Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM

Makalah ini merupakan satu tugas dari mata kuliah


Pendidikan Agama Islam
Dosen pengampu : Riyani Pujiana, M Pd

Disusun oleh :
Fatwa Nazatama (22210410052)
Roy Rahmanto (22210410053)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ISIPOL
UNIVERSITAS PROKLAMASI YOGYAKARTA
Tambak Bayan, Jl. Proklamasi Jl Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali permasalahan-permasalahan fundamental yang terjadi

dalam praktek ibadah seorang muslim. Salah satu permasalahan fundamental yang

kian menjamur adalah menyangkut praktek dasar ajaran Islam. Dasar ajaran Islam yang

terdiri dari aqidah, syari‟ah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya.

Dasar ajaran islam terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak mempunyai

hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan suatu kesatuan. Contohnya; seorang

melakukan zakat berarti dia melakukan syariah, dan dilakukan hanya untuk karna Allah

(melakukan aqidahnya) dan tidak untuk pamer dengan orang sekitar alhasil dia

mendapatkan manfaat akhlaknya.

Itulah makna suatu kesatuan ajaran islam. Masih ada bebrapa orang melakukan

ibadah untuk pamer, atau pun membuat kagum orang sekitar. Maka dari itu kami

membuat makalah ini agar dapat menyampaikan untuk beribadah tulus karna allah SWT.

Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali

mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari’ah, dan akhlak

yang kian terlupakan.


B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan tujuan dari adanya Aqidah bagi umat muslim ?

2. Apakah pengertian dari syariah dan fungsinya bagi umat islam?

3. Apa pengertian dari akhak, macam macam akhlak menurut agama islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pegertian dan Tujuan Aqidah Bagi Umat Islam

Akidah atau Aqidah (bahasa Arab: ‫العقيدة‬, translit. al-‘aqīdah) adalah intisari atau pokok


dalam agama Islam, yang mana intinya adalah menegaskan bahwa Allah satu-satunya tuhan dan
satu-satunya yang berhak disembah atau diibadahi, menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah yang harus diteladani oleh seorang muslim, serta mengetahui, meyakini, dan
mengamalkan rukun Islam dan rukun Iman.

ْ
Istilah “Aqidah” atau sering dieja “akidah” berasal dari kata bahasa Arab: al-‘aqdu (ُ‫)ال َع ْقد‬
yang berarti “ikatan”, at-tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِ ْيق‬yang berarti “kepercayaan atau keyakinan yang
ْ yang artinya “mengokohkan” atau “menetapkan”, dan ar-rabthu
kuat”, al-ihkaamu (‫)اِإل حْ َكا ُم‬
biquw-wah (‫ )ال َّر ْبطُ بِقُ َّو ٍة‬yang berarti “mengikat dengan kuat”..[1]

Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara teknis juga
berarti keyakinan atau iman. Dengan demikian, aqidah merupakan asas tempat mendirikan
seluruh bangunan (ajaran) Islam dan menjadi Kerangka Dasar Ajaran Islam[2]

website gramedia.com, link : https://www.gramedia.com/literasi/aqidah/


[1]

Bukun Ajar Agama Islam untuk perguruan tinggi umum oleh A febrianto hal 50 UPY Press
[2] ]

tahun 2021 Yogyakarta


Menurut Sayid Sabiq, tujuan akidah Islam adalah agar seseorang bermakrifat (mengenal
yang sebenar-benarnya) kepada Allah swt melaui akal dan hatinya. Makrifat akan menjadikan
jiwanya kukuh dan kuat serta meninggalkan kesan yang baik dan mulia. Selain itu, makrifat juga
akan mengarahkan tujuan dan pandangannya ke arah yang baik dan benar.[3]

Menurut Toto Suryana dkk., tujuan akidah Islam sebagai berikut:

1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimikili manusia. Sejak


lahir, manusia telah memiliki potensi keberagaman (fitrah) sehingga sepanjang
hidupnya membutuhkan agama untuk mencari keyakinan terhadap Tuhan. Akidah
Islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah mausia, menuntun dan mengarahkan
manusia kepada keyakinan yang benar tentang Tuhan, Tidak menduga-duga atau
mengira-ngira, tetapi menunjukkan Tuhan yang sebenarnya.
2. Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Agama sebagai kebutuhan fitrah
manusia akan senantiasa menuntut dan mendorongnya untuk terus mencarinya.
Akidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaninya dapat
terpenuhi sehingga memperoleh ketenangan dan ketemteraman jiwa yang
diperlukannnya, dan terhindar dari kecemasan. Selain itu, akidah akan
menghubungkan orang mukmin dengan penciptanya.
3. Memberikan pedoman hidup yang pasti. Keyakinan terhadap Tuhan memberikan
arahan dan pedoman yang pasti sebab akidah menunjukkan kebenaran dan
keyakinan yang sesungguhnya. Akidah memberikan pengetahuan tentang asal
manusia datang,untuk apa hidup dan arah manusia akan pergi sehingga kehidupan
manusia akan lebih jelas dan bermakna.
4. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang
kosong dari akidah. Orang yang jiwanya kosongdari akidah kadang-kadang
terjatuh pada berbagai kesesatan dan khurafat.[4]

Rosihan Anwar, Saehuddin, Akidah Akhlak, h. 16.


[3]

Toto Suryana dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Tiga Mutiara,
[4]

1996), h.69.
B. Pengertian Syariat dan Fungsi Bagi Umat Muslim
Syariat secara bahasa, berarti : ‘jalan yang lurus’ atau ‘sumber mata air’. Jadi orang yang
menjalankan Syariat berarti berjalan di atas jalan yang benar (lurus). Dan orang yang tak
menjalankan Syariat berarti berjalan melalui jalan yang salah alias salah jalan. Demikian juga
dengan pengertian ‘mata air’. Orang yang memegang Syariat berarti ada di sekitar sumber mata
air. Ia tidak akan kehausan sedangkan kebutuhan pada air adalah kebutuhan mutlak dalam hidup.
Sementara orang yang tidak memegang Syariat berarti jauh dan mata air. Ia akan terancam
kehausan dan kekeringan.

Secara terminologi, artinya: “Semua yang ditetapkan Allah atas hamba-Nya berupa
agama (dien) dari berbagai aturan”. Juga bisa didefinisikan: “Hukum-hukum yang ditetapkan
oleh Allah untuk hamba-Nya, baik melalui Al-Qur’an ataupun dengan Sunnah Nabi berupa
perkataan, perbuatan.”[5]

Seperti yang sudah sedikit dibahas di atas, syariah ditujukan kepada manusia agar dapat
menjalankan kehidupan di dunia ini dengan baik sebagaimana mestinya, untuk kehidupan di
akhirat.

Sutisna dalam bukunya Syariah Islamiyah menambahkan bahwa fungsi syariah memiliki
dua garis besar, yakni manusia sebagai hamba yang otomatis harus menghambakan dirinya
kepada penciptanya dan manusia sebagai jenis makhluk hidup yang diciptakan sebagai makhluk
hidup terbaik, yang mengurus dan mengatur tatanan kehidupan di dunia. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa fungsi syariah adalah membantu manusia memiliki hablum minAllah atau
hubungan kepada Pencipta dan hablum minannas atau hubungan kepada sesamanya, dengan
sebaik mungkin. [6]

Al-Madkhal Lidirasat asy-Syariat alIslamiyah, Prof. Abdulkarim Zaydan, Dar Umar Ibn al-
[5]

Khattab, Alexandria, cet. ke empat, hal 38- 39, tahun 1969.


Website Wakalahmu. Link : https://wakalahmu.com/artikel/literasi-asuransi-syariah/inilah-
[6]

pengertian-syariah-yang-wajib-diketahui
C. Pengertian Akhlak dan Macam-macamnya
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau
peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya
akan tercermin dari perilaku orang tersebut.

Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.

َ ِ‫ِإنَّا َأ ْخلَصْ نَاهُ ْم بِخَال‬


ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬

Artinya:

"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)


akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (QS Shad : 46).
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di dalam jiwa
manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya
pertimbangan pemikiran lagi.[7]

Secara garis besar dikenal dua macam akhlak yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji),
akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al mazmumah (akhlak tercela),
akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam. Akhlak yang baik dilahirkan oleh
sifat-sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan atau perkataan yang
mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Allah, baik itu perintah
maupun larangan_Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan fitrah yang sehat.[8]

website merdeka.com https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-


[7]

manfaat-serta-macam-macamnya.html
[8]
Ulil Amri Syafri, (2014), Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, hal. 74-75.
Memahami jenis akhlak seperti yang disebutkan di atas, maka dapat difahami, bahwa
akhlak yang terpuji adalah merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang berupa ketaatan
pada aturan dan ajaran syariat Islam yang diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal baik
dalam bentuk amalan batin seperti zikir dan doa, maupun dalam bentuk amalan lahir seperti
ibadah dan berinteraksi dalam pergaulan hidup ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan akhlak
yang tercela adalah merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang, berupa kebiasaan
melanggar ketentuan syariat ajaran Islam yang diujudkan dalam tingkah laku tercela, baik dalam
bentuk perbuatan batin seperti hasad, dengki, sombong, takabur, dan riya, maupun perbuatan
lahir seperti berzina, menzholimi orang lain, korupsi dan perbuatanperbuatan buruk lainnya.

Sedangkan menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu akhlak terpuji
(akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).

a. Akhlak Terpuji,

adalah sikap sederhana yang lurus sikap sedang tidak berlebih-lebihan, baik perilaku,
rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepat janji, istiqamah, berkemaan, berani, sabar,
syukur, lemah lembut dan lain-lain.

b. Akhlak Tercela ,

yaitu semua apa-apa yang telah jelas dilarang dan dibenci oleh Allah swt yang
merupakan segala perbuatan yang bertentangan dengan akhlak terpuji.[9]

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akhlak terbagi atas dua bagian
yang mana akhlak terpuji yaitu semua perbuatan-perbuatan baik yang diperintahkan dan
disenangi Allah begitu sebaliknya terhadap akhlak tercela yaitu perbuatan perbuatan yang
dilarang dan dibenci Allah Swt. Dengan demikian akhlak yang baik akan memberikan pengaruh
pada pelakunya begitu juga sebaliknya dengan akhlak tercela

[9]
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Graha Ilmu, hal. 96.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akidah atau Aqidah (bahasa Arab: ‫العقيدة‬, translit. al-‘aqīdah) adalah intisari atau pokok


dalam agama Islam, yang mana intinya adalah menegaskan bahwa Allah satu-satunya tuhan dan
satu-satunya yang berhak disembah atau diibadahi, menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah yang harus diteladani oleh seorang muslim, serta mengetahui, meyakini, dan
mengamalkan rukun Islam dan rukun Iman. Tujuan akidah Islam sebagai berikut: Menuntun dan
mengembangkan dasar ketuhanan yang dimikili manusia, Memberikan ketenangan dan
ketenteraman jiwa, Memberikan pedoman hidup yang pasti, Membebaskan akal dan pikiran dari
kekeliruan yang timbul karena jiwa yang kosong dari akidah.

Syariat adalah Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk hamba-Nya, baik
melalui Al-Qur’an ataupun dengan Sunnah Nabi berupa perkataan, perbuatan. Fungsi syariah
memiliki dua garis besar, yakni manusia sebagai hamba yang otomatis harus menghambakan
dirinya kepada penciptanya dan manusia sebagai jenis makhluk hidup yang diciptakan sebagai
makhluk hidup terbaik, yang mengurus dan mengatur tatanan kehidupan di dunia. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa fungsi syariah adalah membantu manusia memiliki hablum minAllah
atau hubungan kepada Pencipta dan hablum minannas atau hubungan kepada sesamanya, dengan
sebaik mungkin.

Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau
peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya
akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Secara garis besar dikenal dua macam akhlak yaitu
akhlaq al karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq
al mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam.
Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang
buruk terlahir dari sifat yang buruk. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah
adalah perbuatan atau perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai
dengan syariat Allah, baik itu perintah maupun larangan_Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan
fitrah yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

website gramedia.com, link : https://www.gramedia.com/literasi/aqidah/


A febrianto, Buku Ajar Agama Islam untuk perguruan tinggi umum(UPY Press tahun 2021
Yogyakarta, hal 50)
Rosihan Anwar, Saehuddin, Akidah Akhlak, h. 16.
Toto Suryana dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Tiga Mutiara,
1996), h.69.
Al-Madkhal Lidirasat asy-Syariat alIslamiyah, Prof. Abdulkarim Zaydan, Dar Umar Ibn al-
Khattab, Alexandria, cet. ke empat, hal 38- 39, tahun 1969.
Website Wakalahmu. Link : https://wakalahmu.com/artikel/literasi-asuransi-syariah/inilah-
pengertian-syariah-yang-wajib-diketahui
website merdeka.com https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-
manfaat-serta-macam-macamnya.html
Ulil Amri Syafri, (2014), Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, hal. 74-75.
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Graha Ilmu, hal. 96.

Anda mungkin juga menyukai