Anda di halaman 1dari 40

Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim

Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

KEPERAWATAN MUSLIM

PENDAHULUAN
Islam mengandung ajaran yang mencakup semua aspek hidup dan
kehidupan manusia termasuk didalamnya ajaran yang berkaitan dengan
kesehatan jasmani, rohani, sosial dan spiritual. Keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, banyak di ilhami oleh ajaran Islam yang
memiliki sifat universal. Oleh karenanya guna mempermudah pemahaman
keperawatan yang Islami perlu untuk menanamkan dalam diri tentang ajaran
Islam yang mana penanaman tersebut akan tercermin dalam akhlaq atau
perbuatan sehari – hari.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang Islami perlu
mengikutsertakan nilai – nilai spiritual dalam bentuk zikir dan do‟a sehungga
ketika petugas kesehatan mengaplikasikannya dalam menjalankan tugas profesi
akan meningkatkan mutu pelayanan, sikap caring (perhatian & kepedulian)
kepada klien dan klien merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh
petugas ketika dirawat. Oleh karena itu sentuhan nilai – nilai spiritual dalam
bentuk zikir dan do‟a saat memberikan asuhan keperawatan dapat memberikan
ketenangan, rasa percaya diri serta harapan pada seseorang yang sedang sakit
sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan.
Untuk itu berzikir dan do‟a merupakan shadaqah yang dilakukan oleh
orang muslim dan beryukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT,
dengan itu kita perlu melihat hadist Rasulullah SAW :
“Ada dua macam nikmat yang kebanyakan manusia terpedaya olehnya yaitu
nikmat sehat dan kelapangan” (HR. Bukhari).
“Bentengi hartamu dengan zakat, obati penyakitmu dengan shadakah, hadapi
ujianmu dengan do‟a”. (HR.Thabrani).
Rasulullah bersabda : “ tiap – tiap muslim haruslah bershadaqah setiap matahari
terbit (tiap hari – hingga hari akhir)” lalu sahabat bertanya “ bagaimana kalau
tidak punya ? “ Rasulullah menjawab “ dia bekerja dengan tangannya
(berusaha) hingga memperoleh hasil bagi dirinya dan berderma dengan
kelebihannya”, sahabat bertanya lagi “ bagaimana kalau dia tidak mampu
mencapai hasil ? “. Rasulullah Menjawab “ dia akan membantu orang yang
sangt membutuhkan (secara fisik)”. Lalu sahabat bertanya lagi “ bagaimana
kalau itupun tidak mampu ?, Rasulullah menjawab “ Dia anjurkan orang lain
berbuat kebajikan (umpama memberikan bantuan yang tidak dapat diberikannya
itu),” sahabat bertanya lagi. : bagaimana kalau itupun dia tidak mampu ?”,

AKPER YARSI SAMARINDA 1


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

Rasulullah menjawab, “ dia menahan dirinya dari melakukan kejahatan itupun


berarti shadaqah “ (HR Bukhari & Muslim)
Dengan demikian sebagai perawat muslim dituntut untuk dapat
menunjukkan akhlaq yang Islami dalam memberikan Asuhan keperawatan,
karena akhlak / etika merupakan ukuran dalam menilai keilmuan dan keimanan
seseorang. Akhlak dalam Islam tidak semata didasarkan pertimbangan –
pertimbangan kemanusian, lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang mesti
didasarkan atas semangat penghambaan kepada Allah SWT, seseorang muslim
menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, dia
mengerjakan itu bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian
atau kebanggaan, karena kegiatan itu semua termasuk dalam shadaqah dan
akan mendapatkan pahala dari Allah SWT

PALSAFAH KEPERAWATAN ISLAM


Palsafah keperawatan Islam adalah suatu keyakinan yang mendasari perawat
muslim dalam melakukan asuhan keperawatan.
Dalam Islam, fungsi manusia terbagi dua yaitu :
1. Manusia sebagai khalifah ( pemimpin, pemelihara, pengatur untuk diri dan
sesama makhluk lainnya), yang didalamnya tercermin fungsi manusia dan
kemanusian.
2. Manusia sebagai hamba/abdi Allah (yang punya kewajiban hanya
menyembah kepada Allah semata).
Kedua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya
Fungsi pertama menunjukkan manusia sebagai khalifah dimuka bumi dimana
didalamnya tercermin nilai – nilai kemanusiaan yang sangat mulia dengan
melandasi pelayanan keperawatan. Manusia sebagai kholifah memiliki
kepedulian yang tinggi antar sesama manusia terutama terhadap mereka yang
mengalami kesusahan/musibah/sakit.
Fungsi kedua menunjukkan bahwa segala perbuatan, tingkah laku atau segala
gerak gerik tubuh dan fikiran hanyalah ditujukan kepada Allah SWT. Maka
diyakini bahwa melaksanakan profesi keperawatan secara benar adalah bagian
pengabdian dan mencari Ridho Allah semata
Islam telah mengajarkan praktik hubungan social dan kepedulian terhadap
sesama dalam satu ajaran khususnya yakni Akhlak, meskipun demikian akhlaq
tidak dapat dipraktekkan sendiri secara terpisah dari pokok ajaran Islam lainnya
yakni Aqidah dan Syari‟ah. Sehingga dalam hal hubungan social harus meliputi
ketiga ajaran tersebut. Praktik asuhan keperawatan merupakan bagian kecil dari
pelajaran dan pengamalan akhlaq. Karena asuhan keperawatan merupakan
bagian dari akhlaq, maka seorang muslim yang menjalankan fungsi kholifah
harus mampu berjalan seiring dengan fungsi manusia sebagai hamba Allah
sehingga dengan demikian melaksanakan asuhan keperawatan adalah

AKPER YARSI SAMARINDA 2


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

merupakan bagian dari ibadah. Keperawatan bagi umat muslim diyakini sebagai
suatu profesi yang bernilai ibadah, mengabdi kepada manusia dan
kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan dari individu, kelompok
dan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan menggunakan pendekatan
holistic.
Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk senantiasa memelihara
lingkungannya baik internal (genetic,struktur fungsi tubuh serta psikologis) dan
eksternal (fisik, biologis, social, cultural) termasuk didalamnya lingkungan
spiritual agar senantiasa dalam keadaan suci, bersih, karena Allah menyukai
kebersihan, bagaimana firman Allah yang artinya :
“……..Sesungguhnya Allah itu menyukai orang – orang yang taubat dan
mensucikan diri” (QS. Albaqarah :222).
Ini menunjukan bahwa sehat dan kesehatan bukan hanya bebas dari penyakit,
tetapi meliputi seluruh kehidupan manusia termasuk aspek social, psikologis
dan spiritual.
Jika terjadi sakit maka Islam menganjurkan untuk segera berobat, sebagaimana
Hadist Rasulullah yang di riwayatkan oleh Imam Turmudzi :
“Berobatlah kamu sekalian,maka sesungguhnya allah SWT tidak mendatangkan
penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya. Selainsatu yang tidak ada
obatnya yaitu penyakit tua (pikun)”.
Ibadah merupakan kewajiban pokok manusia sejak dia baliqh yang mampu
membedakan benar dan salah, termasuk dalam memberikan asuhan
keperawatan, yang mana merupakan salah satu ibadah meliputi seluruh siklus
kehidupan manusia yang bersifat berkelanjutan sepanjang klien membutuhkan
sampai akhir hayat.

PARADIGMA KEPERAWATAN MUSLIM


Paradigma keperawatan muslim adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai
– nilai dan konsep – konsep dalam meyelenggarakan profesi keperawatan yang
melaksanakannya sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam.
Paradigma keperawatan dibangun melalui empat komponen besar yaitu :
a. Manusia dan Kemanusiaan
b. Lingkungan
c. Sehat dan Kesehatan
d. Keperawatan
1. Manusia dan Kemanusian
Firman Allah dalam AlQur‟an yang artinya :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik
– baiknya” (QS.At-Tiin : 4)

AKPER YARSI SAMARINDA 3


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

“ maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya (manusia), dan


telah Ku tiupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu
(malaikat, Jin,Iblis) tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (QS.
Shaad : 72)
“Dan sesungguhnya Kami telah muliakan anak – anak Adam, Kamiangkut
mereka di daratan dan dilautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik –
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al Israa‟ : 70)
Berdasarkan dalil diatas, maka manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
terbaik bentuknya dan dimuliakan Allah, terdiri atas jasad, ruh dan psikologis,
dimana mahluk lainnya yang berada di langit dan bumi di tundukkan oleh
Allah kepada manusia kecuali Iblis yang menyombongkan diri

Komponen Manusia

Jasad (Fisik)
“Dan tiada Kami jadikan mereka tubuh – tubuh yang tiada memakan
tanaman, dan tida (pula) mereka orang – orang yang kekal “ (QS. Al-Anbiyaa
: 8)
“Tidak ada satu ayat Al-Alqur‟an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan
mereka, melainkan merekan mendengarkannya, sedang mereka bermain –
main” (QS. Al.Anbiyaa : 2)
Komponen fisik adalah komponen jasad/bentuk, yang dapat makan dan
minum, jalan, mendengar, melihat dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, seperti yang dijelaskan oleh ayat diatas.

Ruh
“ maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya (manusia), dan
telah Ku tiupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu
(malaikat, Jin, Iblis) tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (QS.
Shaad : 72)

Nafs (Jiwa)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram” (QS. Ar-Ra‟d : 28)

2. Lingkungan
Alam semesta dan seisinya di ciptakan oleh Allah SWT atas hak dan
kendakNya yang diperuntukkan bagi manusia agar manusia bersyukur serta
dapat mempelajari alam semesta ini guna memperkokoh keimanan dan
ketaqwaan terhadap sang Maha Kholiq (pencipta). Dan Allah juga
mengancam manusia yang berdusta dan berdosa.

AKPER YARSI SAMARINDA 4


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

“Dan tanah yang baik tanam – tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah, dan tanah yang tidak subur, tanan – tanamannya hanya tumbuh
merana, Demikianlah Kami mengulangi tanda – tanda kebesaran (Kami) bagi
orang – orang yang bersyukur” (QS.Al-A‟raf : 58).
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi sesudah Allah
memperbaikinya dan berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulka. Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang – orang yang berbuat baik”(QS.Al-A‟raf : 56)
Baik buruknya kwalitas lingkungan tergantung pada manusia yang mendiami
muka bumi ini dan kemudian memanfaatkanya. Apabila manusia mampu
memelihara lingkungan dengan baik maka akan baiklah kehidupan ini, begitu
pula sebaliknya jika manusia merusaknya maka malpetakalah yang akan
menimpanya, seperti bencana, wabah penyakit, polusi udara.
Unsur lingkungan dibagi dua yaitu lingkungan Internal & Ekternal

Lingkungan Internal, meliputi :


Genetika, merupakan lingkungan dalam diri manusia yang mempengaruhi
unsure – unsure sifat dan struktur fungsi tubuh, untuk menjaga keutuhan dan
kesempurnaan struktur fungsi tubuh, islam telah mengajarkan bahwa
memelihara lingkungan internal genetika itu harus diawali sejak reproduksi
Struktur fungsi tubuh, merupakan lingkungan yang berada dalam diri
manusia , didalamnya berisi tulang belulang, daging, darah dsb, ini semua
harus dujaga dan dirawat dengan sebaik – baiknya agar tetap berfungsi
sebagaimana mestinya.
Psikologis, merupakan lingkungan internal dalam diri manusia yang memiliki
pesan penting dalam pengendalian diri manusia sehingga senantiasa berada
dalam ketaqwaan, ketentraman, kesucian melalui pendekatan diri kepada
Allah SWT, sebagai mana firman Allah :
(yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram (QS.Ar-Rad : 28)
“dan Jiwa serta penyempurnaannya (Ciptaan-Nya)(7), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)kefasihan dan ketaqwaannya (8),
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu (9), dan
merugilah orang – orang yang mengotorinya (10)” (QS.As.Syams : 7 – 10 )
Internal spiritual, adalah lingkungan hati yang suci, bebas dari syirik, tidak
berdusta, sikap tawadlu, merupakan factor terpenting dalam kehidupan
manusia karena sebagai modal dasar keimanan. Fungsi lingkungan internal
spiritual ini memberikan nuansa keimanan dalam melaksanakan profesi
keperawatan. Hadist Rasulullah SAW :
“Barangsiapa yang bersikap tawadlu karena Allah, niscaya Allah mengangkat
derajatnya (HR.Abu Nu‟aim)

AKPER YARSI SAMARINDA 5


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

Lingkungan Ekternal, meliputi :


Biologis adalah segala makhluk hidup yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, dia mempengaruhi secara langsung terhadap kesehatan
diantaranya proses penularan penyakit. Pada lingkungan biologis terjadi
proses perkembangbiakan penyakit dan penularannya, untuk memelihara
kebersihan merupakan aspek penting dalam mencegah segala penyakit
yang ditimbulkannya.
Fisik, merupakan ciptaan Allah selain makhluk hidup dan berada disekitar
manusia , didalamnya terdiri dari unsure tanah, udara, api, dan benda-benda
mati lainnya. Dia juga mempengaruhi kesehatan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung bila lingkungan fisik tidak stabil, misalnya :
pencemaran, pengrusakan, pengotoran dsb. Oleh karena itu ketentuan Ilahi
akan mampu mencegah terjadinya atau timbulnya penyakit
Social, lingkungan social adalah lingkungan eksternal yang memungkinkan
terjadinya interaksi sesama manusia sehingga terbentuk tatanan masyarakat
yang dinamis. Dengan adanya interaksi tersebut maka akan terjadi
penularan penyakit antara sesama, terbentuknya pola hidup akibat perilaku
yang saling mempengaruhi dan timbulnya nilai-nilai tentang kesehatan yang
dianut oleh masyarakat.
Semua ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk
persepsinya terhadap sehat – sakit. Manusia sebagai makhluk social
mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkungannya serta tidak
dapat dipisahkan dari lingkungannya.

3. Sehat & Kesehatan


Islam mendorong ummat manusia yang ber iman untuk mencapai sesuatu
yang baik bagi mereka di dunia dan diakhirat. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus
dimiliki adalah sehat / kesehatan.
Hadist Rasulullah dari At-Turmudzy dan Ibnu Majah :
“ Barang siapa sehat badannya, damai hatinya dan punya makanan untuk
sehari – harinya, maka seolah – olah dunia seisinya dianugerahkan
kepadanya “
Dari Hadist diatas, maka sehat bukan hanya bebas dari rasa sakit dan cacat
belaka. Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, yaitu berada dalam
keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek
jasmani, rohani dan social.
Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara
berlanjut dan penuh daya mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat
enumbuhkan dan mengmabangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Ia
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan dirinya sebaik

AKPER YARSI SAMARINDA 6


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

mungkin untuk beramal shaleh dan beribadat serta menjadi rahmat bagi
lingkungannya
Dalam Islam terdapat 4 factor yang mempengaruhi kesehatan yaitu perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan
Dalam Alqur‟an maupun Hadist, telah diperingatkan akan pentingnya
memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Beberapa dalil sebagai landasan upaya kesehatan
adalah :
a. Upaya Promotif
“dan sekali-kali mereka tidak akan ingini kematian ini selama-lamanya,
karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka
(sendiri).Dan Allah Maha mengetahui siapa orang – orang yang aniaya “
(QS.Al-Baqarah : 95)
“Ada dua kenikmatan yang sering dilalaikan orang yaitu, sehat dan waktu
senggang” (HR.Bukhari & Muslim)
Berdasarkan dalil diatas maka upaya promotif tercermin dari ayat yang
menjelaskan bahwa kita (manusia) dilarang menjatuhkan diri atau
merusak diri baik jasmani maupun rohani, dalam arti manusia wajib
memelihara kesehatan dan meningkatkanya. Dan dari hadist tsb dapat
dipahami, janganlah kita mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.
b. Upaya Preventif
“ Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu : 1.
masa hidupmu sebelum datang ajalmu, 2. masa sehatmu sebelum
datangnya sakit, 3. masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu, 4.
masa mudamu sebelum datangnya masa tua, 5. masa kayamu sebelum
datangnya miskin “ (HR.Ahmad & Baihaqi)
“ Jika kamu mendengar berita ada wabah penyakit disuatu daerah, maka
janganlah memasuki daerah itu. Dan jika kamu berada didalamnya,
janganlah kamu keluar dari daerah itu “ (Al Hadist)
Hadist menjelaskan bahwa setiap insane berkewajiban untuk memelihara
kehidupan diri pribadi dan keluarga dalam berbagai segi, seperti waspada
terhadap berbagai kondisi yang lebih buruk atau menghindari daerah
yang terkena wabah penyakit
c. Upaya kuratif
“ Maka apabila aku sakit (Ibrahim), Allah juga yang menyembuhkan”
( QS.Asy-Syuara : 80 ).
Walaupun yang menyembuhkan penyakit Allah, tetapi bila dalam
keadaan sakit, haruslah berusaha menyembuhkanya dengan jalan
berobat.

AKPER YARSI SAMARINDA 7


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

d. Upaya Rehabilitatif
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya dan sekali – kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia “ ( QS. Ar-Ra’du :11 )
“ Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahnya dan hartamu, tetapi
ia melihat hatimu dan amalmu “ (Al-Hadist )
Dari dalil diatas dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara
keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, antara jasmani
dan rohani serta perlu adanya usaha pemulihan yang didasari niat yang
sungguh – sungguh dan bekerja keras
4. Keperawatan
“ Dan orang – orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan
sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana “ (QS.At-Taubah : 71)
Keperawatan adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk
pelayanan professional dan merupakan integral pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada keimanan, keilmuan, dan amal serta kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial dan spiritual cultural yang
komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan dalam Islam telah ada sejak jaman Nabi Adam AS, Nabi Ayyub
AS, Nabi Isa AS. Pada saat Nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Allah,
banyak kaum wanita berjuang untuk dalam berperang dan wanita tersebut
mengikuti perjalanan, selama dalam perjalanan mereka tekun dalam
memberikan pertolongan serta pengobatan kepada pasukan yang terkena
luka atau sakit dalam peperangan. Adapun wanita tersebut adalah :
1. Rubiyi binti Mu’awidz
Rubiyi adalah seorang sahib wanita yang ikut serta meriwayatkan hadist
dari Rasulullah. Perannya dalam peperangan dapat diketahui dari riwayat
Imam Bukhari,Nasa‟I dan Abu muslim al Kajji yaitu, beliau bertugas
memberikan minum kepada mereka yang berperang, melayani mereka,
mengobati yang terluka, serta membawa orang-orang yang gugur ke
Madinah.

AKPER YARSI SAMARINDA 8


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

2. Umu Sinan Al-Aslamiyah


Umu Sinan adalah seorang Mujahid wanita yang agung, ia datang
kepada Rasulullah ketika beliau hendak keluar ke Khaibar, lalu ia berkata
: “ ya Rasulullah, bolehkah aku ikut keluar bersamamu dalam perjalanan
mu ini ?, aku akan menuangkan air minum dan mengobati orang yang
sakit dan terluka. Dan Rasulullah mengizinkan Umu Sinan ikut serta
dalam penaklukan Khaibar”.
3. Umu Ziyad Al asyja-iyah
Umu Ziyad Al asyja-iyah adalah seorang pejuang wanita yang tangguh,
dengan ijin Rasulullah beliau ikut menaklukan Khaibar, beliau bertugas
untuk mengobati orang – orang yang terluka, menyiapkan makan dan
minum.
4. Ku’aibah binti Sa’ad
Adalah seorang wanita yang cerdas, aktivitasnya tidak terbatas, perannya
pada waktu perang, bahkan ia mengobati orang yang sakit pada saar
kapan saja, ia telah dibuatkan ruang khususnya di mesjiduntuk
mengobati orang – orang yang sakit atau terluka. Beliau adalah orang
yang merintis jalan dalam dunia pengobatan dan kedokteran yang diberi
gelas tokoh dan pakar medis
5. Umayah binti Qais al Ghifariyah
Bersama wanita bani Ghifar datang kepada Rasulullah, mereka ingin ikut
berperang ke Khaibar.” Kami ingin mengobati orang yang terluka dan
membantu kaum muslimin sesuai dengan bidang dan kemampuan kami”
6. Rufaidah Al-Anshariyah
Beliau juga adalah perawat pertama muslim.beliau hidup dimasa nabi
Muhammad SAW,di abad pertama hijriyah sesudah Masehi,diilustrasikan
sebagai perawat teladan,baik dan bersifat empati.
Rufaidah adalah seorang pemimpin,organisatoris,mampu
memobilisasi dan memotifasi orang lain,dan digambarkan pula memiliki
pengalaman,klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain,yang dilatih
dengan bekerja dengannya.dia tidak hanya melaksanakan peran perawat
dalam aspek klinikal saja ,akan tetapi juga melaksanakan peran
komunitas dan memecahkan masalah secara sosial yang dapat
mengakibat kan timbulnya berbagai penyakit.
Rufaidah adalah public health nurse dan social worker yang menjadi
inspirasi bagi profesi keperawatan di dunia islam.Rufaidah Binti Saad
memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa‟ad Al Bani Aslam
Alkhazraj,yang tinggal di Madinah dia lahir di yathrib dan termasuk kaum
anshar.

AKPER YARSI SAMARINDA 9


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

Ayahnya seorang dokter dan ia mempelajari ilmu keperawatan saat


bekerja membantu ayahnya disaat kota madinah berkembang,Rufaidah
mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit,dan membangun
tenda diluar masjid Nabawi saat damai,pada saat perang
Badar,Uhud,Khandak dan Perang Khaibar.
Dia menjadi seorang sukarelawan dan merawat korban yang terluka
sewaktu perang.Dan mendirikan rumah sakit lapangan,sehingga terkenal
saat perang,dan nabi Muhammad sendiri memerintahkan korban yang
terluka dirawat oleh nya,pernah digambarkan saat perang Ghazwat Saad
Bin Maadh yang terluka dan tertancap panah ditangannya,dirawat oleh
Rufaidah hingga stabil.
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi
perawat,dan dalam perang khaibar,mereka izin nabi Muhammad saw
untuk ikut digaris belakang pertempuran untuk merawat mereka yang
terluka,dan nabi Muhammad saw mengizinkannya.
Tugas ini digambarkan mulia bagi rufaidah,dan merupakan
pengakuan awal untuk pekerjaannya dibidang keperawatan dan
medis,kontribusi rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka
akibat perang.namun juga terlibat dalam aktifitas sosial dan komunitas.ia
memberi perhatian kepada setiap muslim,miskin,anak yatim,atau
penderita cacat mental.ia merawat anak yatim dan memberikan bekal
pendidikan.
Rufaidah juga digambarkan memiliki keperibadian yang luhur dan
empati sehingga memberi pelayanan keperawatan kepada pasiennya
dengan baik pula.sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting
bagi perawat,sehingga perkembangan sisi teknologi dan sisi
kemanusiaan mesti seimbang.
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus sekolah
keperawatan pertama dunia islam.sejarah dunia islam juga mencatat
beberapa nama yang bekerja bersama rufaidah,seperti:ummu
ammara,aminah,ummu amin,syafiat,ummu sulaiman,dan
hindun.beberapa wanita muslim terkenal sebagai perawat adalah
kuafibat,amin binti abi qaysal ghifari,dan lainnya.

AKPER YARSI SAMARINDA 10


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMI

PENDAHULUAN
Allah berfirman :
“Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan)
yang ma‟ruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya." (Q.S. At-Taubah : 71)
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maa-
idah : 2) .
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." ( Q.S. Al-Israa : 7)
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu…” (Q.S. Al-Qashash : 77)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (Q.S. Ali Imran :159)
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana
pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan
kesulitannya (HR. Muslim).
Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa
yang dusukai untuk dirinya. (HR. Ahmad)
Ayat-ayat Quran dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan
keperawatan Islami yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah
dengan riwayat-riwayat wanita-wanita di zaman Rasulullah dalam melakukan
perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep “Caring” dalam keperawatan
Islam, bukan hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut berdasarkan
standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah
dengan menjankan perintah-Nya melalui ayat-ayat Al quran dengan tujuan akhir
mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh kelompok kerja
Keperawatan Islam adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat
menjadi acuan pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan
pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu

AKPER YARSI SAMARINDA 11


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

sistem yang terdiri dari masukan, proses dan keluaran yang seluruhnya dapat
digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadist.

1. Masukan (input)
Dalam asuhan keperawatan Islami, masukan adalah segala sumber-sumber
yang mendukung terjadinya proses asuhan keperawatan Islami.
1. Al-Qur‟an dan Hadist, sebagai keyakinan manusia yang beriman.
2. Manusia, dalam paradigma keperawatan di jelaskan sebagai hamba dan
sebagai khalifah, sebagai pemimpin dan mengatur bumi, memakmurkan
bumi, menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk
yang berpotensi secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang
mempunyai fitrah apakah sebagai perawat ataupun klien, sebagaimana
Allah berfirman : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.“(Q.S. Ar Ruum : 30).
3. Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan
pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan
untuk pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.
4. Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media
da‟wah amar ma‟ruf nahi munkar.
2. Proses Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami
a. Ihsan dalam beribadah
Bagi perawat muslim, pemahaman dan pengamalan terhadap rukun iman
dan Islam belumlah cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna
dalam pengamalan agamanya, jika belum menerapkan rukun iman dan
Islam tersebut didasari oleh perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun Islam sebagai
bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah
bangunan yang utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari
panas dan hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari, takl
retak, dan berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah
bahwa perbuatan baik yang berkualitas akan melahirkan dampak berupa
keuntungan-keuntungan kepada siapa saja yang melakukannya termasuk
bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan bukan
keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual. Tuntunan
ikhsan dalam Al-Qur‟an sebagai berikut :
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami
tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal
(bekerja) dengan ikhsan." [QS. Al Kahfi : 30]

AKPER YARSI SAMARINDA 12


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

“Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya


serta kebahagiaan akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi
siapa saja diantara kamu yang berbuat ihsan pahala yang besar." [QS. Al
Ahzab : 29]
“Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga." [QS. Ar Rohman : 60]
Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :
“Wahai Muhammad … terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang
ikhsan!” Jawab Rasul : “Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu
melihat Dia, jika kamu tidak melihat Dia, Sesungguhnya Dia melihat
kamu." (HR. Imam Muslim)
Dampak perbuatan ikhsan dalam asuhan keperawatan akan melahirkan :
1. Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada
Allah semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada
Allah akan memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar
tetap konsisten dalam garis-garis yang ditetapkan agama dan profesi.
2. Pekerjaan yang rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang
tinggi karena merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan
Allah SWT.
3. Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas
segala aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang
baik atau memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga “ikhsan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan adalah menentukan mutu
pelayanan."
Dalam garis besarnya, ikhsan ditetapkan dalam hubungan dengan :
1. Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang
dapat diartikan suatu pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran
manusia atas nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan.
2. Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup
yang luas, tidak terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan
keluarga, agama,suku, bangsa, sehingga ihsan itu sifatnya humanistis
dan universal, ukurannya hanya satu sebagai ummat manusia.
3. Terhadap Mahluk lain selain manusia, termasuk pada hewan dan
lingkungan harus disayangi oleh manusia.
b. Perlakuan / perilaku dalam asuhan keperawatan
Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran
konsep “Caring” yang mendasari keperawatan Islam “Mummarid” yang telah
diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia,
ners-klien yang didasari keimanan dan ihsan, seorang perawat muslim dalam
memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan
pada keilmuannya, Islam mementingkan professionalisme berpengetahuan dan

AKPER YARSI SAMARINDA 13


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

keterampilan seperti Allah jelaskan “Amat besar kebencian disisi Allah, kamu
memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya." [QS. Ash-Shaff : 3]
“Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya." [QS.
An-Nahl : 43]
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui
tentangnya. Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya." [QS. Al Israa : 36]
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian
dan orang-orang berilmu beberapa derajad….” [QS. Al-Mujadillah : 11]
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya." [HR Bukhari]
Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islam perawat harus
bersikap Professional, juga harus berakhlaqul karimah, sesuai tuntunan
Rasulullah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu….” [QS. Al-Ahzab : 21]
“Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya." [HR
Thabrani]
Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim :
tulus Ikhlas, ramah, dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan
tidak tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir batin,
cermat dan teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin dan etos
kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat
mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikannya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja
sendiri tetapi memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain
hal ini didasarkan pada konsep manusia dalam paradigma keperawatan
Islam ia adalah sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan
juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (QS. Al-Maidah :
2),(QS Al Hujarat : 10).
c. Bimbingan/Tausiah
Manusia adalah mahluk mulia, dan dengan kemuliaannya harus berbuat
yang mula pula. Salah satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan
mengapa manusia diciptakan, tidak lain adalah mengabdi dan
menyembah kepada Allah [QS. Adz Dzariat : 56], kemuliaan lain adalah
menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam hal ini adalah seperti
firmanNya:
“…Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada
kebajikan dan mencegah yang munkar.” [QS. Ali Imran :104]

AKPER YARSI SAMARINDA 14


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

“Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar


mendakwahkan kamu menuju Allah..” [QS. Yusuf :108]
“Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat."
(Hadist)
Banyak lagi ayat-ayat Quran yang menyeru kita untuk berda'wah, dalam
konteks keperawatan Islam maka perawat selain melakukan pekerjaan
professionalnya juga sebagai Da‟i untuk dapat mengajak manusia (klien)
dan lingkungannya menuju jalan Allah sehingga nilai spiritual yang
terintegrasi dalam asuhan keperawatan akan dapat menyentuh fitrah
manusia dan pada akhirnya mencapai tujuan hidup baik perawat ataupun
klien.

3. Keluaran (Output)
Output yang diharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami
adalah kualitas asuhan, refleksi dari kualitas bagi semua (perawat dan Klien)
adalah kepuasan.
Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat
menyentuh fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Al quran :
1. Sebagai mahluk Mulia
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya." [QS. At Tiin : 4]
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, Kami
angkat mereka di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan." [QS Al Israa : 70]
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah
kemuliaannya, tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih
rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang
diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang sempurna
seperti dijelaskan sebelumnya.

2. Sebagai mahluk Pengabdi


“Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku."
[QS. Adz Dzariat : 56]
Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan
seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari
asuhan keperawatan Islami sehingga klien dapat beribadah dengan baik
untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.
3. Sebagai mahluk yang Hanif
Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus)
terkadang tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya,

AKPER YARSI SAMARINDA 15


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

sejahat-jahatnya manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus


dapat disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, syukur bila
perawat dapat menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini.
Ayat-ayat Allah tentang hanif dapat disimak pada [QS. Ar Ruum : 30], [QS.
An „Aam :161], [QS. Al Baqarah :135], [QS. Ali Imran : 65], [QS. An Nisaa :
125], [QS. Yunus : 105].
4. Sebagai mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang
memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak
hanya itu Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih
jalan hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai dengan
keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah
menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi. Allah
berfirman :
“Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang
siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin
kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang
zalim di neraka.” [QS. Al Kahfi : 29]
Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan
memutuskan sesuatu tentang diri manusia adalah manusia itu sendiri
sehingga fitrah manusia disini adalah mempunyai kemerdekaan. Aspek
penting dalam keperawatan Islam untuk dapat menghargai potensi klien
untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri, tetapi perawat juga dapat
mengajak atau memberikan bimbingan kepada klien apabila keputusannya
itu adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam maka kemerdekaan menjadi
orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan keperawatan Islami.

5. Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan nilai-nilai


komunal
Allah berfirman :
“Hai Manusia, bertaqwalah kepada Kami yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada
keduanya memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." [QS. An Nisaa :
1]
Dalam Ayat lain [QS. Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS. Yunus : 10]
menunjukkan bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu
individual sehingga ada batas-batas yang tidak bisa diketahui orang lain,
tidak membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu manusia sebagai mahluk
sosial pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta
peltolongan. Asuhan keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini

AKPER YARSI SAMARINDA 16


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

pada saat yang tepat klien dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat
membutuhkan orang lain dan lingkungan sesuai dengan tuntunan Alqur‟an.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam
ikhtiarnya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah
bila klien sembuh maka akan timbul rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak
sempurnaan dalam kondisinya klien akan merasa Ridho, dan apabila dalam
upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih buruk maka ia
tidak akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada
Allah berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.
Pada akhirnya outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk
mencapai Ridho Allah “Mardhotillah” baik itu bagi klien maupun perawat
sebagai sasaran akhir dari hidup manusia dimuka bumi ini.

AKPER YARSI SAMARINDA 17


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

AKHLAQ PERAWAT MUSLIM

PENDAHULUAN
Image Masyarakat yang masih belum dapat dilepaskan tentang Perawat
adalah JUDES dan SOMBONG, padahal image pakaian seragam putih,
pakaian berkap, bersepatu tuk-tuk sudah dapat dirubahnya. Kita bisa melihat
sekarang perawat tidak lagi identik dengan pakaian putih-putih dan banyak
Rumah sakit lainnya yang merubah seragam putihnya. Kap dikepala sudah
banyak dirubah dengan kerudung baik di Rumah Sakit milik swasta maupun
milik pemerintah. Tapi mampukan perawat merubah image prilakunya yang
JUDES dan SOMBONG ?
Image yang melekat pada Perawat tersebut adalah sebuah tantangan bagi
Perawat baik swasta maupun Pemerintah khususnya perawat muslim yang
ada di Rumah Sakit yang berwawasan muslim yang harus berbeda dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien..
.
KRETERIA AKHLAQ MULIA
Nabi Saw. Telah mengangkat kedudukan akhlak mulia dan menjelaskan
bahwa sebaik baik bekal hamba kepada Tuhan-Nya pada hari kiamat adalah
akhlak mulia, dan sesuatu yang paling berat dalam timbangan orang mukmin
adalah akhlak mulia.
Abu Darda‟ meriwayatkan bahwa nabi saw. Bersabda;
“Sesuatu yang paling berat dalam timbangan adalah akhak mulia.”
Jika berakhlak mulia, persoalan-persoalan yang sulit akan menjadi mudah,
hati yang keras akan segera menjadi lembut, banyak orang yang akan
mencintainya dan musuhpun berkurang. Ketahuilah bahwa akhlak yang jelek
membuat sial pelakunya, menyebabkan turunnya siksaan Allah di dunia
sebelum siksaannya di akherat.

Sedangkan kriteria orang yang berakhlak mulia adalah sebagai berikut :


1. Tawadhu (bersikap rendah hati)
Tawadhu adalah bersikap rendah hati, lemah lembut, dan menerima
kebenaran dari siapa saja. Allah Swt. Telah menyuruh Nabi-Nya Saw.
Untuk bersikap rendah hati kepada orang yang beriman. (QS. Asy-
syu‟ara‟[26]: 215) dan (QS. Al-Furqan [25]: 63)
2. Mengalah dan mengutamakan Orang lain
Allah memuji kaum anshor dengan sifat mengutamakan orang lain. Dan
ketika bersikap mengutamakan orang lain maka akan hidup bahagia, dan

AKPER YARSI SAMARINDA 18


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

mati insya allah dalam keadaan mulia. (QS. Al-Hasyr[59]: 9)


3. Bersabar (Al-Hilm)
Sikap sabar merupakan sesuatu yang mulia dan merupakan sifat terpuji,
yang dengannya Allah Swt. Membedakan antara manusia dengan
binatang adalah sifat sabar ketika marah. Dan ini bukan sesuatu yang
aneh, sifat sabar adalah penghulu dari segala kemuliaan dan sumber
segala kebaikan serta sumber segala ketenangan.
Sabar adalah sebuah sifat yang apabila berpegang padanya, maka akan
mendapat cinta Allah dan Allah juga akan menaruh cinta kepada setiap
hati bagi orang yang sabar.
Rasulullah ketika berkata kepada Asyaji‟Abdil Qais, “Sesunggguhnya
pada diri kamu terdapat dua hal yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya,
yaitu sifat sabar dan bersikap tidak terges-gesa.”
4. Berserah diri kepada Allah
Berserah diri kepada Allah (Tawakal) adalah menyerahkan persoalanan
kepada Allah, percya penuh dengan memandang positif pada yang
diperintahkan.
Allah Swt. Telah menetapkan, Dia akan mencukupi seluruh keperluan
orang yang bertawakal kepada-Nya, Dia pasti memberi petunjuk kepada
orang yang beriman kepada-Nya. Dia pasti membalas orang yang
meminjamkan kebaikan. Dia akan meyelamatkan orang yang percaya
penuh kepada-Nya. Dia pasti mengabulkan Doa orang yang berdoa
kepada-Nya. (QS. Ath-Thalaq[65]: 3)
5. Bersikap jujur ( Ash-shidhq)
Kejujuran adalah salah satu sifat mulia yang dapat mengantarkan Ahlak
mulia. (QS. At-Taubah[9] : 119)
Kejujuran merupakan dasar utama dalam perkataan dan pembicaraan,
begitu halnya dalam perbuatan. Jika dia menghadap dengan benar,
istiqomah, dan ikhlas, maka disitulah kejujuran dalam ketaatan, yaitu
menjadi keyakinan dan kebajikan sebagai bukti ketaatan.
Kejujuran selalu menyelamatkan dari kehancuran, sedangkan
kebohongan senantiasa melempar kedalam lubang kehancuran. Kejujuran
sebagai pusat kepercayaan dari setiap yang dikatakan atau yang
dilakukan. Sebaliknya kebohongan membuat tidak pernah diperaya pada
setiap hal yang dikatakan.
6. Menepati janji (Al-Wafa’)
Menepati janji identik dengan menjaga perjanjian, yaitu menyempurnakan
janji dan syaratnya.
Alquran telah berbicara tentang kemuliaan menepati janji ini dalam

AKPER YARSI SAMARINDA 19


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

berbagai tempat. Barangkali kedudukan menepati janji yang termulia


adalah ketia Allah menyifati Zat-Nya yang suci dengan wafa (menepati
janji) Allah berfirman. (QS. At-Taubah [9] : 111)

KEWAJIBAN BAGI PERAWAT MUSLIM


Perawat adalah unsur utama dalam kegiatan Rumah sakit terutama dalam
perawatan dan pertolongan pasien, dan merekalah yang paling dekat kepada
pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.
Perawat sebagai seorang muslim, tidak boleh melepaskan diri dari tugas dan
kewajibannya menegakan dan menjungjung tinggi Agama islam; Dengan kata
lain Perawat tidak terlepas dari pada tugas dan kewajiban melaksankan
da‟wah islamiyah sesuai dengan kemampuannya di dalam bidangnya masing-
masing.

Adapun tugas dan kewajiban seorang perawat muslim adalah :


1. Melaksanakan tugas dengan tulus ikhlas karena Allah semata:
Merawat pasien hendaklah diniati untuk pengabdian (ibadah)
QS.Albayyinah, 5
Benar-benar dengan niat yang ikhlas untuk beramal. Karena amal yang
diterima Allah hanyalah amal yang didasarkan pada keikhlasan. HR. Abu
Dawud & Nasa‟idari abi umamah.
Tidak mengharapkan balasan atau pujian. QS.Ad Dahr 8-9
Selalu optimis akan berhasil dalam tugasnya dengan baik. HR.Al-Khatib
dari Anas bin malik
2. Bersifat penyantun
Orang yang penyantun ialah yang halus perasaannya, lekas dapat
merasakan kesukaran orang lain, dan bisa bersikap menyesuaikan diri bila
ia berhadapan dengan orang yang ditimpa musibah dan cepat memberi
pertolongan, karena cepat mengerti kebutuhan orang lain yang
dihadapinya. QS.Al-Baqarah, 45
Perawat harus yakin bahwa rahmat Allah selalu dekat kepada orang yang
berbuat santun. QS.Al-A‟raf, 56
Tutur katanya lemah lembut kepada siapa saja terutama kepada pasien,
rela dan cepat memaafkan kesalahan orang lain. Karena memberi maaf
kepada orang lain itu adalah lebih utama dari memberi shadfaqah atau
harta benda kepadanya. QS.Al-Baqarah 263
Hanya orang penyantunlah yang disantuni pula oleh Allah yang maha
penyantun. HR.Tirmidzi dan Abu Dawud
Ramah tamah berdasarkan ukhuwah dalam pergaulan, kapan dan dimana
ia berada, terutama terhadap pasien dan orang-orang yang dho‟if

AKPER YARSI SAMARINDA 20


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

(lemah/miskin). HR. Bukhori Muslim dan Turmudzi


Ketahilah bahwa bermuka manis kepada orang yang sedang menderita
sakit adalah merupakan sebagian dari pada pengobatan. QS.Al-Imran, 159
Dan ketahuilah bahwa yang bisa meringankan penderitaan orang sakit,
bukanlah harta benda, akan tetapi wajah yang berseri-seri dan budi
perkerti yang baik. HR.Ibnu Ja‟la disyahkan oleh Hakim dari Abi Hurairah.
3. Sabar dan tidak lekas marah
Penyabar dan pemaaf adalah salah satu dari budi pekerti yang luhur, yang
sangat penting dipelihara. QS.Asy-Syura, 43
Walaupun semua pasien membutuhkan pertolongan dan kasih sayang,
tetapi tidak semua pasien menunjukan perasaan kasih sayang, bahkan
tidak kurang adanya pasien yang justru yang menjengkelkan dan tidak
menunjukan simpati sama sekali. Akan tetapi melayaninya dengan sabar
adalah perbuatan yang terpuji disisi Allah . HR.Tirmidzi dari Abu Huraira
Sebaik-baik senjata perawat adalah bersabar dan berdo‟a. HR.Dailami dari
Ibnu Abbas
4. Harus tenang dan tidak tergopoh-gopoh
Jiwa orang sangat membutuhkan ketenangan dan ketentraman, jauh dari
pada suara-suara yang keras, gerakan-gerakannya yang hiruk pikuk dan
gaduh. Disamping itu tugas-tugas perawat itu sendiri membutuhkan
ketenangan dan perhatian yang sungguh-sungguh. Oleh sebab itu maka
perawat harus memiliki sifat yang tenang, berhati-hati dan menghindari
gerakan-gerakan yang bisa menimbulkan suara-suara keras dan gaduh.
HR.Thabrani dari Baihaqi dari abu Musa
Orang yang melaksanakan pekerjaan dengan tenang dan hati-hati, Allah
akan memudahkan pekerjaan itu baginya dan akan terhindar dari pada
pelbagai kesukaran dan kekeliruan. HR. Bukhari
5. Cepat, Cermat, teliti dan lincah
Pekerjaan perawat cukup ruwet dan sulit. Oleh sebab itu maka perawat
hendaklah senantiasa teliti dan berhati-hati dalam menunaikan tugasnya
Apabila menghadapi suatu persoalan yang meragukan atau kurang jelas
maka lebih baik ditanyakan lebih dahulu kepada yang lebih mengerti.
Sebab pekerjaan yang dilakukan dengan ragu-ragu, lebih besar
kemungkinan akan menimbulkan bahaya. HR.Ibnu Sa‟ad Atha‟
6. Patuh dan disiplin
Perawat harus patuh pada petunjuk atasannya baik lisan maupun tulisan
Perawat harus disiplin dalam menunaikan tugasnya agar bisa dilaksanakan
dengan tertib dan teratur
Mematuhi dan melaksanakan petunjuk atasan tanpa membantah sekalipun

AKPER YARSI SAMARINDA 21


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

kurang menyenangkan, selama petunjuk itu tidak menyelahi ajaran islam,


norma-norma kemanusiaan maupun etika perawat.
7. Bersih dan menjaga kebersihan, rapih, baik jasmani maupun rohani:
Rohani atau jiwa perawat hendaknya selalu bersih dan suci dari sifat-sifat
dengki, sentimen, sombong dan lain-lain sifat yang tidak baik. Sebab
hanya dengan jiwa yang bersih dan sucilah akan memancar sifat-sifat yang
terpuji, sikap yang baik dan ucapan yang menyenangkan. HR. Bukhori
Tubuh dan pakaian perawat harus selalu bersih, rapih, sederhana dan
tidak berlebih-lebihan dalam berhias. HR. Bokori Muslim dan Abu Dawud
8. Kuat menyimpan rahasia
Penyakit adalah salah satu aib bagi orang yang sakit. Ada beberapa
macam penyakit yang merupakan aib yang sangat dirahasiakan oleh
penderitannya. Yang banyak mengetahui penyakit seseorang ialah Dokter
dan Perawat. Agama islam tidak membenarkan seseorang membuka aib
orang lain. Oleh sebab itu Perawat tidak boleh membuka rahasia orang
yang dirawatnya kepada orang lain.QS. Al-Mudatsir 4.
Orang yang suka menyiarkan atau menyebut-nyebut rahasia orang lain.
Allah mengancam dengan siksaan yang sangat pedih, baik di Dunia
maupun diakherat kelak. HR. Turmudzi dan Sa‟ad Perawat harus bersifat
jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakannya:
Berbahagialah orang yang dapat memelihara amanat dan menepati
janjinya.HR. Abu Dawud
Tugas dan kewajiban yang dibenarkan kepada Perawat adalah amat yang
wajib ditunaikan. QS. Al-Mukminun, 8.
iJujur dapat dipercaya, suka berterus terang, selalu menepati janji adalah
sikap terpuji yang dimiliki oleh Perawat. QS. Al-Maidah, 1

AKPER YARSI SAMARINDA 22


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

NILAI PENTING DALAM


KEPERAWATAN MUSLIM

PENGERTIAN
Nilai adalah suatu berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seorang perawat muslim sesuai dengan tuntutan hati nuraninya.
Puncak derajat kemanusia seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya / nilai yang
dimiliki oleh orang tersebut, bahkan kualitas keimanan juga diukur dari
akhlak/nilai yang dimiliki. Seluas apapun keilmuan seseorang tentang Islam,
sehebat apapaun dirinya ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun
pengakuannya tentang kuatnya keimanan yang dimiliki, semua itu tidak bisa
memberi jaminan. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai
kemulian seseorang adalah kualitas akhlaknya.
Secara umum kedudukan akhlak/nilai adalah universal. Nilai – nilai standar
tentang akhlak sudah dicantumkan oleh Allah SWT kedalam jiwa manusia sejak
mereka lahir seperti firman Allah SWT dalam Al Qur‟an :
“Maka Dia ilhamkan dalam jiwa itu kencendrungan untuk berbuat buruk (hawa
nafsu) dan kecendrungan untuk berbuat taqwa” (QS.Asy-Syams : 8)
Nilai yang terkandung dalam diri akan menimbulkan cirri perilaku seseorang
karena :
1. Nilai akan membentuk dasar perilaku seseorang
2. Nilai nyata dari seseorang yang dapat memperlihatkan melalui pola perilaku
yang konsisten
3. Nilai menjadi control internal bagi perilaku seseorang
4. Nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang
Nilai yang harus dimiliki oleh perawat muslim dalam melakukan tindakan
keperawatan adalah :
1. Kejujuran
2. Ramah & lemah lembut
3. Ketepatan dalam setiap tindakan
4. Menghargai orang lain

KEJUJURAN
Kejujuran merupakan pondasi terpenting dalam bangunan akhlak, tanpa
kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apapun sikap seseorang,
seramah apapun tutur katanya, seproduktif apapun kegemarannya menolong
orang lain, tetap saja tidak membantu jika tidak jujur, Karena orang akan tetap
mencurigainya, bahkan mungkn akan lebih benci dari pada orang yang jelas –

AKPER YARSI SAMARINDA 23


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

jelas jahat, bahkan orang yang lemah lembut tapi tidak jujur akan dicurigai
punya maksud buruk dibalik keramahannya, karena perilaku yang demikian
sama dengan penipuan. Dengan demikian jujur dapat dilihat dari perkataannya
jujur, janji – janjinya selalu ditepati dan bertanggung jawab atas amanah yang di
emban kepada nya
1. Jujur Perkataan
Pastikan bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita sudah melalui
proses pertimbangan yang matang, karena jika kita berkata dusta, maka
kedustaan itu akan menghantui dan memenjarakan dirinya dan dia akan
takut jika sewaktu – waktu kebohongannya akan terbongkar sehingga
kemungkinan akan membuat kebohongan baru begitu seterusnya sampai
menjadi kebal bagi dirinya.
Oleh karena itu marilah kita hidup dengan jujur perkataan, kunci untuk kita
tidak berdusta adalah jangan mengharap orang lain menilai diri kita lebih dari
keadaan yang sebenarnya. Belajarlah selalu untuk realistis, menerima
kenyataan hidup apa adanya, mensyukuri setiap kebaikan yang ada dan
ikhlas mendengar penilaian negative orang lain.
2. Menepati Janji
Janji itu sejenis sumpah dan sumpah itu adalah hutang yang akan terbawa
sampai mati, janji – janji yang dikhianati akan menjadi beban berat yang
akan dipikul didunia dan diakhirat.
Siapapun berjanji selain berjanji untuk berbuat maksiat maka janji itu benar –
benar harus diperjuangkan mati – matian untuk ditepati, karena
kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang.
Bila ada janji yang tidak ditepati, hal itu sudah cukup untuk menjatuhkan
wibawa dan kepercayaan orang lain, ketika kita berjanji lagi maka orang pun
akan serta merta meragukannya. Dengan itu telah diperingatkan oleh Allah
dalam Alqu‟an :
“Hai orang – orang yang beriman, patuhilah janji – janji kalian”
(QS.Almaidah : 1)
dan janji yang paling berat adalah ketika berjanji sudah melibatkan nama
Allah, janji sepertinya akan lebih besar konskuensinya seperti Firman Allah :
“ Dan tepatilah perjanjiannya dengan Allah apabila kalian berjanji
(kepadaNya) dan janganlah kalian membatalkan janji itu sesudah
meneguhkannya, sedang kalian telah telah menjadikan Allah sebagai saksi
kalian (atas sumpah – sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang kalian kerjakan” (QS.An-Nahl : 91)
Janji atau sumpah yang tidak wajib untuk ditunaikan adalah janji yang akan
mendatangkan kerusakan, kemaksiatan, atau memutuskan silaturahmi, janji
seperti ini jika dibatalkan akan mendatangkan kebaikan, maka segeralah
batalkan.
Begitulah, tiap kebaikan yang kita lakukan akan membuat hancur
kepercayaan orang hanya karena kita telah berjanji dan tidak menepatinya.

AKPER YARSI SAMARINDA 24


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

3. Melaksanakan amanah
“ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kalian menghkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad SAW) dan janganlah kalian mengingkari amanah –
amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kalian mengetahuinya “ ( QS.
Al-anfaal : 27 )
Apapun yang diberikan oleh Allah kepada diri kita sebagai manusia
merupakan amanah dari Allah SWT, seperti anak, ilmu, profesi, pekerjaan,
jabatan, harta, organ tubuh; lingkungan dsb. Seorang perawat muslim
diberikan oleh Allah amanah ilmu & keterampilan untuk dimanfaatkan /
digunakan sebagai sarana untuk menolong orang lain maupun untuk
kemaslahatan kehidupan manusia didunia, sehingga apabila seorang
perawat muslim tidak melakukan tugasnya dengan baik sesuai ilmu yang dia
miliki maka dia melanggar amanah

RAMAH DAN LEMAH LEMBUT


Hadist Rasulullah SAW “ Rasulullah pernah berkata kepada salah seorang
sahabatnya “ Sesungguhnya pada dirimu ada dua hal yang Allah mencintai
keduanya yaitu kelemahlembutan dan ketenangan “ (HR. Muslim)
Keramah tamahan merupakan perpaduan amal – amal hati, niat yang tulus,
serta kegigihan untuk selalu bersikap baik dan sikap ini sangat besar
pengaruhnya.
Keramah tamahan adalah tahap awal dari kemuliaan akhlaq, ada beberapa
alasan yang mendasari yaitu :
1. Keramahan adalah tanda kerendahan hati dan ketawadhuan. Orang yang
sombong cendrung untuk bersikap kasar, ketus, angkuh, berhati keras dalam
berprilaku maupun berbicara karena difikirannya orang lain selalu rendah.
2. Keramahan adalah tanda dari kesabaran dan kesanggupan mengendalikan
diri dalam berinteraksi dengan aneka macam perilaku orang lain. Tetap
ramah kepada orang yang tidak disukai merupakan ciri kualitas kesabaran
seseorang.
3. Keramahan adalah indikasi melimpahnya rasa kasih sayang dan kegemaran
hati untuk menghormati orang lain
Untuk menjadi orang yang ramah hendaknya kita selalu melatih diri
dengan :
1. Wajah yang cerah dan jernih
Jadikanlah diri setiap hari untuk selalu bersemangat sehingga ketika
berhadapan dengan orang lain selalu cerah dan berseri, dan senyum yang

AKPER YARSI SAMARINDA 25


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

tulus akan sangat membantu membangkitkan kepercayaan diri dan dihargai


oleh orang lain.
Rasulullah SAW bila bertemu dengan siapapun selalu berwajah jernih, ceria
dan senyum dengan tulus, sehingga beliau mengingatkan agar jangan selalu
meremehkan perbuatan kecil walaupun hanya sekedar senyum kepadas
sesama saudara.
2. Tutur kata yang lembut
Pilih lah kata – kata yang bijak dan sopan untuk kita ucapkan kepada orang
lain dan jangan lupa bicaralah dengan nada yang lembut. Jangan sekali –
kali mengucapkan kata – kata yang yang kotor kepada orang lain khususnya
klien apalagi kata yang dianggap tidak sopan, karena akan menjatuhkan
martabat dan kredibilitas serta akan mendapatkan perkataan yang jauh tidak
sopan.
Saat berbicara atau berkomentar, pilihlah kata – kata yang tidak berkesan
mementahkan pendapat dan memojokan orang lain, sehingga perlu
berfikiran positif dan berkata yang positif pula.
Ketika menyuruh, meminta sesuatu atau memerinta, jangan sampai kita
mendemonstrasikan kedudukan dan kekuasaan kita dengan memilih kata –
kata perintah yang kasar, karena dengan demikian akan menunjukkan
kerendahan kualitas pribadi kita sendiri.
3. Sikap yang sopan dan penuh etika
Biasakanlah bila berbicara dengan seseorang dengan tubuh kita menghadap
penuh sehingga orang tersebut diperhatikan, jangan berbicara sambil
melakukan sesuatu kecuali keadaan sangat darurat dan tak bias di
tinggalkan, jangan lupa mintalah maaf untuk keadaan tersebut.
Ketika orang bebicara berikan perhatian penuh dengan wajah yang tulus dan
berusaha memahami , mendengarkan dengan sungguh – sungguh dan
penuh perhatian seerta merespon dengan wajar dan tepat.
Silangkan tangan dibawah, depan atau belakang tubuh yang menunjukkan
penghargaan, sebaiknya hindari menyimpan tangan di pinggang atau
menyilang tangan di dada atau mungkin juga memasukkan tangan disaku
celana. Hal ini dilakukan untuk berhadapan dengan semua orang bukan
hanya orang – orang tertentu.
Bila menyuruh atau mempersilahkan lakukanlah dengan tangan terbuka,
karena jika dengan hanya telunjuk, akan ada perasaan disuruh atau
diperintah dan direndahkan. Bila duduk jangan melonjorkan kaki sehingga
yang didepan dianggap rendah

AKPER YARSI SAMARINDA 26


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

4. Berjiwa lapang dada


Ada persiapan – persiapan yang harus kita lakukan agar kita bias berlapang
dada dalam menghadapi setiap masalah, diantaranya :
a. Persiapkan mental
Harus siap mental ketika akan menghadapi orang yang kurang
menyenangkan, orang yang kurang menghargai, bahkan orang yang
hendak meremehkan diri kita. Dengan ini kita menganggap sebagai
sarana untuk melatih kesabaran, sarana memaafkan dan sarana
memabalas keburukan dengan kebaikan. Karena adanya PAHLAWAN
tentu adanya PENJAHAT, maka pilihlah menjadi PAHLAWAN
b. Belajar untuk memahami dan memaklumi orang lain
Setiap individu unik dan mempunyai latar belakang yang berbeda,
sehingga jika kita ingin berbuat baik sering disalah artikan, dengan
demikian lihatlah kondisi perubahan yang positif walaupun itu sedikit.
c. Berbaik sangkalah kepada siapapun hanya karena Allah SWT
Jangan biasakan mengawali sesuatu dengan prasangka buruk, karena
akan sangat mempengaruhi cara berfikir, cara bersikap dan bertutur kata.
d. Mengalahlah
Mengalahlah jika sekiranya akan menjadi kebaikan bagi semua, karena
sikap keras akan dapat membuat rusaknya suasana. Hindari berdebat
karena dengan berdebat akan membuat hati orang lain yang kalah
terluka, dan cara memenangkan perdebatan adalah JANGAN
BERDEBAT.
e. Maafkanlah
Menjadi pemaaf akan membuat hati menjadi lega dan lapang. Sungguh
berbeda dengan pembenci dan pendendam yang hidup dan perasaan
dan tenaganya terkuras habis untuk memikirkan orang yang dibencinya
MENGHARGAI ORANG LAIN
Sikap menghargai orang lain merupakan sikap yang terpuji, sebagai
manusia dia selalu menghargai orang lain sebagai ciptaan Allah yang
sempurna, dengan demikian akan menumbuhkan rasa syukur akan nikmat yang
telah Allah berikan dan mengagumi kebesaran ciptaan Allah. Dalam kegiatan
kesehariannya tentunya perlu menghargai orang lain baik pada saat berbicara,
bertingkah laku maupun terhadap karya yang telah diraih/dicapainya. Dengan
adanya berbuatan demikian maka kita akan terhindar dari permusuhan dan
sikap / perasaan yang negatif terhadap orang lain yang selalu membuat diri /
hati kita selalu resah.

AKPER YARSI SAMARINDA 27


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

KETEPATAN DALAM SETIAP TINDAKAN


Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yangf paling sempurna
karena memiliki orga tubuh yang baik dan memiliki hati nurani. Sehingga apabila
kita melukan suautu tindakan harus selalu menggunakan hati nurani dan panca
indra yang dimiliki. Dengan penerapan ilmu yang telah dipelajari dengan baik
dan selalu rajin mencari informasi untuk menambah ilimu dan wawasan berfikir
maka sebagai perawat yang profesional akan dapat melakukan tindakan yang
tepat terhadap klien yang diberikan keperawatan.

AKPER YARSI SAMARINDA 28


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

ETIKA PERAWAT MUSLIM DALAM


SAKARATUL MAUT KLIEN

PENDAHULUAN
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena
peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan
marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir
kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh
karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup
klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau
tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat
sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya
pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam
menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul
maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase
yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do‟a untuk
diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an
dan hadis.

AKPER YARSI SAMARINDA 29


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

“ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang


kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan
olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat
nyeri) (QS Al Anfal: 50).

Alangkah dasyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang zalim


(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat
memukul dengan tangannya (sambil berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada
hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu
selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak benar dan karena
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al An‟am :93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang
yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada
ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila
terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan
hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat
menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di
pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –
upaya sebagai berikut :

1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul
maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah
sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai
seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada

AKPER YARSI SAMARINDA 30


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada
sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu
melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik
pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu
Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang
berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan
persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua
berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam
mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal
menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir.

Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal


yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan
gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki. Meskipun suhu tubuh pasien
biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki tangan dan
ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak
teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas
cyene stokes. Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer
menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran
dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi
mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.

Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi


kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim
agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat
membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan
secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist
Riwayat Muslim,

Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat


Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri
ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya
seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka
itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata
Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan
ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang
meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .

3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di
samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu
berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim

AKPER YARSI SAMARINDA 31


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau
orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya
malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri
orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena
sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan
kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu
ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental
agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan
yang terbaik buat hambanya, mendo‟akan dan menutupkan kedua matanya
yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

Panduan bagi pasien sakaratul maut


Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual (
APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia
terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari,
1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu
unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu
dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual
pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis,
psikologis, dan spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali
dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting
terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa
yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to
assist the individual, sick or well in the performance of those activities
contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would
perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya
perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal
dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah
pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan
penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan
kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian
khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat,

AKPER YARSI SAMARINDA 32


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu,


peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat
meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan
dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya
seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun
akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat
pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat
dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat
berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya
dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,

” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal
tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya
akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah

AKPER YARSI SAMARINDA 33


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayatNya.” (QS. 6:93)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus
membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam,
“Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha
illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, „Laa
illaaha illallaah‟, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun
akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.” Perawat
muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien
muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya
yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul
khatimah.
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
a. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang
dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki,
tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,
b. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
c. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
d. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
e. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan
rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat
kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi
mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat

2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya


kecuali kata-kata yang baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam telah bersabda.
Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang
yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang
baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka
perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa
yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat
hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat
roh terlepas dari jasadnya.

