Anda di halaman 1dari 7

PRATIKUM 1

POLITIK DAN PEMERINTAHAN LOKAL DI INDONESIA


( “ KINERJA DPR DI DAERAH KALBAR ’’)

Di Susun Oleh :
ALDO
E1051171027

Dosen Pembimbing
Dr. Hj. Dahniar Th. Musa, M.Hum
NIP. 19640401 199303 2 002

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PRATIKUM 1
POLITIK DAN PEMERINTAHAN LOKAL DI INDONESIA
(“ KINERJA DPR DI DAERAH KALBAR ’’)

DISUSUN OLEH :

ALDO
NIM. E1051171027

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Hj. Dahniar Th. Musa, M.Hum


NIP. 19640401 199303 2 002

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Pratikum I ini tepat pada waktunya. Adapun tema yang digunakan dalam penulisan
Pratikum I tentang mata kuliah “ Sistem Perwakilan Politik ’’ dalam proses
penyelesain Pratikum I ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing Pratikum I, Orang tua dan Keluarga, pihak perpustakaan FISIP
UNTAN, pihak perpustakaan UNTAN, para senior dan rekan-rekan mahasiswa
angkatan 2017 khususnya prodi Ilmu Politik atas bimbingan, do’a motivasi dan
saran-saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua kalangan yang
membaca, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar dapat
memperbaiki segala bentuk kekurangan yang ada dalam penulisan Pratikum I ini.

Pontianak, 10 Desember 2019

Aldo
NIM. E1051171027
DAFTAR ISI
BAB I
DESKRIPSI MATA KULIAH

1.1 Sistem Perwakilan Politik


Dalam pembuatan Pratikum I ini, saya mengambil mata kuliah tentang
Sistem Perwakilan Politik, sebagai bahan yang akan saya gunakan dalam
pembuatan Pratikum I untuk kajian program studi yang saya ambil. Pada bagian ini
saya akan menjelaskan secara singkat mengenai Sistem Perwakilan Politik.
Perwakilan atau reprentation adalah suatu konsep bahwa seseorang atau suatu
kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak
atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Dengan ini anggota dewan perwakilan
rakyat pada umumnya mewakili rakyat melalui parpol.
Istilah perwakilan sendiri baru muncul pada masa Romawi kuno, meskipun
tidak secara langsung bermakna politik. Pada abad ketujuh belas, kata perwakilan
sudah dikaitkan dengan agency dan acting for others. Di sini, konsep perwakilan
sudah berkaitan dengan adanya sekelompok kecil orang yang bertindak atas nama
atau mewakili orang banyak ( masyarakat luas ). Mengapa kedaulatan harus
ditangan rakyat? Karena, disamping rakyat adalah pemerintah, juga merupakan
sebuah ketetapan dalam kehidupan jika di dalam masyarakat terdapat penguasa
yang berusaha memimpin rakyat supaya tercipta kesejahteraan dan kedamaian
dalam lingkungan masyarakat. Fungsi pemerintah adalah melindungi warga
Negara dan harta benda yang dimilikinya, mencegah tindakan agresif mereka yang
berkuasa terhadap mereka yang lemah, menyelenggarakan keadilan. Oleh karena
itu, kedaulatan harus ditangan rakyat, jika tidak, maka ada sekolompok orang yang
menindas kelompok lain yang tidak memiliki kekuasaan.
Perwakian masuk ke dalam empat kategori, yaitu :
1. Perwakilan Deskriptif yaitu, adanya para wakil yang berasal dari berbagai
kelompok yang diwakili, meskipun tidak bertindak untuk yang diwakilinya. Para
wakil biasanya merefleksikan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat
tetapi tidak secara inheren melakukan sesuatu untuk kepentingan orang-orang yang
diwakilinya tersebut.
2. Perwakilan Simbolik yaitu, dimana para wakil melakukan symbol perwakilan
dari kelompok atau bangsa yang diwakili.
3. Perwakilan Substantif yaitu, dimana para wakil berusaha bertindak sebaik
mungkin atas keinginan dan kehendak orang-orang yang diwakilinya atau publik.
4. Perwakilan Formal di dalam kategori ini perwakilan di pahami di dalam 2
dimensi yaitu, otorisasi dan akuntabilitas. Dimensi pertama yaitu otorisasi
berkaitan dengan apa saja yang diberikan kepada para wakil. Ketika wakil
melakukan sesuatu di luar otoritasnya, dia tidak lagi menjalankan fungsi
perwakilannya. Sedangkan akuntabilitas adanya pertanggung jawaban dari para
wakil tentang apa yang telah dikerjakan. Dari pembagian perwakilan di atas dapat
disimpulkan ada 4 hal ketika memperbincangkan konsep perwakilan.
1. Adanya sekelompok orang yang mewakili, yang termanifestasi kedalam
Bentuk lembaga perwakilan, organisasi, gerakan, dan lembaga-lembaga
Negara yang lain.
2. Adanya sekelompok orang yang diwakili, seperti konstituen dank lien.
3. Adanya sesuatu yang diwakili, seperti pendapat, kepentingan, dan
Perspektif.
4. Konteks politik dimana perwakilan itu berlangsung.

