Anda di halaman 1dari 13

DEMOKRASI INDONESIA

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu

Agus Subagyo, S.IP, M.Kes

Adnin Bayquni P1337433220006

Muhammad Irfan P1337433220034

Septrina Nur Awiah P1337433220038

Nugraha Iman K.S P1337433220068

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

2021
I. Pengertian dan Perkembangan Demokrasi.
A. Pengertian Demokrasi.
Demokrasi adalah suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan
rakyat baik dalam penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung
pengertian tiga hal, yaitu pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat
dan pemerintahan untuk rakyat. Dari pembentukan kata, “demokrasi” terdiri
dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cretein” atau “cratos” yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-
cratos adalah keadaan Negara di mana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh
rakyat.
Dalam sistem perwakilan, mekanisme yang dilakukan yaitu melalui
pemilihan umum. Dengan Pemilu yang diselenggarakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sering disebut “luber dan jurdil” inilah,
legislatif di dalam sistem pemerintahan demokrasi terbentuk.
Menurut filsuf Aristoteles, demokrasi adalah suatu kebebasan, yang
artinya kebebasan setiap warga negara dapat berbagi kekuasan. Aristoteles
menyebut bahwa setiap warga negara itu setara dalam jumlah, yaitu satu
individu, dalam demokrasi tidak ada penilaian terhadap tingginya nilai
individu tersebut, setiap warga negara sama.
Dan menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl, demokrasi
sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung
jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah publik oleh warganegara,
yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan
para wakil mereka yang terpilih.
Menurut Franz Magnis Suseno, dari berbagai ciri dan prinsip
demokrasi yang dikemukakan oleh para pakar, ada lima ciri atau gugus hakiki
negara demokrasi, yakni: negara hukum, pemerintah berada dibawah kontrol
nyata masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip mayoritas dan adanya
jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Demokrasi memiliki syarat agar sistemnya berjalan yaitu:
Perlindungan konstitusional, Badan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak, Pemilu yang bebas, Kebebasan untuk menyatakan pendapat,
Kebebasan berserikat dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Secara umum pengertian demokrasi mencakup tiga hal, yakni:
1. Pemerintahan dari Rakyat
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah
yang sah dan diakui (ligimate government) dimata rakyat. Sebaliknya ada
pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui (unligimate government).
Pemerintahan yang diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan
dan dukungan rakyat. Pentingnya legimintasi bagi suatu pemerintahan
adalah pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan program-
programnya.
2. Pemerintahan oleh Rakyat
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan
menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri.
Pengawasan yang dilakukan oleh rakyat ( sosial control) dapat dilakukan
secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung melalui DPR.
3. Pemerintahan untuk Rakyat
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh
rakyat kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat.Pemerintah
diharuskan menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat
dalam menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun secara
langsung.
B. Perkembangan Demokrasi.

Pemerintahan dengan demokrasi telah dikmbangkan sejak lama


oleh orang Yunani Kuno di kota Athena. Mulai dari zaman Yunani Kuno,
demokrasi sebagai asas dan yang dipergunakan dalam kehidupan ketata-
negaraan yang bersejarah dan dengan demikan mulailah juga apa yang
disebut orang sejarah demokrasi. Pada mulanya di zaman Yunani Kuno
mulailah timbul demokrasi langsung atau demokrasi kuno sampai pada
perkembangannya mencapai demokrasi tidak langsung, demokrasi
perwakilan sampai demokrasi modren yang mulai lahir sekitar abad ke-17
dan ke-18, yaitu masa perkembangan ajaran para sarjana Hukum Alam.

Pada hakikatnya teori-teori kontak sosial merupakan usaha untuk


mendobrak dasar dari pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak
politik rakyat. Filsuf-filsuf yang mencetuskan gagasan ini diantaranya
Jhon Locke dari Inggris (1632-1704) dan Montesquieu dari Prancis (1689-
1755). Menurut Jhon Locke hak-hak politik mencakup hak atas hidup, hak
atas kebebasan, dan hak untuk mempunyai milik (life, liberty and
property). Montesquieu mencoba dan menyusun suatu sistem yang dapat
menjamin hak-hak politik itu, yang kemudian dikenal dengan istilah Trias
Politika. Ide-ide bahwa manusia mempunyai hak-hak poltik menimbulkan
revolusi Prancis pada akhir abad ke-18, serta Revolusi Amerika melawan
Inggris.7

II. Perkembangan Demokrasi di Indonesia.

Dalam sejarah Negara Republik Indonesia yang telah lebih dari


setengah abad, perkembangan demokrasi telah mengalami pasanga surut.
Masalah pokok yang terhubung pleh bangsa Indonesia adalah bagaimana
meningalkan kehidupan ekonomi dan terhubung kehidupan sosial dan politik
yang demokrasi dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya.
Masalah ini disusun pada penyusunan suatu sistem politik dengan
kepemimpinan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta
pembangunan bangsa , sekaligus menghindarkan timbulnya diktatur
perorangan, partai maupun partai.

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat


periode:

1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang demokrasi serta


partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi anggota parlemen
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya
perstuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama
menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif
sesudah kemerdekaan.
2. Periode 1966-1965, masa Dmokrasi Terpimpin yang dalam banyak
aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih
menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini di tandai
dengan dominasi presiden, terbatasnya politik peran partai,
perkembangan pengaruh komunis, dan peran ABRI sebagai unsure
sosial-politik semakin meluas.
3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang
merupakan demokrasi konstitusional yang merupakan sistem
presidensial. Periode formal Landasan ini adalah Pancasila, UUD 1945
dan ketetapan MPRS / MPR dalam rangka meluruskan kembali
penyelewangan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa DEmokrasi
terpimpin. Namun dalam perkembangannya peran presiden lebih
dominan terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek
demokrasi pada masa ini, nama Pancasila hanya digunakan sebagai
legitimilasi politik penguasaan saat itu, karena kenyataanya yang tidak
dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
4. Periode 1999- sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi
Pada masa ini, peran partai politik kembali menonjol sehingga
demokrasi dapat berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah Pemilu
banyak kebijakan yang tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat,
melainkan lebih kea rah pembagian kekuasaan antara presiden dan
partai politik dalam DPR. Dengan kata lain, model demokrasi era
reformasi dewasa ini kurang mendasarkan pada keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia (walfare state)Kurang mendasarkan PADA
Keadilan sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia ( negara walfare).

III. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945.


Secara filosofis, demokrasi Indonesia mendasarkan pada rakyat
sebagai asal mula kekuasaan Negara dan sebagai tujuan kekuasaan Negara.
Rakyat merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk social.
Unsur-unsur Sistem Pemerintahan yang demokratis:
1. Keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik.
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warga Negara.
3. Tingkat kebebasan/ kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh
warga Negara.
4. Suatu system perwakilan.
5. Suatu system pemilihan kekuasaan mayoritas.

Di dalam kehidupan kenegaraan dengan system demokrasi, ada Supra


Struktur Politik dan Infra Struktur Politik sebagai komponen pendukung
tegaknya demokrasi. Untuk Negara-negara tertentu masih ditemukan
lembaga-lembaga Negara lain seperti Indonesia. Lembaga-lembaga Negara/
alat kelengkapan Negara :

 Majelis Permusyawarakatan Rakyat.


 Dewan Perwakilan Rakyat.
 Presiden.
 Mahkamah agung.
 BadanPemeriksaKeuangan.
Supra Struktur Politik meliputi:
 Lembaga Legislatif.
 Lembaga Eksekutif.
 Lembaga Yudikatif.

Infra Struktur Politik meliputi:


 Partai Politik.
 Golongan.
 Golongan Penekan.
 Alat Komunikasi Politik.
 Tokoh- tokoh Politik.

Dalam sisitem kenegaraan, Supra Struktur Politik dan Infra


Struktur Politik masing-masing saling mempengaruhi. Dalam sisitem
demokrasi, mekanisme interaksi antara Supra Struktur Politik dapat dilihat
dalam proses penentuan kebijaksanaan umum atau menetapkan keputusan
politik. Keputusan politik itu merupakan input dari Infra Struktur Politik
yang kemudian dijabarkan oleh Supra Struktur Politik.
IV. Konsep dan Prinsip Demokrasi
A. Konsep Demokrasi.
Seperti yang sudah dibahas demokrasi berasal dari kata Yunani,
Demos adalah rakyat dan kratia yang berarti pemerintahan. Demokrasi
dapat diartikan Pemerintahan Dari, oleh untuk rakyat. Maka, legitimasi
pemrintahannya adalah dari kemauan rakat yang memilih dan
mengontrolnya.
B. Prinsip Demokrasi.
Henry Bertram Mayo dalam An Introduction to Democratic
Theory (1960), mengungkapkan prinsip-prinsip demokrasi yang akan
mewujudkan suatu sistem politik yang demokratis. Berikut ini prinsip-
prinsip demokrasi tersebut:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.
Menurut Alamudi dalam Ilmu Kewarganegaraan (2006) karya Sri
Wuryan dan Syaifullah, suatu negara disebut berbudaya demokrasi bila
memiliki soko guru demokrasi sebagai berikut:
1. edaulatan rakyat.
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
3. Kekuasaan mayoritas.
4. Hak-hak minoritas.
5. Jaminan hak-hak asasi manusia.
6. Pemilihan yang bebas dan jujur.
7. Persamaan di depan hukum.
8. Proses hukum yang wajar.
9. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
10. Pluralisme sosial, ekonomi dan politik.
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat.

Prinsip-prinsip demokrasi tersebut merupakan nilai-nilai yang


diperlukan untuk mengembangkan suatu bentuk pemerintahan yang
demokratis. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sebuah pemerintahan
yang demokratis dapat ditegakkan. Sebaliknya tanpa prinsip-prinsip
tersebut, bentuk pemerintah yang demokrastis akan sulit ditegakkan.