AKPER YARSI SAMARINDA 34


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

3. Berbaik Sangka kepada Allah


Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT,
seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan
apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena
Allah mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan
orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman.
Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg
telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit
yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan
air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami
orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat
mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-
Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul
maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan
dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih
disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama
sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak
kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut
diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.
b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini
sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan
sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah
manapun yang membuatnya selesai.

AKPER YARSI SAMARINDA 35


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

PEDOMAN PELAYANAN ISLAMI


KEPERAWATAN ( AHLAK PRIBADI PERAWAT )
DI RUMAH SAKIT

Pedoman pelayanan islami keperawatan / akhlaq yang tertanam dalam diri


pribadi perawat adalah :
1. Salimul Aqidah
Memiliki akidah yang bersih sehingga dalam menghadapi klien selalu
berusaha menunjukan sikap empati dengan mengedepankan
professionalisme yang sejalan dengan aqidah Islam yang kuat.
2. Shahihul ibadah
Memberikan pelayanan terbaik kepada klien bukan semata-mata ingin
mendapatkan penghargaan, pujian atau pemberian yang bersifat materi dari
klien tetapi lebih dari itu adalah untuk beribadah dan mencari Ridho Allah
SWT.
3. Mathinul Khuluq
Memberikan pelayanan kepada klien dengan integritas profesi yang memiliki
kekuatan ahlaq yang Islami yang berorientasi pada pelayanan terbaik bagi
klien.
4. Mutsaqqoful Fikri
Memberikan pelayanan keperawatan kepada klien dengan menggunakan
evidence base yang jelas yang dapat dipertanggungjawabkan secara
professional sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi
profesi.
5. Qowiyyul Jismi
Memberikan pelayanan kepada klien harus memiliki jasmani yang sehat
yang tidak beresiko negatif bagi klien maupun bagi perawat itu sendiri
6. Qodirun Alal Kasbi
Berhubungan dengan klien dengan mempertimbangkan kemampuan dirinya
dalam memberikan pelayanan secara professional, sehingga perawat tidak
memberikan pelayanan di luar kompetensinya sebagai seorang perawat.

AKPER YARSI SAMARINDA 36


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

7. Munazhzhamun Fi Syuunihi
Bekerja memberikan pelayanan kepada klien dengan konsep yang
sistematis dimulai dari Pengumpulan dan analisa data, penentuan diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan melakukan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
8. Mujahadatun Linafsihi
Dalam berhubungan dengan klien harus mampu mengendalikan hawa
nafsunya sehingga selalu memandang pasien dengan holistic mencakup
kebutuhan Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual, dan bekerja dengan
mengedepankan empati.
9. Haritsun Ala Waqtihi
Dalam memberikan pelayanan kepada klien harus menghargai waktu
dalam semua fase hubungan dengan pasien dimulai dari fase pra interaksi,
orientasi, interaksi dan terminasi.
10. Nafi’un Lighoirihi
Memberikan pelayanan terbaiknya kepada klien harus mampu mampu
membangun sebuah persepsi yang dirasakan sebagai sebuah manfaat yang
secara langsung dapat dirasakan oleh klien sehingga perawat dapat
menjadi seorang care giver, advocate, educator, konselor, kolaburator,
coordinator, dan researcher yang dapat membantu klien dalam upaya
mencapai tujuannya untuk hidup sehat secara optimal.
LANDASAN KERJA DAN PERILAKU PERAWAT
1. Iman-Islam-Ihsan
a. Percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-
Nya, hari kebangkitan dan qadha (peraturan) dan qadar atau kuasa-Nya.
b. Merepresentasikan Keimanannya dengan amal shaleh sesuai dengan
syariat Islam.
c. Bekerja dengan konsep Iman dan menggunakan prinsip Ihsan sebagai
fungsi kontrol mandiri atas prestasi kinerja yang dicapainya sebagai
representasi dari Iman.
d. Mendirikan dan menjaga shalatnya dan shalat kliennya dalam kondisi
apapun sesuai syaria
2. Taqwa
a. Bekerja dengan professional untuk melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
b. Bekerja dengan senantiasa mengendalikan dorongan emosi dan
penguasaan kecenderungan hawa nafsunya dengan memenuhi
dorongan itu dalam batas yang diperkenankan oleh ajaran agama.
c. Bekerja dengan melakukan tindakan yang baik, misalnya berlaku benar,
memegang amanah, adil, dapat dipercaya, dapat menyesuaikan diri dan

AKPER YARSI SAMARINDA 37


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

bergaul dengan orang lain, serta menghindari permusuhan dan


kezaliman.
3. Ilmu ( Professionalime )
a. Berupaya menerapkan konsep, teori dan prinsip dalam keilmuan yang
terkait dalam asuhan keperawatan dengan mengutamakan pedoman
pada Al-Qur‟an dan Hadits.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
Islami melalui kegiatan-kegiatan pengkajian yang berdasarkan bukti
(evidence-based Healthcare).
c. Mempertanggungjawabkan atas segala tindakan dan perbuatan dengan
berdasarkan bukti (evidence-based Healthcare).
d. Berlaku jujur, ikhlas dalam memberikan pertolongan kepada pasien baik
secara individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat dan semata-
mata mengharapkan ridho Allah.
e. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dan menyelesaikan masalah pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada asuhan keperawatan yang
berdasarkan bukti (evidence-based Healthcare).

CIRI KHAS PERAWAT


1. Pakaian bagi wanita
1. Seragam menutupi seluruh badan selain wajah dan kedua telapak
tangan
2. Tidak ketat sehingga masih menampakkan bentuk tubuh yang
ditutupinya.
3. Tidak tipis / transparan sehingga warna kulit masih bisa dilihat.
4. Tidak menyerupai pakaian laki-laki
5. Tidak berwarna mencolok sehingga menarik perhatian orang.
6. Dipakai bukan dengan maksud memamerkannya.
2. Berhubungan dengan sesama muslim
1. Memberi bantuan, tenaga, harta, untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
2. Menyebarkan salam
3. Menjenguknya jika ia sakit
4. Menjawabnya jika ia bersin
5. Mengunjunginya karena Allah
6. Memenuhi undangannya
7. Tidak menyebut-nyebut aibnya dan menggunjingnya, secara terang-
terangan atau sembunyi-sembunyi
8. Berbaik sangka kepadanya.
9. Tidak boleh memata-matai dan mengawasinya, baik dengan mata
maupun telinga
10. Tidak membocorkan rahasianya

AKPER YARSI SAMARINDA 38


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

11. Menampakkan perhatian dan kasih sayang kepadanya


12. Tidak mengghibahnya dan membelanya jika ada seseorang yang
mengghibahnya.
13. Memaafkan kesalahan-kesalahannya
14. Mendo‟akannya dari tempat yang jauh
3. Berhubungan dengan non muslim
1. Berbuat adil dan baik pada orang non muslim.
2. Membantu orang non muslim yang menderita
3. Jangan menghina orang non muslim
4. Wanita Islam dilarang menikah dengan laki-laki non muslim
5. Tidak boleh memberi salam kepada orang non muslim
6. Apabila orang non muslim itu memberi salam, maka jawablah hanya
dengan ucapan „ Wa‟alaikum‟
4. Hijab
1. Perawat wanita memberikan asuhan keperawatan secara langsung
pada pasien wanita
2. Perawat wanita boleh memberikan asuhan keperawatan secara
langsung pada pasien laki-laki dalam kondisi khusus atau
kegawatdaruratan dimana tidak ada lagi perawat laki-laki yang
memungkinkan untuk memberikan bantuan.
3. Perawat laki-laki memberikan asuhan keperawatan secara langsung
pada pasien laki-laki
4. Perawat laki-laki boleh memberikan asuhan keperawatan secara
langsung pada pasien wanita dalam kondisi khusus atau
kegawatdaruratan dimana tidak ada lagi perawat wanita yang
memungkinkan untuk memberikan bantuan
5. Perawat memisahkan penempatan ruang perawatan antara pasien
wanita dengan pasien laki-laki dewasa, kecuali pasien anak usia 0-7
tahun
Sumber :
1. http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com/2009/06/11/draft-pedoman-
pelayanan-keperawatan-kebidanan-islami-rumah-sakit-islam-assyifa-
sukabumi/
2. http://perawatramah.blogspot.com/2011/03/etika-perawat-muslim-dalam-
sakaratul.html
3. http://www.edikusmiadi.com/2011/04/keperawatan-dalam-islam.html
4. http://kaliniari.blogspot.com/2011/03/etika-pergaulan-dalam-masyarakat_30.html
5. Gymnastiar, Abdullah, RAMAH, MQ, 2006, Bandung
6. Ma‟rifin Husin, Keperawatan Islam,UMJ, Jakarta, 2001
7. Ismani, Nila,SKM, 2000, Etika Keperawatan, Widya Medika, Jakarta

AKPER YARSI SAMARINDA 39


Materi kuliah : Etika Keperawatan Muslim
Dosen : Burhanto,S.Pd,SST

AKPER YARSI SAMARINDA 40

Anda mungkin juga menyukai