Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PSIKOLOGI SOSIAL DALAM KASUS “SISWA SD DI MALANG

JADI KORBAN BULLY, DISERET DAN DITENDANG KAKAK KELAS”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi sosial

Dosen Pengampu: Santi Legianti Sutandi S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :
YULI JULIANTI
6520120068

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


STISIP WIDYAPURI MANDIRI SUKABUMI
2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berita tentang kasus tindak kekerasan yang terjadi di sekolah sering kita baca atau dengar di
media massa. Tindak kekerasan yang diberitakan berbagai macam antara lain yang dilakukan
oleh oknum guru terhadap muridnya, kakak kelas terhadap adik kelasnya maupun antar
teman sebaya. Tindak kekerasan ini diyakini sudah lama terjadi namun kurang mendapat
perhatian, oleh karenanya tidak diekspos oleh media massa. Oleh beberapa orang, tindak
kekerasan tersebut dianggap sebagai hal yang wajar terjadi hingga suatu situasi dimana
korban mengalami luka parah bahkan sampai meninggal baru diberitakan sebagai berita yang
menggemparkan

Perundungan adalah suatu perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal maupun fisik
yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan. Biasanya,
perundungan dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok.

Perundungan dianggap terjadi bila seseorang merasa tidak nyaman dan sakit hati atas
perbuatan orang lain. Perundungan dapat diibaratkan sebagai benih dari banyak kekerasan
lain, misalnya seperti, tawuran, intimidasi, pengeroyokan, pembunuhan, dan sebagainya.

Perundungan dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan strata social yang berkembang di
masyarakat, ini menyebabkan seseorang yang merasa dirinya lebih dari yang lain cenderung
akan merasa lebih berkuasa dan menindas orang lain yang status sosialnya berada
dibawahnya. Perundungan juga bisa terjadi akibat perbedaan latar belakang seseorang, anak
yang cenderung memiliki latar belakang yang kurang seperti keluarga, ekonomi, dan budaya
akan lebih beresiko untuk mengalami perundungan atau tindakan bullying.

Anak usia sekolah dasar merupakan usia yang sangat bahaya dengan dunia perundungan. Hal
ini disebabkan belum matangnya pemahaman anak terkait rasa empati dan simpati yang
diajarkan dalam pendidikan di sekolah. Padahal pendidikan merupakan hal yang lebih dari
sekedar instruksi akademis yang terjadi di ruang kelas.

Pendidikan juga sebagai wadah pembinaan karakter dan sikap sosial anak terhadap
lingkungan dan masyarakat. Pendidikan peserta didik tergantung pada lingkungan yang
mendukung pembelajaran. Tidak mungkin peserta didik mencapai potensi maksimalnya, jika
mereka merasa terancam akan keamanan mereka. Hal tersebut diakibatkan adanya indikasi
tindak perundungan yang terjadi di sekolah dasar dimana justru tindakan perundungan dan
kerugian yang diakibatkan biasanya hanya mendapat sedikit pertimbangan. Perundungan
diyakini sebagai bagian alami dan tidak menguntungkan untuk pertumbuhan psikologi anak
ketika dewasa.

1
Perilaku perundungan yang banyak terjadi di Sekolah Dasar, masih belum tertangani secara
komprehensif, salah satu sebabnya adalah masih kurangnya pemahaman pendidik dan
masyarakat terkait tindak perundungan anak di sekolah bersama teman sebayanya. Tindakan
“nakal siswa” yang berulang sebenarnya adalah perilaku perundungan, namun masih banyak
pendidik dan masyarakat yang menganggap tindakan nakal siswa adalah suatu hal yang
wajar.

Tindakan perundungan ini biasanya rentan terjadi di lingkungan sekolah dikarenakan sekolah
menjadi tempat berkumpulnya Sebagian besar remaja dan anak anak dari berbagai latar
belakang sehingga terjadi perbedaan atau kesenjangan antar siswa. Inilah yang menyebabkan
lingkungan sekolah menjadi sarang terjadinya Tindakan perundungan (bullying). Penampilan
fisik seseorang juga menjadi salah satu factor yang menyebabkan ia menerima Tindakan
perundungan, biasanya orang yang melakukan perundungan merasa tidak terima terhadap
keadaan fisik seseorang.

2
BAB II

ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Uraian Kasus

Malang - Seorang siswa SD di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang berinisial MWF (8)
jadi korban perundungan (bully). Ayah korban Edi Subandi mengatakan perundungan itu
diduga dilakukan oleh kakak kelasnya.

MWF dianiaya kakak kelasnya saat pulang sekolah, Jumat (11/11/2022) lalu. Penganiayaan
itu dilakukan di Bendungan Sengguruh yang berada di depan sekolahnya.

"Pengakuan anak saya, dia dari parkiran diseret tiga atau empat anak, kurang jelas, diseret ke
Bendungan. Dianiaya di situ. Ditendang kepalanya, dadanya, sempat sesak nafas," terang
Edi.

Setelah kejadian tersebut, pada Sabtu (12/11/2022) MFW tidak masuk sekolah karena
muntah tidak berhenti-berhenti dan mengalami sakit kepala. Selama beberapa hari kondisi
korban semakin memburuk, kejang-kejang hingga sempat tak sadarkan diri (koma).

Korban pun dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Kasus perundungan ini
telah dilaporkan polisi dan sedang dalam proses penyelidikan.

"Harapannya untuk proses (hukum) ya dilakukan sesuai hukum yang berlaku, biar jerah dan
tidak timbul masalah seperti ini lagi," tandas Edi.

Polisi telah memeriksa 12 saksi terkait kasus perundungan atau bullying siswa SD di
Kepanjen, Kabupaten Malang, MWF (8). Hasil pemeriksaan ditemukan dugaan motif baru
yang mendasari bullying itu dilakukan beberapa kakak kelas MWF.

Kasat Reskrim Polres Malang, Iptu Wahyu Rizky Saputro mengatakan, keterangan saksi
korban memiliki perilaku aktif dan sering mengejek atau memanggil kakak kelasnya dengan
kata-kata yang tidak sopan. Hal itu membuat kakak kelasnya emosi dan membully korban.

"Sering memanggil seniornya dengan kata-kata mungkin tidak sopan. Dan itu dibetulkan
oleh teman-teman maupun gurunya. Dengan perilaku tersebut, membuat kakak kelasnya
emosi dan membuat mereka melakukan perbuatan bullying," kata Wahyu Rizky kepada
wartawan di Mapolres Malang

Sebelumnya, MWF diduga mengalami perundungan yang dilakukan kakak kelasnya yang
duduk di bangku kelas VI sekolah dasar. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (11/11/2022).

3
Akibat perundungan itu, korban mengalami kejang-kejang dan koma hingga dilarikan ke
rumah sakit. Korban pun telah divonis mengalami pembengkakan dan pendarahan pada
bagian otak.

Pihak kepolisian telah memeriksa sebanyak 12 saksi. Meliputi, 1 keluarga korban, 1 guru, 3
teman korban yang mengetahui peristiwa perundungan dan 7 ABH (Anak yang Berhadapan
dengan Hukum).

B. Analisis Kasus

Dari kasus yang telah dipaparkan dapat dianalisis menggunakan teori untuk mempelajari
perilaku individu dalam interaksi sosial. Teori kepribadian yang dapat menganalisis kasus
perundungan yang terjadi di SD Kepanjen yaitu menggunakan teori psikoanalisis.

Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan
perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini
adalah motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis adalah
mengasumsikan bahwa kepribadian akan mulai berkembang saat terjadi konflik- konflik dari
aspek- aspek psikologis itu sendiri. Gejala tersebut biasanya terjadi pada anak- anak atau
usia dini.

Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dan tiga sistem, diantaranya:

1. Id (Das Es) merupakan sifat alamiah manusia sejak lahir, sebagai sistem yang didalamnya
berusaha mengikuti prinsip-prinsip kehidupan pada umumnya atau suatu dorongan alamiah
yang dikenal ID. ID berkehendak untuk segera tersalurnya kumpulan-kumpulan energi atau
ketegangan-ketegangan dan rangsangan yang dapat dalam dirinya, datangnya dari luar
maupun dalam.

2. Ego (Das Ich) setelah manusia berhubungan dengan lingkungannya muncullah Ego yang
berkedudukan sebagai bagian dari sistem kepribadian individu. Ego berfungsi menyalurkan
dorongan-dorongan Id kedalam alam nyata. Ego merupakan bagian kepribadian yang
bertugas menilai realitas dan berhubungan dengan dunia dalam bentuk mengatur dorongan.
Selanjutnya Ego juga bisa dikatakan sebagai perantara antara dunia batin dengan dunia luar
sebagai antisipasi supaya tidak terjadi ketegangan atau pertentangan dua sifat tersebut pada
jiwa seseorang. Maka selanjutnya Ego berusaha mengendalikan konflik yang terjadi
menggunakan pertimbangan kepada Id.

3. Superego (das Ueber Ich) merupakan salah satu unsur moral dan keadilan pada manusia.
Superego dalam kegiatannya selalu mendominasi untur moral dan keadilan dalam hidupnya
4
serta pemegang referensialam ideal. Tujuan Superego ialah membawa individu kearah
kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan moral yang berkembang dalam
masyarakat.

Tindakan pelaku dari kasus pengeroyokan tersebut dapat dianalisis menggunakan teori
psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yaitu berdasarkan teori struktur
kepribadian bagian id. Id merupakan sifat alamiah manusia sejak lahir, sebagai sistem yang
didalamnya berusaha mengikuti prinsip-prinsip kehidupan pada umumnya atau suatu
dorongan alamiah yang dikenal ID. ID berkehendak untuk segera tersalurnya kumpulan-
kumpulan energi atau ketegangan-ketegangan dan rangsangan yang dapat dalam dirinya,
datangnya dari luar maupun dalam.

Dapat diketahui dari kasus tersebut bahwa para pelaku melakukan tindakan kekerasan kepada
korban atas aksi spontan mereka karena merasa korban tidak sopan. Setelah puas memukuli
korban hingga tidak sadarkan diri, para pelaku segera meninggalkan korban.

C. Pembahasan

1) Pengertian Perundungan atau Bullying

Perundungan atau bullying adalah sebuah situasi terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau
kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat menekan,
memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-
ulang. Pihak yang kuat bisa berarti kuat dalam hal fisik tapi juga kuat secara mental.
Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya
sendiri karena lemah secara fisik atau mental.

Perundungan atau bullying adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan
jarang dilakukan hanya sekali. Bullying dapat dibedakan dalam beberapa karakter seperti
fisik, kata-kata, psikis dan sosial. Bullying itu terbentuk dari dua pihak yang berselisih
tetapi terdapat ketidakseimbangan dalam kekuatan, secara fisik ataupun mental. Akhirnya
hasil dari bullying itu sendiri adalah memperkuat dan memperpuas keadaan pembully,
serta menyiksa dan menekan pihak lainnya. Murid yang menjadi target perlakuan
kekerasan dari murid lainnya secara berulang-ulang akan menjadi korban dari bully.
Tindakan kekerasan dapat secara fisik seperti memukul, menendang, gerakan yang tidak
ramah. Dapat juga melalui kata-kata seperti mengancam, mempermalukan, meremehkan,
menggoda, memanggil dengan julukan. Sedangkan secara psikis seperti memandangi,
mengacuhkan, serta secara sosial seperti memanipulasi pertemanan dan mengasingkan.

2) Bentuk-bentuk Bullying

1) Bullying verbal

5
Merupakan jenis bullying yang dapat terdeteksi atau tertangkap oleh indra
pendengaran. Biasanya bullying ini dilakukan denganmenggunakan kata-katu yang
menyakitkan, seperti misalnya memanggil orang dengan sebutan bodoh, gendut atau
bun, Bentuk lain dari bullying ini adalah memaki, menghina, menjuluki, meledek.

2) Bullying Fisik

Merupakan jenis bullying yang kasat mata. Siapapun dapat machihat karenu berjudi
komik fisik atan sentuhan fisik antara pelaku dan korbannya.

3) Bullying Diam

Bullying yang dilakukan dengan diam dan secara sengaja mengabaikan orang lain atau
memberi tanda-tanda dengan bahasa tubuh tertentu untuk menyakinkan orang tersebut
bahwa ia tidak layak untuk masuk dalam kelompok tertentu. Pelaku hisa melakukannya
dengan cara melengos, mengabaikan ketika orang lain berbicara Singkatnya. bullying
diam dilakukan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman namun tanpa
mengatakan sesuatu atau tanpa melakukan.

4) Bullying Emosional

Bullying emosional adalah tindakan negatif yang dilakukan terhadap orang lain yang
memiliki ciri-cin yang berbeda dari kelompok besar lainnya, misalnya dari ras yang
berbeda, bentuk rambut, dan warna kulit. Bullying emosional dapat dilakukan dengan
cara mengumpat atau bertindak secara sengaja dengan menggunakan gerakan-gerakan
tertentu yang bertujuan untuk menghina

5) Bullying Cyber

Jenis bullying yang dikemukakan oleh Elliot (2005.h. 2-5). Bullying ini dilakukan
melalui telepon seluler, pesan pendek (SMS), e- mail dan website untuk menyerang
orang lain. Dalam beberapa kasus pelaku pembullyian membuat website dan
mengundang orang lain untuk membuat komentar-komentar jorok terhadap orang atau
kelompok tertentu. Cyber bullying semacam ini sebenarnya merupakan bullying
emosional yang sama sekali tidak bisa diterima. Jadi disimpulkan bahwa bullying bisa
berupa apa saja yang dilakukan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman dan
rang yang menjadi korban tidak berdaya menghadapinya.

6) Bullying Mental atau Psikologis

Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak terungkap oleh mata atan telinga jika
kita tidak awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar radar
pemantauan kita. Contoh memandang sinis. memandang penuh ancaman.

6
mempermalukan di depan umum. mendiamkan, mengucilkan, merendahkan, menolak,
menuduh, menggosipkan, membentak, memlototi, mencibir.

D. Penyebab Terjadinya Kasus

Tindakan pelaku dan korban dalam kasus tersebut diakibatkan karena adanya konflik sosial
dimana pelaku merasa tersinggung dengan ucapan korban sehingga menyebabkan pelaku
menjadi emosi dan melakukan bullying.

Awal mula terjadinya tindakan bullying tersebut karena korban mengejek atau memanggil
pelaku dengan kata kata yg tidak sopan,karena pelaku emosi terhadap korban hingga
melakukan tindakan kekerasan terhadap korban.

Karena tindakan pelaku yg melakukan kekerasan terhadap korban,korban pun mengalami


kejang-kejang dan pendarahan sampai korban tidak mau berangkat ke sekolah karena muntah
dan sakit kepala yg tidak berhenti berhenti.

Ayah korban yg mengetahui hal tersebut dan tidak terima anaknya menjadi korban bullying
pun melaporkan tindakan pelaku ke polisi.

Pelaku dalam kasus ini berupa sekelompok orang sedangkan korban hanya sendiri. Sehingga
saat ada anggota dari pelaku tersebut yang mengalami konflik atau ancaman maka pelaku
lainnya akan membantu. Dalam kasus ini, bisa dilihat adanya sistem sosial dimana sesorang
yang termasuk melanggar hukum seperti melakukan kekerasan akan dikenai sanksi atau
hukuman.

E. Dampak Psikologis

1. Dampak Psikologis Perundungan (Bullying) bagi korban

Dampak psikologis adalah suatu bentuk perilaku positif maupun negatif yang timbul
sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja pada diri seseorang yang
membentuk perilaku yang dipengaruhi faktor eksternal maupun faktor internal. Dampak
psikologis memiliki berbagai macam bentuk, yakni shock dan ketidakberdayaan, depresi
dan kesedihan, harga diri rendah, kecemasan, stress, penyesalan atau rasa berdosa, dan
peningkatan perilaku beragama.

Dampak psikologis ini sifatnya ada dua, yakni positif dan negatif. Hal ini muncul sebagai
akibat reaksi individu terhadap masalah yang dihadapinya. Selain itu, terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi munculnya dampak psikologis adalah faktor internal yang
berupa konsep diri, emosi, dan motivasi. Faktor ini berkaitan dengan kondisi dari dalam
individu itu sendiri. Faktor lain adalah faktor eksternal yang berasal dari dukungan sosial

7
yang diterima dari individu sekitar dari aktivitas-aktivitas sosial serta lingkungan yang
terwujud dalam lingkungan fisik, pendidikan, serta kebudayaan

Salah satu dampak dari bullying adalah menurunkan kecerdasan dan kemampuan analisis
siswa yang menjadi korban, bahkan sampai berusaha bunuh diri. Bullying juga
berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akademik
dan tindakan bunuh diri.

Terganggunya kesehatan fisik sebagai salah satu dampak dari bullying. Contoh yang biasa
terjadi adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah- pecah dan sakit
dada. Bagi para korban bullying yang mengalami perilaku agresif langsung mungkin akan
mengalami luka-luka pada fisik mereka.

Dampak lain yang kurang terlihat namun berefek jangka panjang adalah menurunnya
kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Gangguan mental, mulai dari
sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun,
keinginan menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri.

Korban bullying pun kerap merasa tidak aman, terutama saat berada di lingkungan yang
memungkinkan terjadinya perundungan. Dampak di atas kemungkinan besar akan terbawa
hingga mereka dewasa.

2. Dampak psikologis bullying bagi pelaku

Ternyata tidak hanya korban, tindakan ini juga berdampak buruk terhadap si perundung.
Pelaku bullydi usia anak-anak beresiko mengalami masalah psikologis jangka panjang.
Gangguan tersebut bisa terbawa hingga dewasa jika tidak ditangani dengan tepat.
Perundung dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia. Mereka pun cenderung
tidak bisa mengendalikan emosinya, sehingga ia akan kesulitan membangun hubungan
sosial maupun romantis.

Secara umum, pelaku bully dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pure bully dan bully-
victim. Pure bully merupakan perundung yang tidak mempunyai pengalaman di-bully.
Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula. Pure
bully cenderung bersifat agresif, berwatak keras, impulsif, tidak punya empati, toleransi
terhadap frustasi yang rendah, memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain.
Dengan merundung, pelaku pure bully akan beranggapan bahwa mereka berkuasa. Jika
dibiarkan dan tidak ditangani, tindakan bullying ini dapat berubah menjadi kekerasan
terhadap anak dan perilaku kriminal. Sementara bully-victim ialah perundung yang
dulunya di-bully. Kemungkinan mereka akan merasa tertekan, cemas, gelisah, kesepian,
dan impulsif sampai usia dewasa. Mereka juga diketahui lebih sering merundung daripada
pure bully. Sama seperti korban kasus bullying, pelaku bully-victim juga beresiko
8
memiliki pemikiran menyakiti diri sendiri, bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan
kepribadian antisosial.

Bullying adalah tindakan yang sangat merugikan. Bukan cuma bagi korbannya, melainkan
juga pelakunya. Kalau korban lebih banyak mengalami efeknya terhadap kesehatan
psikologis, dampak bullying bagi perundung tergolong ke dalam perilaku kriminal. Selain
itu, pelaku pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif, temperamen, dan bersikap kasar
terhadap orang lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa remaja yang menjadi korban bullying akan
mengalami beberapa dampak psikologis. Dampak psikologis tersebut adalah malas berangkat
sekolah, nilai di sekolah menurun, perasaan kesepian, pindah sekolah, kepercayaan diri
berkurang dan penyesuaian sosial menjadi buruk.

Malas berangkat sekolah pada dasarnya dipengaruhi oleh adanya rasa takut akan
mendapatkan perlakuan bullying yang sama dari teman- temannya. Selain itu, malas
berangkat sekolah juga dapat membuat nilai subyek di sekolah menurun. Subyek akan
ketinggalan pelajaran bila subyek malas berangkat ke sekolah dan secara otomatis nilai di
sekolah subyek juga menurun. Malas berangkat ke sekolah juga dapat mempengaruhi
semangat belajar subyek. Subyek akan cenderung mencari kesibukan lain saat subyek tidak
masuk sekolah.

Kesepian juga menjadi dampak lain yang muncul akibat perilaku bullying. Kesepian ini
dialami oleh ketiga subyek dengan intensitas yang kuat. Hal ini dikarenakan ketiga subyek
tidak mempunyai teman yang menemani subyek saat di sekolah. Mereka cenderung terlihat
sendirian saat jam istirahat berlangsung maupun saat mereka berada di kelas. Apabila hal ini
dibiarkan terus-menerus maka akan menimbulkan ketakutan akan penolakan sehingga
membuat seseorang terus menerus tampil sesuai dengan tuntutan lingkungan. Pada akhirnya
hal ini akan menimbulkan kehampaan dan keterasingan dengan diri yang sesungguhnya.
Tidak hanya itu saja, kesepian juga dapat membuat subyek ingin pindah sekolah yang
semata-mata hanya untuk menghindari perlakuan bullying yang diterimanya selama ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

https://www.detik.com/jatim/hukum-dan-kriminal/d-6424084/kasus-bully-ditendang-kakak-
kelas-di-malang-hingga-koma-12-saksi-diperiksa

https://www.detik.com/jatim/hukum-dan-kriminal/d-6433437/terungkap-alasan-kakak-kelas-
aniaya-tendang-siswa-sd-di-malang-hingga-koma/amp

https://www.gramedia.com/literasi/teori-psikoanalisis/amp/

https://jovee.id/dampak-bullying-terhadap-kesehatan-mental-dan-fisik-anak/

10

Anda mungkin juga menyukai