Dosen : Burhanto,S.Pd,SST
KEPERAWATAN MUSLIM
PENDAHULUAN
Islam mengandung ajaran yang mencakup semua aspek hidup dan
kehidupan manusia termasuk didalamnya ajaran yang berkaitan dengan
kesehatan jasmani, rohani, sosial dan spiritual. Keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, banyak di ilhami oleh ajaran Islam yang
memiliki sifat universal. Oleh karenanya guna mempermudah pemahaman
keperawatan yang Islami perlu untuk menanamkan dalam diri tentang ajaran
Islam yang mana penanaman tersebut akan tercermin dalam akhlaq atau
perbuatan sehari – hari.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang Islami perlu
mengikutsertakan nilai – nilai spiritual dalam bentuk zikir dan do‟a sehungga
ketika petugas kesehatan mengaplikasikannya dalam menjalankan tugas profesi
akan meningkatkan mutu pelayanan, sikap caring (perhatian & kepedulian)
kepada klien dan klien merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh
petugas ketika dirawat. Oleh karena itu sentuhan nilai – nilai spiritual dalam
bentuk zikir dan do‟a saat memberikan asuhan keperawatan dapat memberikan
ketenangan, rasa percaya diri serta harapan pada seseorang yang sedang sakit
sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan.
Untuk itu berzikir dan do‟a merupakan shadaqah yang dilakukan oleh
orang muslim dan beryukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT,
dengan itu kita perlu melihat hadist Rasulullah SAW :
“Ada dua macam nikmat yang kebanyakan manusia terpedaya olehnya yaitu
nikmat sehat dan kelapangan” (HR. Bukhari).
“Bentengi hartamu dengan zakat, obati penyakitmu dengan shadakah, hadapi
ujianmu dengan do‟a”. (HR.Thabrani).
Rasulullah bersabda : “ tiap – tiap muslim haruslah bershadaqah setiap matahari
terbit (tiap hari – hingga hari akhir)” lalu sahabat bertanya “ bagaimana kalau
tidak punya ? “ Rasulullah menjawab “ dia bekerja dengan tangannya
(berusaha) hingga memperoleh hasil bagi dirinya dan berderma dengan
kelebihannya”, sahabat bertanya lagi “ bagaimana kalau dia tidak mampu
mencapai hasil ? “. Rasulullah Menjawab “ dia akan membantu orang yang
sangt membutuhkan (secara fisik)”. Lalu sahabat bertanya lagi “ bagaimana
kalau itupun tidak mampu ?, Rasulullah menjawab “ Dia anjurkan orang lain
berbuat kebajikan (umpama memberikan bantuan yang tidak dapat diberikannya
itu),” sahabat bertanya lagi. : bagaimana kalau itupun dia tidak mampu ?”,
merupakan bagian dari ibadah. Keperawatan bagi umat muslim diyakini sebagai
suatu profesi yang bernilai ibadah, mengabdi kepada manusia dan
kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan dari individu, kelompok
dan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan menggunakan pendekatan
holistic.
Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk senantiasa memelihara
lingkungannya baik internal (genetic,struktur fungsi tubuh serta psikologis) dan
eksternal (fisik, biologis, social, cultural) termasuk didalamnya lingkungan
spiritual agar senantiasa dalam keadaan suci, bersih, karena Allah menyukai
kebersihan, bagaimana firman Allah yang artinya :
“……..Sesungguhnya Allah itu menyukai orang – orang yang taubat dan
mensucikan diri” (QS. Albaqarah :222).
Ini menunjukan bahwa sehat dan kesehatan bukan hanya bebas dari penyakit,
tetapi meliputi seluruh kehidupan manusia termasuk aspek social, psikologis
dan spiritual.
Jika terjadi sakit maka Islam menganjurkan untuk segera berobat, sebagaimana
Hadist Rasulullah yang di riwayatkan oleh Imam Turmudzi :
“Berobatlah kamu sekalian,maka sesungguhnya allah SWT tidak mendatangkan
penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya. Selainsatu yang tidak ada
obatnya yaitu penyakit tua (pikun)”.
Ibadah merupakan kewajiban pokok manusia sejak dia baliqh yang mampu
membedakan benar dan salah, termasuk dalam memberikan asuhan
keperawatan, yang mana merupakan salah satu ibadah meliputi seluruh siklus
kehidupan manusia yang bersifat berkelanjutan sepanjang klien membutuhkan
sampai akhir hayat.
Komponen Manusia
Jasad (Fisik)
“Dan tiada Kami jadikan mereka tubuh – tubuh yang tiada memakan
tanaman, dan tida (pula) mereka orang – orang yang kekal “ (QS. Al-Anbiyaa
: 8)
“Tidak ada satu ayat Al-Alqur‟an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan
mereka, melainkan merekan mendengarkannya, sedang mereka bermain –
main” (QS. Al.Anbiyaa : 2)
Komponen fisik adalah komponen jasad/bentuk, yang dapat makan dan
minum, jalan, mendengar, melihat dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, seperti yang dijelaskan oleh ayat diatas.
Ruh
“ maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya (manusia), dan
telah Ku tiupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu
(malaikat, Jin, Iblis) tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (QS.
Shaad : 72)
Nafs (Jiwa)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram” (QS. Ar-Ra‟d : 28)
2. Lingkungan
Alam semesta dan seisinya di ciptakan oleh Allah SWT atas hak dan
kendakNya yang diperuntukkan bagi manusia agar manusia bersyukur serta
dapat mempelajari alam semesta ini guna memperkokoh keimanan dan
ketaqwaan terhadap sang Maha Kholiq (pencipta). Dan Allah juga
mengancam manusia yang berdusta dan berdosa.
“Dan tanah yang baik tanam – tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah, dan tanah yang tidak subur, tanan – tanamannya hanya tumbuh
merana, Demikianlah Kami mengulangi tanda – tanda kebesaran (Kami) bagi
orang – orang yang bersyukur” (QS.Al-A‟raf : 58).
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi sesudah Allah
memperbaikinya dan berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulka. Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang – orang yang berbuat baik”(QS.Al-A‟raf : 56)
Baik buruknya kwalitas lingkungan tergantung pada manusia yang mendiami
muka bumi ini dan kemudian memanfaatkanya. Apabila manusia mampu
memelihara lingkungan dengan baik maka akan baiklah kehidupan ini, begitu
pula sebaliknya jika manusia merusaknya maka malpetakalah yang akan
menimpanya, seperti bencana, wabah penyakit, polusi udara.
Unsur lingkungan dibagi dua yaitu lingkungan Internal & Ekternal
mungkin untuk beramal shaleh dan beribadat serta menjadi rahmat bagi
lingkungannya
Dalam Islam terdapat 4 factor yang mempengaruhi kesehatan yaitu perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan
Dalam Alqur‟an maupun Hadist, telah diperingatkan akan pentingnya
memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Beberapa dalil sebagai landasan upaya kesehatan
adalah :
a. Upaya Promotif
“dan sekali-kali mereka tidak akan ingini kematian ini selama-lamanya,
karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka
(sendiri).Dan Allah Maha mengetahui siapa orang – orang yang aniaya “
(QS.Al-Baqarah : 95)
“Ada dua kenikmatan yang sering dilalaikan orang yaitu, sehat dan waktu
senggang” (HR.Bukhari & Muslim)
Berdasarkan dalil diatas maka upaya promotif tercermin dari ayat yang
menjelaskan bahwa kita (manusia) dilarang menjatuhkan diri atau
merusak diri baik jasmani maupun rohani, dalam arti manusia wajib
memelihara kesehatan dan meningkatkanya. Dan dari hadist tsb dapat
dipahami, janganlah kita mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.
b. Upaya Preventif
“ Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu : 1.
masa hidupmu sebelum datang ajalmu, 2. masa sehatmu sebelum
datangnya sakit, 3. masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu, 4.
masa mudamu sebelum datangnya masa tua, 5. masa kayamu sebelum
datangnya miskin “ (HR.Ahmad & Baihaqi)
“ Jika kamu mendengar berita ada wabah penyakit disuatu daerah, maka
janganlah memasuki daerah itu. Dan jika kamu berada didalamnya,
janganlah kamu keluar dari daerah itu “ (Al Hadist)
Hadist menjelaskan bahwa setiap insane berkewajiban untuk memelihara
kehidupan diri pribadi dan keluarga dalam berbagai segi, seperti waspada
terhadap berbagai kondisi yang lebih buruk atau menghindari daerah
yang terkena wabah penyakit
c. Upaya kuratif
“ Maka apabila aku sakit (Ibrahim), Allah juga yang menyembuhkan”
( QS.Asy-Syuara : 80 ).
Walaupun yang menyembuhkan penyakit Allah, tetapi bila dalam
keadaan sakit, haruslah berusaha menyembuhkanya dengan jalan
berobat.
d. Upaya Rehabilitatif
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya dan sekali – kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia “ ( QS. Ar-Ra’du :11 )
“ Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahnya dan hartamu, tetapi
ia melihat hatimu dan amalmu “ (Al-Hadist )
Dari dalil diatas dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara
keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, antara jasmani
dan rohani serta perlu adanya usaha pemulihan yang didasari niat yang
sungguh – sungguh dan bekerja keras
4. Keperawatan
“ Dan orang – orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan
sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana “ (QS.At-Taubah : 71)
Keperawatan adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk
pelayanan professional dan merupakan integral pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada keimanan, keilmuan, dan amal serta kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial dan spiritual cultural yang
komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan dalam Islam telah ada sejak jaman Nabi Adam AS, Nabi Ayyub
AS, Nabi Isa AS. Pada saat Nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Allah,
banyak kaum wanita berjuang untuk dalam berperang dan wanita tersebut
mengikuti perjalanan, selama dalam perjalanan mereka tekun dalam
memberikan pertolongan serta pengobatan kepada pasukan yang terkena
luka atau sakit dalam peperangan. Adapun wanita tersebut adalah :
1. Rubiyi binti Mu’awidz
Rubiyi adalah seorang sahib wanita yang ikut serta meriwayatkan hadist
dari Rasulullah. Perannya dalam peperangan dapat diketahui dari riwayat
Imam Bukhari,Nasa‟I dan Abu muslim al Kajji yaitu, beliau bertugas
memberikan minum kepada mereka yang berperang, melayani mereka,
mengobati yang terluka, serta membawa orang-orang yang gugur ke
Madinah.
PENDAHULUAN
Allah berfirman :
“Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan)
yang ma‟ruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya." (Q.S. At-Taubah : 71)
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maa-
idah : 2) .
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." ( Q.S. Al-Israa : 7)
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu…” (Q.S. Al-Qashash : 77)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (Q.S. Ali Imran :159)
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana
pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan
kesulitannya (HR. Muslim).
Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa
yang dusukai untuk dirinya. (HR. Ahmad)
Ayat-ayat Quran dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan
keperawatan Islami yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah
dengan riwayat-riwayat wanita-wanita di zaman Rasulullah dalam melakukan
perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep “Caring” dalam keperawatan
Islam, bukan hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut berdasarkan
standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah
dengan menjankan perintah-Nya melalui ayat-ayat Al quran dengan tujuan akhir
mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh kelompok kerja
Keperawatan Islam adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat
menjadi acuan pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan
pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu
sistem yang terdiri dari masukan, proses dan keluaran yang seluruhnya dapat
digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadist.
1. Masukan (input)
Dalam asuhan keperawatan Islami, masukan adalah segala sumber-sumber
yang mendukung terjadinya proses asuhan keperawatan Islami.
1. Al-Qur‟an dan Hadist, sebagai keyakinan manusia yang beriman.
2. Manusia, dalam paradigma keperawatan di jelaskan sebagai hamba dan
sebagai khalifah, sebagai pemimpin dan mengatur bumi, memakmurkan
bumi, menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk
yang berpotensi secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang
mempunyai fitrah apakah sebagai perawat ataupun klien, sebagaimana
Allah berfirman : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.“(Q.S. Ar Ruum : 30).
3. Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan
pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan
untuk pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.
4. Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media
da‟wah amar ma‟ruf nahi munkar.
2. Proses Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami
a. Ihsan dalam beribadah
Bagi perawat muslim, pemahaman dan pengamalan terhadap rukun iman
dan Islam belumlah cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna
dalam pengamalan agamanya, jika belum menerapkan rukun iman dan
Islam tersebut didasari oleh perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun Islam sebagai
bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah
bangunan yang utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari
panas dan hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari, takl
retak, dan berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah
bahwa perbuatan baik yang berkualitas akan melahirkan dampak berupa
keuntungan-keuntungan kepada siapa saja yang melakukannya termasuk
bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan bukan
keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual. Tuntunan
ikhsan dalam Al-Qur‟an sebagai berikut :
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami
tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal
(bekerja) dengan ikhsan." [QS. Al Kahfi : 30]
keterampilan seperti Allah jelaskan “Amat besar kebencian disisi Allah, kamu
memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya." [QS. Ash-Shaff : 3]
“Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya." [QS.
An-Nahl : 43]
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui
tentangnya. Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya." [QS. Al Israa : 36]
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian
dan orang-orang berilmu beberapa derajad….” [QS. Al-Mujadillah : 11]
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya." [HR Bukhari]
Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islam perawat harus
bersikap Professional, juga harus berakhlaqul karimah, sesuai tuntunan
Rasulullah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu….” [QS. Al-Ahzab : 21]
“Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya." [HR
Thabrani]
Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim :
tulus Ikhlas, ramah, dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan
tidak tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir batin,
cermat dan teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin dan etos
kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat
mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikannya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja
sendiri tetapi memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain
hal ini didasarkan pada konsep manusia dalam paradigma keperawatan
Islam ia adalah sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan
juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (QS. Al-Maidah :
2),(QS Al Hujarat : 10).
c. Bimbingan/Tausiah
Manusia adalah mahluk mulia, dan dengan kemuliaannya harus berbuat
yang mula pula. Salah satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan
mengapa manusia diciptakan, tidak lain adalah mengabdi dan
menyembah kepada Allah [QS. Adz Dzariat : 56], kemuliaan lain adalah
menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam hal ini adalah seperti
firmanNya:
“…Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada
kebajikan dan mencegah yang munkar.” [QS. Ali Imran :104]
3. Keluaran (Output)
Output yang diharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami
adalah kualitas asuhan, refleksi dari kualitas bagi semua (perawat dan Klien)
adalah kepuasan.
Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat
menyentuh fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Al quran :
1. Sebagai mahluk Mulia
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya." [QS. At Tiin : 4]
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, Kami
angkat mereka di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan." [QS Al Israa : 70]
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah
kemuliaannya, tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih
rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang
diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang sempurna
seperti dijelaskan sebelumnya.
pada saat yang tepat klien dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat
membutuhkan orang lain dan lingkungan sesuai dengan tuntunan Alqur‟an.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam
ikhtiarnya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah
bila klien sembuh maka akan timbul rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak
sempurnaan dalam kondisinya klien akan merasa Ridho, dan apabila dalam
upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih buruk maka ia
tidak akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada
Allah berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.
Pada akhirnya outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk
mencapai Ridho Allah “Mardhotillah” baik itu bagi klien maupun perawat
sebagai sasaran akhir dari hidup manusia dimuka bumi ini.
PENDAHULUAN
Image Masyarakat yang masih belum dapat dilepaskan tentang Perawat
adalah JUDES dan SOMBONG, padahal image pakaian seragam putih,
pakaian berkap, bersepatu tuk-tuk sudah dapat dirubahnya. Kita bisa melihat
sekarang perawat tidak lagi identik dengan pakaian putih-putih dan banyak
Rumah sakit lainnya yang merubah seragam putihnya. Kap dikepala sudah
banyak dirubah dengan kerudung baik di Rumah Sakit milik swasta maupun
milik pemerintah. Tapi mampukan perawat merubah image prilakunya yang
JUDES dan SOMBONG ?
Image yang melekat pada Perawat tersebut adalah sebuah tantangan bagi
Perawat baik swasta maupun Pemerintah khususnya perawat muslim yang
ada di Rumah Sakit yang berwawasan muslim yang harus berbeda dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien..
.
KRETERIA AKHLAQ MULIA
Nabi Saw. Telah mengangkat kedudukan akhlak mulia dan menjelaskan
bahwa sebaik baik bekal hamba kepada Tuhan-Nya pada hari kiamat adalah
akhlak mulia, dan sesuatu yang paling berat dalam timbangan orang mukmin
adalah akhlak mulia.
Abu Darda‟ meriwayatkan bahwa nabi saw. Bersabda;
“Sesuatu yang paling berat dalam timbangan adalah akhak mulia.”
Jika berakhlak mulia, persoalan-persoalan yang sulit akan menjadi mudah,
hati yang keras akan segera menjadi lembut, banyak orang yang akan
mencintainya dan musuhpun berkurang. Ketahuilah bahwa akhlak yang jelek
membuat sial pelakunya, menyebabkan turunnya siksaan Allah di dunia
sebelum siksaannya di akherat.
PENGERTIAN
Nilai adalah suatu berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seorang perawat muslim sesuai dengan tuntutan hati nuraninya.
Puncak derajat kemanusia seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya / nilai yang
dimiliki oleh orang tersebut, bahkan kualitas keimanan juga diukur dari
akhlak/nilai yang dimiliki. Seluas apapun keilmuan seseorang tentang Islam,
sehebat apapaun dirinya ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun
pengakuannya tentang kuatnya keimanan yang dimiliki, semua itu tidak bisa
memberi jaminan. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai
kemulian seseorang adalah kualitas akhlaknya.
Secara umum kedudukan akhlak/nilai adalah universal. Nilai – nilai standar
tentang akhlak sudah dicantumkan oleh Allah SWT kedalam jiwa manusia sejak
mereka lahir seperti firman Allah SWT dalam Al Qur‟an :
“Maka Dia ilhamkan dalam jiwa itu kencendrungan untuk berbuat buruk (hawa
nafsu) dan kecendrungan untuk berbuat taqwa” (QS.Asy-Syams : 8)
Nilai yang terkandung dalam diri akan menimbulkan cirri perilaku seseorang
karena :
1. Nilai akan membentuk dasar perilaku seseorang
2. Nilai nyata dari seseorang yang dapat memperlihatkan melalui pola perilaku
yang konsisten
3. Nilai menjadi control internal bagi perilaku seseorang
4. Nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang
Nilai yang harus dimiliki oleh perawat muslim dalam melakukan tindakan
keperawatan adalah :
1. Kejujuran
2. Ramah & lemah lembut
3. Ketepatan dalam setiap tindakan
4. Menghargai orang lain
KEJUJURAN
Kejujuran merupakan pondasi terpenting dalam bangunan akhlak, tanpa
kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apapun sikap seseorang,
seramah apapun tutur katanya, seproduktif apapun kegemarannya menolong
orang lain, tetap saja tidak membantu jika tidak jujur, Karena orang akan tetap
mencurigainya, bahkan mungkn akan lebih benci dari pada orang yang jelas –
jelas jahat, bahkan orang yang lemah lembut tapi tidak jujur akan dicurigai
punya maksud buruk dibalik keramahannya, karena perilaku yang demikian
sama dengan penipuan. Dengan demikian jujur dapat dilihat dari perkataannya
jujur, janji – janjinya selalu ditepati dan bertanggung jawab atas amanah yang di
emban kepada nya
1. Jujur Perkataan
Pastikan bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita sudah melalui
proses pertimbangan yang matang, karena jika kita berkata dusta, maka
kedustaan itu akan menghantui dan memenjarakan dirinya dan dia akan
takut jika sewaktu – waktu kebohongannya akan terbongkar sehingga
kemungkinan akan membuat kebohongan baru begitu seterusnya sampai
menjadi kebal bagi dirinya.
Oleh karena itu marilah kita hidup dengan jujur perkataan, kunci untuk kita
tidak berdusta adalah jangan mengharap orang lain menilai diri kita lebih dari
keadaan yang sebenarnya. Belajarlah selalu untuk realistis, menerima
kenyataan hidup apa adanya, mensyukuri setiap kebaikan yang ada dan
ikhlas mendengar penilaian negative orang lain.
2. Menepati Janji
Janji itu sejenis sumpah dan sumpah itu adalah hutang yang akan terbawa
sampai mati, janji – janji yang dikhianati akan menjadi beban berat yang
akan dipikul didunia dan diakhirat.
Siapapun berjanji selain berjanji untuk berbuat maksiat maka janji itu benar –
benar harus diperjuangkan mati – matian untuk ditepati, karena
kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang.
Bila ada janji yang tidak ditepati, hal itu sudah cukup untuk menjatuhkan
wibawa dan kepercayaan orang lain, ketika kita berjanji lagi maka orang pun
akan serta merta meragukannya. Dengan itu telah diperingatkan oleh Allah
dalam Alqu‟an :
“Hai orang – orang yang beriman, patuhilah janji – janji kalian”
(QS.Almaidah : 1)
dan janji yang paling berat adalah ketika berjanji sudah melibatkan nama
Allah, janji sepertinya akan lebih besar konskuensinya seperti Firman Allah :
“ Dan tepatilah perjanjiannya dengan Allah apabila kalian berjanji
(kepadaNya) dan janganlah kalian membatalkan janji itu sesudah
meneguhkannya, sedang kalian telah telah menjadikan Allah sebagai saksi
kalian (atas sumpah – sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang kalian kerjakan” (QS.An-Nahl : 91)
Janji atau sumpah yang tidak wajib untuk ditunaikan adalah janji yang akan
mendatangkan kerusakan, kemaksiatan, atau memutuskan silaturahmi, janji
seperti ini jika dibatalkan akan mendatangkan kebaikan, maka segeralah
batalkan.
Begitulah, tiap kebaikan yang kita lakukan akan membuat hancur
kepercayaan orang hanya karena kita telah berjanji dan tidak menepatinya.
3. Melaksanakan amanah
“ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kalian menghkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad SAW) dan janganlah kalian mengingkari amanah –
amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kalian mengetahuinya “ ( QS.
Al-anfaal : 27 )
Apapun yang diberikan oleh Allah kepada diri kita sebagai manusia
merupakan amanah dari Allah SWT, seperti anak, ilmu, profesi, pekerjaan,
jabatan, harta, organ tubuh; lingkungan dsb. Seorang perawat muslim
diberikan oleh Allah amanah ilmu & keterampilan untuk dimanfaatkan /
digunakan sebagai sarana untuk menolong orang lain maupun untuk
kemaslahatan kehidupan manusia didunia, sehingga apabila seorang
perawat muslim tidak melakukan tugasnya dengan baik sesuai ilmu yang dia
miliki maka dia melanggar amanah
PENDAHULUAN
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena
peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan
marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir
kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh
karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup
klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau
tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat
sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya
pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam
menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul
maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase
yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do‟a untuk
diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an
dan hadis.
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –
upaya sebagai berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul
maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah
sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai
seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada
sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu
melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik
pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu
Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang
berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan
persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua
berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam
mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal
menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir.
3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di
samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu
berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim
Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau
orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya
malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri
orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena
sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan
kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu
ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental
agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan
yang terbaik buat hambanya, mendo‟akan dan menutupkan kedua matanya
yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal
tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya
akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayatNya.” (QS. 6:93)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus
membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam,
“Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha
illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, „Laa
illaaha illallaah‟, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun
akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.” Perawat
muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien
muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya
yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul
khatimah.
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
a. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang
dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki,
tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,
b. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
c. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
d. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
e. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan
rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat
kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi
mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
7. Munazhzhamun Fi Syuunihi
Bekerja memberikan pelayanan kepada klien dengan konsep yang
sistematis dimulai dari Pengumpulan dan analisa data, penentuan diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan melakukan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
8. Mujahadatun Linafsihi
Dalam berhubungan dengan klien harus mampu mengendalikan hawa
nafsunya sehingga selalu memandang pasien dengan holistic mencakup
kebutuhan Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual, dan bekerja dengan
mengedepankan empati.
9. Haritsun Ala Waqtihi
Dalam memberikan pelayanan kepada klien harus menghargai waktu
dalam semua fase hubungan dengan pasien dimulai dari fase pra interaksi,
orientasi, interaksi dan terminasi.
10. Nafi’un Lighoirihi
Memberikan pelayanan terbaiknya kepada klien harus mampu mampu
membangun sebuah persepsi yang dirasakan sebagai sebuah manfaat yang
secara langsung dapat dirasakan oleh klien sehingga perawat dapat
menjadi seorang care giver, advocate, educator, konselor, kolaburator,
coordinator, dan researcher yang dapat membantu klien dalam upaya
mencapai tujuannya untuk hidup sehat secara optimal.
LANDASAN KERJA DAN PERILAKU PERAWAT
1. Iman-Islam-Ihsan
a. Percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-
Nya, hari kebangkitan dan qadha (peraturan) dan qadar atau kuasa-Nya.
b. Merepresentasikan Keimanannya dengan amal shaleh sesuai dengan
syariat Islam.
c. Bekerja dengan konsep Iman dan menggunakan prinsip Ihsan sebagai
fungsi kontrol mandiri atas prestasi kinerja yang dicapainya sebagai
representasi dari Iman.
d. Mendirikan dan menjaga shalatnya dan shalat kliennya dalam kondisi
apapun sesuai syaria
2. Taqwa
a. Bekerja dengan professional untuk melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
b. Bekerja dengan senantiasa mengendalikan dorongan emosi dan
penguasaan kecenderungan hawa nafsunya dengan memenuhi
dorongan itu dalam batas yang diperkenankan oleh ajaran agama.
c. Bekerja dengan melakukan tindakan yang baik, misalnya berlaku benar,
memegang amanah, adil, dapat dipercaya, dapat menyesuaikan diri dan