 Trias Politica
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica
yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (legislatif,
eksekutif dan yudikatif).
 Pembagian tersebut diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam
peringkat yang sejajar satu sama lain.Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol.
V. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi.
Pendidikan demokrasi Seperti halnya demokrasi, pendidikan
demokrasi secara substantif bukan semata keterlibatan publik dalam elektoral,
seperti pilkada, pileg. Pendidikan demokrasi memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk meraih (a) pengetahuan, (b) keterampilan, (c) sikap, dan
(d) nilai-nilai yang berkaitan dengan berbudaya demokratis. Pendidikan
demokrasi membentuk warga negara 'politik', warga negara yang percaya,
setia, menjunjung tinggi, dan mendukung prinsip-prinsip dasar demokrasi, dan
menjadi warga negara yang efektif atau melek politik.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan
demokrasi kini dan kedepan, yakni kohesivitas sosial dan integrasi
masyakarat. Karenanya, pendidikan demokrasi secara hakiki ialah
menumbuhkan sikap kesediaan berbagi dalam menghadapi persoalan yang
muncul dalam masyarakat, budaya, ekonomi, politik dan lain (Biesta:2011)
sehingga demokrasi bukan semata bentuk pemerintahan, melainkan juga
merupakan bentuk kesediaan berbagi dalam kehidupan sosial.

VI. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia.


Sejak merdeka, bangsa Indonesia pernah melaksanakan tiga macam
demokrasi yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi
Pancasila.
1. Demokrasi Liberal (1950-1959)
Demokrasi liberal atau demokrasi parlementer berlaku pada tahun
1950—1959. Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950.
Berdasarkan UUDS 1950, sistem pemerintahan dan demokrasi yang
diterapkan di Indonesia, yaitu sistem parlementer dan demokrasi liberal.
Artinya, kabinet yang menterinya diajukan oleh parlemen (DPR) dan
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Dalam sistem parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana
menteri dan presiden hanya sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal
ini membawa dampak yang cukup besar, memengaruhi keadaan, situasi
dan kondisi politik pada waktu itu.
Dampaknya, yaitu:
 Pembangunan tidak berjalan lancar karena kabinet selalu silih
berganti.
 Tidak ada partai yang dominan maka seorang kepala negara
terpaksa bersikap mengambang di antara kepentingan banyak
partai.
 Dalam sistem multi partai, tidak pernah ada lembaga legislatif,
yudikatif, dan eksekutif yang kuat.
 Munculnya pemberontakan di berbagai daerah (DII/TII,
Permesta, APRA, RMS).
 Memunculkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan
saat itu.
Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Akhirnya,
pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan Dekrit Presiden mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945, serta tidak
berlakunya UUDS 1950.

2. Demokrasi Terpimpin (1959—1966)


Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara saja. Menurut
TAP MPRS No. VIII/MPRS/1965, demokrasi terpimpin adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berasaskan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong bagi semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan Nasakom. Pada saat itu, konstitusi yang
berlaku adalah UUD 1945 dan Presiden Sukarno berkedudukan sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang berlandaskan pada
sistem presidensial (presidesiil). Para menteri berada di bawah wewenang
presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

3. Demokrasi Pancasila (1966—sekarang)


Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang merupakan
perwujudan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang mengandung semangat Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila, yaitu:

 Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia.


 Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Pelaksanaan kebebasan yang bertanggungjawab secara moral
kepada Tunan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
 Mewujudkan rasa keadilan sosial.
 Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
 Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
 Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Pentingnya Kehidupan Demokrasi


Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Pengakuan akan supremasi hukum (kedaulatan hukum).
3. Pengakuan akan kesamaan di antara warga negara.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan Pendapat
5. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
6. Kebebasan untuk meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
7. Hak asasi manusia dijamin.
8. Kebebasan pers.
9. Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil.

Kehidupan demokrasi dalam masyarakat itu sangat penting karena


dapat menumbuhkan hal-hal positif, sebagai berikut:
1. Tumbuhnya semangat warga masyarakat untuk bersilaturahmi.
2. Mempererat tali persaudaraan di antara para anggota masyarakat.
3. Tumbuhnya semangat untuk beraktivitas dan berkreasi.
4. Warga masyarakat semakin peka terhadap lingkungannya.
5. Tumbuhnya sikap saling menghargai hak-hak masing-masing warga
masyarakat.
6. Menekan terjadinya sikap dan perbuatan negatif.
Daftar Pustaka

https://indomaritim.id/demokrasi-pengertian-dan-contohnya-di-indonesia/

http://repository.uinsu.ac.id/4712/5/BAB%20III%20ismed.pdf

http://myirfanhidayat.blogspot.com/2016/06/pengertian-pengertian-demokrasi.html

file:///C:/Users/hp/Downloads/Demokrasi%20Indonesia.pdf

http://pemerintahan.umm.ac.id/files/file/lukman%20hakim%20pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai