Anda di halaman 1dari 82

Demokrasi

tata pemerintahan yang mengizinkan


rakyatnya memilih langsung perwakilan
mereka untuk membentuk badan
pemerintahan

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan


yang keputusan-keputusan penting, baik
secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari
masyarakat dewasa[1].
Seorang wanita memasukkan surat suara pada putaran
kedua pemilu presiden Prancis tahun 2007.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan


di mana semua warga negaranya
memiliki hak yang sama untuk
pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara ikut serta—
baik secara langsung atau melalui
perwakilan—dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, adat dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan
setara. Demokrasi juga merupakan
seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan beserta praktik dan
prosedurnya. Demokrasi mengandung
makna penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia.[2] Landasan
demokrasi mencakup kebebasan
berkumpul, kebebasan berserikat dan
kebebasan berbicara, inklusivitas dan
kebebasan politik, kewarganegaraan,
persetujuan dari yang terperintah, hak
suara, kebebasan dari perampasan
pemerintah yang tidak beralasan atas
hak untuk hidup, kebebasan, dan kaum
minoritas.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani Kuno
δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan
rakyat",[3] yang terbentuk dari δῆμος
(dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos)
"kekuatan" atau "kekuasaan" pada Abad
ke-5 SM untuk menyebut sistem politik
negara-kota Yunani, salah satunya
Athena Klasik; kata ini merupakan
antonim dari wikt:ἀριστοκρατία
(aristocratie) "kekuasaan elit". Secara
teoretis, kedua definisi tersebut saling
bertentangan, namun kenyataannya
sudah tidak jelas lagi.[4] Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan
kewarganegaraan demokratis kepada
pria elit yang bebas dan tidak
menyertakan budak dan wanita dalam
partisipasi politik. Di semua
pemerintahan demokrasi sepanjang
sejarah modern, kewarganegaraan
demokratis tetap ditempati kaum elit
sampai semua penduduk dewasa di
sebagian besar negara demokrasi
modern benar-benar bebas setelah
perjuangan gerakan hak suara di mulai
pada abad ke-19 hingga sekarang. Kata
demokrasi (democracy) sendiri sudah
ada sejak Abad ke-16 se-jaman dengan
sultan banten Abdul Mahasin
Muhammad Zainal Abidin, Democracy
berasal dari bahasa Prancis Pertengahan
dan bahasa Latin Pertengahan lama.
Tahun Masehi di mulai dari 570 Masehi.
Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno
yang dipraktikkan dalam hidup bernegara
antara Abad ke-4 Sebelum Masehi
sampai dengan Abad ke-6 SM.
Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu
itu adalah demokrasi langsung, artinya
hak rakyat untuk membuat keputusan-
keputusan politik dijalankan secara
langsung oleh seluruh rakyat atau warga
negara.[5]

Suatu pemerintahan demokratis berbeda


dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya dipegang satu orang,
seperti monarki. Yang berasal dari
filosofi Yunani ini[6] sekarang tampak
ambigu karena beberapa pemerintahan
kontemporer mencampur aduk elemen-
elemen demokrasi, oligarki, dan monarki.
Karl Popper mendefinisikan demokrasi
sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga
berfokus pada kesempatan bagi
masyarakat untuk mengendalikan para
pemimpinnya yang tidak jujur atau tidak
dapat dipercaya dan memberhentikan
mereka tanpa perlu melakukan
revolusi.[7]

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi


hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat
menjalankan keinginannya. Bentuk
demokrasi yang pertama adalah
demokrasi langsung, yaitu semua warga
negara berperan langsung dan aktif
dalam pengambilan keputusan
pemerintahan. Di kebanyakan negara
demokrasi modern, seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat
namun kekuasaan politiknya dijalankan
secara tidak langsung melalui
perwakilan; yang disebut demokrasi tidak
langsung[8][9].

Pengertian menurut para


ahli
Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sebuah hal yang
didasari oleh rakyat. Abraham Lincoln
menjelaskan bahwa demokrasi adalah
sebuah pemerintahan yang berasal dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
C.F. Strong
Demokrasi adlh sistem pemerintahan di
mana mayoritas rakyat berusia dewasa
turut serta dalam politik atas dasar
sistem perwakilan, yang kemudian
menjamin pemerintahan
mempertanggungjawabkan setiap
tindakan dan keputusannya.
Haris Soche
Demokrasi sebagai bentuk
pemerintahan rakyat, karenanya dalam
kekuasaan pemerintahan terdapat porsi
bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan dan
melindungi dirinya dari paksaan orang
lain atau badan yang bertanggung
jawab memerintah.
Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan
dilaksanakan oleh tiga lembaga atau
institusi yang berbeda dan terpisah satu
sama lainnya, yaitu pertama, legislatif
yang merupakan pemegang kekuasaan
untuk membuat undang-undang, kedua,
eksekutif yang memiliki kekuasaan
dalam melaksanakan undang-undang,
dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili
pelaksanaan undang-undang. Dan
masing-masing institusi tersebut berdiri
secara independen tanpa dipengaruhi
oleh institusi lainnya.
Affan
Demokrasi sendiri terbagi menjadi dua
definisi yang pertama jika diartikan
secara normatif, adalah demokrasi yang
secara ideal ingin diwujudkan oleh
negara, sementara secara empiris
adalah demokrasi adalah
perwujudannya dunia politik
Aristoteles
sebuah kebebasan setiap warga negara.
Kebebasan tersebut digunakan untuk
saling berbagi kekuasaan. Menurut
Aristoteles, demokrasi adalah suatu
kebebasan, prinsip demokrasi adalah
kebebasan. Hal itu karena hanya melalui
kebebasanlah, setiap warga negara
dapat saling berbagi sebuah kekuasaan
di dalam negaranya sendiri[10].

Sejarah
Sejarah singkat Sepanjang masa
kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah
mencoba menerapkan bermacam-
macam demokrasi. Hingga tahun 1959,
dijalankan suatu praktik demokrasi yang
cenderung pada sistem Demokrasi
Liberal, sebagaimana berlaku di negara-
negara Barat yang bersifat individualistik.
Pada tahun 1959-1966 diterapkan
Demokrasi Terpimpin, yang dalam
praktiknya cenderung otoriter. Mulai
tahun 1966 hingga berakhirnya masa
Orde Baru pada tahun 1998 diterapkan
Demokrasi Pancasila. Model ini pun tidak
mendorong tumbuhnya partisipasi
rakyat. Sesudah bergulirnya reformasi
pada tahun 1998, kebebasan berbicara
dan menyatakan pendapat, kebebasan
memilih, kebebasan berpolitik dan lain-
lain semakin bebas.

Periode Demokrasi Parlementer (1945-


1965) Periode ini merupakan awal
perkembangan demokrasi di Indonesia.
Namun sayangnya demokrasi pada
periode ini tidak mempunyai modal
cukup untuk menjadi mapan dalam
implementasinya, entah dalam teori,
konsep dan praktiknya. Demokrasi pada
periode ini hanya menjadi pemersatu dan
alat koalisi antar suku dan agama yang
beragam di Indonesia untuk dapat
menjadi bangsa. Namun demokrasi
parlementer ini ternyata kurang begitu
cocok diterapkan di Indonesia karena
dalam prosesnya timbul banyak
perpecahan politik dan partai-partai
politik yang mendominasi terpecah
belah. Sehingga Demokrasi Parlementer
ini digantikan menjadi Demokrasi
Terpimpin (Guided Democracy).

Periode Demokrasi Terpimpin / Orde


Lama (1959-1965) Ciri-ciri demokrasi ini
adalah dominasi politik presiden dan
berkembangnya pengaruh komunis dan
peranan tentara (ABRI) dalam panggung
politik nasional.3 Dominasi kekuasaan
politik presiden pada saat itu terbukti
melahirkan tindakan dan kebijakan yang
menyimpang dari ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945. Misalnya, pada
tahun 1960 Presiden Soekarno
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) padahal dalam hal ini presiden
tidak memiliki wewenang. Namun sejak
pada tahun 1959 diberlakukannya dekrit
presiden, setelah itu banyak
penyimpangan konstitusi oleh presiden
atas dasar dominasi kekuatan politik
presiden. Akhir dari sistem demokrasi
terpimpin Soekarno yang berakibat pada
perseteruan politik ideologis antara PKI
dan TNI adalah peristiwa berdarah yang
dikenal denga Gerakan 30 September
1965 (G 30 S PKI)

Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru


(1965-1998) Periode ini merupakan
masa pemerintahan Presiden Soeharto
yang disebut masa Orde Baru. Sebutan
Orde Baru merupakan kritik terhadap
periode sebelumnya, Orde Lama.
Demokrasi Pancasila pada periode ini
secara garis besar menawarkan tiga
komponen demokrasi. Pertama,
menegakkan kembali asas-asas negara
hukum dan kepastian hukum. Kedua,
mengutamakan kehidupan yang layak
bagi semua warga negara. Ketiga,
pengankuan dan perlindungan HAM,
peradilan yang bebas dan tidak
memihak. Namun ternyata tawaran-
tawaran Demokrasi Pancasila hanya
retorika politik belaka, sehingga terjadi
ketidakdemokratisan pernguasa Orde
Baru yang ditandai oleh :

1. Dominannya peranan militer (ABRI);


2. Birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik;
3. Pengebirian peran dan fungsi partai
politik;
4. Campur tangan pemerintah dalam
berbagai urusan partai politik dan
publik;
5. Politik masa mengambang;
. Monolitisasi ideologi negara;
7. Inkorporasi (peleburan) lembaga
non-pemerintah.

Periode Pasca Orde Baru / Reformasi


(1998 – sekarang) Periode pasca Orde
Baru ini disebut Era Reformasi. Dalam
periode ini tuntutan-tuntutan rakyat
mengenai pelaksanaan demokrasi dan
HAM harus lebih konsekuen. Tuntutan ini
berawal dari lengsernya Presiden
Soeharto yang telah menjabat selama
tiga puluh tahun lamanya dengan
Demokrasi Pancasilanya. Dalam periode
ini cita-cita dari demokrasi yang mapan
dan menjunjung tinggi HAM menjadi
tantangan utama, sehingga dalam
periode ini banyak terjadinya
perombakan baik secara aturan, fungsi
dan institusi. Wacana demokrasi pada
pasca Orde Baru atau Era Reformasi erat
kaitanya dengan pemberdayaan
masyarakat madani (civil society) dan
penegakan HAM secara sungguh-
sungguh serta mengembalikan
kedaulatan sesungguhnya kepada rakyat.

Hingga saat ini, demokrasi masih


menjadi nilai penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan berpolitik di
Indonesia. Nilai-nilai demokrasi pun juga
ditanamkan melalui pendidikan di
sekolah. Seperti yang dilaporkan oleh
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2021), Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan, Anindito Aditomo
menyatakan bahwa demokrasi
ditanamkan di sekolah dengan
menyediakan suasana yang terbuka dan
mendukung siswa untuk berani berpikir
mandiri dan berpendapat. Hal itu pun
dapat diterapkan di semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah[11].

Zaman kuno
Cleisthenes, "bapak demokrasi Athena"

Kata "demokrasi" pertama muncul pada


mazhab politik dan filsafat Yunani kuno
di negara-kota Athena.[12][13] Dipimpin
oleh Cleisthenes, warga Athena
mendirikan negara yang umum dianggap
sebagai negara demokrasi pertama pada
tahun 507-508 SM. Cleisthenes disebut
sebagai "bapak demokrasi Athena."[14]

Demokrasi Athena berbentuk demokrasi


langsung dan memiliki dua ciri utama:
pemilihan acak warga biasa untuk
mengisi jabatan administratif dan
yudisial di pemerintahan,[15] dan majelis
legislatif yang terdiri dari semua warga
Athena.[16] Semua warga negara yang
memenuhi ketentuan boleh berbicara
dan memberi suara di majelis, sehingga
tercipta hukum di negara-kota tersebut.
Akan tetapi, kewarganegaraan Athena
tidak mencakup wanita, budak, orang
asing (μέτοικοι metoikoi), non-pemilik
tanah, dan pria di bawah usia 20 tahun.

