seluruh rakyatnya turut serta memerintah melalui wakil-wakilnya. Menurut Abraham Lincoln,
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan “dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat”.
Istilah Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat dan cratos yang
artinya pemerintahan. Pengakuan resmi bahwa Indonesia adalah negara demokrasi terdapat
pada:
1. UUD 1945 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
2. Pancasila sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.”
Demokrasi liberal atau demokrasi parlementer berlaku pada tahun 1950—1959. Pada saat itu,
konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950. Berdasarkan UUDS 1950, sistem pemerintahan dan
demokrasi yang diterapkan di Indonesia, yaitu sistem parlementer dan demokrasi liberal.
Artinya, kabinet yang menterinya diajukan oleh parlemen (DPR) dan bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR).
Dalam sistem parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana menteri dan presiden hanya
sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal ini membawa dampak yang cukup besar,
memengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu. Dampaknya, yaitu:
Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh keputusan serta pemikiran berpusat
pada pemimpin negara saja. Menurut TAP MPRS No. VIII/MPRS/1965, demokrasi terpimpin
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berasaskan musyawarah untuk mufakat secara gotong
royong bagi semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan Nasakom.
Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 dan Presiden Sukarno berkedudukan
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang berlandaskan pada sistem
presidensial (presidesil). Para menteri berada di bawah wewenang presiden dan bertanggung
jawab kepada presiden.
Demokrasi Pancasila (1966—sekarang)
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah
hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan
UUD 1945. Yaitu demokrasi yang merupakan perwujudan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang mengandung semangat Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan terhadap rakyat, manunggal dengan nasib
dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau dalam arti menghayati kesadaran senasib dan
secita-cita bersama rakyat.
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang memperhatikan dan menghargai aspirasi seluruh
rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum permusyawaratan dalam rangka pembahasan untuk
menyatukan berbagai pendapat yang keluar serta mencapai mufakat yang dijalani dengan rasa kasih
sayang dan pengorbanan agar mendapat kebahgiaan bersama-sama
Ciri Demokrasi Pancasila, yaitu:
Sistem ekonomi di Indonesia dikenal sebagai demokrasi ekonomi yang merupakan sistem
ekonomi. Pada sistem ekonomi ini, kegiatan produksi dilakukan oleh semua, untuk semua
dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh anggota-anggota masyarakat.
Sistem demokrasi ekonomi adalah suatu sistem perekonomian nasional yang merupakan
perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang menjelaskan kekeluargaan dan
kegotong royongan dari, oleh, dan untuk rakyat dibawah pimpinan dan pengawasan
pemerintah.
dan cita-cita pahlawan kita Bung Hatta “Ekonomi kerakyatan yang berasaskan kemakmuran
dan kemaslahatan rakyatnya”.
Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
Sejak terlahir sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah
menetapkan untuk menganut paham dan ajaran demokrasi dalam kehidupan bernegara di bidang
politik, yang kemudian disebut dengan sistem politik demokrasi.
Sistem politik demokrasi adalah sistem politik yang memberikan perlakuan sama kepada semua
anggota kelompok (dalam hal ini orang-orang pada lembaga pemerintahan) baik kelompok mayoritas
maupun kelompok minoritas, dalam hak dan kemampuan masing-masing mereka untuk ikut serta
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga dunia politik negara tersebut terhindar dari para
diktator (biasanya berasal dari golongan mayoritas) yang menggunakan jabatan dan kekuasaannya
dengan sewenang-wenang.
Hal ini berarti bahwa hukum tertinggi disusun berdasarkan atas apa yang dibutuhkan dan dikehendaki
oleh rakyat. Kemudian pemerintah dengan semua pemegang kekuasaan dan anggota parlemen
patuh terhadap hukum tersebut. (Baca juga : hak dan kewajiban warga negara dalam pelestarian
lingkungan)
Hal ini berarti bahwa pemilihan umum yang merupakan satu cara dalam sistem berlandaskan
demokrasi untuk memilih dan menentukan suatu peraturan, perundang-undangan maupun wakil
rakyat dilakukan dengan persaingan yang adil dan jujur.
Sebagian orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan maupun sebagai calon untuk
menduduki jabatan penting
Adapun maksud dari kata “sebagian orang dewasa” disini adalah orang-orang yang sudah mencapai
batas umur dan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk ikut serta dan menjadi calon pejabat
pemerintah. Di Indonesia sendiri, usia 17 tahun adalah batas umur seseorang telah dianggap sebagai
orang dewasa. Setiap orang dewasa yang telah berusia 17 tahun berhak untuk ikut serta dalam
pemilihan umum. Sedangkan untuk menjadi calon anggota parlemen ada beberapa syarat tambahan
yang harus dipenuhi. Adapun syarat tambahan tersebut seperti jenjang pendidikan, sehat secara
jasmani dan rohani dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaan pemilihan umum terdapat suatu ruang khusus bagi calon pemilih untuk
memberikan hak suaranya, ruang ini disebut dengan bilik suara. Disinilah rakyat yang terdaftar
sebagai calon pemilih dapat memberikan suaranya secara rahasia. Rakyat bebas memilih calon
pemimpin mana yang mereka ingin pilih, tidak paksaan ataupun ancaman. Rakyat dapat menentukan
pilihan mereka berdasarkan hati nurani masing-masing.
Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara, berkumpul,
berorganisasi dan kebebasan pers
Kebebasan berbicara berarti seluruh lapisan masyarakat berhak dan bebas menyuarakan pemikiran
dan pendapatnya atau lebih dikenal dengan istilah aspirasi. Setiap warga negara dapat
mengemukakan pendapat mereka, baik dalam bentuk kritik, saran, dukungan maupun tuntutan.