Anda di halaman 1dari 7

Tugas Tutorial Online 2

Mata Kuliah :

Ilmu Negara

Oleh :

Nama : Muhammad Samsul Alam


Nim : 045177649

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Terbuka
2022
Tugas 2 Ilmu Negara

Soal 1 dan 2

Demokrasi Pancasila: Pengertian dan Keunggulannya

KOMPAS.com - Sejak lahirnya Orde Baru (Orba) pada 1966, kehidupan demokrasi di
Indonesia mulai kembali. Di mana lembaga-lembaga demokrasi mulai berfungsi, seperti
adanya pemilu, sidang-sidang DPR baik pusat dan daerah, MPR menjalankan
fungsinya dengan nyata. Kondisi itu tidak lepas karena bangsa Indonesia menjalankan
demokrasi Pancasila. Di mana demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam sejarah, Indonesia sudah menyelenggaran
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat lewat Pemilihan
Umum (Pemilu). Arti Demokrasi Pancasila Dilansir, Encylopaedia Britannica (2015),
demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari kata "demos" (rakyat) dan
"kratos" (pemerintahan). Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi bertolak belakang
dengan monarki (diperintah oleh raja, ratu, atau kaisar), oligarki (diperintah oleh
beberapa orang), aristokrasi (diperintah oleh kelas istimewa), dan despotisme
(pemerintahan absolut oleh satu orang). Baca juga: Karakter Utama Demokrasi
Pancasila Orang Yunani kuno adalah orang pertama yang mempraktikkan demokrasi
dalam komunitas sebesar kota. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan sila Pancasila yang dilihat
sebagai suatu keseluruhan yang utuh. Dalam demokrasi tersebut musyawarah untuk
mufakat sangat diharapkan. Karena setiap keputusan dapat dicapai dengan mufakat.
Tapi jika tidak tercapai mufakat, maka keputusan dapat ditempuh melalui pemunguta
suara. Dalam buku Pancasila (2012) karya Suparman, dalam bentuk negara modern,
kekuasaan politik dapat dijalankan secara baik manakala di dalam penyelenggaraan
pemerintahan menggunakan prinsip dan sistem demokrasi. Penggunaan sistem
demokrasi dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah mutlak. Untuk itu Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah menggunakan sistem demokrasi yang
sangat tepat bagi bangsa Indonesia yang pluralisme adalah Demokrasi Pancasila.

Hal ini sesuai dengan sila keempat, yakni Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan. Pancasila adalah sumber kejiwaan
masyarakat dan negara Indonesia. Maka rakyat Indonesia menjadikan pengalaman
Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Oleh karena itu untuk pengamalannya harus dimulai dari setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelanggara negara. Dalam rangka pelaksanaan
Demokrasi Pancasila, kita mementingkan musyawarah. Musyawarah itu tidak
didasarkan atas kekuasaan mayoritas atau minoritas, tapi yang dihasilkan musyawarah
itu sendiri. Demokrasi liberal, demokrasi kapitalis, dan demokrasi terpimpin yang pernah
diberlakukan Indonesia pada zaman dulu tidak sesuai dan bertentangan dengan
demokrasi Pancasila.

Keunggulan Demokrasi Pancasila

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), demokrasi


Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki keunggulan tertentu.
Berikut keunggulan Demokrasi Pancasila: Mengutamakan pengambilan keputusan
dengan musyawarah mufakat dalam semangat kekeluargaan. Mengutamakan
keselaran dan keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara kepentingan pribadi
dan sosial. Lebih mengutamakan kepentingan dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi dan golongan.

Pertanyaan

1. Simpulkan ciri khas kedaulatan yang ada di Indonesia seperti kasus di atas
menggunakan konsep analisis dari Jean Bodin!

Jawab : Dalam konsep kedaulatan Jean Bodin, kedaulatan adalah hak mutlak negara
untuk membuat keputusan yang mengikat dan tidak dapat dicabut oleh pihak lain.
Dalam kasus kedaulatan di Indonesia, berikut adalah simpulan mengenai ciri khas
kedaulatan yang dapat dianalisis dengan konsep Bodin :

1. Kedaulatan Absolut

Jean Bodin menekankan pentingnya kekuasaan tunggal dan absolut yang dimiliki oleh
negara. Dalam konteks Indonesia, ciri khas kedaulatan yang tercermin adalah adanya
kekuasaan tertinggi yang dipegang oleh negara sebagai lembaga yang mewakili
kehendak rakyat. Kekuasaan negara di Indonesia bersifat absolut dalam hal mengatur,
melindungi, dan menjaga kepentingan nasional serta melaksanakan kebijakan publik.

2. Legitimasi Demokratis

Meskipun kedaulatan absolut menekankan pada kekuasaan yang kuat dan sentralistik,
dalam konteks Indonesia, kedaulatan juga berakar pada legitimasi demokratis. Proses
pemilihan umum dan pengambilan keputusan politik melalui mekanisme demokrasi
memberikan legitimasi kepada pemerintahan dan institusi negara, sehingga kekuasaan
yang absolut tidak berarti sewenang-wenang, tetapi mewakili suara dan kehendak
rakyat.
3. Pemisahan Kekuasaan

Konsep pemisahan kekuasaan juga relevan dalam analisis kedaulatan di Indonesia.


Dalam sistem pemerintahan Indonesia, kekuasaan dibagi antara eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Pemisahan kekuasaan ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dan menjamin keseimbangan antara kekuatan negara.

2. Analisis demokrasi pancasila seperti kasus di atas berdasarkan bentuk legitimasi


eliter pada subjek wewenang!

Jawab : Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang menggabungkan prinsip-


prinsip demokrasi dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam
konteks demokrasi Pancasila, bentuk legitimasi eliter pada subjek wewenang dapat
dilihat melalui beberapa aspek, seperti pemilihan umum, partisipasi politik, dan struktur
kelembagaan.

Berikut adalah analisis mengenai demokrasi Pancasila berdasarkan bentuk legitimasi


eliter pada subjek wewenang :

1. Pemilihan Umum

Pemilihan umum merupakan mekanisme sentral dalam demokrasi Pancasila untuk


memberikan legitimasi pada elit politik. Pemilihan umum yang bebas, adil, dan
transparan memberikan kesempatan bagi rakyat untuk memilih wakil-wakil mereka di
lembaga-lembaga pemerintahan. Dalam proses pemilihan umum, elit politik yang
mendapatkan dukungan dan suara mayoritas rakyat akan mendapatkan legitimasi
untuk memegang jabatan dan mengambil keputusan politik.

2. Partisipasi Politik

Demokrasi Pancasila mendorong partisipasi politik yang luas dari rakyat. Partisipasi
politik yang aktif dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk masyarakat biasa,
kelompok masyarakat, dan elit politik, merupakan elemen penting dalam memberikan
legitimasi pada sistem politik. Partisipasi politik yang melibatkan beragam elemen
masyarakat memberikan kesempatan bagi warga negara untuk ikut serta dalam proses
pengambilan keputusan dan memberikan suara mereka, sehingga memberikan
legitimasi pada keputusan politik yang diambil oleh elit politik.

3. Struktur Kelembagaan

Sistem politik Indonesia memiliki struktur kelembagaan yang diatur dalam konstitusi dan
hukum negara. Kelembagaan, seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta
lembaga-lembaga pemerintah daerah, menjadi wadah bagi elit politik untuk memegang
dan menjalankan wewenang politik. Struktur kelembagaan ini memberikan legitimasi
pada elit politik yang mengisi posisi-posisi tersebut sesuai dengan mekanisme dan
prosedur yang ditetapkan. Dalam konteks demokrasi Pancasila, bentuk legitimasi eliter
pada subjek wewenang juga dapat dianalisis melalui hubungan antara elit politik dan
masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat diperhatikan :

1. Pelayanan Publik

Legitimasi eliter dalam demokrasi Pancasila dapat tercermin dalam kemampuan


mereka untuk menyediakan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat. Elit politik
yang mampu memberikan pelayanan publik yang efektif dan responsif kepada rakyat
mendapatkan dukungan dan legitimasi sebagai penguasa yang bertanggung jawab.

2. Akuntabilitas

Legitimasi eliter juga bergantung pada tingkat akuntabilitas mereka terhadap


masyarakat. Elit politik yang bertanggung jawab, terbuka, dan transparan dalam
menjalankan tugas-tugas mereka, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan negara,
pengambilan keputusan, dan implementasi kebijakan, memperoleh legitimasi dari
rakyat.

3. Partisipasi Masyarakat

Bentuk legitimasi eliter juga dapat terkait dengan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan politik. Masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan
politik, seperti memberikan masukan, melibatkan diri dalam dialog dan diskusi
kebijakan, atau mengawasi tindakan elit politik, memberikan legitimasi pada elit politik
yang mampu menerima dan merespons aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

4. Representasi yang Adil

Legitimasi eliter dalam demokrasi Pancasila juga terkait dengan representasi yang adil
dalam lembaga-lembaga pemerintahan. Elit politik yang mampu mewakili beragam
kelompok dan kepentingan masyarakat, termasuk yang berasal dari berbagai lapisan
sosial dan daerah, memberikan legitimasi pada sistem politik. Penerapan konsep
legitimasi eliter pada subjek wewenang dalam konteks demokrasi Pancasila membantu
memahami pentingnya interaksi antara elit politik dan masyarakat dalam menentukan
legitimasi dan keabsahan kekuasaan politik.
Soal 3

Beberapa teori mengenai klasifikasi negara modern bermunculan. Hal tersebut karena
klasifikasi negara secara sudah jarang diterapkan lagi sesuai perkembangan zaman.
Masa modern, mengakibatkan negara-negara di dunia tidak bisa menggunakan satu
saja klasifikasi, tetapi lebih kompleks/perpaduan. Dari situlah muncul istilah lain untuk
menggambarkan klasifikasi suatu negara.

Pertanyaan

3. Bagaimana klasifikasi negara Inggris menurut pemahaman anda berdasarkan


analisis dari konsep teori Leon Duguit!

Jawab : Menurut saya berdasarkan analisis dari konsep teori Leon Duguit, klasifikasi
negara Inggris dapat dijelaskan sebagai negara dengan karakteristik campuran antara
negara hukum (rule of law) dan negara sosial (social state). Leon Duguit adalah
seorang ahli hukum Prancis yang mengembangkan teori tentang negara hukum dan
negara sosial pada awal abad ke-20.

Menurut Duguit, negara hukum adalah negara yang berfokus pada perlindungan hak-
hak individu, menjaga supremasi hukum, dan menegakkan keadilan. Sementara itu,
negara sosial adalah negara yang memiliki tanggung jawab sosial terhadap
kesejahteraan masyarakat dan memperhatikan redistribusi kekayaan. Dalam konteks
Inggris, klasifikasi ini dapat diterapkan karena negara tersebut memiliki prinsip-prinsip
negara hukum yang kuat dengan sistem hukum umum yang terkenal di dunia, yaitu
common law. Inggris juga menghargai hak-hak individu dan menjaga supremasi hukum
dalam praktek pemerintahannya.

Namun demikian, Inggris juga memiliki elemen negara sosial yang terlihat melalui
sistem kesejahteraan yang kuat dan peran pemerintah dalam memberikan layanan
publik dan perlindungan sosial kepada warganya. Contohnya adalah National Health
Service (NHS) yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi seluruh penduduk
Inggris. Selain itu, konsep teori Leon Duguit juga menekankan pentingnya tanggung
jawab negara terhadap kepentingan umum dan keadilan sosial. Dalam konteks Inggris,
ini dapat terlihat melalui kebijakan publik yang bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan sosial, mendorong inklusi sosial, dan memberikan perlindungan bagi
kelompok yang rentan. Contohnya, pemerintah Inggris telah mengadopsi kebijakan
kesejahteraan sosial yang melibatkan pemberian tunjangan sosial, subsidi perumahan,
serta program-program bantuan lainnya bagi individu dan keluarga yang membutuhkan.
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan kesetaraan sosial dan memastikan
bahwa semua warga negara mendapatkan akses yang adil terhadap kebutuhan dasar.
Namun, perlu dicatat bahwa klasifikasi negara Inggris sebagai perpaduan antara
negara hukum dan negara sosial tidaklah mutlak. Pengklasifikasian negara sering kali
rumit dan tergantung pada banyak faktor seperti perkembangan politik, ekonomi, dan
sosial dalam suatu negara.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap klasifikasi negara Inggris berdasarkan teori Leon
Duguit dapat menjadi suatu sudut pandang yang bermanfaat, tetapi juga perlu
diperhatikan dengan konteks dan perubahan zaman yang terus berlangsung.

Sumber :

Buku materi HKUM4209 MODUL 3 - 4

Black, A. (2012). The history of political thought: From Plato to Marx. Bloomsbury
Publishing

McRae, K. D. (2010). Political sovereignty: The primacy of the state in modernity.


Routledge.

Tushnet, M. (2010). Comparative constitutional law. Edward Elgar Publishing.

Lev, D. S. (1966). The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Cornell


University Press.

Aspinall, E. (2014). Democracy for Sale: Elections, Clientelism, and the State in
Indonesia. Cornell University Press.

Leon Duguit, "Law in the Modern State" (1919),

https://scholarship.law.cornell.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1416&context=facpub

Anda mungkin juga menyukai