Dari sekitar 200.000 sampai 400.000


penduduk Athena, 30.000 sampai 60.000
di antaranya merupakan warga negara.
Pengecualian sebagian besar penduduk
dari kewarganegaraan sangat berkaitan
dengan pemahaman tentang
kewarganegaraan pada masa itu. Nyaris
sepanjang zaman kuno, manfaat
kewarganegaraan selalu terikat dengan
kewajiban ikut serta dalam perang.

Demokrasi Athena tidak hanya bersifat


langsung dalam artian keputusan dibuat
oleh majelis, tetapi juga sangat langsung
dalam artian rakyat, melalui majelis,
boule, dan pengadilan, mengendalikan
seluruh proses politik dan sebagian
besar warga negara terus terlibat dalam
urusan publik.[17] Meski hak-hak individu
tidak dijamin oleh konstitusi Athena
dalam arti modern (bangsa Yunani kuno
tidak punya kata untuk menyebut
"hak"[18]), penduduk Athena menikmati
kebebasan tidak dengan menentang
pemerintah, tetapi dengan tinggal di
sebuah kota yang tidak dikuasai
kekuatan lain dan menahan diri untuk
tidak tunduk pada perintah orang lain.[19]

Pemungutan suara kisaran pertama


dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella
merupakan majelis rakyat yang diadakan
sekali sebulan. Di Apella, penduduk
Sparta memilih pemimpin dan
melakukan pemungutan suara dengan
cara pemungutan suara kisaran dan
berteriak. Setiap warga negara pria
berusia 30 tahun boleh ikut serta.
Aristoteles menyebut hal ini "kekanak-
kanakan", berbeda dengan pemakaian
kotak suara batu layaknya warga Athena.
Tetapi Sparta memakai cara ini karena
kesederhanaannya dan mencegah
pemungutan bias, pembelian suara, atau
kecurangan yang mendominasi
pemilihan-pemilihan demokratis
pertama.[20][21]

Meski Republik Romawi berkontribusi


banyak terhadap berbagai aspek
demokrasi, hanya sebagian kecil orang
Romawi yang memiliki hak suara dalam
pemilihan wakil rakyat. Suara kaum
berkuasa ditambah-tambahi melalui
sistem gerrymandering, sehingga
kebanyakan pejabat tinggi, termasuk
anggota Senat, berasal dari keluarga-
keluarga kaya dan ningrat.[22] Namun
banyak pengecualian yang terjadi.
Republik Romawi juga merupakan
pemerintahan pertama di dunia Barat
yang negara-bangsanya berbentuk
Republik, meski demokrasinya tidak
menonjol. Bangsa Romawi menciptakan
konsep klasik dan karya-karya dari
zaman Yunani kuno terus dilindungi.[23]
Selain itu, model pemerintahan Romawi
menginspirasi para pemikir politik pada
abad-abad selanjutnya,[24] dan negara-
negara demokrasi perwakilan modern
cenderung meniru model Romawi, bukan
Yunani, karena Romawi adalah negara
yang kekuasaan agungnya dipegang
rakyat dan perwakilan terpilih yang telah
memilih atau mencalonkan seorang
pemimpin.[25] Demokrasi perwakilan
adalah bentuk demokrasi yang rakyatnya
memilih perwakilan yang kemudian
memberi suara terhadap sejumlah
inisiatif kebijakan, berbeda dengan
demokrasi langsung yang rakyatnya
memberi suara terhadap inisiatif
kebijakan secara langsung.[26]

Abad Pertengahan

Selama Abad Pertengahan, muncul


berbagai sistem yang memiliki pemilihan
umum atau pertemuan meski hanya
melibatkan sebagian kecil penduduk.
Sistem-sistem tersebut meliputi:

pemilihan Gopala oleh kasta atas di


Bengal, Anak Benua India,
Persemakmuran Polandia-Lituania
(10% dari populasi total),
Althing di Islandia,
Løgting di Kepulauan Faeroe,
beberapa negara-kota Italia abad
pertengahan seperti Venesia,
sistem tuatha di Irlandia abad
pertengahan awal, Veche di Republik
Novgorod dan Pskov di Rusia abad
pertengahan,
Things di Skandinavia,
The States di Tirol dan Swiss,
kota pedagang otonomi Sakai di
Jepang abad ke-16, dan
masyarakat Igbo di Volta-Nigeria.

Banyak wilayah di Eropa abad


pertengahan dipimpin oleh pendeta atau
tuan tanah.

Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran


Mali menjadi klan-klan (keluarga)
berkuasa yang diwakili di majelis umum
bernama Gbara. Sayangnya, piagam
tersebut membuat Mali lebih mirip
monarki konstitusional alih-alih republik
demokratis. Negara yang sistemnya lebih
mendekati ddemokrasi modern adalah
republik-republik Cossack di Ukraina
pada abad ke-16–17: Cossack
Hetmanate dan Zaporizhian Sich.
Jabatan tertinggi di sana, Hetman, dipilih
oleh perwakilan distrik-distrik negara
tersebut.

Magna Carta, 1215, Inggris

Parlemen Inggris sudah membatasi


kekuasaan raja melalui Magna Carta,
yang secara rinci melindungi hak-hak
khusus subjek-subjek Raja, baik yang
sudah bebas atau masih terkekang, dan
mendukung apa yang kelak menjadi
habeas corpus Inggris, yaitu
perlindungan kebebasan individu dari
penahanan tak berdasar dengan hak
membela diri. Parlemen pertama yang
dipilih rakyat adalah Parlemen de
Montfort di Inggris pada tahun 1265.

Sayangnya, hanya sekelompok kecil


rakyat yang memiliki hak suara;
Parlemen dipilih oleh sekian persen
penduduk Inggris (kurang dari 3% pada
tahun 1780[27]) dan kekuasaan
menyusun parlemen berada di tangan
monarki (biasanya saat ia membutuhkan
dana).

