Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Manusia dipandang sebagai salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari
segi jasmaniah maupun rohaniahnya. Keunggulan manusia terletak pada kemampuannya
untuk memahami, mengenal, dan mencapai kesempurnaan secara totalitas. Dalam mencapai
pemahaman yang mendalam tentang manusia, diperlukan keahlian yang spesifik. Panduan
untuk mencapai pemahaman ini diberikan melalui Al-Quran dan Sunnah, yang merupakan
wahyu dari Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya. (Dzaky, 2002: 13).
Al-Quran adalah kitab suci agama Islam yang diyakini sebagai firman Allah. Di
dalam Al-Quran terkandung petunjuk-petunjuk tentang kehidupan manusia, termasuk tentang
hakikat, tujuan, dan potensi manusia. Al-Quran menyediakan panduan moral, etika, hukum,
dan prinsip-prinsip hidup yang mengarahkan manusia untuk mencapai kesempurnaan dalam
segala aspek kehidupannya.
Selain Al-Quran, Sunnah juga memiliki peran penting dalam memahami dan
mengenal manusia. Sunnah merujuk pada ajaran, perilaku, dan praktik Rasulullah
Muhammad SAW yang dicatat oleh para sahabatnya. Sunnah memberikan contoh-contoh
konkret tentang bagaimana Rasulullah menjalani kehidupan dan menghadapi berbagai situasi.
Melalui Sunnah, manusia dapat mempelajari tindakan dan sikap yang dianjurkan, serta
menjauhi yang dilarang.
Kedua sumber ini, Al-Quran dan Sunnah, harus dipahami dan ditafsirkan dengan
menggunakan metode yang benar. Karena itu, diperlukan keahlian yang spesifik dalam
memahami teks-teks tersebut. Ahli tafsir Al-Quran dan ahli hadis merupakan individu-
individu yang menguasai pengetahuan dan metode ilmiah dalam menafsirkan makna ayat-
ayat Al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah. Mereka mempelajari konteks sejarah, bahasa, dan
budaya dari waktu dan tempat di mana wahyu tersebut diterima.
‫َو َما َخلَ ْق ُت الْجِ َّن َوااْل ِن ْ َس ِااَّل ِل َي ْع ُبدُ ْو ِن‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku” (Qs. adz-Dzariyat [51]: 56).
Al-Quran memberikan gambaran yang cukup lengkap mengenai manusia dan
kehidupannya. Beberapa ayat yang disebutkan dalam tulisan tersebut memberikan
pemahaman tentang karakteristik manusia, perannya di bumi, tujuan penciptaannya, dan
tanggung jawabnya terhadap Allah, (Bastaman, 2011: 55), diantaranya; manusia memiliki
akal untuk memahami tandatanda keagungan-Nya (Qs. al-Hajj [2]: 46), kalbu untuk
mendapat cahaya iman, nafsu yang paling rendah sampai yang tertinggi, ruh yang kepadanya
Allah swt. mengambil kesaksian manusia mengenai keesaan Ilahi (Qs. al-A’raf: 72-74),
manusia berfungsi sebagai khalifah di bumi (Qs. al-Baqarah: 30), diciptakan Tuhan bukan
secara main-main (Qs. alMukminun : 115), melainkan untuk mengembangkan amanah (Qs.
alAhzab: 72) dan untuk beribadah kepada-Nya (Qs. adz-Dzariyat: 56).
Terapi Salat merupakan pendekatan yang menggunakan gerakan-gerakan dalam salat
sebagai bentuk terapi yang bermanfaat bagi kesehatan dan kebahagiaan seseorang. Gerakan-
gerakan dalam salat mencakup posisi berdiri, rukuk, sujud, dan duduk di antara posisi-posisi
tersebut. Terapi Salat tidak hanya bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik, tetapi juga
sebagai sumber kebahagiaan dan perlindungan dari penyakit fisik dan batin.
Salat memiliki dimensi spiritual yang kuat dan dianggap sebagai meditasi suci yang
menghadirkan kehadiran Allah SWT. Dalam salat, individu yang melaksanakannya dapat
merasakan kedekatan dengan Tuhan dan menguatkan keimanan serta ketaqwaan kepada-Nya.
Selain itu, salat juga dapat memberikan kebahagiaan kepada individu yang melaksanakannya.
Kebahagiaan ini diperoleh melalui keadaan jiwa dan hati yang tenang serta sikap positif
dalam menghadapi situasi sulit dalam kehidupan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk meninjau pengaruh terapi
Salat dalam berbagai konteks. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Silviasari
Lusiana (2019) berjudul "Bimbingan dan Konseling Islam dengan Menggunakan Terapi Salat
Bahagia dalam Menangani Remaja yang Kecanduan Game Online Mobile Legend".
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menunjukkan bahwa terapi Salat bahagia
dapat mengurangi ketergantungan remaja terhadap permainan online seperti Mobile Legend.
Meskipun perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan, namun implementasi terapi Salat
bahagia telah membantu mengurangi waktu yang dihabiskan untuk bermain game online.
Sebuah artikel yang ditulis oleh Zaini (2015) berjudul "Salat sebagai Terapi bagi
Pengidap Gangguan Kecemasan dalam Perspektif Psikoterapi Islam" juga menunjukkan hasil
yang positif terkait penggunaan terapi Salat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi Salat
sangat efektif dalam menangani kecemasan. Dalam Salat, ketika seseorang melaksanakannya
dengan khusyuk, mengikhlaskan niat untuk beribadah dan menyerahkan diri kepada Allah,
maka kecemasan yang dialami oleh individu yang mengidap gangguan kecemasan dapat
berkurang.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Faisal Nasution (2018) dalam
skripsi yang berjudul "Efektivitas Terapi Salat Bahagia untuk Menurunkan Anxiety Disorder
Mahasiswa Kelas B3 Semester Tujuh Program Studi Bimbingan Konseling Islam" juga
menunjukkan hasil yang positif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
desain pre-experimental One-Group Pretest-Posttest Design. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan terapi Salat bahagia dalam konseling efektif dalam mengurangi Anxiety
Disorder pada mahasiswa.
Secara keseluruhan, berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terapi Salat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan kebahagiaan individu. Terapi
Salat dapat mengurangi ketergantungan pada permainan online, mengatasi kecemasan, dan
mengurangi Anxiety Disorder. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode
yang lebih kuat dan sampel yang lebih representatif untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih komprehensif mengenai efektivitas terapi Salat dalam konteks yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai