Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM

Dosen:
WAHYU ARI WIBOWO

Disusun Oleh:
FANDI NAUFAL WIJAYA (2233030)
SHYVA HARTANTO (2233031)
FEBY AZZAHRA PUTRI (2233032)
SULISTYONO (2233033)

PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI


KELAS REGULER B SEMESTER I
STMIK BINA PATRIA MAGELANG
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i


KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1 B.
Rumusan Masalah ..........................................................................................................1 C.
Tujuan Penulisan ............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2 A.


Pengertian Kerangka Ajaran Dasar Islam ....................................................................... 2 B.
Keimanan Seorang Muslim .............................................................................................5 C.
Muslim yang Ihsan ..........................................................................................................8 D.
Klasifikasi Pokok Ajaran Islam .......................................................................................9 E.
Hubungan Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak Dalam Perilaku Manusia................................ 10
A) Aqidah................................................................................................................... 11 B)
Syari’ah................................................................................................................. 12 C)
Akhlak................................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21


i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT, atas izin-Nya lah
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula saya panjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya,
dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama
empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu
menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Agama berjudul “Kerangka Dasar Ajaran Islam”. Dalam penyusunan tugas
atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun saya menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Akhirul kalam, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka dari itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di
masa mendatang. Saya harap semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak. Amin.

Subang, 23 September 2020


Penulis,

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, banyak sekali permasalahan-permasalahan fundamental yang terjadi dalam


praktek ibadah seorang muslim. Salah satu permasalahan fundamental yang kian menjamur
adalah menyangkut praktek dasar ajaran Islam. Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah,
syari‟ah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya.

Contohnya: seseorang melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syari‟ah. Tetapi shalat
itu dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya, berarti dia tidak
melaksanakan aqidah. Karena shalat itu dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat
itu tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Alhasil, dia tidak mendapatkan
manfaat pada akhlaknya.

Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya mendapat ganjaran pahala, tapi
malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak dilakukan semata-mata karena Allah.

Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali mengenai
kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang kian
terlupakan.

B. Rumusan Masalah
1) Apa itu rukun iman dan rukun islam?
2) Apa dalil-dalil rukun iman dan rukun islam?
3) Apa pengertian dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Ajaran Islam?
4) Bagaimana klasifikasi Pokok Ajaran Islam?
5) Bagaiman hubungan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Perilaku Manusia?
6) Bagaimana ruang lingkup Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Ajaran Islam?
7) Bagaimana kedudukan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Ajaran Islam?

C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan dan menegaskan kembali rukun iman dan rukun islam
2) Menjelaskan dan menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang
terdiri dari: Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak yang kian terlupakan;
3) Menjelaskan mengenai ruang lingkup Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak dalam ajaran
Islam dan kedudukannya dalam ajaran Islam.
4) Memahami dan mangkaji mengenai Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak dalam ajaran
Islam
5) Merefleksikan pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari; 6) Memahami
kekeliruan-kekeliruan menyangkut Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak untuk kemudian
menjadi cermin untuk berintrospeksi diri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam

Kerangka dasar dapat diartikan sebagai garis besar suatu pembicaraan atau rute
perjalanan yang akan ditempuh atau bagian-bagian pokok yang menyangga suatu bangunan
(AS Hornby, 1987:804 dan John M. Echols dalam Hassan Shadily, 1987:255)

Ajaran Islam ialah sekumpulan pesan ketuhanan yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW (571-632 M) untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk perjalanan hidupnya
semenjak lahir hingga mati (Syaltout, 1983:25).

Dengan demikian, pengertian kerangka dasar ajaran Islam adalah gambaran asli, garis
besar, rute perjalanan, atau bagian pokok dari pesan ketuhanan yang disampaikan Nabi
Muhammad SAW kepada manusia.

1. Pengertian Islam

Islam berasal dari kata dasar salama (bahasa Arab) yang berarti selamat atau damai.
Kata Islam juga bisa ditarik dari kata dasar aslama, yang berarti menyerahkan diri.
Artinya Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk tunduk dan berserah diri pada
kebenaran yang datang dari Allah.

Islam ialah salah satu agama yang diridhoi Allah, paling sempurna, yang dibawa oleh
Baginda Rosulullah SAW., dimana di dalamnya terdapat hukum-hukum syariat yang
harus kita laksanakan. Firman Allah:

‫)ا‬19 ‫ا ن الدين عندهلال االسالم )العمران‬

Artinya:

“Sesungguhnya agama yang disisi Allah hanyalah Islam”. (Q.S. Al-Imron ayat 19)

2. Rukun Islam

Rukun islam itu ada 5, seperti penjelasan Rasulullah dalam haditsnya:

‫االسالم هو ان تعبد هلال وال تشرك به شيئاوتقيم الصالة وتؤدى الزكاة المفروضة وتصوم رمضان‬
‫(وتحج البيت )رواه الشيخان‬
Artinya:

“Islam yaitu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan yang lain,
mendirikan sholat, menunaikan zakat fardlu, menjalankan puasa, dan pergi haji ke
Baitullah” (H.R. Bukhori dan Muslim)

1) Syahadat
Dua kalimat syahadat adalah dasar praktis dan teoritis Islam secara keseluruhan. Oleh
karena itu dua syahadat menjadi rukun islam yang pertama. Karena keduanya adalah dasar
bagi rukun-rukun islam yang lain.

Adapun Dua Kalimat Syahadat yaitu:

Artinya:

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
SAW adalah rasul utusan Allah”

Ada dua kalimat syahadat yaitu pengertian bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
ialah: Aku mengetahui dan meyakini dalam hatiku secara kuat, dan menjelaskan kepada
orang lain bahwa tiada Dzat yang berhak disembah di alam semesta ini kecuali Dia.

Adapun pengertian bersaksi bahwa tiada Muhammad adalah utusan Allah ialah: Aku
mengetahui dan meyakini dalam hatiku secara kuat, dan menjelaskannya kepada orang lain
bahwa junjungan kita Muhammad bin Abdullah adalah hamba Allah dan Rasul-Nya,
diutusnya-Nya kepada seluruh makhluk-Nya.

2) Sholat

Rukun kedua dari kelima rukun Islam adalah mendirikan shalat. Pengertian mendirikan
shalat adalah melaksanaknnya secara kontinyu sesuai dengan waktu-waktunya yang telah
ditetapkan dan dengan memenuhi syarat serta rukunnya.

Adapun dalil tentang sholat yaitu


Artinya:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'” (Q.S Al-Baqarah Ayat 93)

3) Zakat

Zakat berasal dari kata zakayang berarti “membersihkan, bertumbuh atau berkah”.
Menurut hukum syara’ zakat adalah pemberian tertentu dari harta tertentu dari orang
tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan.

Adapun dalil tentang zakat yaitu:

Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui” (Q.S At-Taubah Ayat 103)

4) Shaum atau Puasa

Rukun Islam yang keempat adalah puasa dibulan Ramadhan, bulan yang paling
mulia.Puasa diwajibkan oleh Allah Swt. Kepada orang yang sanggup melaksanakan pada
malam-malammnya melaksanakan qiyamul lail.

Adapun Dalil tantang Shaum yaitu:

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S Al-Baqarah
Ayat 183)
5) Haji

Rukun Islam yang kelima adalah haji ke baitullah Al-Haram. Haji merupakan
kewajiban yang ditetapkan atas setiap muslim, mukalaf, merdeka, dan sanggup
menunaikan-nya, satu kali sepanjang umur.

Adapun dalil tentang haji yaitu:

Artinya:
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang
dari segenap penjuru yang jauh” (Q.S Al-Hajj Ayat 27)

B. Keimanan Seorang Muslim


Kata iman diterjemahkan artinya adalah percaya. Karena itu, iman berati percaya menunjuk
sikap batin yang terletak dalam hati.Akibatnya,orang yang percaya kepada Allah dan
selainnya seperti yang ada dalam rukuniman. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 165

Artinya:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal)” (Q.S Al-Baqarah Ayat 165)

Iman ialah membenarkan secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang diketahui sebagai
berita yang dibawa oleh Nabi saw. dari sisi Allah swt. Juga dikatakan sebagai at-tashdiq bil
qalbi (membenarkan dengan hati), al-iqrar bil-lisan (pengakuan dengan ucapan), dan al-amal
bil-arkhan (mengamalkan dengan anggota tubuh).
a) Rukun Iman

1) Beriman kepada Allah

Beriman kepada Allah dengan segala sifatnya merupakan rukun islam yang pertama
dan utama. Kita meyakini Allah itu ada, tetapi dzatnya tidak bisa di liaht oleh mata, tidak
dapat diraba dengan indra bahkan juga tidak akan akan mampu di jangkau oleh akal
pikiran.

Adapun dalil beriman kepada Allah yaitu:

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh
jauhnya” (Q.S An-Nisa Ayat 136)

2) Beriman kepada malaikat

Malaikat adalah makhluk ciptakan Allah yang di ciptakan dari cahaya. Mereka tidak
dapat di lihat oleh manusia. Walaupun malaikat tidak dapat di lihat kita wajib
mengimaninya. Dengan demikian, dapat di rumuskan bahwa beriman kepada malaikat juga
berarti meyakinidan membenarkan bahwa Allah SWT mempunyai mahlik bernama
malaikat yang harus di yakini adanya.

Adapun dalil beriman kepada malaikat yaitu:

Artinya:
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" (Q.S Al-Baqarah Ayat 285)

3) Beriman kepada kitab suci

Iman kepada kitab-kitab suci dalam islam, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan
dengan iman kepada Allah, malaikat dan Rosul. Allah yang bersifat pengasih dan
penyayang kepada makhluk-Nya termasuk kepada umat manusia, berkehendak untuk
memberi petunjuk (hidayah) hidup dengan menurunkan wahyu-Nya.

Kitab Allah yang wajib di imani adalah Taurat, Zabur, Injil, dan Al- Qur’an.

Adapun dalil beriman kepada kitab suci yaitu:

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh
jauhnya” (Q.S An-Nisa Ayat 136)

4) Iman kepada Rosul

Rosul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk
disampaikan kepada umat manusia, dan berfungsi pula sebagai contoh hidup yang baik,
sementara nabi merupakan manusia pilihan pula yang mendapat wahyu Allah, namun
tidak diwajibkan untuk menyebarkan ajaran atau risalah tersebut kepada umat. Ada 25
nabi yang di kisahkan dalam Al Qur’an yang wajib di imani setiap muslim.
Adapun dalil beriman kepada rosul yaitu:

Artinya:

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" (Q.S Al-Baqarah Ayat 285)

5) Iman kepada Hari Kiamat


Hari Kiamat secara bahasa artinya hari kebangkitan kembali dari kematian atau
kebangkitan dari kehancuran alam semesta. Sedangakn menurut istilah hari Kiamat
disamakan dengan hari berakhirnya kehidupan di alam fana ini, yang berupa kematian dari
kehidupan dan kehancuran bagi segala sesuatu yang ada. Konsep atau pengertian tentang
kebangkitan inilah yang tidak mudah untuk dipercaya menurut akal sehat tanpa dilandasi
dengan iman.