Kekuasaan Parlemen bertambah secara


bertahap pada abad-abad berikutnya.
Setelah Revolusi Agung 1688, Undang-
Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689
yang mengatur hak-hak tertentu dan
menambah pengaruh Parlemen
diberlakukan.[27] Penyebarannya perlahan
ditingkatkan dan kekuasaan parlemen
terus bertambah sampai monark hanya
bersifat pelengkap.[28] Seiring
meningkatnya penyebaran pengaruh,
sistem pemerintahan di seluruh Inggris
diseragamkan dengan penghapusan
borough usang (borough yang jumlah
pemilihnya sangat sedikit) melalui
Undang-Undang Reformasi 1832.

Di Amerika Utara, pemerintahan


perwakilan terbentuk di Jamestown,
Virginia, dengan dipilihnya Majelis
Burgesses (pendahulu Majelis Umum
Virginia) pada tahun 1619. Kaum Puritan
Inggris yang bermigrasi sejak 1620
mendirikan koloni-koloni di New England
yang pemerintahan daerahnya bersifat
demokratis dan mendorong
perkembangan demokrasi di Amerika
Serikat.[29] Walaupun majelis-majelis
daerah memiliki sedikit kekuasaan
turunan, otoritas mutlaknya dipegang
oleh Raja dan Parlemen Inggris.

Era modern

Abad ke-18 dan 19

Bangsa pertama dalam sejarah modern


yang mengadopsi konstitusi demokrasi
adalah Republik Korsika pada tahun
1755. Konstitusi Korsika didasarkan
pada prinsip-prinsip Pencerahan dan
sudah mengizinkan hak suara wanita,
hak yang baru diberikan di negara
demokrasi lain pada abad ke-20. Pada
tahun 1789, Prancis pasca-Revolusi
mengadopsi Deklarasi Hak Asasi
Manusia dan Warga Negara dan
Konvensi Nasional dipilih oleh semua
warga negara pria pada tahun 1792.[30]

Penetapan hak suara pria universal di


Prancis tahun 1848 adalah peristiwa
penting dalam sejarah demokrasi.
Hak suara pria universal ditetapkan di
Prancis pada bulan Maret 1848 setelah
Revolusi Prancis 1848.[31] Tahun 1848,
serangkaian revolusi pecah di Eropa
setelah para pemimpin negara
dihadapkan dengan tuntutan konstitusi
liberal dan pemerintahan yang lebih
demokratis dari rakyatnya.[32]

Walaupun tidak disebut demokrasi oleh


para bapak pendiri Amerika Serikat,
mereka memiliki keinginan yang sama
untuk menguji prinsip kebebasan dan
kesetaraan alami di negara
ini.[33]Konstitusi Amerika Serikat yang
diadopsi tahun 1788 menetapkan
pemerintahan terpilih dan menjamin hak-
hak dan kebebasan sipil.

Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan


beberapa saat setelahnya, hanya pemilik
properti pria dewasa berkulit putih yang
boleh memberi suara, budak Afrika,
sebagia besar penduduk berkulit hitam
bebas dan wanita tidak boleh memilih. Di
garis depan Amerika Serikat, demokrasi
menjadi gaya hidup dengan munculnya
kesetaraan sosial, ekonomi, dan
politik.[34] Akan tetapi, perbudakan
adalah institusi sosial dan ekonomi,
terutama di 11 negara bagian di Amerika
Serikat Selatan. Sejumlah organisasi
didirikan untuk mendukung perpindahan
warga kulit hitam dari Amerika Serikat ke
tempat yang menjamin kebebasan dan
kesetaraan yang lebih besar.

Pada Sensus Amerika Serikat 1860,


populasi budak di Amerika Serikat
bertambah menjadi empat juta jiwa,[35]
dan pada Rekonstruksi pasca-Perang
Saudara (akhir 1860-an), budak-budak
yang baru bebas menjadi warga negara
dengan hak suara (pria saja).

Penyertaan penuh warga negara belum


sempurna dilakukan sampai Gerakan
Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika (1955–
1968) disahkan oleh Kongres Amerika
Serikat melalui Undang-Undang Hak
Suara 1965.[36][37]
Abad ke-20 dan 21

Jumlah negara pada 1800–2003 yang memiliki skor 8 atau lebih pada skala
Polity IV, cara yang sering dipakai untuk mengukur demokrasi.

Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal


muncul dalam serangkaian "gelombang
demokrasi" yang diakibatkan oleh
perang, revolusi, dekolonisasi, religious
and economic circumstances (http://ww
w.prc.utexas.edu/prec/en/publications/a
rticles/index.html) . Perang Dunia I dan
pembubaran Kesultanan Utsmaniyah dan
Austria-Hungaria berakhir dengan
terbentuknya beberapa negara-bangsa
baru di Eropa, kebanyakan di antaranya
tidak terlalu demokratis.

Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh


subur tetapi terhambat Depresi Besar.
Amerika Latin dan Asia langsung
berubah ke sistem kekuasaan mutlak
atau kediktatoran. Fasisme dan
kediktatoran terbentuk di Jerman Nazi,
Italia, Spanyol, dan Portugal, serta rezim-
rezim non-demokratis di Baltik, Balkan,
Brasil, Kuba, Cina, dan Jepang.[38]

Perang Dunia II mulai memutarbalikkan


tren ini di Eropa Barat. Demokratisasi
Jerman dudukan Amerika Serikat,
Britania, dan Prancis (diragukan[39]),
Austria, Italia, dan Jepang dudukan
menjadi model teori perubahan rezim
selanjutnya.

Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur,


termasuk Jerman dudukan Soviet masuk
dalam blok-Soviet yang non-demokratis.
Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi
dan banyak negara merdeka baru
memiliki konstitusi demokratis. India
tampil sebagai negara demokrasi
terbesar di dunia sampai sekarang.[40]

Pada tahun 1960, banyak negara yang


menggunakan sistem demokrasi, meski
sebagian besar penduduk dunia tinggal
di negara yang melaksanakan pemilihan
umum terkontrol dan bentuk-bentuk
pembohongan lainnya (terutama di
negara komunis dan bekas koloninya).

Gelombang demokratisasi yang muncul


setelah itu membawa keuntungan
demokrasi liberal sejati yang besar bagi
banyak negara. Spanyol, Portugal (1974),
dan sejumlah kediktatoran militer di
Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat
sipil pada akhir 1970-an dan awal 1980-
an (Argentina tahun 1983, Bolivia,
Uruguay tahun 1984, Brasil tahun 1985,
dan Chili awal 1990-an). Peristiwa ini
diikuti oleh banyak bangsa di Asia Timur
dan Selatan pada pertengahan sampai
akhir 1980-an.
Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai
ketidakpuasan atas penindasan Soviet,
menjadi faktor runtuhnya Uni Soviet yang
menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin
dan demokratisasi dan liberalisasi bekas
negara-negara blok Timur. Kebanyakan
negara demokrasi baru yang sukses
secara geografis dan budaya terletak
dekat dengan Eropa Barat. Mereka
sekarang menjadi anggota atau calon
anggota Uni Eropa. Sejumlah peneliti
menganggap Rusia saat ini bukanlah
demokrasi sejati dan lebih mirip
kediktatoran.[41]
Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember 2019. Warna hijau mewakili negara-negara
yang lebih demokratis. Warna merah gelap mewakili negara-negara otoriter.

Tren liberal ini menyebar ke beberapa


negara di Afrika pada tahun 1990-an,
termasuk Afrika Selatan. Contoh terbaru
liberalisasi adalah Revolusi Indonesia
1998, Revolusi Bulldozer di Yugoslavia,
Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi
Oranye di Ukraina, Revolusi Cedar di
Lebanon, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan,
dan Revolusi Yasmin di Tunisia.
Menurut Freedom House, pada tahun
2007 terdapat 123 negara demokrasi
elektoral (naik dari 40 pada tahun
1972).[42] Menurut World Forum on
Democracy, jumlah negara demokrasi
elektoral mencapai 120 dari 192 negara
di dunia dan mencakup 58,2 penduduk
dunia. Pada saat yang sama, negara-
negara demokrasi liberal (yang dianggap
Freedom House sebagai negara yang
bebas dan menghormati hukum dan
HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38
persen penduduk dunia.[43]

Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-


Bangsa menyatakan 15 September
sebagai Hari Demokrasi Internasional.[44]
Negara
Negara-negara berikut dikategorikan
sebagai demokrasi penuh oleh Indeks
Demokrasi pada tahun 2011:[45]

Norw Austr Luks Repu Rika


egia alia emb blik Kore
Islan Swis urg Ceko a
dia s Irlan Urug Selat
Den Kana dia uay an
mark da Austr Amer Belgi
Swed Finla ia ika a
ia ndia Jerm Serik Maur
an at itius
Sela Bela
ndia nda Malt Kost Span
Baru a a yol
Index Demokrasi memasukkan 53 negara
di kategori berikutnya, demokrasi tidak
sempurna: Argentina, Benin, Botswana,
Brasil, Bulgaria, Tanjung Verde, Chili,
Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik
Dominika, El Salvador, Estonia, Prancis,
Ghana, Yunani, Guyana, Hungaria,
Indonesia, India, Israel, Italia, Jamaika,
Latvia, Lesotho, Lituania, Makedonia,
Malaysia, Mali, Meksiko, Moldova,
Mongolia, Montenegro, Namibia,
Panama, Papua Nugini, Paraguay, Peru,
Filipina, Polandia, Portugal, Rumania,
Serbia, Slowakia, Slovenia, Afrika Selatan,
Sri Lanka, Suriname, Taiwan, Thailand,
Timor-Leste, Trinidad dan Tobago,
Zambia[45]
Bentuk-bentuk demokrasi
Secara umum terdapat dua bentuk
demokrasi yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi perwakilan.

Demokrasi tidak Langsung

Demokrasi yang dilaksanakan dengan


sistem perwakilan. Didalam demokrasi
ini masyarakat menyalurkan kehendak
dengan memilih wakil-wakilnya untuk
duduk dalam dewan perwakilan rakyat.
termasuk juga dalam demokrasi ini,
demokrasi perwakilan dengan sistem
referendum, yaitu gabungan antara
demokrasi langsung dan demokrasi
perwakilan, masyarakat memilih wakil-
wakilnya untuk duduk dalam perwakilan
rakyat, namun dewan itu dikontrol oleh
pengaruh masyarakat dengan sistem
referendum dan inisiatif masyarakat.

Demokrasi langsung

Demokrasi langsung merupakan suatu


bentuk demokrasi di mana setiap
masyarakat memberikan suara atau
pendapat dalam menentukan suatu
keputusan politik. Dalam sistem ini,
setiap masyarakat mewakili dirinya
sendiri dalam memilih suatu kebijakan
sehingga mereka memiliki pengaruh
langsung terhadap keadaan politik
jabatan yang terjadi. Sistem demokrasi
digunakan pada jaman awal
terbentuknya demokrasi di mana ketika
terdapat suatu permasalahan yang harus
diselesaikan, seluruh masyarakat
berkumpul untuk membahasnya. Di
jaman modern sistem ini menjadi tidak
praktis karena umumnya populasi suatu
negara cukup besar dan mengumpulkan
seluruh masyarakat dalam satu forum
merupakan hal yang sulit. Selain itu,
sistem ini menuntut partisipasi yang
tinggi dari masyarakat sedangkan
masyarakat modern cenderung tidak
memiliki waktu untuk mempelajari
semua permasalahan politik tingkat
negara, wilayah, daerah hingga jenjang
yang terbawah.

Demokrasi dibedakan menjadi:

1. Demokrasi yang menjunjung


persamaan dalam bidang politik,
tanpa disertai upaya untuk
mengurangi kesenjangan dalam
bidang ekonomi.
2. Demokrasi yang menekankan pada
upaya menghilangkan kesenjangan
ekonomi, sementara bersamaan
dalam bidang politik kurang
diperhatikan atau bahkan
dihilangkan.
3. Demokrasi paduan dari demokrasi
formal dan materil. Demokrasi ini
berupaya mengambil hal-hal baik
dan membuang hal buruk dari
kedua demokrasi tersebut[46].

Jenis demokrasi
berdasarkan prioritas
Jenis-jenis demokrasi berdasarkan yang
dijadikan prioritas atau titik perhatian:
Melansir laman Sumber Belajar
Kemdikbud, berdasarkan penyaluran
kehendak rakyat, prinsip ideologi, dan
titik perhatian atau tujuan, ada 8 macam
demokrasi yang ada di masyarakat.
Berikut penjelasannya.
Berdasarkan Penyaluran Kehendak
Rakyat
1. Demokrasi yang mengikutsertakan
setiap warga negaranya untuk
bermusyawarah dalam menentukan
kebijakan umum negara.
2. Demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan.
Demokrasi jenis ini diterapkan atas
pertimbangan kenyataan suatu
negara dengan jumlah penduduk
yang besar, wilayah yang luas, dan
permasalahan yang semakin
kompleks.
Berdasarkan Prinsip Ideologi
1. Demokrasi Konstitusional.
Demokrasi konstitusional adalah
demokrasi yang berlandaskan pada
kebebasan atau individualisme.
Demokrasi ini dicirikan dengan
kekuasaan pemerintah yang
terbatas dan tidak diperkenankan
banyak campur tangan dan
bertindak sewenang-wenang
terhadap warganya. Dalam hal ini,
kekuasaan pemerintah dibatasi oleh
konstitusi.
2. Demokrasi Rakyat. Demokrasi
rakyat atau demokrasi proletar
merupakan salah satu jenis
demokrasi yang berhaluan
Marxisme-Komunisme. Demokrasi
ini menginginkan kehidupan tanpa
adanya kelas sosial. Contohnya
adalah negara Korea utara dan
bekas negara Uni Soviet.
3. Demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila merupakan demokrasi
yang berlaku di Indonesia.
Demokrasi ini bersumber dari
tatanan nilai sosial dan budaya
dengan berasaskan musyawarah
untuk mufakat. Demokrasi ini juga
mengutamakan kepentingan yang
berimbang.
Berdasarkan Tujuan
1. Demokrasi Formal. Demokrasi
formal adalah demokrasi yang
menjunjung tinggi persamaan
dalam bidang politik tanpa adanya
pengurangan kesenjangan dalam
bidang ekonomi. Demokrasi formal
dianut oleh negara-negara liberal.
2. Demokrasi Material. Demokrasi
material adalah demokrasi yang
fokus pada upaya untuk
menghilangkan perbedaan dalam
bidang ekonomi, di mana
persamaan dalam bidang politik
kurang diperhatikan. Demokrasi
jenis ini dianut oleh negara-negara
komunis.
3. Demokrasi Gabungan. Macam-
macam demokrasi selanjutnya
adalah demokrasi gabungan yang
dianut oleh negara-negara non blok.
Demokrasi gabungan berada pada
jalur tengah, yakni mengambil
kebaikan dan membuang keburukan
dari pelaksanaan demokrasi formal
dan material[47].

Demokrasi dan birokrasi


Hubungan birokrasi dan demokrasi
sesungguhnya rapat. Istilah birokrasi dan
demokrasi kerap dipertentangkan satu
sama lain. Pertentangan ini berlaku baik
pada tataran akademis maupun awam.
Di satu sisi, birokrasi publik menempati
posisi penting dalam administrasi publik
yang efektif. Namun, birokrasi dianggap
bersifat legalistik dan mengabaikan
tuntutan serta keinginan warga negara
secara individual. Birokrasi cenderung
diasosiasikan dengan sesuatu yang
bersifat hirarkis bahkan bentuk
pemerintahan yang otoritarian. Ini tetap
terjadi meski birokrasi tercipta justru
untuk mengimplementasikan kebijakan
yang telah dibuat, dan sering kali secara
demokratis.

Di sisi lain, lembaga pemerintahan yang


demokratis diasumsikan amat responsif
pada keinginan publik. Pemerintahan
demokratis berupaya memetakan pilihan
publik ke dalam kebijakan positif bagi
warga negaranya. Richard Rose dan
lainnya telah mengkaji hubungan antara
voting dan pilihan kebijakan dalam
negara demokrasi perwakilan yang
ternyata tidak begitu jelas seperti yang
digembar-gemborkan. Bahkan, publik
dapat saja memilih tujuan-tujuan yang
inkonsisten. Atau, publik punya harapan
yang kurang realistik yang memaksa
pemimpin (baik di kalangan legislatif
ataupun birokrasi) membuat keputusan
hanya untuk diri mereka seorang. Potret
Indonesia

Hubungan antara birokrasi dan


demokrasi sekaligus paradoksal juga
saling melengkapi. Paradoksal akibat
kenyataan bahwa negara demokrasi yang
efektif justru memerlukan birokrasi yang
berfungsi baik. Stereotip kaku yang
ditempelkan secara negatif pada
birokrasi justru diperlukan agar negara
demokratis berfungsi baik.

Konsep birokrasi dan demokrasi mungkin


terkesan bertentangan. Namun,
sesungguhnya keduanya diperlukan demi
terciptanya pemerintahan yang efektif
dan responsif. Keduanya menyediakan
manfaat bagi masyarakat. Responsifnya
pemerintahan demokratis harus
diimbangi dengan dengan kepastian dan
kenetralan yang ada di lembaga
birokrasi. Begitu juga, proses-proses
demokratis diperlukan demi
mengabsahkan proses pemerintahan
dan menghasilkan perundang-undangan
yang benar-benar diinginkan
warganegara. Sifat komplementer
birokrasi dan demokrasi ini esensial bagi
good governance.

Prinsip-prinsip demokrasi

Rakyat dapat secara bebas menyampaikan


aspirasinya dalam kebijakan politik dan
sosial.

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari


berdirinya negara demokrasi telah
terakomodasi dalam konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.[48] Prinsip-
prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari
pendapat Almadudi yang kemudian
dikenal dengan "soko guru
demokrasi".[49] Menurutnya, prinsip-
prinsip demokrasi adalah:[49]

Kedaulatan masyarakat
Pemerintahan berdasarkan
persetujuan dari yang diperintah
Kekuasaan mayoritas
Hak-hak minoritas
Jaminan hak asasi manusia
Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
Persamaan di depan hukum
Proses hukum yang wajar
Pembatasan pemerintah secara
konstitusional
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja
sama, dan mufakat.
Memperjuangkan Kesejahteraan
Masyarakat

Asas pokok demokrasi


Gagasan pokok atau gagasan dasar
suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada
dasarnya manusia mempunyai
kemampuan yang sama dalam hubungan
sosial.[50] Berdasarkan gagasan dasar
tersebut terdapat dua asas pokok
demokrasi, yaitu:[50]

Pengakuan partisipasi rakyat dalam


pemerintahan, misalnya pemilihan
wakil-wakil rakyat untuk lembaga
perwakilan rakyat secara langsung,
umum, bebas, dan rahasia serta jujur
dan adil; dan
Pengakuan hakikat dan martabat
manusia, misalnya adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak-hak
asasi manusia demi kepentingan
bersama.

Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam


perkembangannya, demokrasi menjadi
suatu tatanan yang diterima dan dipakai
oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-
ciri suatu pemerintahan demokrasi
adalah sebagai berikut:
Adanya keterlibatan warga negara
(rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak
langsung (perwakilan).
Adanya pengakuan, penghargaan, dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
Adanya persamaan hak bagi seluruh
warga negara dalam segala bidang.
Adanya lembaga peradilan dan
kekuasaan kehakiman yang
independen sebagai alat penegakan
hukum
Adanya kebebasan dan kemerdekaan
bagi seluruh warga negara.
Adanya pers (media massa) yang
bebas untuk menyampaikan informasi
dan mengontrol perilaku dan kebijakan
pemerintah.
Adanya pemilihan umum untuk
memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
Adanya pemilihan umum yang bebas,
jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan
serta anggota lembaga perwakilan
rakyat.
Adanya pengakuan terhadap
perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).

Lihat pula
Bentuk pemerintahan
Birokrasi
Defisit demokrasi
Demokrasi ekonomi
Demokrasi industri
Demokratisasi
Indeks Demokrasi
Pemerintah
Sejarah demokrasi

Referensi
1. http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEM
OKRASI%20dwi.pdf
2. Gunawan Sumodiningrat & Ary
Ginanjar Agustian, Mencintai Bangsa
dan Negara Pegangan dalam Hidup
Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia, (Bogor: PT. Sarana
Komunikasi Utama, 2008), hlm. 44.
3. δημοκρατία (http://www.perseus.tuft
s.edu/hopper/text?doc=Perseus%3At
ext%3A1999.04.0058%3Aentry%3Dd
hmokrati%2Fa) in Henry George
Liddell, Robert Scott, "A Greek-
English Lexicon", at Perseus
4. Wilson, N. G. (2006). Encyclopedia of
ancient Greece. New York:
Routledge. p. 511. ISBN 0-415-
97334-1.
5. Nur Sayid Santoso Kristeva,
Manifesto Wacana Kiri, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 74.
. Barker, Ernest (1906). The Political
Thought of Plato and Aristotle (htt
p://books.google.com/books?id=1H
UrAAAAYAAJ) . Chapter VII, Section
2: G. P. Putnam's Sons.
7. Jarvie, 2006, pp. 218–9
. "Democracy (http://www.britannica.c
om/EBchecked/topic/157129/demo
cracy) ". Encyclopædia Britannica.
9. https://nasional.kompas.com/read/2
022/03/03/02000021/demokrasi-
pancasila--pengertian-aspek-ciri-dan-
prinsip
10. https://rasindonews.wordpress.com/
2022/05/24/demokrasi-dan-sejarah-
demokrasi-di-indonesia/
11. https://www.zenius.net/blog/sejarah-
perkembangan-demokrasi-indonesia
12. John Dunn, Democracy: the
unfinished journey 508 BC – 1993
AD, Oxford University Press, 1994,
ISBN 0-19-827934-5
13. Kurt A. Raaflaub, Josiah Ober, Robert
W. Wallace, Origin of Democracy in
Ancient Greece, University of
California Press, 2007, ISBN 0-520-
24562-8, Google Books link (http://bo
oks.google.com/books?id=6qaSHH
MaGVkC)
14. R. Po-chia Hsia, Lynn Hunt, Thomas
R. Martin, Barbara H. Rosenwein, and
Bonnie G. Smith, The Making of the
West, Peoples and Cultures, A
Concise History, Volume I: To 1740
(Boston and New York: Bedford/St.
Martin's, 2007), 44.
15. Aristotle Book 6
1 . Leonid E. Grinin, The Early State, Its
Alternatives and Analogues (http://w
ww.socionauki.ru/book/early_state_
en/) 'Uchitel' Publishing House,
2004
17. Raafaub, 2007, p. 5
1 . Ober, 1996, p. 107
19. Clarke, 2001, pp. 194–201
20. Full historical description of the
Spartan government (http://rangevoti
ng.org/SpartaBury.html)
21. Terrence A. Boring, Literacy in
Ancient Sparta, Leiden Netherlands
(1979). ISBN 90-04-05971-7
22. "Ancient Rome from the earliest
times down to 476 A.D" (http://annou
rbis.com/Ancient-Rome/8rome10.ht
ml) . Annourbis.com. Diakses
tanggal 2010-08-22.
23. Watson, 2005, p. 285
24. Livy, 2002, p. 34
25. Watson, 2005, p. 271
2 . Budge, Ian (2001). "Direct
democracy". Dalam Clarke, Paul A.B.
& Foweraker, Joe. Encyclopedia of
Political Thought (http://books.googl
e.com/books?id=srzDCqnZkfUC&pg=
PA224) . Taylor & Francis. ISBN 978-
0-415-19396-2.
27. "Exhibitions & Learning online &*124;
Citizenship &*124; Struggle for
democracy" (http://www.nationalarch
ives.gov.uk/pathways/citizenship/ris
e_parliament/making_history_rise.ht
m) . The National Archives. Diakses
tanggal 22 Agustus 2010.
2 . "Exhibitions & Learning online &*124;
Citizenship &*124; Rise of
Parliament" (http://www.nationalarch
ives.gov.uk/pathways/citizenship/str
uggle_democracy/getting_vote.htm)
. The National Archives. Diakses
tanggal 22 Agustus 2010.
29. Tocqueville, Alexis de (2003).
Democracy in America. USA: Barnes
& Noble. pp. 11, 18-19. ISBN 0-7607-
5230-3.
30. "The French Revolution II" (https://we
b.archive.org/web/2008082721310
4/http://mars.wnec.edu/~grempel/c
ourses/wc2/lectures/rev892.html) .
Mars.wnec.edu. Diarsipkan dari versi
asli (http://mars.wnec.edu/~grempe
l/courses/wc2/lectures/rev892.htm
l) tanggal 2008-08-27. Diakses
tanggal 2010-08-22.
31. French National Assembly. "1848 "
Désormais le bulletin de vote doit
remplacer le fusil " " (http://www.ass
emblee-nationale.fr/histoire/suffrage
_universel/suffrage-1848.asp) .
Diakses tanggal 2009-09-26.
32. "Movement toward greater
democracy in Europe (http://www.iu
n.edu/~hisdcl/h114_2002/democrac
y.htm) Diarsipkan (https://web.archi
ve.org/web/20100804213940/http://
www.iun.edu/~hisdcl/h114_2002/de
mocracy.htm) 2010-08-04 di
Wayback Machine.". Indiana
University Northwest.
33. Jacqueline Newmyer, "Present from
the start: John Adams and America"
(http://www.oxonianreview.org/issue
s/2-2/2-2-6.htm) Diarsipkan (https://
web.archive.org/web/201311260847
04/http://www.oxonianreview.org/iss
ues/2-2/2-2-6.htm) 2013-11-26 di
Wayback Machine., Oxonian Review
of Books, 2005, vol 4 issue 2
34. Ray Allen Billington, America's
Frontier Heritage (1974) 117–158.
ISBN 0-8263-0310-2
35. "Introduction – Social Aspects of the
Civil War" (https://web.archive.org/w
eb/20070714073725/http://www.itd.
nps.gov/cwss/manassas/social/intr
osoc.htm) . Itd.nps.gov. Diarsipkan
dari versi asli (http://www.itd.nps.go
v/cwss/manassas/social/introsoc.h
tm) tanggal 2007-07-14. Diakses
tanggal 2010-08-22.
3 . Transcript of Voting Rights Act
(1965) (https://www.ourdocuments.g
ov/doc.php?flash=true&doc=100&pa
ge=transcript) U.S. National
Archives.
37. The Constitution: The 24th
Amendment (http://www.time.com/ti
me/magazine/article/0,9171,897070,
00.html) Diarsipkan (https://web.arc
hive.org/web/20130422024000/htt
p://www.time.com/time/magazine/a
rticle/0,9171,897070,00.html) 2013-
04-22 di Wayback Machine. Time.
3 . "Age of Dictators: Totalitarianism in
the inter-war period" (https://web.arc
hive.org/web/20060907220746/htt
p://www.snl.depaul.edu/contents/cur
rent/syllabi/HC_314.doc) .
Diarsipkan dari versi asli (http://www.
snl.depaul.edu/contents/current/syll
abi/HC_314.doc) tanggal 2006-09-
07. Diakses tanggal 2013-04-17.
39. "Did the United States Create
Democracy in Germany?: The
Independent Review: The
Independent Institute" (http://www.in
dependent.org/publications/tir/articl
e.asp?a=599) . Independent.org.
Diakses tanggal 2010-08-22.
40. "World &*124; South Asia &*124;
Country profiles &*124; Country
profile: India" (http://news.bbc.co.uk/
1/hi/world/south_asia/country_profil
es/1154019.stm) . BBC News. 2010-
06-07. Diakses tanggal 2010-08-22.
41. "Dr. Sergey Zagraevsky. About
democracy and dictatorship in
Russia" (http://www.zagraevsky.co
m/democracy_engl.htm) .
Zagraevsky.com. Diakses tanggal
2010-08-22.
42. "Tables and Charts" (https://www.fre
edomhouse.org/template.cfm?page=
368&year=2007) .
Freedomhouse.org. 2004-05-10.
Diarsipkan (https://web.archive.org/
web/20070715130416/http://www.fr
eedomhouse.org/template.cfm?page
=368&year=2007) dari versi asli
tanggal 2007-07-15. Diakses tanggal
2010-08-22.
43. List of Electoral Democracies (http://
www.fordemocracy.net/electoral.sht
ml*) fordemocracy.net
44. "General Assembly declares 15
September International Day of
Democracy; Also elects 18 Members
to Economic and Social Council" (htt
p://www.un.org/News/Press/docs/2
007/ga10655.doc.htm) . Un.org.
Diakses tanggal 22 Agustus 2010.
45. "Democracy index 2011: Democracy
under stress" (http://www.eiu.com/H
andlers/WhitepaperHandler.ashx?fi=
Democracy_Index_Final_Dec_2011.p
df&mode=wp&campaignid=Democra
cyIndex2011) Economist
Intelligence Unit
4 . https://nasional.kompas.com/read/2
022/05/11/04300071/bentuk-
bentuk-demokrasi
47. https://www.detik.com/edu/detikped
ia/d-5811772/8-macam-demokrasi-
dan-penjelasannya-yang-perlu-
diketahui-siswa
4 . Aa Nurdiaman, "Pendidikan
Kewarganegaraan: Kecakapan
Berbangsa dan Bernegara", PT
Grafindo Media Pratama,
979914857X, 9789799148575.
49. Aim Abdulkarim, "Pendidikan
Kewarganegaraan: Membangun
Warga Negara yang Demokratis", PT
Grafindo Media Pratama,
9797584127, 9789797584122.
50. "Pendidikan Kewarganegaraan",
Yudhistira Ghalia Indonesia,
9797468135, 9789797468132.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Demokrasi&oldid=23323488"
Halaman ini terakhir diubah pada 27 April 2023,
pukul 07.04. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai