Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mengutamakan kekuasaan rakyat
dalam mengambil keputusan politik. Konsep ini dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat
ke-16, Abraham Lincoln, pada tahun 1863. Lincoln menyatakan bahwa demokrasi harus
menjadi sistem pemerintahan yang menjunjung tinggi hak-hak rakyat, sehingga kebijakan
politik yang diambil selalu melayani kepentingan bersama.
Di Indonesia, demokrasi diterapkan sejak reformasi pada tahun 1998. Reformasi
bertujuan untuk membebaskan masyarakat dari tekanan dan penindasan oleh pemerintah,
serta menjamin hak-hak asasi manusia. Sejak saat itu, Indonesia berupaya untuk menjadi
negara yang demokratis, di mana rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam kebijakan
politik negara.
Namun, meskipun Indonesia telah mengadopsi sistem demokrasi, kenyataannya masih
terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaannya. Beberapa di antaranya adalah tindakan
otoriter, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini disebabkan oleh sebagian pelaku
politik yang tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi.
Pentingnya pemahaman prinsip demokrasi bagi rakyat sangat penting, karena tanpa
pemahaman tersebut, pelaksanaan demokrasi di Indonesia akan terus mengalami hambatan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan diskusi dan pembahasan secara terbuka mengenai wujud
nyata dari pelaksanaan demokrasi di Indonesia, sehingga dapat diketahui seberapa
demokratiskah Indonesia. Hal ini akan membantu Indonesia untuk meningkatkan kualitas
demokrasinya, serta membuka ruang bagi rakyat untuk terlibat secara aktif dalam kebijakan
politik negara.
Demokrasi juga merupakan konsep pemerintahan yang sangat identik dengan
kekuasaan rakyat. Dalam konsep pemerintahan yang demokratis, rakyat memiliki kekuasaan
tertinggi dalam menjalankan pemerintahan suatu negara. Sebagai sebuah gagasan, demokrasi
mengandaikan bahwa kekuasaan berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Namun, pada
kenyataannya, pelaksanaan demokrasi seringkali disalahgunakan, sehingga terjadi
penyelewengan dari prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri. Hal ini mengakibatkan tindakan
otoriter, korupsi, dan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Untuk itu, perlu
dilakukan penelitian terkait wujud nyata dari pelaksanaan demokrasi untuk mengetahui
seberapa demokratiskah Indonesia.
Rumusan Masalah
1. Apakah makna demokrasi?
2. Apa saja unsur unsur dan prinsip demokrasi?
3. Bagaimana model model demokrasi?

Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui wujud nyata dari pelaksanaan demokrasi di
Indonesia dan seberapa demokratiskah Indonesia.
Manfaat dari makalah ini adalah dapat memberikan informasi dan pemahaman yang lebih
baik tentang konsep dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga
dapat memberikan masukan dan rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat tentang
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia,
sehingga dapat terwujud keadilan, keseimbangan kekuasaan, dan kesejahteraan masyarakat.
PEMBAHASAN
Makna Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah konsep pemerintahan yang mengandalkan kedaulatan
rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Konsep ini
mengandaikan bahwa kekuasaan negara berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam pengertian yang lebih partisipatif, konsep demokrasi bahkan bisa diartikan sebagai
kekuasaan dari, oleh, untuk, dan bersama rakyat. Dalam pengertian yang lebih partisipatif
demokrasi bahkan disebut sebagai konsep kekuasaan dari, oleh, untuk, dan bersama rakyat.
Artinya kekuasaan itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah
yang sebenarnya menentukan dan memberi arah serta yang sesungguhnya menyelenggarakan
kehidupan kenegaraan.1
Sejarah konsep demokrasi bermula dari zaman Yunani kuno. Pada masa itu,
masyarakat Yunani mengembangkan sistem pemerintahan yang melibatkan partisipasi
langsung dari warga negara dalam pengambilan keputusan. Namun, konsep demokrasi yang
sekarang kita kenal, yaitu representatif, mulai muncul di Eropa pada abad ke-18.
Di Indonesia, konsep demokrasi mulai diterapkan setelah reformasi pada tahun 1998.
Reformasi bertujuan untuk membebaskan rakyat dari penindasan dan memastikan hak-hak
asasi manusia dihormati. Sejak saat itu, Indonesia mengadopsi sistem demokrasi yang
menjunjung tinggi kebebasan dan keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan politik.
Namun, meskipun demokrasi telah diterapkan di Indonesia, masih terdapat beberapa
hambatan dalam pelaksanaannya. Beberapa di antaranya adalah ketidakadilan sosial, korupsi,
oligarki politik, dan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini disebabkan oleh sebagian pelaku
politik yang tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi.
Pemahaman dan partisipasi aktif rakyat dalam sistem demokrasi sangat penting,
karena keberhasilan sebuah demokrasi bergantung pada partisipasi aktif dari seluruh rakyat.
Oleh karena itu, penting bagi setiap warga negara Indonesia untuk memahami prinsip-prinsip
dasar demokrasi dan turut terlibat dalam pengambilan keputusan politik negara. Dengan
demikian, Indonesia dapat menjadi negara yang lebih demokratis dan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyatnya.
Demokrasi, menurut Titik Triwulan Tutik, memiliki asal-usul bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata, yaitu "demos" yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan
"cretein" atau "cratos" yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.2 Oleh karena itu, dapat
1
Jimly Asshiddiqie, Hukum tata negara dan pilar-pilar demokrasi, Op. Cit., hlm. 293
2
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prenada Media
Group, Jakarta, 2010, hlm. 67
disimpulkan bahwa demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi
berada pada rakyat.
Dalam sistem demokrasi, pemerintahan dilakukan oleh rakyat atau wakil-wakil yang
mereka pilih melalui mekanisme pemilihan umum. Setiap warga negara memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam pemerintahan, baik langsung maupun
melalui perwakilan. Demokrasi juga menjamin kebebasan berpendapat, kebebasan pers,
kebebasan berorganisasi, dan hak asasi manusia lainnya.
Konsep demokrasi sangat penting dalam sebuah negara, karena demokrasi
memberikan rakyat kontrol dan kekuasaan atas negara mereka sendiri. Negara yang
menganut sistem demokrasi, menghargai dan memperlakukan rakyatnya sebagai pihak yang
paling berhak dalam menentukan kebijakan negara. Dengan demikian, demokrasi juga dapat
dianggap sebagai bentuk keadilan sosial dan keadilan politik dalam suatu negara.
Dalam konteks Indonesia, penerapan sistem demokrasi dimulai sejak terjadinya
Reformasi pada tahun 1998, ketika Indonesia beralih dari era Orde Baru yang otoriter ke era
reformasi yang lebih terbuka dan demokratis. Tujuan dari penerapan sistem demokrasi di
Indonesia adalah untuk memberikan kebebasan dan hak yang sama bagi seluruh warga
negara, serta membangun suatu negara yang lebih demokratis dan terbuka. Oleh karena itu,
penting untuk memahami konsep demokrasi secara mendalam dan menerapkannya dengan
benar di Indonesia agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Menurut Joseph A. Schemeter, demokrasi dapat dipandang sebagai sebuah
perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik. Dalam sistem demokrasi,
individu-individu diberikan kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas
suara rakyat.3 Dalam hal ini, keputusan politik yang diambil tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh warga negara. Dalam sistem
demokrasi, setiap warga negara memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat dan memberikan
suara pada setiap pemilihan yang diadakan. Selain itu, setiap warga negara juga memiliki hak
untuk menjadi kandidat dalam pemilihan, sehingga setiap individu dapat mempengaruhi
keputusan politik yang diambil oleh negara. Demokrasi juga memastikan bahwa setiap orang
memiliki hak yang sama untuk diwakili dan dihormati oleh negara.
Dalam konteks keputusan politik, demokrasi berupaya untuk mencapai kesepakatan
bersama dan menghormati hak minoritas. Ini dilakukan melalui mekanisme seperti diskusi,
debat, dan pemungutan suara. Melalui proses ini, masyarakat dapat mengembangkan
kesepakatan bersama dan menghindari konflik yang lebih besar. Demokrasi juga memastikan
3
Ibid., hlm. 168
bahwa individu-individu diakui sebagai agen politik dan dapat memengaruhi perubahan
dalam kebijakan negara.
Para ahli yang disebutkan di atas memberikan pandangan yang berbeda-beda terkait
dengan definisi dan konsep demokrasi.4 Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi adalah suatu
perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
Dalam pandangan Sidney Hook, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan di mana
keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas oleh rakyat dewasa.
Sementara itu, Phillipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menggambarkan demokrasi
sebagai suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak
langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
Henry B. Mayo memandang demokrasi sebagai suatu sistem politik yang menunjukkan
bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Sedangkan, Affan Gaffar membagi konsep demokrasi menjadi dua bentuk, yaitu
pemaknaan secara normatif dan pemaknaan secara empirik. Pemaknaan secara normatif
adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh suatu negara, sedangkan
pemaknaan secara empirik adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik
praktis.
Secara keseluruhan, definisi-demokrasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut
menunjukkan bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan di mana kekuasaan berada
pada rakyat, baik melalui partisipasi langsung maupun melalui representasi oleh para wakil
yang terpilih. Mayoritas rakyat memegang peranan penting dalam menentukan keputusan
politik, dan para pemimpin pemerintahan bertanggung jawab atas tindakan mereka di depan
rakyat. Adapun bentuk demokrasi yang ideal atau empiris dapat berbeda-beda tergantung
pada konteks politik, hukum, budaya, dan sosial suatu negara.
Joseph Schumpeter mempersempit arti dari demokrasi sebagai mekanisme politik
untuk memilih pimpinan politik. Dalam pandangannya, demokrasi hanya berkaitan dengan

4
Azyumardi Azra, Op. Cit., hlm. 110
pemilihan umum dan pemilihan pimpinan politik yang bersaing untuk mendapat suara dari
warga negara.5 Dalam konteks ini, subyek utama dari demokrasi adalah rakyat.
Sebagai subyek dalam demokrasi, rakyat berperan penting dalam menentukan arah
pemerintahan melalui wadah-wadah yang tersedia. Tidak hanya memilih wakilnya dalam
pemerintahan, rakyat juga memiliki hak untuk dipilih dalam sebuah pemilihan umum.
Artinya, demokrasi memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara
dalam menentukan pemimpin dan arah kebijakan pemerintahannya.
Dalam konteks demokrasi, pemilihan umum menjadi salah satu cara untuk
mengekspresikan hak suara warga negara dalam menentukan pemimpin dan kebijakan
pemerintahannya. Namun, demokrasi tidak hanya terbatas pada proses pemilihan umum.
Rakyat juga memiliki hak untuk memberikan masukan dan kritik terhadap pemerintahan,
baik melalui jalur partisipasi politik formal maupun non-formal.
Namun, demokrasi tidak hanya sekadar memilih pemimpin dan mengekspresikan hak
suara. Demokrasi juga melibatkan partisipasi aktif warga negara dalam proses pembuatan
kebijakan publik dan penegakan hukum yang abedil. Dengan kata lain, demokrasi bukan
hanya tentang proses, tetapi juga tentang hasilnya.
Dalam demokrasi, pemimpin dipilih oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada
rakyat. Sebagai pemimpin, mereka harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan dan menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan.
Oleh karena itu, demokrasi bukan hanya tentang memberikan hak suara kepada rakyat, tetapi
juga tentang membangun tatanan pemerintahan yang berbasis pada kepercayaan, partisipasi
aktif, dan transparansi.
Demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung arti bahwa
rakyat memiliki hak untuk menentukan kehidupannya, termasuk dalam menilai dan
menentukan kebijakan negara yang akan mempengaruhi kehidupan mereka. Demokrasi
menempatkan rakyat sebagai pusat dari sistem pemerintahan, sehingga kebijakan negara yang
diambil harus berdasarkan pada kehendak dan kemauan rakyat.6
Dalam sebuah negara demokrasi, kekuasaan berada di tangan rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum. Rakyat berhak memberikan suara untuk memilih wakil-
wakilnya yang akan mewakili kepentingan mereka di dalam lembaga legislatif dan eksekutif.
Melalui mekanisme ini, rakyat dapat memilih pemimpin yang dianggap mampu menjalankan
tugasnya untuk melayani kepentingan masyarakat secara adil dan merata.

5
Georg Serensen, Op Cit., hlm. 14
6
Winarno, Op.cit., hlm. 114
Demokrasi juga menjamin hak-hak asasi manusia, kebebasan individu, dan partisipasi
politik yang lebih luas bagi rakyat. Dalam sistem demokrasi, rakyat memiliki hak untuk
mengekspresikan pendapat dan pandangan mereka secara terbuka, serta berpartisipasi dalam
proses politik yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan demikian, rakyat memiliki
kontrol atas tindakan-tindakan pemerintah dan dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil
untuk kepentingan mereka.
Namun, untuk memastikan bahwa sistem demokrasi dapat berfungsi dengan baik,
penting untuk memastikan bahwa lembaga-lembaga pemerintahan dan keamanan dapat
beroperasi secara efektif dan bekerja untuk melayani kepentingan rakyat, bukan untuk
kepentingan individu atau kelompok kecil. Demokrasi juga membutuhkan partisipasi aktif
dari rakyat dalam proses politik, seperti berpartisipasi dalam pemilihan umum dan
memberikan masukan dalam proses pembuatan kebijakan.
Dalam kesimpulannya, demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara
menempatkan rakyat sebagai pusat dari sistem pemerintahan. Dalam sistem demokrasi,
rakyat memiliki hak untuk menentukan kehidupan mereka, dan kebijakan negara harus
berdasarkan pada kehendak dan kemauan mereka. Demokrasi juga menjamin hak-hak asasi
manusia, kebebasan individu, partisipasi politik yang lebih luas, dan kontrol rakyat atas
tindakan-tindakan pemerintah.

Unsur Unsur Dan Prinsip Demokrasi


Unsur unsur Demokrasi
1. Negara Hukum
Negara hukum adalah sebuah konsep di mana negara memberikan perlindungan
hukum kepada seluruh warga negaranya melalui pembentukan lembaga peradilan
yang independen dan tidak memihak, serta menjamin hak asasi manusia. Konsep
negara hukum sebenarnya merupakan gabungan dari dua konsep yaitu rechtsstaat dan
the rule of law.
Rechtsstaat memiliki ciri-ciri yang sangat penting, di antaranya adalah adanya
perlindungan terhadap hak asasi manusia, pemisahan dan pembagian kekuasaan pada
lembaga negara untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia, pemerintahan
berdasarkan aturan hukum, serta adanya peradilan administrasi yang berfungsi untuk
menjaga agar pelaksanaan aturan hukum berjalan secara transparan dan adil.
Sementara itu, the rule of law menekankan pada supremasi aturan hukum, kesamaan
kedudukan di depan hukum, dan jaminan perlindungan hak asasi manusia. Dalam
konsep the rule of law, hukum dianggap sebagai penguasa tertinggi dalam sebuah
negara dan tidak ada yang berada di atas hukum. Seluruh warga negara, tanpa
terkecuali, dianggap sama di depan hukum dan memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan perlindungan hukum.
Dalam sebuah negara hukum, hukum dan peraturan harus dijunjung tinggi sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Setiap orang, termasuk pejabat
pemerintah, harus tunduk pada hukum yang berlaku dan terbuka untuk diperiksa oleh
lembaga peradilan. Adanya kebebasan pers, kebebasan berekspresi, serta
perlindungan hak asasi manusia akan menjaga keseimbangan antara kekuasaan negara
dan kepentingan rakyat.7
Dalam rangka menciptakan negara hukum yang efektif, penting bagi negara untuk
menjamin hak-hak asasi manusia dan menegakkan supremasi hukum. Negara juga
harus memastikan bahwa lembaga peradilan bebas dari tekanan politik dan dapat
berfungsi secara independen. Dengan adanya negara hukum yang efektif, masyarakat
dapat merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan aktivitasnya serta negara dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Negara hukum atau rechtsstaat memiliki ciri-ciri yang lebih luas, menurut pakar
hukum tata negara Moh. Mahfud M.D.
1. Negara harus memberikan perlindungan konstitusional yang tidak hanya
menjamin hak-hak individu, tetapi juga menentukan cara prosedural untuk
memperoleh hak-hak tersebut melalui due process of law. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama di depan
hukum dan memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sama.
2. Negara hukum juga harus memiliki badan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak. Hal ini penting untuk memastikan bahwa keputusan pengadilan
dibuat secara adil dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau
kelompok tertentu.
3. Adanya pemilu yang bebas merupakan ciri penting dari negara hukum.
Pemilihan yang bebas memungkinkan warga negara untuk memilih pemimpin
mereka secara demokratis, dan melalui pemilihan ini, mereka dapat
menentukan arah kebijakan pemerintah.

7
A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi, 1 (PT Fajar
intreprtama mandiri, 2015), 92.
4. Negara hukum harus memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya
untuk menyatakan pendapat. Hal ini mencakup kebebasan berekspresi dan
kebebasan pers, yang memungkinkan warga negara untuk mengemukakan
pendapat mereka tanpa takut dicabut atau dihukum oleh pemerintah.
5. Kebebasan berserikat dan beroposisi juga merupakan ciri penting dari negara
hukum. Setiap warga negara harus memiliki hak untuk membentuk kelompok
atau organisasi dan beroposisi terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap
tidak adil atau tidak tepat.
6. Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan ciri negara hukum yang penting.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara dapat memahami hak dan
kewajiban mereka serta mengembangkan pemahaman tentang nilai-nilai yang
mendasari demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.8
Lebih lanjut, ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan dalam konferensi
International Commission of Jurists di Bangkok meliputi perlindungan konstitusional,
badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, pemilihan umum yang bebas,
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berserikat dan beroposisi, dan
pendidikan kewarganegaraan. Perlindungan konstitusional menyatakan bahwa selain
menjamin hak-hak individu, konstitusi juga harus menentukan cara prosedural untuk
memperoleh hak-hak yang dijamin.
Selain itu, negara hukum dalam arti formal adalah penegakan hukum yang dihasilkan
oleh lembaga legislatif dalam penyelenggaraan negara. Sementara, negara hukum
dalam arti material adalah aspek keadilan yang harus diperhatikan sebagai prasyarat
terwujudnya demokrasi, selain penegakan hukum itu sendiri. Demi terwujudnya
keadilan, diperlukan adanya keterlibatan masyarakat sipil atau masyarakat madani
melalui asosiasi-asosiasi sosial yang didirikan secara sukarela. Keterlibatan warga
negara memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antar individu
dan kelompok yang berbeda, yang sangat penting bagi bangunan politik demokrasi.
Masyarakat sipil dapat menjadi tumpuan penyeimbang kekuatan negara yang
memiliki kecenderungan koruptif.
Dalam sebuah negara hukum, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara
atau pemerintah harus memperhatikan hak-hak individu dan keadilan sosial. Jika
pemerintah atau pejabat publik melakukan tindakan melawan hukum atau tidak
memenuhi kewajibannya dalam memberikan perlindungan hukum bagi warga negara,
8
Ubaedillah, 93.
maka negara hukum harus memiliki mekanisme hukum yang efektif untuk
menegakkan hukum dan memberikan sanksi yang tegas kepada pelanggar. Hal ini
memastikan bahwa hak-hak individu terlindungi dan tidak ada yang dikecualikan dari
aturan hukum yang berlaku.
Secara keseluruhan, ciri-ciri negara hukum menunjukkan bahwa sebuah negara harus
memberikan perlindungan hukum yang adil dan merata bagi setiap warga negaranya.
Negara harus memiliki badan kehakiman yang independen, pemilihan yang bebas,
kebebasan berekspresi dan berserikat, serta pendidikan kewarganegaraan yang
memadai.
2. Masyarakat Sipil
Masyarakat sipil, atau sering disebut juga masyarakat madani, merujuk pada
kelompok-kelompok sosial yang berdiri secara independen dari pemerintah atau
negara. Masyarakat sipil memiliki ciri-ciri yang terbuka, egaliter, dan bebas dari
dominasi serta tekanan negara. Masyarakat sipil memainkan peran penting dalam
membangun dan memperkuat demokrasi, karena mereka dapat menjadi agen
perubahan dan kontrol sosial terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah.
Posisi penting masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi adalah melalui
partisipasi aktif warga negara, atau civic engagement, melalui pembentukan asosiasi-
asosiasi sosial yang didirikan secara sukarela. Dengan adanya keterlibatan warga
negara, masyarakat sipil dapat memperkuat dan memperluas partisipasi politik dan
pemberdayaan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara
atau pemerintah.
Sikap terbuka, percaya, dan toleran antar individu dan kelompok yang berbeda sangat
penting bagi bangunan politik demokrasi. Masyarakat sipil dapat membangun dan
memperkuat hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan pemerintah, serta
membantu mewujudkan nilai-nilai demokrasi seperti transparansi, akuntabilitas,
kebebasan, dan keterbukaan.
Selain itu, masyarakat sipil juga dapat menjadi tumpuan penyeimbang kekuatan
negara yang memiliki kecenderungan koruptif.9 Melalui kontrol sosial dan
pengawasan terhadap tindakan pemerintah, masyarakat sipil dapat membantu
mencegah tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan publik dan menjamin
pelaksanaan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

9
Ibid
Tatanan nilai dalam masyarakat madani mencakup kebebasan dan kemandirian
sebagai nilai yang sangat melekat baik secara internal maupun eksternal terhadap
demokrasi. Kebebasan dan kemandirian yang diterapkan dalam masyarakat madani
memberikan ruang yang lebih luas bagi warga negara untuk bersikap kritis dan aktif
terhadap pembangunan demokrasi. Dengan demikian, keberadaan masyarakat madani
sangat penting dalam pembangunan demokrasi karena mampu memberikan pengaruh
positif terhadap tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antar individu dan
antar kelompok yang berbeda.
Keterlibatan warga negara atau civic engagement melalui asosiasi sosial yang
didirikan secara sukarela menjadi syarat utama bagi masyarakat madani. Keterlibatan
warga negara dalam asosiasi sosial akan menumbuhkan sikap terbuka, percaya, dan
toleran antar individu dan kelompok yang berbeda. Sikap-sikap tersebut sangat
penting dalam membangun politik demokrasi. Melalui kebebasan berserikat dan
beroposisi, masyarakat madani juga dapat menjadi penyeimbang kekuasaan negara
yang memiliki kecenderungan koruptif.
Dalam sebuah masyarakat madani, keberadaan negara sebagai penegak hukum sangat
penting. Negara sebagai penegak hukum harus menjunjung tinggi supremasi hukum
dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemisahan dan pembagian kekuasaan pada
lembaga negara, serta lembaga peradilan yang bebas dan mandiri. Selain itu,
perlindungan konstitusional juga menjadi aspek penting dalam masyarakat madani,
yaitu menjamin hak-hak individu dan menentukan cara prosedural untuk memperoleh
hak-hak yang dijamin.
Dalam konteks yang lebih luas, negara hukum menjadi prasyarat terwujudnya
masyarakat madani dan demokrasi. Negara hukum tidak hanya menjamin keadilan
dalam penegakan hukum, tetapi juga memastikan kebebasan dan kemandirian warga
negara dalam mengembangkan masyarakat madani. Oleh karena itu, memperkuat
masyarakat madani menjadi tugas penting bagi negara dalam membangun demokrasi
yang sehat dan berkembang.
Secara keseluruhan, masyarakat sipil memiliki peran penting dalam pembangunan dan
pemperkuatan demokrasi, karena mereka dapat menjadi agen perubahan dan kontrol
sosial terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah, serta memperkuat partisipasi
politik dan pemberdayaan masyarakat.
3. Aliansi Kelompok Strategis
Salah satu faktor penting dalam mendukung tegaknya demokrasi adalah adanya
aliansi kelompok strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan, dan
kelompok penekan atau kepentingan, termasuk di dalamnya pers yang bebas dan
bertanggung jawab.10 Partai politik adalah struktur kelembagaan politik yang
anggotanya memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh kekuasaan dan kedudukan
politik untuk mewujudkan kebijakan politik yang diinginkan. Sementara itu,
kelompok gerakan adalah organisasi masyarakat yang berorientasi pada
pemberdayaan warga negara. Sedangkan kelompok penekan atau kepentingan adalah
sekelompok orang dalam sebuah wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria
keahlian.
Ketiga jenis kelompok atau asosiasi ini memainkan peran yang sangat penting dalam
proses demokratisasi, asalkan mereka memerankan dirinya secara kritis, independen,
dan konstitusional dalam menyuarakan misi atau kepentingan organisasinya. Dalam
hal ini, kelompok-kelompok ini harus memiliki tujuan yang jelas dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat secara umum, bukan hanya kepentingan
kelompok tertentu atau kepentingan individu.
Partai politik dapat menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah dalam proses
politik. Partai politik juga dapat memainkan peran dalam mengawasi pemerintah dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Namun, jika partai politik hanya
mementingkan kepentingan partai dan kelompok kekuasaan, maka partai politik
tersebut tidak lagi menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah, melainkan
menjadi alat kontrol dan penyalur kepentingan kelompok tertentu.
Kelompok gerakan atau organisasi masyarakat juga sangat penting dalam proses
demokratisasi. Kelompok gerakan dapat menjadi ruang bagi masyarakat untuk
mengekspresikan aspirasi dan kepentingannya secara terorganisir dan strategis. Selain
itu, kelompok gerakan dapat menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah
dalam proses pengambilan keputusan politik.
Kelompok penekan atau kepentingan memiliki peran yang sangat penting dalam
proses demokratisasi. Kelompok penekan dapat menjadi agen perubahan dan
mengawal kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat. Kelompok penekan juga dapat menjadi penghubung antara masyarakat
dan pemerintah dalam proses pengambilan keputusan politik. Namun, perlu diingat
bahwa peran ketiga jenis kelompok atau asosiasi ini hanya dapat efektif jika mereka
10
Ibid
memerankan diri secara kritis, independen, dan konstitusional dalam menyuarakan
misi atau kepentingan organisasinya. Jika kelompok-kelompok ini menyuarakan
aspirasinya secara anarkis, sektarian, dan primordial, maka keberadaan kelompok ini
akan menjadi ancaman serius bagi masa depan demokrasi dan bangunan masyarakat
sipil.11
Kelompok kepentingan atau pressure group, adalah kelompok yang terdiri dari orang-
orang yang memiliki kepentingan yang sama dan memperjuangkan tujuan-tujuan
mereka dalam lingkup politik. Kelompok ini dapat terdiri dari berbagai macam
anggota, seperti pekerja, pengusaha, organisasi nirlaba, atau bahkan kelompok yang
berbasis pada identitas seperti etnis atau agama. Kelompok kepentingan ini
memainkan peran penting dalam mendukung demokrasi, karena mereka dapat
mengajukan kepentingan mereka pada para pembuat keputusan politik dan
mengawasi keputusan-keputusan tersebut untuk memastikan kepentingan mereka
diakomodasi.
Terakhir, pers yang bebas dan bertanggung jawab juga merupakan komponen penting
dalam mendukung demokrasi. Pers berfungsi sebagai pengawas dan penjaga
kebenaran dan keadilan dalam masyarakat. Pers yang bebas dan bertanggung jawab
mampu memberikan informasi yang akurat dan objektif kepada masyarakat, sehingga
memungkinkan masyarakat untuk membuat keputusan yang tepat dan bijaksana
dalam konteks politik. Pers yang bebas dan bertanggung jawab juga dapat memainkan
peran penting dalam mengekspos kecurangan dan korupsi di dalam pemerintahan,
serta mempromosikan transparansi dan akuntabilitas.
Partai politik merupakan lembaga politik yang anggotanya memiliki tujuan yang
sama, yaitu memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik untuk mewujudkan
kebijakan-kebijakan politiknya. Kelompok gerakan, di sisi lain, adalah organisasi
masyarakat yang berorientasi pada memberdayakan warganya. Sedangkan kelompok
kepentingan terdiri dari sekelompok orang dalam sebuah wadah organisasi yang
didasarkan pada kriteria profesionalitas dan keahlian tertentu. Ketiga kelompok ini
akan memberikan pengaruh yang baik terhadap demokrasi jika mereka dapat berperan
secara kritis dan independen dalam menyuarakan misi dan kepentingannya. Namun,
jika mereka menyuarakan aspirasinya secara anarkis dan primordial, maka
keberadaannya justru akan menjadi ancaman bagi demokrasi.

11
Ubaedillah, halaman 94.
Selain itu, media atau pers yang bebas dan bertanggung jawab juga memiliki peran
penting dalam mendukung demokrasi. Pers yang independen dapat memainkan peran
sebagai penjaga demokrasi dan kontrol sosial terhadap kekuasaan. Melalui media,
masyarakat dapat memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya tentang
kebijakan pemerintah, sehingga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang
memadai untuk ikut serta dalam proses demokrasi.
Dalam konteks demokrasi, aliansi kelompok strategis dan media yang bebas dan
bertanggung jawab menjadi infrastruktur politik yang penting untuk mendukung
demokrasi. Infrastruktur politik ini akan memperkuat demokrasi melalui partisipasi
publik yang kritis dan konstruktif dalam proses politik, serta menjaga kebebasan
individu dan hak asasi manusia. Namun, penting untuk diingat bahwa infrastruktur
politik ini hanya dapat berfungsi dengan baik jika organisasi-organisasi tersebut
berperan secara kritis, independen, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama.
Secara keseluruhan, adanya partai politik, kelompok gerakan, kelompok kepentingan,
dan pers yang bebas dan bertanggung jawab sangat penting dalam mendukung
demokrasi. Dalam hal ini, partisipasi aktif dari masyarakat sipil melalui organisasi-
organisasi tersebut dapat memperkuat dan mempertahankan demokrasi serta
mengawasi kekuasaan pemerintah yang mungkin cenderung korup. Oleh karena itu,
pemerintah harus memastikan bahwa ruang dan kesempatan yang memadai diberikan
kepada organisasi-organisasi tersebut untuk beroperasi secara bebas dan bertanggung
jawab.

Prinsip-prinsip demokrasi menurut Inu Kencana Syafiie12 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembagian Kekuasaan
Prinsip ini menegaskan bahwa kekuasaan harus dibagi antara lembaga-lembaga
negara yang berbeda, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pembagian kekuasaan
ini bertujuan untuk menghindari konsentrasi kekuasaan pada satu pihak yang
berpotensi menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan.
2. Pemilihan Umum
Prinsip ini menegaskan bahwa rakyat berhak memilih dan dipilih dalam pemilihan
umum. Pemilihan umum dilakukan secara teratur untuk memilih pemimpin-pemimpin
negara.
3. Manajemen yang Terbuka
12
H.M Thalhah, Demokrasi dan Negara Hukum, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2008, hlm 42
Prinsip ini menegaskan bahwa manajemen pemerintahan harus dilakukan secara
terbuka, sehingga masyarakat dapat memantau dan mengevaluasi kebijakan
pemerintah.
4. Kebebasan Individu
Prinsip ini menegaskan bahwa setiap individu berhak atas kebebasan berbicara,
berpikir, dan berpendapat. Individu juga berhak atas perlindungan hak asasi manusia
dan kebebasan berorganisasi.
5. Peradilan yang Bebas
Prinsip ini menegaskan bahwa sistem peradilan harus bebas dari campur tangan
pemerintah dan memastikan keadilan bagi semua pihak.
6. Pengakuan Hak Minoritas
Prinsip ini menegaskan bahwa hak minoritas harus diakui dan dilindungi oleh negara.
7. Pemerintahan yang Berdasarkan Hukum
Prinsip ini menegaskan bahwa kebijakan pemerintah harus didasarkan pada hukum
yang berlaku.
8. Pers yang Bebas
Prinsip ini menegaskan bahwa pers harus bebas dari campur tangan pemerintah dan
dapat memberikan informasi yang obyektif dan akurat kepada masyarakat.
9. Beberapa Partai Politik
Prinsip ini menegaskan bahwa masyarakat berhak membentuk partai politik dan
berpartisipasi dalam proses politik.
10. Musyawarah
Prinsip ini menegaskan bahwa kebijakan pemerintah harus melibatkan musyawarah
dan konsultasi dengan masyarakat.
11. Persetujuan
Prinsip ini menegaskan bahwa kebijakan pemerintah harus mendapat persetujuan dari
rakyat dan lembaga-lembaga yang mewakili rakyat.
12. Pemerintahan Konstitusional
Prinsip ini menegaskan bahwa pemerintahan harus didasarkan pada konstitusi dan
hukum yang berlaku.
13. Ketentuan tentang Pendemokrasian
Prinsip ini menegaskan bahwa negara harus memiliki ketentuan-ketentuan untuk
meningkatkan pendemokrasian dan partisipasi politik masyarakat.
14. Pengawasan tentang Administrasi Negara
Prinsip ini menegaskan bahwa masyarakat berhak melakukan pengawasan terhadap
administrasi negara.
15. Perlindungan Hak Asasi
Demokrasi juga menjamin perlindungan hak asasi manusia yang mencakup hak atas
kemerdekaan, kesetaraan, dan keadilan. Setiap individu memiliki hak yang sama dan
tidak boleh diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, dan sebagainya.
16. Pemerintahan yang Mayoritas
Pemerintah yang terbentuk harus didasarkan pada dukungan mayoritas rakyat dalam
pemilihan umum. Ini menjamin kebijakan yang diambil pemerintah mencerminkan
keinginan rakyat.
17. Persaingan Keahlian
Demokrasi memungkinkan persaingan keahlian dalam dunia politik dan
pemerintahan. Orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang
tertentu dapat dipilih dan memainkan peran penting dalam membuat keputusan politik
dan pemerintahan.
18. Mekanisme Politik
Demokrasi memerlukan mekanisme politik yang terbuka dan jelas untuk menentukan
siapa yang memiliki kekuasaan dan bagaimana kekuasaan tersebut digunakan.
Mekanisme ini mencakup pemilihan umum, pengawasan publik, dan kebebasan pers.
19. Kebijaksanaan Negara
Demokrasi mengharuskan pemerintah untuk bertindak dengan bijaksana dan
bertanggung jawab terhadap kepentingan publik. Kebijakan pemerintah harus
didasarkan pada konsensus dan kesepakatan antara partai politik yang berbeda.
20. Pemerintah yang Mengutamakan Musyawarah
Demokrasi membutuhkan pemerintah yang mengutamakan musyawarah dan
konsensus dalam pengambilan keputusan. Hal ini menjamin bahwa keputusan yang
diambil mencerminkan kepentingan rakyat dan tidak hanya kepentingan kelompok
tertentu.
Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang memungkinkan rakyat untuk
memilih pemimpin dan ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Konsep demokrasi ini
memiliki banyak prinsip, seperti pembagian kekuasaan, pemilihan umum, kebebasan
individu, dan perlindungan hak asasi. Dalam sebuah demokrasi, pemerintah bertanggung
jawab terhadap rakyat dan harus bertindak dengan bijaksana serta mengutamakan
musyawarah dan konsensus dalam pengambilan keputusan.
Menurut Henry B. Mayo (1960), ada lima prasyarat yang harus dipenuhi agar demokrasi
dapat berjalan dengan baik dalam suatu negara.
1. Pemerintahan harus bertanggung jawab terhadap rakyat.
2. Harus ada dewan perwakilan rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum dan
mewakili golongan dan kepentingan masyarakat. Dewan perwakilan rakyat ini harus
dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintah, memungkinkan terjadinya oposisi
konstruktif, dan menilai kebijakan pemerintah.
3. Negara harus memiliki sistem dwi atau multi partai sehingga rakyat dapat memilih
partai yang paling sesuai dengan keinginan mereka.
4. Pers dan media massa harus bebas agar informasi dapat diterima secara luas dan
akurat.
5. Sistem peradilan yang bebas harus tersedia untuk menjamin hak asasi dan keadilan.13
Berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi yang telah dirumuskan oleh Inu Kencana Syafiie,
serta prasyarat-prasyarat demokrasi menurut Mayo, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk menciptakan keselarasan antara idealita dan
realitas dalam suatu demokrasi. Untuk menciptakan suatu negara yang demokratis, negara
harus mampu memenuhi prasyarat-prasyarat tersebut dan menguatkan peran rakyat dengan
mempertegas kembali kedaulatan rakyat sebagai dasar dari suatu negara. Dalam demokrasi
yang ideal, rakyat memiliki peran penting dalam agenda dan pengambilan keputusan. Oleh
karena itu, suatu negara harus mampu mewujudkan kriteria-kriteria di atas agar tujuan
menciptakan suatu demokrasi yang berfungsi dapat tercapai.

Model Model Demokrasi


Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan di mana rakyat memiliki suara dalam
menentukan kebijakan politik dan pemilihan umum dilakukan secara bebas dan adil. Ada
lima model demokrasi yang berbeda, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin,
demokrasi sosial, demokrasi partisipasi, dan demokrasi konstitusional. Berikut adalah
penjelasan rinci untuk setiap model demokrasi.
1. Demokrasi liberal
Demokrasi liberal adalah model demokrasi yang dibatasi oleh undang-undang dan
pemilihan umum bebas yang diselenggarakan secara berkala. Model ini menekankan
pada kebebasan individu dan hak asasi manusia, termasuk hak untuk memilih dan
dipilih. Pemerintahan dalam model ini terdiri dari tiga cabang yaitu eksekutif,
13
Ibid.
legislatif, dan yudikatif yang bekerja secara terpisah dan saling membatasi. Negara-
negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menerapkan model ini.
2. Demokrasi terpimpin
Model demokrasi terpimpin ditemukan di negara-negara seperti Tiongkok dan Korea
Utara. Dalam model ini, para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka
dipercaya oleh rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai
kenderaan untuk menduduki kekuasaan. Mereka memimpin dan mengendalikan
seluruh aspek kehidupan politik dan masyarakat.
3. Demokrasi sosial
Demokrasi sosial menekankan pada keadilan sosial dan egalitarianisme. Model ini
menekankan pada perlindungan hak-hak sosial dan ekonomi bagi semua warga
negara, termasuk akses yang setara terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan
keamanan sosial. Model ini diterapkan di negara-negara Nordik seperti Swedia,
Norwegia, dan Denmark.
4. Demokrasi partisipasi
Demokrasi partisipasi menekankan hubungan timbal balik antara penguasa dan yang
dikuasai. Model ini memperbolehkan partisipasi aktif rakyat dalam keputusan politik.
Model ini mencakup mekanisme partisipasi seperti referendum, inisiatif rakyat, dan
partisipasi dalam proses legislatif dan administratif. Model ini diterapkan di negara-
negara seperti Swiss, Jerman, dan Australia.
5. Demokrasi konstitusional
Model demokrasi konstitusional menekankan perlindungan hak-hak individu dan
pengaturan kekuasaan dalam konstitusi. Model ini menegaskan bahwa pemerintah
harus mengikuti hukum dan prosedur yang ditetapkan dalam konstitusi. Negara-
negara seperti Jepang, India, dan Amerika Serikat menerapkan model ini.
Kesimpulannya, setiap model demokrasi memiliki kelebihan dan kekurangan, dan penerapan
model yang tepat bergantung pada karakteristik masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-
beda. Penting bagi suatu negara untuk memilih model demokrasi yang tepat agar dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakatnya. Selain itu, negara juga harus
memastikan bahwa model demokrasi yang dipilih memiliki mekanisme yang efektif untuk
menangani masalah-masalah yang muncul dalam masyarakat. Model demokrasi yang baik
harus memperhatikan hak asasi manusia, kebebasan individu, keadilan sosial, partisipasi
politik, dan perlindungan hak-hak budaya. Negara juga harus menerapkan mekanisme kontrol
yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Dalam memilih model
demokrasi, negara harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti sejarah politik, budaya,
dan ekonomi, serta mengambil langkah-langkah untuk memperkuat lembaga-lembaga
demokrasi dan kebebasan sipil agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
politik.

PENUTUP

Kesimpulan
Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang memegang prinsip bahwa rakyat
memiliki hak suara dalam menentukan arah kebijakan negara. Dalam demokrasi, keputusan-
keputusan penting diambil melalui proses pemilihan umum dan pengambilan keputusan
kolektif. Model-model demokrasi seperti demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi
sosial, demokrasi partisipasi, dan demokrasi konstitusional, masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam praktiknya.
Dalam prakteknya, implementasi demokrasi dapat berjalan dengan baik apabila
terdapat partisipasi aktif dari seluruh warga negara dan kebebasan dalam mengemukakan
pendapat. Partisipasi aktif rakyat diperlukan dalam proses pemilihan umum, serta dalam
mengawasi dan memantau jalannya pemerintahan. Kebebasan berpendapat juga penting
dalam menghasilkan kebijakan publik yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan seluruh
warga negara. Kendati demikian, implementasi demokrasi juga menghadapi tantangan,
seperti terjadinya politik uang, korupsi, dan polarisasi politik. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk memperkuat mekanisme pengawasan dan transparansi dalam proses pemilihan
umum serta mengembangkan pendidikan politik bagi seluruh warga negara. Dalam rangka
membangun demokrasi yang berkualitas, peran aktif seluruh warga negara dalam melindungi
hak-hak sipil dan politik, serta partisipasi dalam proses politik harus terus didorong dan
ditingkatkan. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan transparansi dalam pengambilan
keputusan, menghargai kebebasan berpendapat dan mengatasi polarisasi politik.
Demokrasi bukanlah hanya sekadar sistem pemerintahan, namun juga sebuah prinsip
hidup bermasyarakat dan bernegara yang menghargai hak-hak dan kewajiban seluruh warga
negara. Oleh karena itu, perlu kesadaran dan tanggung jawab bersama untuk membangun
demokrasi yang sehat dan berkelanjutan.

Saran
Saran yang dapat diberikan adalah bahwa pemerintah dan seluruh elemen masyarakat perlu
bekerja sama dalam membangun demokrasi yang lebih baik. Pemerintah perlu mendorong
partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses politik, serta mengimplementasikan
mekanisme pengawasan yang kuat. Sementara itu, seluruh elemen masyarakat perlu
meningkatkan kesadaran politik, memperkuat kebebasan berpendapat, dan membangun
kepercayaan dalam proses politik.
DAFTAR PUSTAKA

Fambudi, H. (2018). Pengantar Ilmu Politik: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Malang: Penerbit
CV. Sriwijaya Abadi.
Suhendra, E. (2019). Demokrasi dan Isu-Isu Kontemporer: Studi Pemikiran Habermas. Jurnal
Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora, 9(1), 15-26. doi: 10.25139/jiish.v9i1.1591
Mulyana, D., & Yuliati, N. (2017). Demokrasi Partisipatif dan Implikasinya pada Penguatan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Daerah. Jurnal Pemerintahan dan
Kebijakan Publik, 5(2), 123-131. doi: 10.18196/jpp.2017.0020
Suryomenggolo, J. (2016). Demokrasi Terpimpin dan Peran Indonesia dalam Gerakan Non-
Blok. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 12(2), 239-248.
Wibowo, S. (2018). Demokrasi Konstitusional dan Perlindungan HAM Minoritas di
Indonesia. Jurnal Konstitusi, 15(3), 496-517. doi: 10.31078/jk1965.15.03.007
Mahfud, M.D. (2021). Urgensi Demokrasi dalam Pemulihan Bangsa di Tengah Pandemi.
Kompas.com. Diakses pada 14 Maret 2023 dari
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/13/06281601/urgensi-demokrasi-dalam-
pemulihan-bangsa-di-tengah-pandemi?page=all.
Rahman, M. F., & Junaidi. (2018). Unsur-unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6(2), 259-276. doi: 10.26811/peuradeun.v6i2.195
Ubaedillah, A. Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi.
1. PT Fajar intreprtama mandiri, 2015.
Aziz, F. (2018). Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jurnal Konstitusi, 15(3),
463-491. doi: 10.22146/jk.32389
Husein, W. (2008). Hukum, politik, & kepentingan. Yogyakarta: LaksBang
Kelsen, H. (2008). Teori umum tentang hukum dan negara. Bandung: Nusamedia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/03/03000081/unsur-unsur-pendukung-tegaknya-
demokrasi
Rahardjo, S. (2010). Sosiologi hukum: Perkembangan metode dan pilihan masalah.
Yogyakarta: GentaPublishing.
Rousseau, J. J. (2007). Du contract social (Edisi Terjemahan). Jakarta: Visimedia
Maruto, M. D. & Anwar. (2002). Reformasi politik dan kekuatan masyarakat: Kendala dan
peluang menuju demokrasi. Jakarta: LP3ES.

Anda mungkin juga menyukai