Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

KASUS BULLYING DITINJAU DARI KECERDASAN


EMOSIONAL DAN KESEHATAN MENTAL ANAK USIA DINI

Fadhilah Syam Nasution


Dosen Tetap STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jalan, Gatot Subroto KM. 3 No. 3 Kota Tebing Tinggi,
E-mail: fadhilahsyamnst@yahoo.co.id

Abstrak: Rendahnya tingkat pemahaman seseorang terhadap bullying dan pengaruhnya menjadi pekerjaan
rumah untuk semua pihak, terutama pihak pemerintah. Tekanan atau beban mental juga dapat
mempengaruhi reaksi emosi dan tindakan anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari. Ketika anak tersebut
tertekan baik secara fisik maupun mental, maka reaksi emosi yang ditimbulkan anak tersebut menjadi besar.
Reaksi emosi yang ditimbulkan menyebabkan anak tersebut melampiaskannya kepada orang lain, terutama
pada temannya. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana gambaran umum bullying yang terjadi,
apa saja faktor yang menyebabkan bullying terjadi dan bagaimana pengaruh bullying terhadap kecerdasan
emosional dan kesehatan mental anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan
kecerdasan emosional dan kesehatan mental anak usia dini; (2) mengetahui hubungan kecerdasan
emosional dengan perilaku bullying; (3) mengetahui hubungan kesehatan mental dengan perilaku bullying.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus tunggal. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif
Miles dan Huberman. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu. Penelitian ini menggunakan informasi dari orang tua siswa pelaku dan korban bullying
agar dapat mengetahui perbedaan perilaku sehari-hari dari korban dan pelaku bullying di rumah selain di
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bentuk bullying yang terjadi berupa bullying verbal,
bullying fisik, dan bullying relasional. Bentuk bullying verbal berupa ejekan menggunakan nama julukan.
Bentuk bullying fisik berupa penyerangan yang disertai pemukulan di berbagai anggota tubuh, seperti pipi,
pantat, dan tangan. Bentuk bullying relasional berupa penolakan untuk masuk kelompok belajar, dan
pengucilan dalam bermain. Faktor yang menyebabkan bullying diantaranya yaitu rasa dengki, kurang
perhatian dari guru kelas maupun keluarga, sikap ingin terlihat kuat dan keren, dan rasa balas dendam yang
ia miliki. Kejadian di masa lalunya sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan emosi anak. Perilaku
anak dalam sehari-hari dapat berubah setelah mengalami bullying baik sebagai korban maupun pelaku.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh bullying terhadap kecerdasan emosi dan kesehatan mental adalah anak
menjadi pribadi yang pemurung, pesimis, apatis terhadap lingkungan sekitar, penurunan nilai akademik
dan mudah menangis jika anak tersebut sebagai korban. Sedangkan pribadi yang senang diatas penderitaan
orang lain, merasa kuat, dan mudah marah jika keinginannya tidak terkabul jika anak tersebut sebagai
pelaku.

Kata Kunci : Bullying, Kecerdasan Emosional, Kesehatan Mental


PENDAHULUAN namun kurang mendapat perhatian, oleh
Berita tentang kasus tindak karenanya tidak diekspos oleh media
kekerasan di sekolah sering kita baca massa. Oleh beberapa orang, tindak
atau kita dengar di media massa. Tindak kekerasan tersebut dianggap sebagai hal
kekerasan yang diberitakan banyak yang wajar terjadi hingga suatu situasi
ragam antara lain yang dilakukan oleh dimana korban mengalami luka parah
oknum guru terhadap muridnya, kakak atau meninggal baru diberitakan sebagai
kelas dengan adik kelasnya maupun berita yang menggemparkan.
antara teman sebaya. Diyakini tindak School bullying muncul akibat
kekerasan di sekolah sudah lama terjadi adanya pelanggaran yang disertai

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
1
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

dengan penghukuman, terutama fisik, lebih lemah oleh seseorang atau


akibat buruknya sistem dan kebijakan sekelompok orang yang lebih kuat.
pendidikan yang berlaku, yaitu muatan Ejekan, cemoohan dan olok-olok
kurikulum yang mengandalkan mungkin terkesan sepele dan tidak
kemampuan aspek kognitif dan signifikan. Kenyataannya hal ini bisa
mengabaikan pendidikan dengan menjadi senjata tidak kenal ampun yang
kemampuan afektif. Selain itu, secara perlahan tetapi pasti
dipengaruhi perkembangan kehidupan menghancurkan seorang anak. Sebuah
masyarakat yang mengalami moving perilaku yang lama berlangsung dan
faster sehingga menimbulkan sikap mengancam segala aspek kehidupan
instant solution dan kekerasan yang sebagai besar anak-anak di sekolah, di
dipengaruhi oleh latar belakang sosial- rumah dan di lingkungannya. Namun
ekonomi pelaku. kematian dan bunuh diri hanyalah sedikit
Permasalahan moral menjadi contoh dari akibat bullying. Lebih
permasalahan utama dalam kehidupan banyak lagi anak-anak dan remaja
manusia. Penurunan nilai moral pada korban bullying yang terus hidup dan
siswa ditandai dengan maraknya tidak cenderung mengakhiri hidupnya,
perilaku-perilaku menyimpang seperti namun tumbuh dewasa menjadi orang-
kekerasan, tawuran, serta perilaku orang berkepribadian rapuh, mudah
kenakalan anak lainnya. Perilaku sedih, pemarah dan tidak percaya diri.
bullying menjadi salah satu perilaku Orang-orang seperti ini sulit sekali
yang menjadi perhatian peneliti. meraih sukses dan hidup tidak bahagia
Bullying dapat diterjadi dikalangan (Sejiwa,2007:3).
sekolah dasar bahkan anak usia dini yang Dikutip dari berita di situs
memberikan dampak negatif bagi korban edupost.id, sebuah riset yang dilakukan
bullying secara fisik maupun psikis. oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
Menurut Olweus (Novan Ardy Plan International dan International
Wiyani, 2004:23), bullying adalah Center for Research on Women (ICRW)
bentuk-bentuk perilaku dimana terjadi yang dirilis awal bulan Maret 2015 lalu
pemaksaan atau usaha menyakiti secara menunjukkan terdapat 84% anak di
psikologis ataupun fisik terhadap Indonesia mengalami kekerasan di
seseorang atau sekelompok orang yang sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
2
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

tren di kawasan Asia yakni 70%. Riset sekitar 25% dari total pengaduan di
ini juga dilakukan di lima negara Asia: bidang pendidikan sebanyak 1.480
Hanoi (Vietnam), Siem Reap kasus. Bullying yang disebut KPAI
(Kamboja), Distrik Sunsari (Nepal), sebagai bentuk kekerasan di sekolah
Distrik Umerkot (Pakistan), Jakarta dan mengalahkan teman yang lain,
Kabupaten Serang (Indonesia). Menurut diskriminasi pendidikan, atau aduan
survei, Pakistan adalah negara dengan penguatan (Firmansyah, 2014).
angka kekerasan di sekolah yang paling Wardhana (2015:09)
rendah di kawasan Asia, yaitu 43%. Data menyatakan bahwa, segala bentuk
lain menyebutkan bahwa jumlah anak penindasan atau kekerasan yang
sebagai pelaku bullying di sekolah dilakukan dengan sengaja oleh satu atau
mengalami kenaikan dari 67 kasus pada sekelompok orang yang lebih kuat atau
tahun 2014 menjadi 79 kasus di tahun berkuasa terhadap orang lain, bertujuan
2015. Coloroso (2007) untuk menyakiti dan 4 dilakukan terus
menjelaskan bullying merupakan menerus. Perilaku bullying dipengaruhi
perilaku atau aktivitas yang dilakukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
secara sadar, disengaja, dan bertujuan internal terdiri dari kepribadian,
untuk melukai dan menciptakan teror komunikasi interpersonal. Sedangkan,
yang didasari oleh ketidakseimbangan faktor eksternal terdiri dari peranan
kekuatan. Tipe-tipe tindakan bullying kelompok teman sebaya (Usman, 2013)
menurut Field (2007) ada empat bagian Reaksi emosi yang ditimbulkan
yaitu, teasing (sindiran), exclution menyebabkan anak tersebut
(pengeluaran), physical (fisik) dan melampiaskannya kepada orang lain,
harassment (gangguan). terutama pada temannya. Anak yang
Berdasarkan fenomena yang menjadi korban penceraian kedua orang
terjadi kasus bullying di sekolah tuanya terkadang melampiaskan
menduduki peringkat teatas pengaduan emosinya kepada temannya dengan dia
masyarakat ke Komisi Perlindungan melakukan bullying. Anak tersebut
Anak Indonesia (KPAI) dari sektor tanpa sadar telah melakukan bullying
pendidikan KPAI mencatat 369 walaupun bullying yang mereka lakukan
pengaduan terkait bullying dari Januari termasuk bullying ringan. Berawal dari
2011 sampai Agustus 2014. Jumlah ini hal biasa, anak tersebut terus melakukan

