Anda di halaman 1dari 6

Nama : Farhan Zuhdi Putra

NPM : 20100390

Kelas : A

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Berdasarkan KBBI, demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya;
pemerintahan rakyat. Kemudian, demokrasi juga diartikan KBBI sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Pengertian demokrasi menurut para ahli pun sangat beragam. Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Lalu, Sidney Hook mendefinisikan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintahan yang
penting, baik secara langsung atau tidak langsung, didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. Joseph
Schumpeter kemudian mengartikannya sebagai prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang di dalamnya para individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat.

Jika ditinjau dari sejarahnya, demokrasi berkembang pertama kali di masa Yunani Kuno, sekitar 500 SM. Demokrasi sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yakni demos yang berarti ‘rakyat’ dan kratos yang berarti ‘kekuasaan’. Jika diartikan secara harfiah, masyarakat Yunani Kuno menganggap demokrasi
sebagai kekuasaan rakyat. Dalam hal ini saya akan menjabarkan beberapa materi terkait Demokrasi sebagai berikut :

A. HAKIKAT DEMOKRASI

Istilah hakikat demokrasi adalah berasal dari kata “hakikat” yang artinya makna sesungguhnya dan “demokrasi” yang artinya pemerintahan rakyat.
Maka hakikat demokrasi adalah makna sesungguhnya dari pemerintahan rakyat. Memahami hakikat demokrasi adalah pemerintah untuk rakyat
(government of the people) artinya pemerintahan yang sah dan diakui di mata rakyat guna menjalankan birokrasinya. Hakikat demokrasi adalah pemerintah
oleh rakyat (government by the people) artinya pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat.

Hakikat demokrasi adalah pemerintah untuk rakyat (government for the people) artinya kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah
harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah wajib menjamin adanya kebebasan bagi rakyat seluas-luasnya. Dalam hal ini yang menjadi pilar dari
hakikat demokrasi adalah trias politica. “Trias politica adalah membagi kekuasaan negara ke dalam tiga jenis lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan
yudikatif) sehingga tidak terjadi kekuasaan satu pihak yang absolut. Kekuasaan absolut menjadi biang dari terjadinya kesewenang-wenangan terhadap
rakyat”.

Hakikat demokrasi terletak pada upaya menempatkan kekuasaan politik tertinggi pada rakyat. Istilah demokrasi diartikan sebagai sistem pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara memberikan penekanan pada keberadaan
kekuasaan di tangan rakyat.

Dalam hal ini Hakikat demokrasi memeliki pengertian sebagai berikut :

1. Demokrasi langsung
Dalam sistem ini rakyat secara langsung mengemukakan kehendaknya dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh rakyat. Demokrasi langsung bisa
berjalan jika negara memiliki jumlah penduduk sedikit dan berwilayah kecil.
2. Demokrasi perwakilan
Demokrasi perwakilan saat ini banyak dipilih dan digunakan karena jumlah penduduk terus bertambah dan wilayahnya luas. Hal tersebut tidak
memungkinkan untuk menerapkan sistem demokrasi langsung. Pada demokrasi ini, rakyat menyalurkan kehendak dengan memilih wakil-wakilnya
untuk duduk di parlemen.
3. Demokrasi perwakilan sistem referendum
Demokrasi ini merupakan gabungan antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Dalam pelaksanaannya, rakyat memilih wakil mereka
untuk duduk dalam lembaga perwakilan. Namun, lembaga perwakilan tersebut dikontrol oleh rakyat dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat.

B. DEMOKRATISASI

Demokratisasi adalah transisi ke rezim politik yang lebih demokratis. Tetapi secara umum, demokratisasi adalah proses pendemokrasian, agar rakyat
turut serta dalam kegiatan politik suatu negara. Proses demokratisasi ini bukanlah proses yang mudah. Karena rakyat harus menyuarakan pendapatnya
melalui Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, atau rakyat ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan atau kenegaraan, dengan menyamakan hak dan kewajiban
seluruh masyarakat. Dengan adanya demokratisasi ini, rakyat bisa bebas dalam melakukan berbagai kegiatan di negaranya, dengan bebas berpendapat dan
pluralisme yang berkembang dalam negara tersebut.

Demokratisasi adalah bagian dari upaya rakyat membantu memegang kendali sistem pemerintahan. Tentu saja agar segala yang dilakukan oleh
pemerintahan benar-benar dibutuhkan rakyat dan mampu menyejahterakannya. Praktik pemerintahnya disebut dengan istilah demokrasi, sistem
pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hanya saja ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan
demokratisasi. Faktor pemengaruh demokratisasi adalah pendidikan, kemapanan, keamanan, dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam demokratisasi ini ada beberapa faktor yang bisa mewujudkan suatu demokratisasi. Ada juga faktor yang bisa membatasi adanya demokratisasi,
tetapi faktor tersebut masih diperdebatkan. Berikut faktor umum adanya demokratisasi:

1. Faktor Ekonomi Menurut sebuah penelitan, faktor ekonomi sangat berengaruh dengan adanya demokratisasi. Karena adanya peningkatan
pembangunan ekonomi, bisa menyebabkan terjadinya transisi ke demokrasi, walaupun hanya dalam waktu 10 hingga 20 tahun saja.
2. Faktor Sosial Faktor yang selanjutnya adalah faktor sosial atau faktor kesetaraan sosial. Adanya perbedaan status dan pendapatan pada masyarakat,
bisa mempengaruhi demokratisasi. Contohnya, semakin rendah status dan pendapatan orang, akan semakin rendah mendapatkan peluang dalam
demokratisasi.
3. Budaya Ada beberapa pendapat, bahwa beberapa kebudayaan lebih mudah menerima demokratisasi daripada kebudayaan lainnya. Biasanya budaya
Barat lebih terbuka tentang demokratisasi. Tetapi di zaman modern ini, ada beberapa negara non-Barat sudah mulai menjunjung budaya
demokratisasi seperti India, Jepang, Indonesia, Namibia, Botswana, Taiwan dan Korea Selatan.
4. Intervensi Asing Negara yang menganut sistem demokratisasi, merupakan negara yang sudah pernah mendapatkan intervensi militer. Seperti negara
yang sudah pernah mendapatkan intervensi antara Jepang dan Jerman saat perang dunia ke 2.

C. DEMOKRASI DI INDONESIA

Paham demokrasi yang dianut di Indonesia sendiri mengalami beberapa fase, dimulai sejak demokrasi parlementer awal Indonesia merdeka hingga
tahun 1959, demokrasi terpimpin yang sebagimana dikemukakan A. Syafi’i Ma’arif, menempatkan Soekarno sebagai “ayah” bagi Indonesia dengan kekuasaan
yang terpusat di tangannya. Dengan demikian demokrasi terpimpin Soekarno ini sejatinya keliru dan menjadi pengingkaran atas nilai demokrasi itu sendiri
yakni absolutisme. Selain ini tak ada ruang kontrol sosial check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.

Indonesia merupakan negara demokrasi. Sehubungan dengan perkembangannya, Dwi Sulisworo dkk. membagi demokrasi Indonesia ke dalam empat masa.

1. Masa pertama, demokrasi konstitusional (1945--1950). Di masa ini, peranan parlemen dan partai sangatlah menonjol.
2. Masa kedua, demokrasi terpimpin (1959--1965). Mulainya masa ini ditandai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden. Dalam praktiknya, masa ini
berakhir dengan peristiwa G30S pada 30 September 1965.
3. Masa ketiga, demokrasi Pancasila (1965--1998). Secara garis besar, masa ini menggunakan landasan demokrasi konstitusional yang menonjolkan
sistem presidensial.
4. Masa keempat, demokrasi pascareformasi (1998--saat ini). Cenderung mengalami banyak perubahan. Partai politik baru bermunculan, pemilihan
umum pun dilaksanakan secara langsung dan rutin.
Perkembangan demokrasi di Indonesia berlanjut pada fase demokrasi pancasila “versi orde baru,” yang menurut M. Rusli Karim demokrasi pada
rezim orde baru ini ditandai dengan dominannya peran ABRI, birokratisasi serta sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, inkorporasi lembaga non-pemerintah, hingga monolitisasi ideologi negara.

Selanjutnya pencarian dan penjabaran dari demokrasi Indonesia masuk pada fase era reformasi hingga saat ini, yang meskipun sama-sama bertitel
"Demokrasi Pancasila" terdapat perbedaan besar antara orde baru dan reformasi. Banyak sekali "batasan" dalam pelaksanaan demokrasi pancasila era orde
baru oleh sebab itu lebih dikenal dengan sebutan demokrasi perwakilan, sedangkan dalam era reformasi justru ditemukan "kebebasan", sehingga disebut
sebagai demokrasi langsung. Pada era reformasi mulai dilaksanakan pemilihan langsung baik untuk memilih anggota DPR baik pusat maupun daerah, anggota
DPD, Presiden dan Wakil Presiden, bahkan sampai pada pemilihan kepala daerah langsung, yang mustahil ditemukan pada era orde baru. Inilah terobosan
baru atas rumusan demokratisasi di Indonesia.

Demokrasi pancasila sebagai sistem demokrasi yang dianut di Indonesia secara ringkas adalah sistem demokrasi yang dilaksanakan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat bagi kesejahteraan rakyat. Kebebasan individu dijamin namun tidak bersifat mutlak karena disesuaikan dengan tanggung jawab
sosial. Pelaksanan demokrasi di Indonesia tidak ada dominasi mayoritas vis a vis minoritas, tetapi dijiwai dengan semangat kekeluargaan untuk mewujudkan
cita-cita hidup bangsa. C.S.T Kansil bahkan mengartikan demokrasi Pancasila sebagai “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” sebagaimana sila keempat dari Pancasila yang tercantum pada alinea pembukaan UUD 1945 alinea ke 4.

D. SISTEM POLITIK DEMOKRASI

Sistem politik yang dianut oleh negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi. Hal ini secara jelas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945
bahwa "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar." Hakikat demokrasi itu sendiri adalah kekuasaan dalam negara
berada di tangan rakyat. Secara normatif, sistem politik yang dianut di Indonesia didasarkan atas nilai-nilai bangsa, yaitu Pancasila. Oleh karena itu, sistem
politik di Indonesia adalah sistem politik demokrasi Pancasila, yaitu sistem politik demokrasi yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasila, demikian dikutip di
buku Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan oleh Winarno.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila menghendaki
suatu sistem pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam negara. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila Sistem
politik demokrasi Pancasila tidak boleh terlepas dari prinsip-prinsip demokrasi yang bersumber kepada 10 pilar demokrasi Pancasila. Adapun penjelasan
mengenai 10 pilar demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut:

1. Berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa


Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang menolak liberalisme dan sekularisme, tetapi menganut dasar paham kesadaran religius atau menolak
atheism.
2. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
Hal ini sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD Pasal 26 sampai 34, Pasal 28A sampai 28J hasil amandemen ke-2 oleh MPR,
serta tercantum dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM.
3. Kedaulatan Rakyat
Sistem politik Demokrasi Pancasila adalah sistem politik yang menganut kedaulatan rakyat sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (2) UUD NRI
1945 bahwa "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar."
4. Didukung oleh Kecerdasan Warga Negara
Agar tumbuh sistem demokrasi yang sehat, maka diperlukan peran warga negara yang cerdas sebagai bentuk kehidupan demokrasi, termasuk produk
dan hasil keputusan politik negara yang mempunyai nilai positif apabila warga negaranya berpendidikan rendah.
5. Menganut Sistem Pemisahan atau Pembagian Kekuasaan
Indonesia menganut teori pembagian kekuasaan (division of power) yang bertumpu pada kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan
eksekutif merupakan lembaga pemerintahan yang berfungsi menjalankan tatanan pemerintahan secara langsung. Dalam sistem politik Indonesia hal
ini dijalankan langsung oleh presiden yang dibantu oleh menteri. Dalam tatanan yang lebih rendah dilaksanakan oleh gubernur dan terakhir oleh
bupati.
6. Menerapkan Prinsip Rule of Law
Artinya, hukum adalah panglima atau berdaulat dalam sistem politik Demokrasi Pancasila. Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
yang menyatakan bahwa "Negara Indonesia adalah negara hukum."
7. Menjamin Otonomi Daerah
Otonomi daerah dalam sistem politik Demokrasi Pancasila adalah suatu keharusan. Oleh sebab itu, pada masa pemerintahan reformasi keluarlah UU
No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang kemudian diperbarui dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dengan UU
tersebut diharapkan terdapat pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah (asas desentralisasi) sehingga pemerintah daerah
diberi kesempatan seluas-luasnya dalam menyelenggarakan kesejahteraan.
8. Keadilan Sosial
Sistem politik yang dibangun hendaknya mampu menciptakan masyarakat madani yang modern dan berkeadilan sebagaimana yang diamanatkan
oleh Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
9. Mengusahakan Kesejahteraan Rakyat
Sistem politik yang adalah sebagai alat dan sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat sehingga nilai-nilai demokrasi yang dibangun tidak
mencederai demokrasi itu sendiri atau tidak menjauhkan diri dari usaha mensejahterakan rakyat.
10. Sistem Peradilan Yang Merdeka, Bebas, Dan Tidak Memihak
Untuk menjamin berjalannya sistem politik demokrasi Pancasila, maka dibangunlah kekuasaan yudikatif yang berwibawa dan terhormat. Oleh sebab
itu, pada masa reformasi dibuatkah penataan bidang yudikatif dengan berhasilnya amandemen Pasal 24 dan 25 UUD 1945, yaitu semula kekuasaan
yudikatif hanya pada Mahkamah Agung, berganti menjadi kekuasaan yudikatif yang dipegang oleh Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan
Komisi Yudikatif sesuai dengan fungsi dan wewenangnya masing-masing.

E. PENDIDIKAN DEMOKRASI

Pendidikan demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta pengelola pendidikan. Pendidikan yang baik dalam demokrasi itu melibatkan dan
menghargai semua kalangan sehingga menghasilkan suatu pendekatan yang lebih komprehensif, deliberatif, dan partisipatif. Salah satu pekerjaan rumah
kita adalah tentang penumbuhan kesadaran politik kewargaan, yaitu bagaimana warga berdaya agar demokrasi Indonesia mewujudkan keadilan sosial dan
kesejahteraan. Artinya, warga yang setara, pendidikannya baik, dan cerdas membuat demokrasi kita menjadi lebih baik.

Pendidikan demokrasi dalam prakteknya berimplikasi pada demokrasi pembelajaran dengan indikasi menciptakan suasana dialogis. Tuntutan suasana
dialogis belakangan ini sebagai suatu yang tak terelakkan lagi dalam kehidupan pendidikan demokratis, sekaligus membuktikkan adanya pergeseran posisi
peserta didik dari posisi objek ke posisi subjek dalam berbagai kesempatan. Posisi peserta didik sebagai pembelajar akan selalu mengesankan kondisi aktif
pada anak didik, terdidik maupun objek didik.

Pendidikan demokrasi sejak dini sangat baik karena dapat membantu masyarakat untuk berpikir kritis. Dan dengan pemikiran yang demokratis dapat
membangun Negara Indonesia yang lebih baik asalkan pemerintahannya berjalan dengan sistem demokrasi yang bersih. Maka dari itu diperlukan pendidikan
sejak usia dini. Buka hanya di sekolah formal, tapi juga di lingkungan bergaul, sekitar dan lingkungan keluarga. Pendidikan demokratis merupakan tuntutan
untuk terwujudnya masyarakat yang bebas berpikir dan berkreasi. Oleh karena itu prinsip-prinsip demokrasi seperti kebebasan politik, kebebasan intelektual
dan kebebasan untuk berbeda pendapat merupakan prinsip yang harus dilaksanakan pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Tujuan dari pendidikan demokrasi adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran atas nilai-nilai demokrasi untuk menjadikan warga negara tidak
lagi sebagai ignore people. Pendidikan seharusnya membawa mereka menjadi makhluk yang independen dan memiliki bargaining position terhadap
penguasa. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi, pendidikan demokratis merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan sejak dini secara terencana,
sistematis, dan berkesinambungan. Hal ini agar demokrasi yang berkembang tidak disalahgunakan atau menjurus kepada anarki, karena kebebasan yang
kebablasan, sehingga merusak fasilitas umum, menghujat atau memfitnah pun dianggap sebagai bagian dari demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai