Disusun Oleh :
Kelompok 11
Valisa (220103020060)
BANJARBARU
2022
PENDAHULUAN
”Sesungguhnya jalan menju akhirat itu melalui jalan Syari’at, tahriqat, dan
hakikat; maka dengarlah contoh-contoh dari ketiganya.”2
1
. Basyar Isya, Menggapai Derajat Kekasih Allah, (Bandung: Qalbun Salim press, 1997),
cet .I, h. 9.
2
. kitab Kifayatu al-Adzqhiya wa al- Minhaj al-Ashfiya ini di syarh oleh Zainuddin bin Ali
al-Malibari dalam kitabnya Hidayatul al-Adzkiya ila Thariqi al-Awliya, (ttp: Syirkah al-Nur Asiya,
tt.), h.8-9.
PEMBAHASAN
A. SYARI’AT
1. Pengertian Syariat
Syariat yaitu segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan sunah.
Adapun Syariat diartikan dalam bahasa yaitu jalan menuju sumber air yang
tidak pernah kering. Namun pada aras yang sama Syariat juga dapat diartikan
sebagai pokok kehidupan, sedangkan Syariat menurut istilah adalah aturan-
aturan yang diciptakan oleh Allah untuk dipenomani manusia dalam
mengatur hubungan dengan tuhan.
Apabila Kata Syariat yang artinya berjalan menuju sumber air, lalu
disatukan dengan kata islam secara bahasa artinya selamat, damai, sejahterah.
Lalu disatukan dalam kalimat Syariat islam maka itu berarti jalan menuju
sumber air sebagai pokok kehidupan yang menjanjikan atau memberi
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Ini berarti bahwa manusia yang
menaati syariat islam mereka akan memperoleh sumber kehidupan yang di
dalamnya terdapat keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.3
3
Prof. Dr. Luth Thohir, MA. Syariat Islam, Universitas Brawijaya, Malang 65145
indonrsia, hlm, 15-16
4
Prof. Dr. Luth Thohir, MA. Syariat Islam, Universitas Brawijaya, Malang 65145
indonrsia, hlm, 21-22
Sikap ini dipandang sebagi perbuatan durhaka kepada Allah dan Rasul-
Nya, dan durhaka itu menjadikan mereka orang-orang yang beriman menjadi
sesat secara nyata. Karena orang beriman tentunya taat, patuh pada ketentuan
Allah dan Rasul-Nya itulah yang menjadi tolok ukur kehidupan.
Perlu diketahui bahwa semua syariat langit diturunkan empat tujuan utama:
B. TAREKAT
6
Jurjawi Ahmad Ali Syaikh, Indahnya Syariat Islam, PUSTAKA AL-KAUTSAR, Jakarta timur
13420, hlm 1.
Alquran": "Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah
perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, [dan] buatlah untuk
mereka jalan kering di tengah laut'." (Q.S. Thāhā [20]: 77).
7
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, (solo : Ramadhani, 1995), cet. XI, h.
1. Cabang-cabang atau Aliran-Aliran dalam Tarekat
Ada banyak aliran tarekat yang berkembang di dunia Islam. Tarekat yang
ada di Indonesia diantaranya:
8
. Dr. H. Badrudin, M.Ag, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Penerbit A-Empat Puri Kartika
Banjarsari C1/1 Serang : 2015)hlm : 37
9
. Dr. H. Badrudin, M.Ag, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Penerbit A-Empat Puri Kartika
Banjarsari C1/1 Serang : 2015)hlm : 38
Nicholson mengungkapakan hasil penelitiannya, bahwa sistem hidup bersih
(Zuhud) adalah dasar semua thariqat yang berbeda-beda itu, dan pada umumnya
thariqat-thariqat tersebut walaupun beragam nama dan metodenya, tetapi ada
beberapa ciri yang menyamakan, yaitu :
Ada beberapa term yang termasuk dalam lingkungan thariqat, yaitu: ikhlas
(niat yang suci), muraqabah (merasa diintai atau diawasi oleh Tuhan), Muhasabah
(koreksi diri atas pekerjaan yang dilakukan dalam hal kelalaian dan
kekurangannya), tajarrud (rindu kepada Tuhan lebih tinggi dari pada rindu kepada
yang selain-Nya), dan mahabbah (cinta yang sejati kepada Tuhan).
C. Hakikat
Hakikat berasal dari kata haq yang berarti kebenaran. Ilmu hakikat adalah
suatu ilmu untuk mencapai kebenaran. Sedangkan menurut terminology, hakikat
ini diartikan sebagai suatu kesaksian akan kehadiran peran ketuhanan di setiap sisi
kehidupan. Hakikat merupakan kesaksian sesuatu yang telah ditakdirkan dan
ditentukan-Nya serta yang ditampakkan dan yang disembunyikan-Nya.10 Para sufi
berkeyakinan, bahwa hakikat akan dicapai sesudah seseorang telah mendapatkan
ma’rifat yang sebenar-benarnya dan telah menjalani tarekat. Oleh sebab itu
bemula-mula manusia mencari sesuatu dengan ilmunya (ilmu yakin), kemudian
barulah dia sampai kepada akah serta jiwa (perasaan) atau dinamakan sebagai
ainul yakin, sehingga barulah seseorang tersebut sampai kepada haqul yakin
(keyakinan yang sebenar-benarnya). Demikianlah haqul yakin hanya dapat dicapai
seseorang dalam fana, yaitu setelah melalui dua tingkat, ilmu yakin dan ainul
yakin.11
Ismail Nawawi mengutip Ustadz Ali Ad-Daqaq bahwa surat al-Fatihah ayat 4,
”Hanya pada-Mu kami menyembah” merupakan manifestasi dari syari’at.
Sedangkan surat al-Fatihah ayat 5, ”Hanya kepada-Mu kami memohon”
merupakan jelmaan pengakuan penetapan hakikat.12 Kebenaran bukan hanya
terletak pada akal pikiran dan hati, akan tetapi juga terletak pada rasa, yaitu rasa-
jasmani yang dapat dirasakan.
10
“PENGANTAR ILMU TASAWUF.Pdf.”
11
Assiraj, “Ajaran Tasawuf Naskah Suluk Daka : Suntingan Teks Beserta Kajian
Pragmatik.”
12
Ismail Nawawi, Op.Cit.,h. 60.
13
Hakikat merupakan kebenaran sejati sebagai akhir dari perjalanan, sehingga tercapai
musyahadatnural-tajalliatau terbukanya nur yang ghaib bagi hati seseorang. Lihat Labib MZ,
Memahami Ajaran Tashowuf,,(Surabaya : Tiga Dua, tt. ), h. 128.
14
“PENGANTAR ILMU TASAWUF.Pdf.”
1. Hakikat tasawuf, hakikat ini mengarahkan untuk membicarakan suatu
usaha untuk membatasi syahwat serta mengendalikan duniawi dengan
segala tipu daya dan keindahannnya.
2. Hakikat ma’rifat, yaitu mengenal nama-nama Allah dan segala sifat-
sifatnya dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, dan
menjaga kesucian akhlak.
3. Hakikat al-haq, merupakan batas kepada zat serta memberi makna yang
mukminat dalam ilmu Tuhan.
KESIMPULAN
A. Penutup
Jalan menuju Allah agar manusia berbahagia di akhirat itu ada tiga
jenis, dimulai dengan syariat, kemudian tarekat, dan buahnya, yaitu
hakikat. Ketiganya saling terkait dan tidak boleh dipisahkan salah satu
diantara ketiganya.
DAFTAR PUSTAKA
Isya, Basyar, Menggapai Derajat Kekasih Allah, (Bandung: Qalbun Salim press,
1997), cet .I, h. 9.
kitab Kifayatu al-Adzqhiya wa al- Minhaj al-Ashfiya ini di syarh oleh Zainuddin
bin Ali al-Malibari dalam kitabnya Hidayatul al-Adzkiya ila Thariqi al-
Awliya, (ttp: Syirkah al-Nur Asiya, tt.), h.8-9.
Prof. Dr. Luth Thohir, MA. Syariat Islam, Universitas Brawijaya, Malang 65145
indonrsia, hlm, 15-16
Prof. Dr. Luth Thohir, MA. Syariat Islam, Universitas Brawijaya, Malang 65145
indonrsia, hlm, 21-22
Prof. Dr. Luth Thohir, MA. Syariat Islam, Universitas Brawijaya, Malang 65145
indonrsia, hlm 11-15.
Bakar Aceh, Abu, Pengantar Ilmu Tarekat, (solo : Ramadhani, 1995), cet. XI, h.
Dr. H. Badrudin, M.Ag, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Penerbit A-Empat Puri Kartika
Banjarsari C1/1 Serang : 2015)hlm : 37
Dr. H. Badrudin, M.Ag, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Penerbit A-Empat Puri Kartika
Banjarsari C1/1 Serang : 2015)hlm : 38