
hukum cepat berjalan. Pak Jokowi this is the right time for you..." kata Hotman di akun
Instagramnya.

Dia juga mengaku akan menyumbangkan semua honor yang didapatnya dari salah satu
pesantren di Jawa Timur, kepada korban.

"Itu semua honor akan saya sumbangkan kepada ibu dari korban sebagai awal
perlawanan hukum," ujar Hotman.

Pada hari yang sama Polresta Pontianak secara resmi mengambilalih penanganan kasus
penganiayaan terhadap Audrey yang awalnya ditangani Polsek Pontianak Selatan.

"Secara resmi kami menarik kasus ini dari Polsek Pontianak Selatan untuk ditangani
oleh Polresta Pontianak," kata Kasatreskrim Polresta Pontianak, Kompol Muhammad
Husni Ramli di Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan pihaknya sudah meminta keterangan dari ibu korban penganiayaan


tersebut, sementara korban belum bisa diminta keterangan karena masih dirawat di
rumah sakit.

"Untuk tiga terduga pelaku penganiayaan masih belum dilakukan pemeriksaan karena
masih memeriksa saksi-saksi," ujarnya.

Kasus Audrey ini juga mendorong warganet membuat sebuah petisi di laman
change.org, menuntut keadilan untuk Audrey. Petisi diberi judul KPAI dan KPPAD,
Segera Berikan Keadilan untuk Audrey #JusticeForAudrey!

Hingga Rabu (10/4), pukul 07.35 WIB, petisi Keadilan untuk Audrey itu sudah
ditandatangani sekitar 1,9 juta warganet.

Pengertian Bullying
Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara
menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang atau
kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik ataupun mental
secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita.
Ilustrasi Bullying
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti banteng.
Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah.
Bullying dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat" yang artinya mengganggu,
mengusik, dan merintangi orang lain(Wiyani, 2012).
Perilaku bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang,
sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara
efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya.
Bullying memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap
korban bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying
adalah depresi karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan
tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti
kegiatan sekolah. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari
penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap
lawan jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan dari teman-teman sebayanya (Berthold dan Hoover, 2000).

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi bullying dari beberapa sumber buku:
 Menurut Olweus (2005), bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif
yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara
berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak
dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagai sebuah
penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik.
 Menurut Wicaksana (2008), bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis
jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang
yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat
untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan.
 Menurut Black dan Jackson (2007), bullying merupakan perilaku agresif tipe
proaktif yang di-dalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi,
menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara
fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta
dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak
lain.
 Menurut Sejiwa (2008), bullying ialah sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok, dan dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya.
 Menurut Rigby (1994), bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti yang
diperlihatkan ke dalam aksi secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang
lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan secara
senang bertujuan untuk membuat korban menderita.

Faktor Penyebab terjadinya Bullying

Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:


a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku coba- cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-
anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat
dalam lingkungan sekolah sering memberikan
masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun
sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama
anggota sekolah;
c. Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan
bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok
tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku
tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying
adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah
sering terjadi pemalakan antar siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan
yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006)
memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya,
umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

Jenis dan Bentuk Bullying

Menurut Coloroso (2006), perilaku bullying dapat dikelompokkan menjadi empat


bentuk, yaitu:
a. Bullying secara verbal
Bullying dalam bentuk verbal adalah bullying yang paling sering dan mudah
dilakukan. Bullying ini biasanya menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta
dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. Contoh
bullying secara verbal antara lain yaitu: julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam,
penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-surat yang
mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru,
gosip dan sebagainya.
b. Bullying secara fisik
Bullying ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian
bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara
teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling
bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih
lanjut. Contoh bullying secara fisik adalah: memukuli, menendang, menampar,
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-
barang milik anak yang tertindas, dan lain-lain.
c. Bullying secara relasional
Bullying secara relasional dilakukan dengan memutuskan relasi-hubungan sosial
seseorang dengan tujuan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Bullying dalam bentuk ini paling sulit
dideteksi dari luar. Contoh bullying secara relasional adalah perilaku atau sikap-sikap
yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran,
tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek.
Pencegahan dan penanganan pada korban bullying
A. Pencegahan :
Pencegahan agar tidak menjadi korban bullying dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti berikut :
 Jangan membawa barang-barang mahal atau uang yang berlebihan. Merampas,
merusak, atau menyandera barang-barang korban adalah tindakan-tindakan yang
biasanya dilakukan pelaku bullying. Karena itu, sebisa mungkin jangan beri
mereka kesempatan dengan membawa barang-barang mahal atau uang yang
berlebihan ke sekolah. Jika terpaksa, sembunyikan di tempat yang aman, titipkan
ke guru atau teman yang dipercaya, atau setidaknya hindarkan meletakkan
barang atau uang tersebut di tempat terbuka yang bisa menarik perhatian pelaku
bullying.
 Jangan sendirian. Pelaku bullying melihat anak yang penyendiri sebagai mangsa
yang potensial. Karena itu, jangan sendirian di dalam kelas, di lorong sekolah,
atau di tempat-tempat sepi lainnya. Kalau memungkinkan, beradalah di tempat
di mana guru atau orang dewasa lainnya dapat melihat anda. Akan lebih baik
lagi jika anda bersama-sama dengan teman, atau mencoba berteman dengan
anak-anak penyendiri lainnya yang kemungkinan juga telah menjadi korban.
Anda mungkin tidak berdaya menghadapi pelaku bullying sendirian, namun
anda akan lebih aman bersama-sama dengan yang lain.
 Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying. Jika anda tahu ada anak-anak
tertentu yang tidak menyukai anda, atau sudah dikenal luas sebagai pelaku
bullying, sebisa mungkin hindari berada di dekat mereka atau di area yang sama
dengan mereka. Ini termasuk area di luar sekolah, seperti jalan yang biasa anda
lewati ketika pergi atau pulang sekolah atau di dalam kendaraan jemputan.
Kalau terpaksa, pastikan di situ ada orang dewasa (orangtua, guru, pegawai)
yang bisa melerai perilaku bullying atau teman-teman anda.
 Bagaimana jika suatu saat anda tetap terperangkap dalam situasi bullying?
Kuncinya adalah tampil percaya diri. Jangan perlihatkan diri anda seperti orang
yang lemah atau ketakutan, seperti berdiri dengan postur yang tidak tegap,
menunduk ketika diajak bicara atau menjawab dengan gugup. Tetaplah tenang,
utarakan keberatan anda dengan tegas, lalu tinggalkan mereka.
 Jangan biarkan emosi anda terpancing dan membalas perbuatan mereka kecuali
anda merasa punya cukup kemampuan untuk itu; jika tidak (misalnya karena
pelaku membawa senjata atau jumlah pelaku jauh lebih banyak), anda hanya
akan membuat situasi bertambah buruk. Lakukan perlawanan hanya sebagai
alternatif terakhir untuk mempertahankan diri jika tidak memungkinkan untuk
pergi dari situ.
 Bullying hanya akan berhenti untuk seterusnya jika anda berani melapor pada
orangtua, guru, atau orang dewasa lainnya yang anda percayai. Anda sama sekali
bukan pengecut; butuh jauh lebih banyak keberanian untuk bertindak dan
mencoba mengubah kondisi yang salah semampu anda daripada hanya berdiam
diri dan berharap semua penderitaan yang anda rasakan akan berlalu dengan
sendirinya.
Peran orang tua dalam pencegahan seorang anak agar tidak menjadi korban bullying
sangat besar. Berikut adalah tips bagi orang tua agar anak tidak menjadi korban
bullying:

a) Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika
tidak ada orang dewasa/guru/orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna
untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya,
tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan
psikis.
 Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang
baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima.
 Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat,
kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana),
kemampuan menyelesaikan masalah.
b) Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak
menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain
kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di atas.
Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap
beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak
merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
c) Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali
kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak
kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan
yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia
tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk
tidak terulang.
d) Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya
atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak
tidak terpilih menjadi korban bullying karena :
e) Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya
pelaku bullying pada teman lainnya.
f) Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak
memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak.
g) Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau
lainnya, akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang
ia alami.

B. Penanganan :

 Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi pada korban bullying.
Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.
 Bantu korban mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang
terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Jangan pernah menyalahkan korban atas
tindakan bullying yang ia alami.
 Minta bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu
mengembalikan korban ke kondisi normal, jika dirasakan perlu dan untuk
menangani pelaku.
 Bagi orang-orang yang dekat dengan korban (seperti orang tua), hendaknya
amati perilaku dan emosi korban, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami
sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan
potensial menjadi pelaku di kemudian waktu). Mereka harus bekerja samalah
dengan pihak sekolah (guru) untuk membantu dan mengamati bila ada
perubahan emosi atau fisik anak mereka. Waspada terhadap perbedaan ekspresi
agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak di rumah dan di sekolah (ada atau
tidak ada orang tua/guru/pengasuh).
Bagi orang tua, bina kedekatan dengan teman-teman anak. Cermati cerita mereka
tentang anak. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.

Pencegahan dan penanganan pada pelaku bullying


A. Pencegahan :
Peran orang tua dalam pencegahan seorang anak agar tidak menjadi pelaku bullying
sangat besar. Berikut adalah tips agar anak tidak menjadi pelaku bullying:

 Anak dapat menjadi pelaku bullying antara lain bila ia mengalami rasa rendah
diri. Karena itu, upayakan untuk mendidik anak dalam suasana penuh kasih
sayang yang mendidik anak untuk memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri.
Kasih sayang yang nyata juga membuat anak merasa aman dan cenderung lebih
mau bekerja sama dengan orang tua/guru. Namun hati-hati jangan sampai
memanjakan anak yang berdampak kerugian di pihak anak.
 Waspada jika anak menunjukkan agresifitas yang berlebihan, terutama pada
mereka yang lebih lemah (adiknya, pengasuh, teman bermain yang lebih kecil
atau pendek badannya) atau bahkan binatang, tanaman dan mainannya.
 Jika anak anda pernah menjadi korban bully, untuk mencegah ia menjadi pelaku
bullying di kemudian hari, mintalah bantuan ahlinya agar masalah terselesaikan
dengan baik dan tidak ada dendam di kemudian hari. Amati perilaku dan kondisi
emosi anak dari waktu ke waktu, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami
sudah lama berlalu.
 Usahakan selalu bersikap terbuka dan rajin berdiskusi dengan anak tentang
berbagai hal. Selalu siap memberi komentar positif dan hindari menghakimi
anak. Namun jangan sampai “mencelakakan” anak dengan memanjakan anak
berlebihan.

B. Penanganan :

 Segera ajak pelaku bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa
tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga
ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
 Cari penyebab pelaku melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu
penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan
ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena
pernah menjadi korban. Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh
agresifitasnya yang berbeda.
 Posisikan diri untuk menolong pelaku dan bukan menghakimi pelaku.

DAFTAR PUSTAKA
http://journal.unpad.ac.id/prosiding/article/viewFile/14352/6931
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190410074228-20-384805/kronologi-
pengeroyokan-audrey-siswi-smp-di-pontianak
https://www.gurupendidikan.co.id/bullying/
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190410074228-20-384805/kronologi-
pengeroyokan-audrey-siswi-smp-di-pontianak

Anda mungkin juga menyukai