Ciri-ciri hari kiamat:


∙ Budak budak melahirkan anak dari tuan- tuannya.
∙ Banyak orang yang mengumbar auratnya.
∙ Orang- orang belomba membangun gedung-gedung pencakar langit

Adapun dalil beriman kepada hari kiamat yaitu:

Artinya:
“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat” (Q.S Al-Baqarah Ayat 4)
6) Iman kepada Qadha dan Qadar

Qadha adalah ketatapan Allah yang telah ditentukan sebelum sesatu berlangsung, tanpa
sepengetahuan kita. Sedangkan qadar adalah ketetapan Allah yang telah kita ketahui
setelah terjadi.

Setiap muslim wajib meyakini bahwa Allah SWT maha kuasa serta memiliki wewenang
penu untuk menurunkan ketentuan apa saja bagi mahlukNya. Demikian juga setiap muslim
wajib yakin sepenuhnya bahwa manusia diberi kebebasa memilih untuk menentukan
nasibnya sendiri dengan segala kemampuan usahanya serta doanya kepada Allah.

Jadi dua faktor yang menyertai manusia yaitu Qadha dan Qadar Allah dan ikhtiarnya.
Keberhasialn amal seseorang hanya mungkin bila yang di ikhtiarkannya cocok dengan
Qadha dan Qadar Allah.

Adapun dalil tentang beriman kepada Qadha dan Qadar yaitu:

Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW
bersabda

Artinya:

“Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para
Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun yang
buruk”. (H.R. Muslim)

C. Muslim yang Ihsan

Ihsan, menurut kamus berasal dari kata “ahsana-yuhsinu-ihsan” yang berarti, berbuat baik,
bagus, kebajikan, atau sholeh. Sedangkan menurut istilah, ihsan adalah beribadah kepada
Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak mampu melihat-Nya, maka anggaplah
sesungguhnya Allah melihatmu.

Ihsan bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat
mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga menarik perhatian dari banyak pihak. Sama
halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang khaliq,
sehungga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai lebih
dihadapan-Nya. Pada hakikatnya, kedudukan kita adalah sebagai hamba, budak dari Tuhan,
sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintahNya untuk mendapatkan perhatian dan
ridhlo-Nya. Disinilah hakikat dari Ihsan.
Dengan ihsan diharapkan semua perilaku dan aktivitas seseorang muslim, bukan saja
dilakukan dengan keindahan dan kebaikan secara lahir, melainkan sunguh-sungguh dilandasi
iman. Dengan ihsan juga seseorang muslim akan melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat
bagi manusia, karena agama mengajarkan:

Artinya:

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang
lain” (Al-hadits)

D. Klasifikasi Pokok Ajaran Islam

Mahmud Syaltout (1983) membagi pokok ajaran Islam menjadi dua, yaitu Aqidah
(kepercayaan) dan Syari‟ah (kewajiban beragama sebagai konsekuensi percaya).

Namun demikian, terdapat ulama lain yang membagi pokok ajaran Islam menjadi tiga,
yaitu:
1) iman (Aqidah)
2) Islam (Syar’ah)
3) Ihsan (Akhlak)
Pengklasifikasian pokok ajaran Islam ini didasarkan pada sebuah hadist yang
diriwayatkan Abu Hurairah yang artinya yaitu:
“Pada suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin, datang seorang
pria menghampiri Nabi SAW dan bertanya, wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
iman?”

Kemudian nabi menjawab “Kamu percaya pada allah, para malaikat, kitab-kitab yang
diturunkan Allah, hari pertemuan dengan Allah SWT para rasul yang diutus allah, dan
terjadinya peristiwa kebangkitan manusia dari alam kubur untuk diminta
pertanggungjawaban perbuatan oleh allah”

Pria itu bertanya lagi, ‟wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan islam?”

Nabi Muhammad SAW menjawab “Kamu melakukan ibadah pada Allah dan tidak
menyekutukan-nya, mendirikan shalat fardhu, mengeluarkan harta zakat, dan berpuasa di
bulan Ramadhan”

Pria itu kembali bertanya “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud ihsan?

Nabi Muhmmad SAW menjawab “Kamu beribadah kepada Allah SWT seolah-olah kamu
melihat-nya. apabila kamu tidak mampu melihatnya, yakinlah bahwa Allah SWT melihat
perbuatan ibadahmu” (Al-Bayan, Kitab Iman no.5)
Ringkasnya, terdapat tiga bagian pokok ajaran Islam, yaitu:

1) Aqidah, berisi kepercayaan pada hal ghaib;


2) Syari’ah, berisi perbuatan sebagai konsekuensi dari kepercayaan;
3) Akhlak, berisi dorongan hati untuk berbuat sebaik-baiknya meskipun tanpa pengawasan
pihak lain, karena percaya Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.

E. Hubunganِ Aqidah,ِ Syari’ah,ِ danِ Akhlak ِdalamِ Perilakuِ Manusia

Tujuan ajaran Islam diberikan Allah kepada manusia adalah untuk mencapai keselamatan
semenjak lahir hingga ajal menjemput, bahkan hingga bertemu dengan Dzat yang Maha
Merajai Hari Pembalasan, Allah SWT.

Allah menawarkan kepada kita jalan keselamatan hidup melalui lisan dan perbuatan para
Nabi. Disini kita hanya tinggal memilih, mau mengikuti jalan keselamatan itu ataupun tidak.

Ajaran Islam menjamin keselamatan hidup manusia apabila manusia berpegang teguh
kepada ajaran Allah tersebut dan berpegang teguh pada perjanjian dengan manusia,
sebagaimana firman Allah:

Artinya
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang
demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas” (Qs. Ali-Imran, 3:112)

Berpegang teguh pada ajaran Allah merupakan aqidah. Berpegang teguh pada
perjanjian dengan manusia adalah perwujudan akhlak. Aktivitas memegang teguh ajaran
Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan penerapan syari‟ah.

Dengan kata lain, perbuatan (syari‟ah) yang didasari oleh kelurusan aqidah dan
dampaknya adalah akhlak (kemanfaatannya dirasakan oleh manusia lain). Contohnya adalah
shalat. Perbuatan shalat (syari‟ah) akan bermakna apabila didasari motivasi semata-mata
karena Allah (aqidah) dan berdampak positif bagi perilaku orang yang melaksanakan shalat
untuk digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dengan orang lain (akhlak).

Hubungan aqidah, syari‟ah, dan akhlak bila dianalogikan adalah seperti uang logam.
Syari‟ah adalah uang logam itu sendiri yang memiliki dua sisi penunjang yaitu aqidah dan
syariah. Uang logam tidak akan berguna tanpa kedua sisinya, begitupun dengan perbuatan
manusia. Segala perbuatan (syari‟ah) akan bermakna bila dibarengi dengan tujuan yang jelas
(aqidah) dan berdampak positif bagi manusia lain (akhlak).
A)Aqidah

1. Pengertian Aqidah

Aqidah adalah bentuk dari kata “aqoda, ya’qidu, ‟aqdan-„aqidatan” yang berarti
simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh.

Penggunaan kata Aqidah dalam Al-Quran berarti sumpah setia di antara manusia (Q.S
An-Nisa, 4:33; Al-Maidah, 5:1&89). Misalnya dalam hal pembagian harta waris, orang
yang terikat sumpah setia dengan orang yang meninggal dunia tersebut berhak menerima
harta waris. Apabila sumpah itu dilanggar, ia harus menggantinya dengan khifarat. Aqidah
juga berarti ikatan nikah (Qs. Al-Baqarah, 2:235&237) atau kekakuan lidah (Q.S Thaha,
20:27) atau ikatan tali (Qs. Al-Alaq 113:4).

Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah
sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih
dari padanya.
Sedangkan Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang
seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan
kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.

Secara umum, aqidah dalam Islam berarti perjanjian teguh manusia dengan Allah yang
berisi tentang kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh secara sukarela tanpa keragu
raguan pada kehendak Allah.

2. Ruang Lingkup Aqidah

Kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh secara sukarela tanpa keragu- raguan pada
kehendak Allah tersebut mengandung enam dasar perjanjian, yaitu: keyakinan hati bahwa
tiada Tuhan selain Allah, keyakinan hati bahwa ada hal yang ghaib seperti malaikat,
keyakinan hati bahwa ada manusia yang diberi amanah kerasulan oleh Allah, keyakinan
hati bahwa ada pertanggungjawaban amal perbuatan setelah kematian, dan keyakinan hati
bahwa ada aturan pasti yang melandasi kehidupan ini yang dibuat Allah SWT (Q.S Al
Baqarah, 2:2-4&177; Al-Bayan, Kitab Iman, No.5)

Dampak keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah adalah kita yakin bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah. Ketika kita dihadapkan pada suatu masalah, kita hanya memohon
pertolongan pada Allah. Sehingga kita terhindar dari menyekutukan Allah atau syirik.
Sedangkan dampak keyakinan bahwa malaikat itu ada adalah kontrol diri yang stabil dan
objektif.

Dampak keyakinan pada amanah kerasulan yang diberikan Allah pada rasul dari
manusia biasa adalah penghargaan terhadap objektivitas informasi. Hanya informasi yang
akurat kebenarannya sajalah yang dijadikan landasan perbuatan kita sebagai manusia yang
bisa berpikir.
Dampak dari keyakinan adanya kumpulan petunjuk Allah yang diberikan kepada nabi
adalah kepastian petunjuk hidup yang bisa diikuti manusia. Sedangkan dampak dari
keyakinan adanya pertanggungjawaban amal perbuatan setelah kematian adalah terjaganya
perilaku selama hidup di dunia dan menjalani hidup dengan penuh makna.

Dampak keyakinan bahwa adanya aturan pasti yang mengikat alam semesta ini
termasuk tubuh kita adalah keluasan ruang dan waktu bagi manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi dirinya.

3. Kedudukan Aqidah dalam Pokok Ajaran Islam


Aqidah merupakan akar bagi setiap perbuatan manusia. Apabila akar pohon perbuatan
manusia itu kokoh, maka pohon perbuatan manusia itu akan berbuah dan tahan dari berbagai
tiupan angin cobaan. Sebaliknya, apabila akar pohon perbuatan

manusia itu lemah, maka buah perbuatan manusia itu akan tidak bermakna dan mudah
roboh dengan tiupan godaan angin sepoi-sepoi sekalipun.

Manusia yang lisan dan hatinya menyatakan tunduk dan patuh secara sukarela tanpa keragu
raguan pada kehendak Allah, pasti dampak perbuatannya akan bermanfaat bagi manusia lain
yang ada di sekitarnya.

B) Syari’ah

1. Pengertian Syari’ah

Syariah berasal dari kata “Syar’a – Yasyra’u – Syar’an” yang artinya membuat undang
undang, menerangkan rute perjalanan, adat kebiasaan, jalan raya. Syara‟a - Yasyra‟u -
Syuruu‟an artinya masuk ke dalam air memulai pekerjaan, jalan ke air, layar kapal, dan tali
panah (Mahmud Yunus, 1989:195).

Syari‟ah adalah jalan ke sumber (mata) air. Dahulu orang Arab menggunakan syari‟ah
untuk sebutan jalan setapak menuju sumber (mata) air untuk mencuci atau membersihkan
diri. (Mohammad Daud Ali, 1997:235)

Syaria’ah juga berarti jalan lurus, jalan yang lempang, tidak berkelok-kelok, jalan raya.
Penggunaan kata syari‟ah bermakna peraturan, adat kebiasaan, undang- undang, dan
hukum (Ahmad Wason Munawwir, 1984:762).

Dari pengertian di atas Syariah adalah segala peraturan agama yang telah ditetapkan
Allah SWT untuk umat islam, baik dari Al-Qur‟an maupun dari sunnah Rasulullah SAW,
yang diberikan kepada manusia melalui para Nabi agar manusia hidup selamat di dunia
maupun di akhirat.
12
Para pakar hukum Islam memberikan batasan pengertian “Syariah” yang lebih tegas
untuk membedakannya dengan “Ilmu Fiqhi”, yang diantaranya sebagai berikut:

a) Imam Abu Ishak As-Syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat fi ushulil ahkam


mengatakan, “Bahwasanya arti syari‟ah itu, sesungguhnya, menetapkan batas tegas
bagi orang-orang mukallaf, dalam segala perbuatan, perkataan, dan akidah mereka.”

b) Syikh Muhammad Ali Ath-thahawi dalam bukunya kassyful istilahil funun


mengatakan, “Syari’ah ialah segala yang telah diisyaratkan Allah SWT untuk para
hamba-Nya, dari hukum- hukum yang telah dibawa oleh para Nabi Allah as. Baik
yang berkaitan dengan cara pelaksanaannya, dan disebut dengan far‟iyah amaliah lalu
dihimpun dalam ilmu fiqh atau cara berkaidah yang disebut pokok akidah, dan
dihimpun oleh ilmu kalam, dan syariah ini dapat disebut juga dengan diin (agama) dan
millah.

c) Prof. DR. Mahmud Salthutmengatakan bahwa, “Syari‟ah adalah segala peraturan yang
telah disyariatkan Allah, atau Ia telah mensyariatkan dasar-dasarnya, agar manusia
melaksanakannya, untuk dirinya sendiri, dalam berkomunikasi dengan Tuhannya,
dengan sesama muslim, dengan sesama manusia, dengan alam semesta,dan
berkomunikasi dengan kehidupan.”

Definisi tersebut menegaskan bahwa syari‟ah sama artinya dengan diin (agama) dan
millah. Berbeda dengan ilmu fiqh yang hanya membahas tentang amaliyah hukum
(ibadah). Sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam gaib,
dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid.

2. Ruang Lingkup Syari’ah

Ruang Lingkup Syari’ah (Hukum Islam) meliputi hubungan vertikal dengan Allah
(ibadah) dan hubungan horizontal dengan sesama manusia (mu‟amalat).

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT secara vertikal, melalui ibadah, seperti:

Thaharah (Bersuci diri dari kotoran dan najis)


tujuan : membiasakan manusia hidup bersih agar manusia lain merasa nyaman di
tengah-tengah kehadirannya;

Shalat
tujuan : menanamkan kesadaran diri manusia tentang identitas asal usulnya dari
tanah serta pengualangan janji akan tunduk dan patuh secara sukarela kepada Allah
dalam kurun waktu 24 jam kehidupannya yang dibuktikan dengan tidak melakukan
perbuatan merugikan orang banyak (fahisah) dan lisannya tidak melukai perasaan orang
lain (munkar);

13
Zakat
Tujuan: membiasakan manusia untuk berbagi dengan manusia lain yang tidak
bekerja produktif (petani, pedagang musiman, tukang becak, dll) yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggalnya

Puasa
Tujuan: membiasakan manusia untuk jujur pada diri sendiri dan berempati atas
penderitaan orang lain dengan cara meniru sifat-sifat Allah SWT, seperti sifat Allah
SWT yang tidak pernah makan, minum, dan berkeluarga.

Haji
Tujuan: mempersiapkan manusia untuk sanggup datang kepada Allah SWT sendiri
sendiri dengan menanggalkan seluruh kekayaan, ikatan kekerabatan, jabatan kekuasaan,
kecuali amal perbuatan yang telah dilakukannya.

2. Hubungan manusia dengan manusia secara horizontal, seperti:

Ikatan pertukaran barang dan jasa

Tujuan: agar kehidupan dasar manusia yang satu dengan yang lain dapat tercukupi
dengan sportif;

Ikatan pernikahan

Tujuan: melestarikan generasi manusia berdasarkan aturan yang berlaku;


Ikatan pewarisan
Tujuan: menjamin kebutuhan dasar hidup bagi anggota keluarga sebagai tanggungan
orang yang meninggal dunia;

Ikatan kemasyarakatan

Tujuan: agar terjadi pembagian peran dan fungsi sosial yang seadil-adilnya atas
dasar musyawarah di bawah hukum kemasyarakatan yang dibuat bersama;

Ikatan kemanusiaan

Tujuan: agar terjadi saling tenggang rasa, karya, dan cipta di antara manusia yang
berkaitan.

3. Kedudukan Syari’ah dalam Pokok Ajaran Islam

Syari’ah Islam secara mutlak dimaksudkan seluruh ajaran Islam baik yang
mengenai keimanan, amaliah ibadah, maupun mengenai akhlak. Firman Allah SWT
sebagai berikut

َّ‫عل‬َ ْ ‫ َمك ُث نَى َج َعلْ ِّْمر ٱ ِّ م َن ِّ َشري َع ة ع َْلَ َْلَِّ ٱف ْع َ ِّها ْع ََول تَّبْه َو َ ٓاء تَتَّبَٱ ِّذ َ ين ُأم َون َل لَّ َي‬Artinya:
“Kemudian Kami jadikan engkau berada di atas suatu syari‟ah (peraturan) dari
urusan agama itu, maka ikutilah dia (syari’ah), dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S Al- Jatsiyah: 18)

Kedudukan syari’ah dalam ajaran Islam adalah sebagai bukti aqidah. Setiap detik
kehidupan manusia diisi dengan perbuatan-perbuatan. Perbuatan-perbuatan itu dilandasi
akar keyakinan hati akan tunduk dan patuh secara sukarela terhadap kehendak Allah
(aqidah). Buah dari perbuatan itu dinamai akhlak.

C)Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang berasal dari kata “khalaqa-yakhluqu-khalqan”
yang artinya membuat, atau menjadikan sesuatu. Akhlak (tunggal: khuluq) artinya perangai
(Mahmud Yunus, 1989:120). Penggunaan kata “khalaqa” dan turunannya dalam Al-Quran
berarti menciptakan sesuatu.
Dengan demikian, pengertian akhlak dari segi bahasa maupun penggunaannya dalam Al
Quran dapat didefinisikan sebagai tindakan membentuk atau membiasakan perbuatan.
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul
karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Dalam prakteknya akhlak bisa
dikatakan buah atau hasil dari akidah yang kuat dan syari‟at yang benar. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki
akhlak.

Sebagai bahan perbandingan, Ahmad Amin (1988) mendefinisikan akhlak sebagai


perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk melakukannya dan tidak perlu
berpikir lagi bagaimana melakukannya. Contohnya adalah seperti salat tahajud. Pada malam
pertama mungkin akan sedikit berat untuk dapat bangun malam. Namun, bila hal itu
dilakukan berulang-ulang itu akan menjadi sangat mudah. Kita tidak perlu berpikir lagi
bagaimana melakukannya. Demikian juga dengan bersedekah. Bila kita rajin melakukan
sedekah, tentu hal ini menjadi mudah untuk kita lakukan. Tak perlu lagi berpikir bagaimana
caranya bersedekah. Maka kita dapat berkesimpulan bahwa bersedekah/membantu orang
lain adalah akhlak.

Menurut Yunahar Ilyas (2004:12-14) akhlak dalam Islam memiliki lima macam ciri, yaitu:
1. Akhlak Rabani
Ajaran akhlak dalam Islam bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah. Di dalam Al-
Quran terdapat 1500 ayat yang mengandung ajaran tentang akhlak, baik secara teoritis
maupun praktis. Demikian pula dalam hadist juga terdapat banyak pedoman mengenai
akhlak.

Sifat Rabbani dari akhlak berkaitan dengan tujuannya, yakni memperoleh kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Akhlak Rabbani mampu menghindari dari kekacauan nilai moralitas
dalam hidup manusia. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-An’am ayat 153
ُ َّ‫صرُم ْستَِّق ًيماَِّ ٱف عُوهَُ َو ِۖل تَّب ِّعُواَّر َق ٱ ُّ لسبُ َل تَتَّبتَفَِّ ْ ُكم َْف ُك ِۚم َسبۦ ِّ ِّيل ِّه عَن بِّل ى ُكم َذ َو َّص ِّ ِّ ْه ُكمۦبتَت‬
َّ‫ق َون لَ َع َّل‬ َ ِّ ‫وأذ ِّطى َه‬
َ َ ‫نَا‬

Artinya:

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”
(Q.S Al-An’am Ayat 153)
2. Akhlak Manusiawi

Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi fitrah sebagai manusia. Akhlak dalam
Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi sebagai seorang manusia yang
merupakan makhluk yang terhormat, sesuai dengan fitrahnya, yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia dimana hal ini merupakan hak yang fundamental dan mutlak dimiliki oleh
manusia.

3. Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup
segala aspek kehidupan manusia, baik dimensi vertikal maupun horizontal. Contohnya
dalam Al-Quran terdapat 10 macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yakni
menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh anak karena takut
miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi, membunuh orang tanpa
alasan yang sah, makan harta anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan, membebani
orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya, persaksian tidak adil, dan
menghianati janji dengan Allah (Q.S Al- An’am Ayat 151-152). Sepuluh macam keburukan
ini adalah nilai nilai yang bersifat universal bagi siapapun, dimanapun, dan kapanpun akan
dinyatakan sebagai keburukan.

Berikut ini Q.S Al-An’am Ayat 151-152

ْ‫ش®®®ر ُكوااۦبًِّٔن ِّ ِۖ ْ َشيـ َ ٱوب ِّل ْدَي َونًا لْ ََوِّإِۖل ْح َس ٓوا َد ُكم تَ ْقتُلُْ ®ولََ ق ِّ م ْن أ ْح ُنِِّۖإ ْ ْملَ ُكم نَّْ®®ر‬ ُ ‫ت ْ ُكم َح َّر َم َما ْأي ْ ُكم َربَّلِۖ َعلََأ ِّ ِّه‬
ِّ ْ ‫ت‬ َ َ‫ل ۞قُ ْواُل ت‬
ُّْ ‫عال‬
َ َ

َ‫ب َح ِّْق ُك ِۚم لِّْل ى ُِك َذ ِّ ِّه َو َّص ْم ُكمۦ ْبعِّق ُل َون لَ َعلَّت‬
َ َ‫ُُزقْم نََ َو ِۖل َوِّإي َُّاه ٱ ِّح َش تَ ْقَربُوا َوَط َن َو َما ِّم ْن َها َظ َه َر َما لْ ِۖف‬
َ‫لن ْف ٱ َس تَ ْقتُلُواَّل َّّللُِٱ َح َّر َم لَّ ِِّّإٱب‬
َّ ‫َول ٱ تِّى‬

16
َ َ ‫ي ْب ُل َغ َحتََّ ِۖأ ۥُْوفواَٱ َ ْكي َل َوِّأم َيز َ ان َ ٱو لْ ْل ْو ْعِّدلُواا َك‬ َ ُ‫ت ِّيم َم َ ال تَ ْقَربُواَّل لِّْإٱب تِّى ِّْح َس ُن ِّه َى لََّى أ ُش َّده‬
ِّ َ‫َول ٱ ي‬
‫ان َولَى ذَ ْربَِّ َع ْهِّ ِۖدقُِٱّل َّل ِّ َوب ْوفُواَِۚأ‬
َ
‫ٱف‬ ُ‫ُك ِّمل ى ُكم ذَ ِّ ِّه َو َّصْ ُكمۦبَّ ُكر َون لَ َعلَّتَ َذْٱب ِّق ْس ِّط ِِّّ ُف َ ِۖل لَّْل نَ ْف ًس®®®®ا نُ َكل اِۖ ُو ْس®®®® َع َه®®®®ا ِّْإم َوِّإ ت‬
®®®®®®ُ ْ َ
‫ذ لق‬

Artinya:

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan,
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami(nya) Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun
ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat” (Q.S Al-An’am Ayat 151-152)

4. Akhlak Keseimbangan

Akhlak dalam Islam berada di antara dua sisi. Di satu sisi mengkhayalkan manusia
sebagai malaikat yang menitikberatkan pada sifat kebaikannya dan di sisi lain
mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitikberatkan pada sifat kebinatangannya
(hawa nafsu). Manusia dalam Islam memiliki dua kekuatan, yaitu: kekuatan kebaikan yang
berada dalam hati nurani dan akalnya; kekuatan buruk yang berada pada hawa nafsunya.

Manusia memiliki unsur rohaniah malaikat dan juga unsur naluriah hewani yang masing
masing memerlukan pelayanan secara seimbang. Manusia tidak hanya hidup di dunia namun
juga akan menghadapi kehidupan di akhirat kelak. Akhlak dalam Islam memenuhi tuntutan
hidup manusia secara seimbang, baik dalam kebutuhan jasmani ataupun rohani.

5. Akhlak Realistik
Ajaran akhlak dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun
manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding makhluk-
makhluk yang lain, akan tetapi manusia juga memiliki kelemahan yang sering terjadi
akibat ketidakmampuan untuk mengontrol diri. Oleh karena itu dalam ajaran Islam
memberikan kesempatan bagi manusia untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Bahkan
dalam keadaan terpaksa, Islam memeprbolehkan manusia melakukan sesuatu dalam
keadaan biasa tidak dibenarkan. Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 173

َ‫ُما ُكم َح َّر َم ِّإنَّْيٱ عَلََم ْيتَةَْح َم َ ٱو َ ل®®دَّم لِّْخ ِّنز ِّير ٱ َولَِّه َّل َو َم®®ِٓا لُِّْ ِّه ْأِّيرۦبَم ِّ ِۖن ِٱّل َّل ِّ ِّل َغَ ْغي َر ْض ُط ٱ َّر َف َٓل عَاد ََول بَاغَم فَْي ِّه ِّإثَّْنِۚ َع َل‬
ُ‫ور َّّللَِٱ َِّّإر ِّح يم َغف‬
17
Artinya:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (Q.S Al-Baqarah Ayat 173)

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai cerminan akhlak apabila memiliki kriteria
sebagai berikut:

1. Dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan


2. Timbul dengan sendirinya (spontan), tanpa dipikir-pikir terlebih dahulu

a) Ruang Lingkup Akhlak

Apabila perbuatan-perbuatan manusia (syari’ah) dikelompokkan menjadi ibadah dan


mu’amalah maka akhlak pun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Akhlak pada Allah

Akhlak kepada Allah adalah tanda terimakasih kita pada-Nya. Contoh akhlak kepada
Allah: melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Akhlak pada manusia

Akhlak kepada manusia adalah cara kita untuk menemukan kemanfaatan bagi hidup
bersama. Contoh akhlak kepada manusia: menghormati orangtua, menolong orang lain,
menghormati hak orang lain,dll

Akhlak menghormati orang tua terdapat pada firman Allah SWT dalam Q.S Al-Ahqaf
Ayat 15

‫ٓى َْش®ه ًرا ثَا‬ ُ َ ‫ع ْتهُلُهُ َوفِّ َص ۥ‬


َ ®‫َسمه ُكر ًها أ ۥَو َح ْمل ۥ ُ ِۖهُ ْ ُك®®ر ًه®®ا َو َو َض‬
ُّْ ‫ِّ َونًا ب َح َملَ ْت ِۖهُِّإ ْح‬ َ ‫ٱ َن َو َو َّصْ ينَاِّل ْدَي ِّه ْ ِّإل‬
َ ُ
ِۚ ‫ونث ل‬ ‫نس‬