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
3
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

bullying sampai pada tahap bullying dengan baik dalam hubungan dengan
berat. Tingkat emosional pelaku orang lain.
bullying menjadi tinggi saat mereka Hasil penelitian Karina, Hastuti dan
melukai korban. Alfiasari (2013) yaitu peer group
Goleman (1995) dalam Taufiq, dkk memiliki peranan dalam perilaku
(2012:2.37), kecerdasan emosional bullying remaja. Keterkaitan remaja
diartikan sebagai kemampuan seseorang dengan peer group yang berhubungan
untuk dapat memotivasi diri sendiri dan positif dengan signifikan peran assisting
tekun dalam menghadapi frustasi, the bully (pembantu bullying) dan
mengontrol dorongan-dorongan impulsif reinforcing the bullying (pendukung
(dorongan yang timbul berdasarkan bullying). Bentuk-bentuk bullying yang
suasana hati) dan mampu menunda sering dialami oleh remaja antara lain
pemuasannya, mengatur suasana hati dipukul, diancam, ditolak dan dikucilkan
sehingga tidak mempengaruhi (Riauskina, Djuwita & Soesetion, 2005).
kemampuan. Goleman (2017:271-272)
Rakhmawati, A.R (2013) menyatakan bahwa keberhasilan seorang
menjelaskan bahwa adanya hubungan anak di sekolah bukan karena
negatif antara kecerdasan emosional kemampuan dininya dalam membaca,
dengan perilaku bullying pada siswa melainkan karena ukuran-ukuran
yang berarti semakin tinggi tingkat emosional dan sosial. Ukuran-ukuran
kecerdasan emosional siswa maka emosional yag dimaksud yaitu yakin
semakin rendah perilaku bullying pada pada diri sendiri dan mempunyai minat,
siswa dan sebaliknya, semakin rendah tahu pola perilaku apa yang diharapkan
kecerdasan emosional siswa maka orang lain dan bagaimana
semakin tinggi perilaku bullying pada mengendalikan dorongan hati untuk
siswa. Hal ini sesuai dengan penjelasan berbuat nakal, mampu menunggu,
Golemen (1999) bahwa kecerdasan mengikuti petunjuk, dan mengacu pada
emosional adalah kemampuan yang guru untuk mencari bantuan, serta
dimiliki oleh seseorang dalam mengungkapkan kebutuhan-
mengendalikan perasaan diri, kebutuhannya saat bergaul dengan anak-
kemampuan memotivasi diri serta anak lain.
kemampuan dalam mengelola emosi

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
4
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

Siswanto (2007:1) psikologis, bukan tentang “kesehatan


mengemukakan bahwa, sejarah mental”. Hal ini bermakna bahwa
kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah kondisi sehat adalah kondisi berfungsi
ilmu kedokteran. Ini terutama karena sepenuhnya, bukan hanya terbebas dari
masalah mental bukan merupakan segala bentuk gangguan.
masalah fisik yang dengan mudah dapat Berdasarkan identifikasi masalah
diamati dan terlihat. Berbeda dengan diatas maka penelitian ini hanya
gangguan fisik yang dapat dengan relatif membatasi aspek perilaku bullying yang
mudah dideteksi, orang yang mengalami dilihat dari kecerdasan emosional dan
gangguan kesehatan mental sering kali kesehatan mental anak usia dini yang
tidak terdeteksi, sekalipun oleh anggota terjadi disekolah dan lingkunga.
keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena Berdasarkan studi pendahuluan
mereka sehari-hari hidup bersama mengenai latar belakang masalah di atas,
sehingga tingkah laku yang maka permasalahan penelitian ini
mengindikasikan gangguan mental, adalah: “Kasus Bullying di Tinjau dari
dianggap hal yang biasa, bukan sebagai Kecerdasan Emosional dan Kesehatan
gangguan. Mental Anak Usia Dini”?
Hidayat dan Herdi (2014:1) Adapun tujuan dari penelitian ini
mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah untuk mengetahui hubungan
dalam konteks sekolah akan membahas perilaku bullying dengan kecedasan
mengenai kondisi peserta didik dan emosional dan kesehatan mental anak
kaitannya dengan kehidupan sekolah. usia dini.
Setidaknya ada empat bidang bimbingan Kata bullying berasal dari bahasa
yang ada di sekolah, yaitu bidang Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti
pribadi, sosial, belajar dan karir. Dari banteng yang senang menyurudkan
keempat bidang tersebut, yang sangat kesana kemari. Istilah ini akhirnya
terkait dengan kesehatan mental adalah diambil untuk menguraikan suatu
bidang pribadi dan sosial. Orang yang tindakan destruktif. Berbeda dengan
sehat akan memiliki kesesuaian dengan negara lain seperti Norwegia, Finlandia,
diri dan lingkungannya. Pembahasan dan Denmark yang menyebut bullying
kesehatan mental selayaknya berfokus dengan istilah mobbing atau mobbning.
kepada kondisi yang sehat secara Istilah aslinya berasal dari bahasa

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
5
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

Inggris, yaitu mob yang menekankan “learned behaviours” karena manusia


bahwa biasanya mob adalah kelompok tidak terlahir sebagai penggertak dan
orang yang anonim dan berjumlah pengganggu yang lemah.
banyak serta terlibat kekerasan. English and english dalam Yusuf
Menurut Komisi Nasional (2009:114-115) mendefinisikan emosi
Perlindungan Anak dalam Chakrawati 26 sebagai “A complete feeling state
(2015:11), bullying adalah kekerasan accompained by characteristic motor
fisik dan psikologis berjangka panjang and glandular activities” (suatu keadaan
yang dilakukan seseorang atau perasaan yang kompleks yang disertai
kelompok terhadap seseorang yang tidak karakteristik kegiatan kelenjar dan
mampu mempertahankan diri. Olweus motoris).
menyatakan bahwa, bullying adalah Chaplin dalam Yusuf (2009:106)
perilaku negatif yang membuat menyebutkan bahwa kecerdasan adalah
seseorang dalam keadaan tidak kemampuan menghadapi dan
nyaman/tersakiti dan biasanya dilakukan menyesuaikan diri terhadap situasi baru
secara berulang-ulang (Wiyani, secara cepat dan efektif. Pengertian
2014:12). Rigby (1998) dalam Astuti kecerdasan banyak mengalami
(2008:3) menyatakan bahwa, bullying perubahan, namun selalu mengandung
adalah sebuah hasrat untuk menyakiti pengertian bahwa kecerdasan adalah
orang lain. Aksi ini dilakukan secara kekuatan atau kemampuan untuk
langsung oleh seseorang atau kelompok melakukan sesuatu. Uno (2012:60)
yang lebih kuat, tidak bertanggung menyatakan bahwa dalam psikologi,
jawab, biasanya berulang, dan dilakukan kecerdasan terdiri dari tiga komponen
dengan senang. yaitu (1) kemampuan untuk
Suryani (2016:47) menyatakan mengarahkan pikiran atau mengarahkan
bahwa, bullying adalah penggertakan tindakan, (2) kemampuan untuk
yang kerap kali memicu pada sebuah mengubah arah tindakan apabila
perbuatan buruk yang mengundang tindakan tersebut telah dilaksanakan, (3)
tindakan kejahatan. Mereka yang kemampuan untuk mengkritik diri
mengalami hal bullying mendapatkan sendiri (autocriticism).
memori terburuk yang sulit untuk Uno (2012:64) mengelompokkan
dilupakan. Bullying merupakan emosi dalam beberapa golongan, antara

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
6
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

lain: (1) amarah: bringas, mengamuk, bagaimana manusia menghadapi


marah besar, jengkel, kesal hati, kesulitan hidup dan berusaha
terganggu, rasa pahit, berang, mengatasinya, sambil menjaga
tersinggung, bermusuhan, dan tindak kesejahteraannya. Ketiga, kesehatan
kekerasan; (2) kesedihan: pedih, sedih, mental dapat juga diartikan sebagai suatu
muram, suram, melankolis, mengasihani bidang kegiatan yang mencakup usaha
diri, kesepian ditolak, putus asa, dan pembinaan kesehatan mental,
depresi berat; (3) rasa takut: cemas, pengobatan dan pencegahan, serta
takut, gugup, khawatir, was-was, rehabilitasi gangguan kesehatan mental.
perasaan takut sekali, waspada, sedih, Keempat, kesehatan mental dapat juga
tidak tenang, ngeri, dan fobia; (4) diartikan suatu gerakan yang sekarang
kenikmatan: bahagia, gembira, riang, menyebar kemana-mana dan bertujuan
puas, ringan, senang, terhibur, bangga, memberitahukan pada seluruh dunia
kenikmatan indrawi, takjub, rasa bahwa masalah kesehatan mental perlu
terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan diperhatikan sepenuhnya oleh semua
luar biasa, senang, dan senang sekali; (5) kalangan.
cinta: penerimaan, persahabatan, Notosoedirdjo dan Latipun
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, (2016:14) juga menjelaskan tujuan
bakti, hormat, kasmaran, dan kasih; (6) mempelajari kesehatan mental, antara
terkejut: terkesiap, takjub, dan terpana; lain: (1) memahami makna kesehatan
(7) jengkel: hina, jejek, muak, mual, mental dan faktorfaktor penyebabnya;
benci, tidak suka, dan mau muntah; (8) (2) memahami pendekatan-pendekatan
malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, yang digunakan dalam penanganan
sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. kesehatan mental; (3) memiliki
Menurut Heerdjan (1987) dalam kemampuan dasar dalam usaha
Hidayat dan Herdi (2014:28) dapat peningkatan dan pencegahan kesehatan
diartikan bermacam-macam antara lain: mental masyarakat; (4) memiliki sikap
pertama, kesehatan mental dapat proaktif dan mampu memanfaatkan
diartikan sebagai suatu kondisi, suatu berbagai sumber daya dalam upaya
keadaan mental-emosional. Kedua, penanganan kesehatan mental
kesehatan mental dapat diartikan sebagai masyarakat; (5) meningkatkan kesehatan
suatu ilmu baru yang membahas

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
7
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

mental masyarakat dan mengurangi berharga, penyesuaian sosial yang buruk


timbulnya gangguan mental masyarakat. di mana korban merasa takut ke sekolah
Adapun pengaruh perilaku bullying bahkan tidak mau ke sekolah, menarik
terhadap kecerdasan emosional anak, diri dari pergaulan, prestasi akademik
Suryani (2016:53- 54) menjelaskan menurun karena mengalami kesulitan
bahwa kebanyakan para pelaku bullying untuk berkonsentrasi dalam belajar,
sangat puas dan senang dengan aksi bahkan berkeinginan untuk bunuh diri
mereka, apalagi kalau bisa menindas daripada harus menghadapi tekanan-
sesering mungkin, terutama yang lebih tekanan berupa hinaan dan hukuman.
lemah dari mereka. Para pelaku merasa Dapat disimpulkan dari kasus yang
lebih berkuasa, lebih hebat, lebih kuat, akan diteliti, banyak korban bullying
lebih pintar, lebih cantik/ganteng, lebih yang menyimpan dendam pada pelaku
kaya, dan sebagainya. Banyak orang- bullying. Mereka yang tidak suka
orang yang takut dengan pelaku, dengan aksi bullying bisa melakukan
sehingga tidak berani melawan ataupun tindakan dibatas kewajaran seperti teror
membela korban, karena takut kalau dan menyuruh orang untuk
dirinya lah yang nanti akan menjadi mencelakakan orang yang pernah
sasaran para pembully berikutnya. membullynya”. Mereka yang di bully
Semakin semua orang ketakutan akan bersikap diam saja selama proses
semakin senanglah sang pembully dan pembullyan karena mereka tidak tahu
semakin gencar melancarkan aksinya apa yang akan ia lakukan dan tak jarang
dan mereka akan membully korbannya mereka takut akan pelaku bullying. Jika
habis-habisan, memanfaatkannya untuk Bullying terus dilakukan kepadanya,
kepentingan pribadi pelaku. mereka akan melampiaskan apa yang
Adapun pengaruh perilaku bullying pernah ia alami kepada orang lain.
dengan kesehatan mental, Wiyani Mereka berpikir bahwa orang lain juga
(2014:16) berpendapat korban bullying harus mengalami apa yang mereka alami
mengalami berbagai macam gangguan agar mereka tidak merasa tersakiti
yang meliputi kesejahteraan psikologis sendiri.
yang rendah (low psychological well-
being) di mana korban akan merasa tidak METODE
nyaman, takut, rendah diri, serta tidak

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
8
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

Penelitian ini menggunakan metode (pengucilan). Bullying verbal berupa


kualitatif dengan desain studi kasus ejekan menggunakan nama julukan.
tunggal. Teknik pengumpulan data Bentuk bullying fisik berupa
menggunakan observasi, wawancara, penyerangan yang disertai dengan
dan dokumentasi. Teknik analisis data pemukulan di berbagai anggota tubuh
menggunakan teknik interaktif Miles seperti pipi dan perut. Bullying
dan Huberman. Uji keabsahan data relasional terjadi di dalam maupun di
menggunakan triangulasi sumber, luar kelas, berupa penolakan untuk
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. masuk kelompok belajar, dan pengucilan
Subjek penelitian adalah anak usia dini dalam bermain. Faktor yang
(Kelas A) karena di kelas tersebut paling menyebabkan bullying diantaranya yaitu
banyak terjadi perilaku bullying. rasa dengki, kurang perhatian dari guru
Penelitian ini menggunakan informasi kelas maupun keluarga, sikap ingin
dari orang tua siswa pelaku dan korban terlihat kuat dan keren, dan rasa balas
bullying agar dapat mengetahui dendam yang dimiliki.
perbedaan perilaku sehari-hari dari Bentuk bullying yang terjadi
korban dan pelaku bullying di rumah berupa bullying verbal, bullying fisik,
selain di sekolah. dan bullying relasional. Bentuk bullying
verbal berupa ejekan menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN nama julukan. Bentuk bullying fisik
Kepala sekolah, guru kelas IV, berupa penyerangan yang disertai
siswa kelas IV dan orang tua siswa pemukulan di berbagai anggota tubuh,
belum memahami perilaku bullying. seperti pipi, pantat, dan tangan. Bentuk
bullying masih dianggap sebagai bullying relasional berupa penolakan
tindakan yang wajar dilakukan siswa, untuk masuk kelompok belajar, dan
terutama pada siswa kelas tinggi. pengucilan dalam bermain. Faktor yang
Mereka beranggapan bahwa tindakan menyebabkan bullying diantaranya yaitu
bullying akan hilang dengan sendirinya rasa dengki, kurang perhatian dari guru
seiring berjalannya waktu. kelas maupun keluarga, sikap ingin
Bentuk-bentuk bullying yang terjadi terlihat kuat dan keren, dan rasa balas
antara lain bullying verbal, bullying dendam yang ia miliki. Kejadian di masa
fisik, dan bullying relasional lalunya sangat berpengaruh terhadap

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
9
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

perubahan sikap dan emosi anak. KESIMPULAN


Perilaku anak dalam sehari-hari dapat Bullying memberikan dampak
berubah setelah mengalami bullying negatif yang di terima oleh pelaku
baik sebagai korban maupun pelaku. maupun korban bullying. Dampak
Pengaruh yang ditimbulkan oleh tersebut bisa berlangsung singkat
bullying terhadap kecerdasan emosi dan maupun berlangsung lama. Rata-rata
kesehatan mental adalah anak menjadi dampak tersebut berhubungan dengan
pribadi yang pemurung, pesimis, apatis emosional dan mental anak, baik sebagai
terhadap lingkungan sekitar, penurunan pelaku maupun korban. Para pelaku
nilai akademik dan mudah menangis jika merasa lebih berkuasa, lebih hebat, lebih
anak tersebut sebagai korban. Sedangkan kuat, lebih pintar, lebih cantik/ganteng,
pribadi yang senang diatas penderitaan lebih kaya, dan sebagainya. Banyak
orang lain, merasa kuat, dan mudah orang-orang yang takut dengan pelaku,
marah jika keinginannya tidak terkabul sehingga tidak berani melawan ataupun
jika anak tersebut sebagai pelaku. membela korban, karena takut kalau
Kejadian di masa lalunya sangat dirinya lah yang nanti akan menjadi
berpengaruh terhadap perubahan sikap sasaran para pembully berikutnya.
dan emosi anak. Anak dapat berubah Emosional anak dapat mengganggu
menjadi orang lain setelah mengalami kecerdasan kognitif tidak berhubungan
bullying baik sebagai korban maupun dengan pemantauan emosi seseorang.
pelaku. Pengaruh yang ditimbulkan oleh Orang yang pandai dan memiliki gelar
bullying terhadap kecerdasan emosi dan yang panjang, tetapi tidak ditunjang oleh
kesehatan mental adalah anak menjadi sikap yang terpuji. Kecerdasan kognitif
pribadi yang pemurung, pesimis, apatis bukanlah jaminan semakin berhasilnya
terhadap lingkungan sekitar, penurunan kemampuan sosialisasi seseorang.
nilai akademik dan mudah menangis jika Kesehatan mental anak akan
anak tersebut sebagai korban. Sedangkan menjadi kesejahteraan psikologis yang
pribadi yang senang diatas penderitaan rendah (low psychological well-being)
orang lain, merasa kuat, dan mudah di mana korban akan merasa tidak
marah jika keinginannya tidak terkabul nyaman, takut, rendah diri, serta tidak
jika anak tersebut sebagai pelaku. berharga, penyesuaian sosial yang buruk
di mana korban merasa takut ke sekolah

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
10
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

bahkan tidak mau ke sekolah, menarik Sekolah. Bandung: PT Remaja


diri dari pergaulan, prestasi akademik Rosdakarya.
menurun karena mengalami kesulitan Karina, Hastuti, D & Alfiasari. 2013.
untuk berkonsentrasi dalam belajar, Perilaku Bullying dan Karakter
bahkan berkeinginan untuk bunuh diri Remaja serta Kaitannya dengan
daripada harus menghadapi Karakteristik Keluarga dan Peer
tekanantekanan berupa hinaan dan Group. Jurnal Ilmu Keluarga dan
hukuman. Konseling. Vol.6, No.1. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun.
2016. Kesehatan Mental edisi
Astuti Ponny Retno. 2008. Merendam keempat: Konsep dan Penerapan.
Bullying. Jakarta: PT Grasindo, Malang: Universitas
anggota IKAPI Muhammadiyah Malang.
Chakrawati, Fitria. 2015. Bullying Siapa Taufik, Agus, dkk. 2012. Pendidikan
Takut. Solo: Tiga Ananda. Anak di SD. Tangerang Selatan:
Coloroso Barbara. 2007. Stop Bullying Universitas Negeri Terbuka
Memutus Rantai Kekerasan dari Rakhmawati, Ellya. 2013. Pengaruh
Prasekolah Hingga SMU. Jakarta. Layanan Bimbingan Kelompok
Serambi Terhadap Perilaku Bullying pada
Field, E.M. (2007). Bullying Blocking Siswa Kelas VIII SMP H Isriati
Six Secrets to Help Childer. United Semarang Tahun Pelajaran
Kingdom: Jessica Kingsley 2009/2010. Jurnal Penelitian
Publishers PAUDIA, 2 (1): 142-162.
Goleman, D. 1999. Working With http://download.portalgaruda.org/
Emotional Intelligence.: article (diakses 12/06/2018).
Kecerdasan Emosi Untuk Sejiwa. 2007. http://paul-
Mencapai Puncak Prestasi. arjanto.blogspot.com/2011/06/kor
Jakarta: PT Gramedia Pustaka ban-bullying.html.(diakses 20
Utama. Desember 2013).
Hidayat, dkk. 2014. Bimbingan Siswanto. 2007. Kesehatan Mental:
Konseling, Kesehatan Mental di Konsep, Cakupan, dan

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
11
ISSN 2621-9034 VOLUME 04 Tahun 2021

Perkembangannya. Yogyakarta: Yusuf, S.2009. Psikologi Perkembangan


CV Andi Offset. Anak dan Remaja. Bandung: PT
Suryani. 2016. Stop Bullying. Bekasi: Remaja Rosdakarya
Soul Journey. Wardhana, Katyana. 2015. Buku
Uno, H, B. 2012. Orientasi Baru Dalam Panduan Melawan Bullying.
Psikologi Pembelajaran. Jakarta: https://pelindunganak.org/article-
Bumi Aksara pdf/manual-book-sudah-dong.pdf
Usman, I. 2003. Kepribadian, (diakses 30 Januari 2018).
Komunikasi, Kelompok Teman Wiyani Novan Ardy. 2004. Save Our
Sebaya, Iklim Sekolah dan Children From School Bullying.
Perilaku Bullying. Jurnal Jakarta. Ar-Ruzz Media
Humanis, X,1 Wiyani, Novan Ardy. 2014. Save Our
Children from School Bullying.
Jogjakarta: Ar-Ruzz.

MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
12

Anda mungkin juga menyukai