Anda di halaman 1dari 11

Asuhan Keperawatan Islami

Ditulis Oleh: Mas Ade Tanggal: 17 Mei 2013 Dilihat: 4071 x


Disajikan pada Seminar Al Qur’an, Sains Kedokteran dan Fiqih Keperawatan Pusat Studi Al Qur’an (PSQ)
Jakarta.

MUQADDIMAH

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke-arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah barang siapa beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musyafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta ;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat; dan orang-orang yang
menepati janji apabila berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan (sakit) dan
dalam peperangan (perjuangan). Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Albaqarah (2):177).

Ayat tersebut diatas merupakan motivasi utama Kelompok kerja keperawatan Islam dalam
mengembangkan perawatan professional Islam , upaya tersebut adalah sebuah tanggung jawab moral
ummat muslim dalam menegakkan Islam dalam semua bidang kehidupan termasuk bidang kesehatan,
juga dalam rangka menegakkan da’wah amar ma’ruf nahi munkar.

Kebangkitan dakwah Islam di Indonesia pada akhir-akhir ini menjadi fenomena yang menarik untuk
dibahas dan tampaknya semakin hari semakin marak. Hal itu dapat dilihat dengan banyakya kajian-
kajian untuk mencari atau menghidupkan kembali nilai-nilai Islam dalam semua bidang kehidupan :
sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, kesehatan termasuk keperawatan yang merupakan bagian
integral dibidang kesehatan.

Sebagai anggota komunitas profesi perawat Kelompok kerja keperawatan Islam merasa terpanggil untuk
megembangkan keperawatan Islam di Indonesia, hal ini didasari pada keyakinan bahwa ummat Islam di
negeri ini harus mendapatkan pelayanan/asuhan keperawatan berqualitas sesuai dengan keimanannya
sebagai seorang muslim sehingga mendapatkan kepuasan, Kepuasan ummat akan dapat dicapai apabila
pelayanan/asuhan yang diterimanya dapat menyentuh fitrahnya sebagai manusia. Nilai-nilai Islam
secara universal sangat tepat di Integrasikan dalam asuhan keperawatan agar dapat memperhatikan
fitrah manusia dalam hal ini klien sebagai penerima asuhan melalui pengembangan asuhan keperawatan
yang Islami yang merupkan inti dari Keperawatan Islam.

Keperawatan Islam digali nilai-nilai agama Islam dalam keperawatan dari sumber yang merupakan
keyakinan umat Islam yaitu Alqur’an dan Hadist. Karena nilai-nilai Islam adalah universal maka untuk
dapat mengembangkan Keperawatan yang Islami harus dimulai pada tataran falsafah atau keyakinan
yang paling tinggi dalam profesi keperawatan yaitu “Paradigma Keperawatan Islam”.

Paradigma Keperawatan Islam adalah fenomena sentral atau cara pandang profesi keperawatan yang
mendasari profesi keperawatan, maka Paradigma Keperawatan Islam adalah sebagai acuan seluruh
komunitas Keperawatan Islam di Indonesia baik dalam pelayanan kesehatan maupun dalam
penyelenggaraan pendidikan keperawatan Islam.
PARADIGMA KEPERAWATAN ISLAM

Paradigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep
dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya prinsip dan ajaran
Islam. Paradigma keperawatan Islam dibangun melalui empat komponen besar yaitu : Manusia dan
kemanusiaan, lingkungan, sehat dan kesehatan serta keperawatan.

1. MANUSIA DAN KEMANUSIAAN

Dasar Firman Allah: [QS. At-Tiin : 4] [QS. Shaad : 72] [QS. Al-Hijr : 29] [QS : Al-Israa’ : 70] [QS : Al-Israa’ :
73-74]

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik bentuknya yang dimuliakan Allah, terdiri atas jasad,
ruh, dan psikologis, dimana seluruh mahluk lainnya yang berada di langit dan dibumi ditundukan oleh
Allah kepada manusia kecuali Iblis yang menyombongkan diri. Manusia di dalam Alquran diistilahkan
antara lain dengan sebutan Al-Basyar Allah menjelaskan dalam ayat-ayat :[QS. Shaad : 71] [ QS Al-
Anbiyaa : 8 ] [ QS. Al-Mulk : 14 ] makna Al-Basyar adalah gambaran manusia yang diciptakan dari tanah
dan secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan, dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. An-Nas[ QS. Al-Hujurat : 13 ] Makna An-Naas dalam Al-qur’an
mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk sosial.
Komponen Manusia

Manusia sebagai salah satu mahluk ciptaan Allah terdiri atas beberapa komponen yang meliputi jasad
(fisik ), ruh, dan nafs (jiwa).

Jasad (Fisik): [ QS. At-Tiin : 4 ], [ QS. Al-Anbiyaa : 8 ],[ QS. Al-Anbiya : 2] Komponen fisik adalah komponen
jasad/bentuk, yang dapat makan dan minum, berjalan, mendengar, melihat, dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti yang dijelaskan oleh beberapa ayat dalam Al-quran.

Ruh Allah berfirman dalam Al-Quran [ QS. Shaad (38) : 72 ]

“Maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya (manusia) dan kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku;
maka hendalah kamu (malaikat, jin dan iblis) tunduk dengan bersujud.”

Nafs (Jiwa) Allah berfirman dalam Al-Quran :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat

Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram .”[QS. Ar-Ra’d : 28 ]

Manusia juga dapat diterangkan dalam siklus kehidupannya melalui proses reproduksi hingga
regenerasi, yang meliputi fase : Pernikahan [Q.S Ar-Ruum:21], [Q.S. An-Nisaa’: 22-24], Kehamilan [Q.S.
Al-Hajj : 5], Kelahiran,Nifas, Tumbuh kembang [Q.S. Luqman: 14], [Q.S. Al-Baqarah: 233], Kematian [Q.S
Ali Imran : 185],

Berdasar peran dan fungsi manusia diyakini sebagai khalifah dan hamba Allah, sebagai khalifah Allah di
bumi, manusia diberi tugas untuk melaksanakan fungsi kemanusiaan dianataranya :

(1) Memimpin dan mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah[Q.S Al-Baqarah: 30] , [Q.S.
Al-Ahzab:72].

(2) Memakmurkan bumi dan mengeluarkan potensi yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan
umat manusia berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah [Q.S Huud : 61].

(3) Menyebarkan keadilan dan kemaslahatan [ QS. Al-Hadiid (57): 25 ], [ QS. Shaad (38) :26 ], [ QS. Al-
Qasas (28): 77 ]

Sebagai hamba Allah yang diberi beban untuk beribadah kepada Allah semata, yakni ibadah yang
mencakup seluruh aspek kehidupan, sebagai mana firman Allah :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-KU.” [ QS. Adz-
Dzariat (51) : 56 ].

Dari uraian diatas tentang manusia sebagai khalifah dan hamba Allah, maka manusia dalam aspek
keperawatan dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu manusia sebagai perawat dan manusia
sebagai klien.Manusia sebagai perawat adalah mahluk ciptaan Allah yang paling mulia dan sempurna
(terdiri dari jasad, ruh dan nafs) dan memiliki iman , ilmu dan mempunyai kewajiban untuk
mengamalkannya bagi kemaslahatan umat.Manusia sebagai klien yang menjadi fokus pelayanan
keperawatan pada dasarnya adalah makhluk yang berpotensi secara aktif menjadikan dirinya sebagai
manusia yang sempurna, sebagaimana firman Allah :

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu
nikmat yang telah di anugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada
diri mereka sendiri dan sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” [ QS. Al-Anfal (8) :
53 ].

2. LINGKUNGAN

Dasar ayat-ayat yang menjelaskan tentang lingkungan: [ QS. Al-Baqarah (2) : 164 ]
[QS. Al-Jaatsiyah (45) ; ayat 3, 4, 5, 6, 7 ], [ QS. Al-A`raf (7), ayat 54 ].

Allah menjelaskan kepada kita bahwa alam semesta dan seisinya di ciptakan atas hak dan kehendak
Allah SWT dan di peruntukkan bagi manusia agar manusia bersyukur serta dapat mempelajari alam
semesta ini guna memperkokoh keimanan dan ketaqwaan terhadap sang Maha Khaliq (Pencipta). Dan
Allah juga mengancam manusia yang berdusta dan berdosa.

Betapa Allah telah menunjukkan kepada manusia terjadinya siklus cuaca dan bagaimana hujan itu
diturunkan kebumi dan bagaimana tumbuhan hidup yang tiada ain agar manusia dapat menggali dan
mempelajari makna ayat-ayat Allah dapat kita simak pada [ QS. Al-A`raf (7) ; ayat 57 ] [ QS. Al-A`raf (7);
ayat 58 ].

Melalui ayat-ayatNy [ QS Albaqarah (2) : 60 ] [ QS Al-Baqarah : 11 ] [ QS Al-A’raaf : 56 ] [ QS. Muhammad


(47) : 22-23 ] [ QS Al-Ankabut (29) : 36-37 ] Allah menegaskan baik buruknya kwalitas lingkungan akan
berpulang kepada manusia yang mendiami muka bumi ini dan kemudian memanfaatkannya. Apabila
manusia mampu memelihara lingkungan dengan baik maka akan baiklah kehidupan ini, begitupula
sebaliknya jika manusia merusaknya maka malapetakalah yang akan menimpanya, seperti : bencana
banjir, wabah penyakit-penyakit menular, polusi udara, dll.

Unsur lingkungan di bagi dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal
meliputigenetika [QS. An-Nisa : 19]., struktur fungsi tubuh“Tiap jasad yang tumbuh dari yang haram
maka neraka lebih utama bagunya.” (HR. Tirmidzi), psikologis [ QS : Al-Israa’ : 73-74 ]

dan internal spiritual[QS.Asy-Syams : 9-10], [QS. An-Nisa : 48-50] Sedangkan lingkungan eksternal adalah
lingkungan disekitar manusia baik fisik [QS. Al-A`raf (7) ; ayat 57], [QS. Al-Anfal (8) : 11], biologis, [QS. Al-
Jaatsiyah (45) ; ayat 3, 4, 5, 6, 7 ] [QS. At-Taubah :108], sosial [QS. An-Nisa (4) : 1] [QS. Al-Hujarat (49) :
13] [QS. Al-Hujarat (49):10], dan spiritual [QS. Al-Baqarah (2) : 222], “Kebersihan itu adalah separuh dari
iman.” (Hadits riwayat Muslim) “Terangilah rumahmu dengan shalat dan membaca Al-Qur`an.” (Al-
Hadits)

Lingkungan internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk
persepsinya terhadap sehat-sakit. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai hubungan yang dinamis
dengan lingkunganya serta tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya tersebut. Tindakan kebersihan
lingkungan (baik internal maupun eksternal ) adalah merupakan tindakan spiritual dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan
sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak saja
merusak keindahan tetapi juga dapat menimbulkan berbagai penyakit dan sakit merupakan salah satu
faktor yang mengakibatkan penderitaan.

Kebersihan harus diupayakan oleh manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dalam rangka
mewujudkan suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat, memelihara
lingkungan baik internal maupun eksternal harus diupayakan untuk menciptakan nuansa yang Islami
(spiritual) sebagai bagian dari perintah Allah SWT.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam memandang lingkungan sebagai sesuatu rahmat yang
diperuntukkan bagi manusia yang harus senantiasa dijaga, dipelihara dan dilestarikan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan manusia baik individu , kelompok dan masyarakat sebagai sarana
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. SEHAT DAN KESEHATAN

“ Ya Allah , ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Serta peliharalah kami
dari siksa api neraka” [Al-Baqarah (2) :201].

Islam mendorong ummat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang baik bagi mereka didunia
dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat
yang harus dimiliki adalah sehat /kesehatan.

Sehat dan kesehatan dalam perspektif Islam

“Ingatlah , hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” [QS. Ar-Rad :28].

“ Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan punya makanan untuk sehari-harinya, maka seolah-
olah dunia seisinya dianugerahkan kepadanya”. (Hadist riwayat At-Turmudzy dan Ibnu Majah)

Berpedoman pada hadist tersebut diatas maka sehat bukan hanya bebas dari rasa sakit dan cacat
belaka. Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, yaitu berada dalam keadaan sejahtera, penuh rasa
syukur atas nikmat Allah dalam aspek jasmani, rohani dan sosial.

Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya
mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya
seoptimal mungkin. Ia memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan dirinya sebaik mungkin
untuk beramal sholeh dan beribadat serta menjadi rahmat bagi lingkungannya.

Upaya Kesehatan

Dalam Al-Qur`an maupun hadist, telah diperingatkan akan pentingnya memperhatikan kesehatan baik
dalam konteks upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Beberapa dalil sebagi landasan upaya kesehatan adalah :


(1) Upaya promotif (QS: Al-Baqarah (2): 95 ).

“Ada dua kenikmatan yang sering dilalaikan orang, yaitu sehat dan waktu senggang”.

( HR. Bukhori dan Muslim )

Berdasarkan dalil tersebut di atas maka manusia dilarang merusak diri baik jasmani maupun rohani,
dalam arti manusia wajib memelihara kesehatan dan meningkatkannya.. Dan uraian hadist tersebut
dapat dipahami, janganlah kita mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.

(2) Upaya Preventif [QS. At-Tahrim (66):6 ]


Berkaitan dengan upaya preventif dalam Al-Quran dan Al-Hadist dijelaskan sebagai berikut. “Hai orang-
orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.......”

“Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu :1. Masa hidupmu sebelum datang
ajalmu, 2. Masa sehatmu sebelum datangnya sakit. 3. Masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu, 4.
Masa mudamu sebelum datangnya masa tua dan 5. Masa kayamu sebelum datangnya miskin.” (HR.
Ahmad dan Baihaqi).

“Jika kamu mendengar berita ada wabah penyakit disuatu daerah, maka janganlah memasuki daerah itu.
Dan jika kamu berada didalamnya, janganlah kamu keluar dari daerah itu.” (Al Hadits)

(3) Upaya kuratif[QS. Asy-Syuara (42) : 80 ]

“Berobatlah kamu wahai manusia, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa
menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua (mati)” (HR. Ashabus Sunan)

(4) Upaya rehabilitatif [ QS. Ar-Ra`du (13) :11]

“Berbuatlah untuk bekal duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya-lamanya dan beramllah
untuk bekal akheratmu seakan-akan engkau mati besok pagi.” (Al Hadist)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahmu dan hartamu, tetapi ia melihat hatimu dan
amalmu”. (Al Hadist)

Dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara keseimbangan antara kehidupan duniawi dan
ukhrowi , antara jasmani dan rohani serta perlu adanya usaha pemulihan yang didasari niat yang
sungguh-sungguh dan bekerja keras.

4. KEPERAWATAN

“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan
kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil :”Aduhai
celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia orang diantara orang-orang yang menyesal.” [QS. Al-
Maidah (5): 31]

“Dan orang-orang yang beriman , lelaki dan perempuan , sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf , mencegah dari yang mungkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya . Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. At-Taubah (9) :
71]

“Dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya`qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan
yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” [ QS. Shaad (38):ayat 45]

“ Dan (ingatlah kisah) Ayub , ketika ia menyeru Tuhannya : “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” [QS. Al-
Anbiyaa (21): 83]

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu
syaitan dengan kepayahan dan siksaan.” [QS. Shaad (38): 41]

“ Dan ambilah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu
melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) orang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-Nya .” [ QS. Shaad (38): 44 ]

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. [QS Ali
Imran (3) : 4].

“Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari kiamat, maka
bantulah orang yang dalam kesulitan atau hindarkan kesulitannya.” (HR. Muslim).

Keperawatan dalam Islam diyakini sejak tegaknya Islam


Zaman Nabi Adam, A.S

Sebagaimana dalam Al qur’an Allah berfirman :

Dari firman Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi awal mulanya konsep perawatan jenazah. [
QS. Al Maidah (6) : 31]

Zaman Nabi Ayub AS

Ketika nabi Ayub terkena penyakit kulit, istrinya bernama Siti Rahmah selalu merawat suaminya siang
dan malam, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi nabi ayub AS Siti Rahmah menukar gulungan rambut
dengan empat potong roti. Setelah itu Siti Rahmah berkata : wahai Tuhanku sesungguhnya perlakuanku
ini hanya karena taatku kepada suamiku dan untuk memberikan makan kepada nabi-Mu, maka telah
saya jual gulungan rambutku. Nabi Ayub berdoa kepada Allah agar penyakitnya di berikan kesembuhan.
Firman Allah : [QS. Shaad (38) : 41].

Zaman Nabi Isa as

"( Ingatlah, ketika Allah menyatakan : " Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
Ibumu diwaktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia
diwaktu masih dalam buaian dan sesuadah dewasa; dan ( ingatlah ) diwaktu Aku mengajar kamu
menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ( Ingatlah pula ) diwaktu kamu membentuk dari tanah ( suatu
bentuk ) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi
burung ( yang sebenarnya ) dengan se izin-Ku. Dan ( ingatlah ) waktu kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu dan yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ( ingatlah) diwaktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur ( menjadi hidup ) dengan seizin-Ku, dan ( ingatlah ) diwaktu
Aku menghalangi bani Israil ( dari keinmginan mereka membunuh kamu ) dikala kamu mengemukakan
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: " Ini
tidak lain melainkan sihir yang nyata " [QS. Al-Maidah (5) : 110]

Zaman nabi Muhammad SAW

Pada saat nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Allah, banyak kaum wanita menarik suami untuk
ikut berjuang dan berperang dan para wanita tersebut mengikuti perjalanan, selama perjalanan mereka
tekun dalam memberikan pertolongan serta pengobatan kepada pasukan yang terkena luka dan sakit
dalam peperangan. Adapun wanita yang berbai’at kepada Rasullah adalah :

Rubiyi binti Mu’awidz

Rubiyi adalah seorang sahabat wanita yang ikut serta meriwayatkan hadist dari Rasullah . Peran Rubiyi
dalam peperangan dapat diketahui dari riwayat Imam Bukhori, Nasai dan abu Muslim Al Kajji yaitu
bertugas memberi minum kepada mereka yang berperang, melayani mereka, mengobati yang
terluka,serta membawa orang-orang yang gugur ke madinah

Umu Sinan Al-Aslamiyah

Umu Sinan adalah seorang mujahid wanita yang agung ia datang kepada Rasulullah ketika beliau hendak
keluar ke Khaibar, lalu ia berkata : “ ya Rasulullah, bolehkah aku ikut keluar bersamamu dalam
perjalanan mu ini ? Aku akan menuangkan air minum dan mengobati orang yang sakit dan terluka,
Rasulullah mengizinkan umu sinan ikut serta dalam penaklukan khaibar “( Al-Wagidi dalam Al Maghazi :
687, dan At Thabaqat 8 : 214 )

Umu Ziyad Al Asyja-iyah

Umu Ziyad Al Asyjaiyah seorang, pejuang wanita yang tangguh, umu tersebut dengan izin rasulullah ikut
dalam penaklukan khaibar, bertugas untuk mengobati orang-orang yang terluka, menyiapkan makan
dan minum.

Ku’aibah binti Sa’ad

Adalah seorang wanita yang cerdas, aktifitasnya tidak terbatas perannya pada waktu perang, bahkan ia
mengobati orang yang sakit pada saat kapan saja, ia telah dibuatkan ruang khusus di masjid untuk
mengobati orang-orang yang sakit atau terluka (Thabaqat ibnu Sa’ad 8 : 213). Ku’aibah sebagai orang
yang merintis jalan dalam dunia pengobatan dan kedokteran yang diberi gelas tokoh dan pakar medis

Umayah binti Qais Al Ghifariyah

Umayah bersama kelompok wanita bani Ghifar datang kepada rasulullah : ingin ikut berperang bersama
ke khaibar, kami ingin mengobati orang-orang yang terluka dan membantu kaum muslimin sesuai
dengan bidang dan kemamp

Anda mungkin juga menyukai