ُ‫ْرب ِّع َ ين َوبَلَ َغ أۥََأ ال َسنَةًَر ِّب َْٓق®ِّوز ْعنِّىَْن أَْش َ ُك®®ر أَنِّ ْ َعمتَ َك أ ْٓن® َع ْمتَ ِ لَّتِّىََّى أى عَلَ َّدَى َوعَلَِّل ْن َوَْع َم َل َوأَِّل ًح®®ا أ ى®ه‬ َ ‫َحتَُّش َّدهُ بَلَ َغ ِّإ ََذ‬
ْ
‫لح تَفِّى ِّلى َ ِّٓ ريَّتِّىتُب ُت ِّإن ى ِّ ُِۖذ‬ ِْ ِّ‫َصْ ر َض ْص‬
‫وأ‬ َ

‫ٱ‬
ْْ‫ي َ ِّكى ِّإلَُم ٱ ْسِّل ِّم َ ين ِّم َن َوِّإن ل‬

Artinya:

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya
aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri" (Q.S Al Ahqaf Ayat 15)

3. Kedudukan Akhlak dalam Pokok Ajaran Islam

Kedudukan akhlak dalam ajaran Islam adalah hasil, dampak, atau buah dari perbuatan
perbuatan (syari’ah) yang dilandasi keyakinan hati tunduk dan patuh secara sukarela pada
kehendak Allah (aqidah). Seperti halnya adalah jujur pada diri sendiri yang merupakan
bagian dari akhlak adalah dampak perbuatan puasa (syari‟ah) yang dilandasi keyakinan
hati (aqidah) bahwa dengan puasa kita dapat berempati terhadap penderitaan orang lain
yang menjalani hidupnya serba kekurangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Islam ialah salah satu agama yang diridhoi Allah, paling sempurna, yang dibawa oleh
Baginda Rosulullah SAW, dimana di dalamnya terdapat hukum-hukum syariat yang harus
kita laksanakan.

Iman ialah membenarkan secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang diketahui


sebagai berita yang dibawa oleh Nabi saw. dari sisi Allah swt. Juga dikatakan sebagai at
tashdiq bil-qalbi (membenarkan dengan hati), al-iqrar bil-lisan (pengakuan dengan ucapan),
dan al-amal bil-arkhan (mengamalkan dengan anggota tubuh).

Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak
mampu melihat-Nya, maka anggaplah sesungguhnya Allah melihatmu.

Kerangka dasar ajaran Islam adalah cetak biru ajaran Allah SWT kepada utusan Allah.
Dimana di dalam kerangka dasar ajaran terdapat tiga bagian utama yang saling berkaitan,
yaitu: Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak. Aqidah merupakan akar (dasar) dari setiap perbuatan
manusia. Sedangkan Syaria’ah adalahperbuatan-perbuatan yang merupakan wujud dari
aqidah.

Dari penetapan aqidah dan perwujudannya berupa Syari’ah muncullah buah berupa
kebermanfaatannya baik bagi diri sendiri maupaun orang lain yang disebut dengan akhlak.

B. Saran

Demikianlah penyusunan makalah yang saya buat, semoga makalah ini dapat menjadi
pembelajaran kita semua dalam khasanah keilmuan kita. Tentunya makalah ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah selanjutnya menjadi lebih baik, terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Hajaroh, Mami. 2008. “Akhlak, Etika, dan Moral” dalam Ajat Sudrajat, dkk. Din al- Islam
Pendidiksan Agama Islam di perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press.

Al-Kaisy Marwan Ibrahim. 2007. Yang Pantas Patut Bagi Seorang Muslim. Jakarta: Raja
Grafindo.

Bisri. 2009. Akhlak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI. Fauqi,
Hajjaj Muhammad. 2011. Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta: Amzah. Gunawan, Teddy
Surya & Kartiwi,Mira (ed.). 2003. Hadits 40 Imam Nawawi. File pdf.
Hajaroh, Mami. 2008. Akhlak, Etika, dan Moral, dalam Ajat Sudrajat, dkk. Din al-Islam
Pendidikan Agama Islam di perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press.

Mahjuddin. 1991. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.

Muhsin bin Hamd al 'Abbad al Badr,Abdul. 2012. Fat-hul Qawiyyil Matin fi Syarhil Arba'in
wa Tatimmatul Khamsin. disebarkan dalam bentuk ebook oleh www.yufid.com.

Nasirudin. 2009. Pendidikan Tasawuf. Semarang: Rasail Media Group.


Utsman, Mahmud. 1992. Terjemah Al-Qur’anul Karim. Jakarta: Depag RI.
Wahyuddin dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grasindo.
Fachruddin dan Ifan Fachruddin. 2001. Hadits-hadits Pilihan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. 1998.Mengenal Mudah Rukun Islam,Iman, Ihsan.
Bandung.

Hawwa, Said. 2004. Al-Islam. Jakarta : Gema Insani.

Su’ud, Abu. 2003. Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat
Manusia. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya.

Syarifuddin, Amir. 2003.Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta : Kencana Media Group.


Wahid, Abdul, dkk. 2008.Pendidikan Agama Islam. Semarang:Aneka Ilmu.
http://ragab304.wordpress.com/2007/05/10/islam-akidah-syariah-dan- akhlak/ Diakses pada
tanggal 23 September 2020

http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-akhlak.html Diakses pada tanggal 23


September 2020
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108596-pengertian-aqidah/#ixzz1defgBDtb
Diakses pada tanggal 23 September 2020

21

Anda mungkin juga menyukai