A. DEMOKRASI (Dasar hukum pembukaan UUD alinea 4, Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi "Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar." /normatif, Pasal 28 ttg berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran)
1. Pengertian
Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi
menurut Bonger, bisa dipahami dalam dua aspek yakni secara formal dan materil. Formal berarti demokrasi sebagai
teori, dan materiil demokrasi sebagai praktik yang dipengaruhi faktor kemerdekaan dan persamaan sosial dan
ekonomi. Demokrasi menurut Montesquieu diartikan sebagai kekuasaan negara yang dijalankan oleh tiga lembaga
berbeda (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
Demokrasi di Indonesia adalah sistem pemerintahan di mana seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan
perantaraan wakilnya. Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara antara
Abad ke-4 Sebelum Masehi sampai dengan Abad ke-6 SM.
Demokrasi di Indonesia adalah sistem pemerintahan di mana rakyat ikut berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan melalui perwakilannya. Konsep demokrasi memiliki dua dimensi, yakni dimensi formal dan materi.
Demokrasi formal mengacu pada konsep demokrasi dalam teori, sementara demokrasi materi merujuk pada
implementasi praktisnya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek seperti kebebasan, kesetaraan, dan faktor sosial dan
ekonomi. Beberapa sistem demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, diantaranya.
a) Demokrasi Parlementer (1945-1959) : Kekuasaan legislatif ada di atas eksekutif Menteri atau kabinet
bertanggung jawab kepada DPR, DPR bisa menjatuhkan kabinet dengan menggunakan mosi tidak percaya,
Presiden atau raja hanya berkedudukan sebagai lambang dan kepala negara, Pemerintahan bertanggung
jawab kepada kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri.
b) Demokrasi Terpimpin (1959-1965) ; dominasi kekuasaan politik di tangan presiden, muncul partai
penguasa dan minoritas, pembatasan hak politik rakyat, peranan dwifungsi abri makin besar, politik luar
negeri oldefo nefo
c) Demokrasi Pancasila (1965-1998) ; pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi, adanya pemilu secara
berkesinambungan, adanya peran-peran kelompok kepentingan, adanya penghargaan atas HAM serta
perlindungan hak minoritas.
d) Demokrasi Reformasi (1998-sekarang) ; sistem multi partai, pemilu luberjurdil, ketentuan jabatan 2 periode
presiden kepala daerah, sistem pemilu dipilih langsung oleh rakyat, kebebasan pers.
Demokrasi di Indonesia mempunyai beberapa fungsi dan peran, antara lain melaksanakan kedaulatan rakyat,
menjamin hak asasi manusia, mendorong akuntabilitas pemerintah, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan, stabilitas politik, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan meningkatkan stabilitas
politik dan keamanan nasional. Aspek-aspek penting demokrasi terdiri dari Aspek formal, Aspek materi, Aspek
normatif, Aspek optatif, Aspek Organisasi, dan Aspek psikologis. Aspek formal ini melibatkan struktur dan proses
formal dalam sistem
demokrasi, seperti pemilihan umum, pemilihan wakil, dan aturan-aturan dasar yang mengatur bagaimana
pemerintahan dan perwakilan rakyat beroperasi. Aspek materi Ini mencakup substansi atau isi dari demokrasi,
termasuk hak asasi manusia, keadilan sosial, pemerataan ekonomi, dan upaya untuk mencapai kesejahteraan
bersama. Aspek normatif Ini melibatkan seperangkat norma dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi demokrasi,
seperti prinsip-prinsip persamaan, keadilan, kebebasan sipil, dan hak asasi manusia. Aspek optatif Ini berkaitan
dengan tujuan-tujuan atau aspirasi yang ingin dicapai dalam demokrasi, seperti pembangunan negara hukum,
kesejahteraan sosial, dan perlindungan hak-hak individu. Aspek organisasi Ini mencakup organisasi-organisasi
politik dan lembaga-lembaga yang memfasilitasi demokrasi, seperti partai politik, lembaga pemerintahan, dan
kelompok masyarakat sipil. Aspek psikologis Ini terkait dengan sikap, semangat, dan perilaku individu dan
kelompok dalam konteks demokrasi, termasuk partisipasi aktif, toleransi, dan keterlibatan dalam proses politik.
2. Sejarah Demokrasi
a) Demokrasi Parlementer (1945 - 1959)
Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan dimana Parlemen memainkan peran penting
dalam pemerintahan. Dalam sistem ini, majelis nasional mempunyai kekuasaan untuk menunjuk perdana
menteri. Demokrasi parlementer memiliki sistem yang banyak digunakan di negara-negara seperti Inggris,
Kanada, Jerman dan banyak negara Eropa. Meskipun ada perbedaan dalam rincian pelaksanaannya, prinsip
dasar demokrasi parlementer adalah pemilihan umum, kendali parlementer atas pemerintahan, dan
akuntabilitas pemerintah kepada Parlemen. Dalam sistem parlementer, posisi kepemimpinan pemerintah
dan kepala negara dipisahkan. Secara umum posisi kepala negara dipegang oleh presiden, raja, ratu atau
gelar dan posisi kepemimpinan lainnya pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Pada periode ini,
Indonesia resmi menjadi negara merdeka dan menerapkan sistem demokrasi parlementer. Sedangkan
pemilihan umum pertama diadakan pada tahun 1955.
b) Demokrasi Terpimpin (1959 - 1965)
Demokrasi terpimpin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada sistem politik yang cenderung
otoriter di mana pilihan politik dan partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan politik dibatasi
atau “diarahkan” oleh suatu kelompok atau individu yang berkuasa. Dalam dekrit 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno mengukuhkan rekonstruksi UUD 1945. Dekrit ini merupakan realisasi keinginan Bung Karno
mengubah sistem demokrasi parlementer pada 27 Juli 1957 di Bandung. Soekarno menyampaikan
keinginannya untuk kembali campur tangan dalam urusan pemerintahan meski Konstituante belum
menyelesaikan penyusunan konstitusi baru. Demokrasi terpimpin sering kali digunakan sebagai istilah
ironis atau eufemisme untuk menggambarkan situasi di mana demokrasi tidak benar-benar ada dan
kekuasaan terkonsentrasi terutama di tangan suatu kelompok atau individu. Istilah ini sering dikaitkan
dengan pemerintahan otoriter atau otoritarianisme yang mengklaim menerapkan prinsip demokrasi.
c) Demokrasi Pancasila (1965 - 1998)
Demokrasi Pancasila adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sistem demokrasi yang berdasarkan
pada sila Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Pancasila adalah filsafat politik yang
mendasari ideologi negara Indonesia, dan demokrasi Pancasila adalah konsep demokrasi yang
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut. Demokrasi Pancasila ingin mengembalikan UUD 1945
seperti semula setelah diumumkan. Namun seiring perkembangannya, peran presiden juga semakin
mendominasi lembaga negara lainnya. Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru ditandai dengan
dominasi ABRI atau TNI, birokratisasi, dan sentralisasi pengambilan keputusan politik. Campur tangan
pemerintah terhadap partai politik dan politik publik juga terjadi.
d) Demokrasi Reformasi (1998 - sekarang)
Reformasi demokrasi adalah istilah yang umum digunakan untuk menyebut perkembangan sistem
demokrasi di Indonesia pasca-baru. Demokrasi reformasi adalah sistem pemerintahan di Indonesia yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, pemilihan umum yang bebas dan adil, serta partisipasi politik
yang lebih inklusif, yang dikembangkan setelah jatuhnya kediktatoran Soeharto pada tahun 1998.
Pemilihan umum pertama pasca reformasi terjadi pada tahun 1999. Meskipun tantangan dan permasalahan
masih ada, seperti korupsi dan kesenjangan, demokrasi yang direformasi tetap menjadi fondasi sistem
politik Indonesia.
3. Prinsip-prinsip Demokrasi
a. Kesetaraan. Prinsip ini menekankan pentingnya menghargai martabat dan hak-hak asasi manusia setiap
individu dalam masyarakat. Demokrasi ini bertujuan untuk menjaga dan melindungi hak-hak asasi manusia.
b. Kebebasan berpendapat. Prinsip ini mengakui hak setiap individu untuk menyatakan pendapat, gagasan,
dan keyakinan mereka tanpa takut adanya tekanan atau sensor. Dalam demokrasi, masyarakat memiliki
kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka dan berpartisipasi dalam diskusi publik.
c. Pengambilan keputusan melalui pemilihan. Prinsip ini menekankan pentingnya peran aktif masyarakat
dalam pengambilan keputusan politik. Dalam demokrasi, kebijakan publik dan pemilihan pejabat
pemerintah ditentukan melalui pemilihan umum yang transparan dan adil. Masyarakat memiliki hak untuk
memilih wakil-wakil mereka yang akan mewakili kepentingan mereka dalam pemerintahan.
d. Implementasi demokrasi di Indonesia. asas Luber Jurdil (Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur dan Adil).
Selain itu terdapat peraturan yang tertuang dalam UUD mengenai pelaksanaan Pemilihan Umum, antara
lain. Undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden dan
Legislatif, Undang-Undang nomor 2 tahun 2020 tentang Pilkada, Undang-undang nomor 17 tahun 2014
tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, Undang-
undang nomor 02 tahun 2008 tentang partai politik.
Prinsip demokrasi Dikutip dari Modul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang disusun oleh Direktorat
Pembinaan SMA, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berikut prinsip dasar negara
demokrasi:
1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan dari yang diperintah.
3. Kekuasaan mayoritas.
4. Hak-hak minoritas.
5. Jaminan hak-hak asasi manusia (HAM).
6. Pemilihan yang bebas dan jujur.
7. Persamaan derajat di depan hukum.
8. Proses hukum yang wajar.
9. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat.
Perubahan tersebut dapat terjadi melalui amandemen konstitusi, legislasi baru, keputusan
pengadilan, atau perubahan sosial yang lebih luas.
2. Kewajiban Warga Negara
a. Pengertian Kewajiban Warga Negara
Konsep kewajiban menurut beberapa definisi dan pandangan berbeda. Menurut Prof. R.M.T Sukamto Notonegoro,
kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang seharusnya diberikan oleh pihak tertentu dan dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kewajiban adalah
sesuatu yang diwajibkan atau harus dilaksanakan.
George Nathaniel Curzon membagi kewajiban menjadi beberapa jenis, antara lain:
● Kewajiban Mutlak: Kewajiban terhadap diri sendiri dan tidak berhubungan dengan hak atau pihak lain.
● Kewajiban Publik: Kewajiban terkait dengan hak-hak publik, seperti patuh terhadap peraturan dan hukum
pidana.
● Kewajiban Positif dan Negatif: Kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
● Kewajiban Umum dan Khusus: Kewajiban yang ditujukan kepada seluruh warga negara atau golongan
tertentu, bidang hukum tertentu, atau perjanjian.
● Kewajiban Primer: Kewajiban yang dapat timbul dari tindakan yang tidak melawan hukum, seperti
membayar kerugian dalam hukum perdata.
Pengertian kewajiban warga negara adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh individu dalam suatu negara.
Ada prinsip bahwa hak dan kewajiban saling terkait; jika seseorang tidak memenuhi kewajibannya, maka
haknya juga dapat terpengaruh, dan sebaliknya. Ini menggarisbawahi pentingnya pemenuhan kewajiban
dalam memperoleh hak sebagai warga negara.
b. Jenis-jenis Kewajiban Warga Negara
● Kewajiban Sipil: Kewajiban sipil berkaitan dengan tanggung jawab warga negara terhadap negara.
Khususnya, kewajiban ini terkait dengan pegawai negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN) di
Indonesia. Kewajiban PNS/ASN mencakup kesetiaan pada nilai-nilai dasar negara, hukum, persatuan
bangsa, dan pemerintah yang sah. Tujuannya adalah untuk menjaga integritas, profesionalisme, dan kinerja
yang baik dalam melaksanakan tugas pemerintah.
● Kewajiban Politik: Kewajiban politik mencakup kewajiban interpersonal, tanggung jawab organisasi, serta
kewajiban penegakan dan pelaksanaan. Ini termasuk partisipasi dalam pemilihan dan kegiatan politik,
penggunaan hak suara dengan bijak, penghormatan terhadap prinsip demokrasi, dan patuh terhadap hukum
politik yang berlaku. Kewajiban politik juga mencakup kerjasama dalam aktivitas politik dan perlindungan
terhadap negara dari ancaman melalui layanan militer.
● Kewajiban Sosial: Kewajiban sosial terdiri dari empat elemen: pemberdayaan dan tindakan pencegahan,
peluang, kewajiban finansial (ekonomi), serta penegakan dan pelaksanaan. Ini mencakup kewajiban untuk
merawat kesehatan pribadi, menjaga keluarga dengan penuh kasih, menjaga kebersihan dan keselamatan
lingkungan. Kewajiban sosial juga mencakup usaha untuk mendapatkan pendidikan yang baik, mencari
karier yang bermanfaat, dan menerapkan toleransi dalam menghadapi keragaman sosial. Selain itu,
kewajiban ekonomi meliputi tanggung jawab untuk mencari pekerjaan dan membayar transfer kepada yang
membutuhkan. Dalam konteks penegakan dan pelaksanaan kewajiban sosial, diperlukan penyediaan
sumber daya untuk memenuhi hak-hak sosial dan memberikan bantuan kepada mereka yang kurang
beruntung melalui kerja sukarela pemerintah dan layanan asosiasi.
c. Signifikansi Kewajiban Warga Negara
● Pemeliharaan Ketertiban Sosial: Kewajiban warga negara, seperti mematuhi hukum, membayar pajak, dan
menghindari pelanggaran, membantu menjaga ketertiban sosial dan mencegah konflik serta gangguan.
● Pembiayaan Program dan Layanan Publik: Pembayaran pajak oleh warga negara digunakan untuk
mendukung berbagai program dan layanan publik, termasuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan
keamanan, yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
● Partisipasi dalam Proses Demokratis: Kewajiban berpartisipasi dalam pemilihan umum dan pemilihan
umum memungkinkan warga negara untuk memiliki peran aktif dalam pemilihan pemimpin dan pembuatan
kebijakan, memengaruhi arah negara.
● Perlindungan Hak Asasi Manusia: Kewajiban mendukung konstitusi dan nilai-nilai negara, termasuk hak
asasi manusia, membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah dan memastikan hak-hak
dasar individu dihormati.
● Kesatuan Nasional: Kewajiban sosial, seperti membantu sesama warga negara yang membutuhkan,
memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat dan mempromosikan kesatuan nasional.
● Pertahanan dan Keamanan Negara: Kewajiban untuk menjalani tugas militer atau tugas sipil dalam situasi
darurat mendukung pertahanan dan keamanan negara.
● Kewarganegaraan Aktif: Kewajiban warga negara merangsang kewarganegaraan aktif, meningkatkan
partisipasi dalam masyarakat, budaya politik, dan kesadaran akan isu-isu sosial dan politik.
● Legitimitas Pemerintah: Kewajiban sipil memperkuat legitimasi pemerintah karena pemerintah yang
mendapatkan dukungan dan kepatuhan warga negara memiliki landasan yang lebih kuat dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Pemahaman dan pelaksanaan kewajiban warga negara adalah faktor kunci dalam membangun dan menjaga
negara yang berfungsi dengan baik, menjaga stabilitas, kesejahteraan masyarakat, dan melindungi hak-hak
individu.
d. CONTOH KEWAJIBAN WN
Membayar pajak, Mematuhi hukum, Mematuhi konstitusi, Partisipasi pemilihan, menjaga lingkungan, membantu
sesama
e. Konsekuensi Pelanggaran Kewajiban Warga Negara
● Sanksi hukum: Pelanggaran kewajiban warga negara dapat mengakibatkan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.Misalnya, jika seseorang tidak membayar pajak, mereka
dapat dikenai denda atau sanksi lainnya.
● Kerugian bagi Masyarakat: Pelanggaran kewajiban warga negara dapat berdampak negatif pada masyarakat
secara keseluruhan. Sebagai contoh, ketidakpartisipasian dalam usaha pertahanan dan keamanan negara
dapat mengancam stabilitas dan keamanan negara.
● Ketidakadilan dan Ketimpangan Sosial: Pelanggaran kewajiban warga negara dapat menyebabkan
ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Sebagai contoh, ketidakpatuhan dalam mengikuti pendidikan dasar
dapat menciptakan kesenjangan pendidikan antara individu-individu dalam masyarakat
Pelanggaran kewajiban warga negara berpotensi membawa dampak negatif pada individu dan masyarakat
secara keseluruhan serta dapat mengakibatkan sanksi hukum. Dalam rangka memelihara ketertiban sosial,
konsekuensi-konsekuensi tersebut menjadi cara untuk mendorong warga negara untuk mematuhi kewajiban
mereka.
3. Hubungan antara Hak dan Kewajiban Warga Negara
a. Interaksi antara Hak dan Kewajiban:
● Hubungan hak dan kewajiban adalah tidak terpisahkan dan saling berhubungan.
● Hak memerlukan pemenuhan kewajiban, dan sebaliknya.
● Kewajiban dan hak warga negara adalah aturan dalam komunitas yang memengaruhi hubungan sosial dan keseimbangan.
b. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban:
● Untuk mencapai keseimbangan, individu dan pemerintah perlu memahami hak dan kewajiban mereka sesuai hukum dan
aturan yang berlaku.
● Keseimbangan antara hak dan kewajiban berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan stabilitas sosial.
c. Dampak pelaksanaan Hak dan Kewajiban pada Masyarakat dan Negara:
● Penguatan Hukum dan Keadilan: Pelaksanaan hak dan kewajiban berperan dalam memperkuat sistem hukum dan keadilan,
serta melindungi hak individu.
● Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Hak dan kewajiban yang terdefinisi dengan baik dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, termasuk hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perlindungan sosial.
● Partisipasi Politik: Hak berpartisipasi dalam proses politik, seperti pemilihan umum, adalah penting dalam demokrasi.
● Pemberdayaan Individu: Hak dan kewajiban memberdayakan individu untuk mengejar potensi penuh mereka dan
menciptakan kesempatan yang sama bagi semua.
● Ketertiban Sosial dan Keamanan: Kewajiban seperti membayar pajak atau mematuhi hukum adalah dasar bagi ketertiban
sosial dan keamanan dalam masyarakat.
Pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat dan negara, membentuk dasar
hukum, meningkatkan kesejahteraan, memungkinkan partisipasi politik, memperkuat individu, dan menciptakan ketertiban sosial
serta keamanan.
Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam beberapa pasal UUD 1945, yaitu:
1. Pasal 27 ayat (1): Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 31 mengatur tentang hak pendidikan bagi setiap warga negara
Selain itu, hak dan kewajiban warga negara juga diatur dalam undang-undang lain, seperti UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dan UU No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
C. BELA NEGARA
1. Bela negara merupakan sikap dan tindakan warga negara yang dilandasi rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa
dan bernegara, keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, rela berkorban guna menghadapi setiap
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara, keutuhan wilayah, dan nilai[1]nilai luhur Pancasila serta Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Tujuan dari bela negara
● Mempertahankan keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara
● Menjaga identitas bangsa dan negara
● Melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
● Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa
● Melakukan perbuatan yang baik untuk bangsa dan negara.
3. Pasal 27 ayat (3) UUD NRI 1945, “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
4. Pasal 30 Ayat 1, ”tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
5. Bela negara juga termuat dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002. Bela negara juga diatur dalam landasan idiil
yang juga merupakan dasar negara, Pancasila.
6. Ada tiga komponen yang terlibat dalam upaya bela negara. Penjelasan mengenai komponen ini tertuang dalam UU
Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara. Berikut uraian
mengenai komponen tersebut.
● Komponen utama : TNI
● Komponen cadangan : sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi
demi memperkuat Komponen Utama. Bersifat sukarela. Terdiri atas warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional.
● Komponen pendukung : Warga negara berhak mendaftar sebagai calon anggota Komponen Pendukung
secara sukarela. terdiri atas anggota Polri, warga terlatih, tenaga ahli, dan warga lain unsur Warga Negara,
yaitu sarana dan prasarana.
7. Kesadaran Bela Negara
Menurut Supriyono et al. (2020), Kesadaran dalam berbangsa dan bernegara merupakan perilaku yang senantiasa
sesuai dengan kepribadian bangsa, yang selalu dihubungkan dengan angan-angan dan arah hidup bangsa. Contoh-
contoh perilaku bela negara:
● Menjaga ketertiban lingkungan sekitar dengan menaati tata tertib, nilai, dan norma yang ada
● Mengutamakan kepentingan orang banyak dibanding kepentingan individu ataupun kelompok
● Menghindari hal-hal yang dapat menciptakan kegaduhan dan perpecahan
● Turut serta bangga menggunakan produk-produk dalam negeri
● Rela berkorban untuk bangsa dan negara
● Menjaga kelestarian budaya
8. Peran masyarakat dalam Bela Negara\
Pemahaman mendalam mereka terhadap wilayah Indonesia, bangga menjadi warga negara Indonesia, dan
keyakinan yang kuat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Selain itu, masyarakat Indonesia juga
menunjukkan rasa cinta terhadap budaya dan kekayaan intelektual bangsa dengan mematenkan hasil cipta, rasa, dan
karsa budaya. Mereka menjaga warisan budaya dan tradisi, yang merupakan bagian penting dari identitas nasional.
Kesadaran berbangsa dan bernegara juga tercermin dalam partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan
sosial. Masyarakat terlibat langsung dalam upaya menciptakan kerukunan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Mereka
mendukung program-program pemerintah untuk memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan rasa persaudaraan
di antara warga negara.
9. Pendidikan Bela Negara : Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, memberi usulan untuk
menyelenggarakan pendidikan bela negara. i. Dalam Permenristekdikti, pada pasal 3 ayat 1 poin a, berbunyi
“menjamin tercapainya tujuan pendidikan tinggi yang berperan strategis dalam mencerdaskan bangsa, memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora, serta pembudayaan dan pemberdayaan
bangsa indonesia yang berkelanjutan”. Serta ayat 3 yang berbunyi “Standar Nasional Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) wajib dievaluasi dan disempurnakan secara terarah, dan
berkelanjutan, sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global oleh badan yang ditugaskan untuk
menyusun dan mengembangkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi”.
10. Materi-Materi yang diajarkan dalam mata kuliah pendidikan bela negara di perguruan tinggi :
● Sejarah bela negara, meliputi definisi dan pengertian dari bela negara.
● Nilai–Nilai dalam kurikulum bela negara: ada 5: cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, meyakini
pancasila sebagai ideologi negara, Rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan
awal bela negara.
● Tujuan dari bela negara : mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara, melestarikan budaya.
dan menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945, Melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara,
serta menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara.
● Keterkaitan antara bela negara dengan Kementerian Pertahanan.
● Bela negara dan keamanan nasional: mencakup pertahanan negara (defense), keamanan dalam negeri
(internal security), keamanan publik (public security), dan keamanan insani atau manusia (human security)
● Bela negara dan pertahanan negara: Menurut UU Pertahanan Negara, sistem pertahanan negara adalah
sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara (komponen cadangan),
wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta mempersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
● Bela negara dan wajib militer :Wajib militer (conscription) adalah konsep terkait dengan perekrutan warga
negara dengan tidak secara sukarela (involuntarily) atau terpaksa untuk institusi militer yang bertujuan
untuk mobilisasi pasukan saat perang atau krisis. Wajib militer dilaksanakan guna meningkatkan
kedisiplinan, ketangguhan, keberanian dan kemandirian warga negara.
● Bela negara dan ancaman non-konvensional : Pada hakikatnya Ancaman non-konvensional adalah ancaman
yang menggunakan faktor-faktor non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman jenis ini didorong
oleh isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan.
● Hubungan antara bela negara dengan religiusitas. Unsur religiusitas dimasukkan dalam program bela
negara, dikarenakan muatan agama akan selalu menjadi dasar bagi pemahaman dan pelaksanaan semangat
nasionalisme, kebangsaan dan cinta tanah air.
11. Menurut UU Pertahan Negara, wujud bela negara adalah 1. Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib. 3. Pengabdian secara sukarela sebagai prajurit TNI. 4. Pengabdian sesuai profesi.
12. Tantangan dalam bela negara : hacker, hoaks, globalisasi, terorisme, separatisme
13. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam bela negara:
● Ancaman Terorisme Meningkatkan kerjasama antara lembaga keamanan dan intelijen, serta memperkuat
pengawasan terhadap kelompok teroris.
● Kejahatan Siber Memperkuat pertahanan siber dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko
keamanan siber.
● Konflik Regional Memajukan diplomasi dan upaya perdamaian untuk mengurangi ketegangan antara
negara-negara tetangga.
● Bencana Alam Membangun infrastruktur yang tahan bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan untuk
menghadapi bencana alam.
● Ancaman Ekonomi Mengembangkan kebijakan ekonomi yang berkelanjutan dan melindungi industri dalam
negeri.
● Ideologi Ekstrem Meningkatkan pendidikan dan literasi masyarakat untuk mencegah radikalisasi.
● Ketahanan Energi Diversifikasi sumber energi dan mengurangi ketergantungan pada energi impor.
● Pertahanan Militer: Meningkatkan anggaran pertahanan dan modernisasi peralatan militer
D. HAK ASASI MANUSIA (UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pasal 28A-J)
● Hak asasi manusia adalah hak yang dinikmati manusia hanya karena menjadi manusia. Kemanusiaan tidak memilikinya
karena diberikan masyarakat atau berdasarkan hukum positif baginya, tetapi hanya berdasarkan harkat dan martabatnya
sebagai manusia.
● Universal Declaration Human Rights disahkan pada tanggal 10 desember 1948 di palais de chaillot,paris. Berisi mengenai
hak dasar yang sudah seharusnya dimiliki oleh manusia dengan memberikan penghargaan serta kebebasan.
● Konvensi Hak Anak, Konvensi Penghapusan Diskriminasi Perempuan, Konvensi Penghapusan Diskriminasi Rasial,
Konvensi CAT, dan Konvensi Hak Ekonomi dan Sosial Budaya adalah beberapa konvensi hukum internasional yang
berkaitan dengan hak asasi manusia.
● Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan
berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
● LSM menjadi awal mula pergerakan HAM di Indonesia.
● Pasal 28 a sampai dengan pasal 28 j dalam UUD RI 1945 yang sudah diamandemen mengatur tentang HAM.
● Pemerintah telah mengesahkan Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM untuk lebih melindungi dan memajukan HAM.
● Masyarakat Rohingnya juga telah mengalami berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh
Pemerintah Myanmar.
● Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Konvensi Internasional tentang Hak Sipil dan Politik 1966, Kovenan
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Kovenan Genosida, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi Hak Anak, dan Konvensi Mengenai Status Pengungsi adalah beberapa
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
● Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai hak asasi manusia, dapat dilakukan beberapa kegiatan seperti belajar bersama dan
berdiskusi untuk memahami pengertian HAM, mempelajari peraturan perundang-undangan mengenai HAM, menghormati
hak orang lain, mematuhi peraturan yang berlaku, dan mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak adil.
● 10 PASAL
1. Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.**)
2. Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.** )
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.** )
3. Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia.** )
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
4. Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.**)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.**)
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )
5. Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.** )
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya.**)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.**)
6. Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.** )
7. Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.** )
8. Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.**)
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan.** )
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.**)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapapun.** )
9. Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.** )
(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.**)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.**)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah.** )
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.**)