Perwakilan politik berarti adanya relaksi antara wakil dan terwakili, yang
teralut oleh kepentingan-kepentingan baik kepentingan terwakili maupun wakil, di
dalam konteks politik tertentu. Karena berkaitan dengan kepentingan, relasi antara
wakil dan terwakili tidak lepas dari adanya transaksi dan akuntabilitas, baik
transaksi dan akuntabilitas biasanya terjadi saat pemilu.
Ada dua pandangan dalam sistem perwakilan ini yaitu, pandangan mandat
dan akuntabilitas. Di dalam pandangan mandat, melihat bahwa sebuah pemilihan
ada untuk memilih kebijakan yang baik atau kebijakan yang tegas dari para politisi.
Dalam pandangan sistem perwakilan akuntabilitas melihat bahwa pemilihan dapat
menghasilkan sebuah pemerintahan yang responsible sebagai hasil dari apa yang
telah mereka lakukan sebelumnya. Namun bagaimanapun juga kedua pandangan
tersebut tetaplah memiliki masalah. Perwakilan adalah sebuah isu sebab para
politisi memiliki tujuan, kepentingan, dan nilai mereka sendiri, dan mereka
Menyadari bahwa apa yang akan dilakukannya nanti tidaklah sepenuhnya
diketahui oleh masyarakat meski sebelumnya kebijakan-kebijakan yang akan
diusung sudah diketahui. Konstruksi demokrasi di dalam sistem politik Indonesia
menggunakan sistem perwakilan ( representative democracy ). Sistem ini berbeda
dengan sistem demokrasi langsung, di mana rakyat teribat secara langsung dalam
proses-proses politik tanpa melalui perwakilan. Karena itu esensi penting di dalam
sistem perwakilan adalah adanya sekelompok kecil orang yang memiliki peran
besar di dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan-keputusan politik,
dan sekelompok besar orang yang mewakilkan kepentingan-kepentingannya
kepada wakil yang dipilihnya. Proses mewakilkan itu dilakukan melalui pemilu
yang bebas dan adil.
Sistem perwakilan sudah mulai digunakan sesudah Indonesia merdeka.
Hanya saja, institusi yang menjalankan fungsi perwakilan itu tidak semua
terkontruksi secara demokratis. Secara substansial, perwakilan berarti adanya para
wakil yang bertindak sesuai dengan kepentingan yang diinginkan oleh orang yang
diwakilinya. Secara kelembagaan, sudah diupayakan untuk membangun relasi
yang lebih baik antara wakil dengan terwakili. Adanya sistem pendapilan yang
sesuai. Pemilu 2004 merupakan contohnya, melalui sistem ini, teridentifikasi lebih
jelas tentang siapa yang mewakili dan untuk siapa diwakilinya dan dari daerah
mana .
Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang dasar 1945 dinyatakan bahwa “
kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR ’’ kedaulatan
di tangan rakyat artinya, rakyat pada dasarnya memiliki kekuasaan dalam
kehidupan bernegara. Tetapi, karena rakyat merupakan entitas yang sangat
kompleks dan mengingat jumlahnya yang sangat besar dan variasi
pengelomkkannya yang sangat rumit karena berhimpitan segala macam elemen
seperti Agama, etnisitas, kelas sosial, dll, maka kedaulatan tersebut tidak secara
langsung dilaksanakan sendiri oleh rakyat. Kedaulatan dilakukan melalui sistem
perwakilan, oleh karena itu diperlukan majelis yang merupakan perwakilan dari
seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai