Oleh :
Kelompok IV
Dosen Pembimbing
penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
secara psikologis tunduk dan patuh terhadap larangan agama tersebut. Selain
moral dan etika yang harus kita terapkan yaitu adalah akhlak. Karena akhlak
adalah sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Dalam
prespektif islam, akhlak merupakan syariat atau patokan yang menentukan baik
buruknya sifat dan tingkah laku seseorang yang berdasarkan pada nilai al-Qur‟an
dan hadist. Setiap aspek dan ajaran islam selalu berorientasi pada pembinaan dan
pembentukan akhlak. Akhlak juga merupakan tiang yang menopang hubungan
baik antara manusia dengan Allah SWT (hubungan vertical) dan antara sesama
makhluk (hubungan horizontal). Dalam proses pendidikan, aktualisasi akhlak
mulai menjadi sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi kelangsungan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Maka dari itu islam merupakan suatu
contoh yang baik untuk negara dan juga pendidikan. Pendidikan Indonesia saat
ini menghadapi suatu paradoks yang menuntut respon dan keteladanan dari para
pemimpin. Banyaknya kasus-kasus seperti bullying, tawuran, pelecehan seksual
yang terjadi hal tersebut dianggap tidak bermoral dan berakhlak baik. Dan sudah
banyak undang-undang, peraturan pemerintah, dan sejumlah badan, komisi, dan
lembaga yang mengurus pendidikan berupaya untuk mengatur. Sudah saatnya
Indonesia melakukan tindakan korektif, tidak dengan menghentikan tindakan
reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan mencanangkan revolusi mental,
menciptakan paradigma, budaya pendidikan dan menciptakan education building
baru yang lebih manusiawi sesuai dengan budaya nusantara, bersahaja dan
berkesinambungan yang sesuai dengan ajaran islam atau Al-Qur‟an. Oleh karena
itulah agama islam merupakan sumber moral yang perlu diterapkan dalam setiap
aspek kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep moral, etika, dan akhlak yang baik menurut islam?
2. Bagaimana karakteristik etika islam dalam pandangan tokoh agama?
3. Bagaimana revolusi mental dan pendidikan karakter pada indikator
manusia berakhlak?
4. Bagaimana aktualisasi akhlak dalam kehidupan sehari-hari dijalankan?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep moral, etika, dan akhlak yang baik menurut
islam.
2. Untuk mengetahui karakteristik etika islam dalam pandangan tokoh
agama.
3. Untuk mengetahui revolusi mental dan pendidikan karakter pada
indikator manusia berakhlak.
4. Untuk mengetahui aktualisasi akhlak dalam kehidupan sehari-hari
dijalankan.
D. Manfaat Penulisan
1. Makalah ini dapat menjadi tambahan wawasan pengetahuan tentang akhlak
pada pembaca maupun bagi masyarakat pada umumnya
2. Hasil dari makalah ini beserta pembahasan di dalamnya dapat berguna
sebagai keluasan dan khazanah bidang ilmu pendidikan dalam pembahasan
tentang pendidikan akhlak pada pembaca.
3. Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang lebih luas
serta dapat berkontribusi positif bagi para pembaca tentang akhlak.
4. Dapat memberikan informasi positif untuk dijadikan pertimbangan dalam
masyarakat umum serta memberikan wawasan kepada pembaca atau untuk
mengetahui dan mempelajari akhlak
5. Sebagai informasi pada lembaga pendidikan Islam bahwa pentingnya akhlak
bukan hanya sekedar penguasaan materi saja tetapi hal yang tidak kalah
penting adalah bagaimana pengaktualisasian ilmu tersebut pada pembaca.
6. Sebagai informasi bagi setiap orang tentang pentingnya akhlak dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik dan buruk menggunakan
tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaraan moral tolak
ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat, dan untuk akhlak mengatur bagaimana manusia
berhubungan baik dengan al-khaliq dan juga dengan sesama makhluk yang
didasarkan pada sumber Al-Qur‟an dan Sunnah. Implikasinya pun, jika etika dan
moral memiliki implikasi duniawi, sedangkan akhlak berimplikasi pada
kehidupan duniawi dan ukhrawi.
5
pertengahan tokohnya adalah Ibn Taimiyah dalam persoalan etika ia melibatkan
penilaian pada fitrah manusia, rasio, dan syariah islam menurutnya ketika
manusia menentukan keputusan tentang mana yang baik dan tidak baik
berdasarkan argumen manapun, sebelum itu seseorang harus mempunyai
kepastian etis.Adapun bentuk dari sikap baik pada Allah SWT adalah ibadah,
baik itu ibadah dalam arti sempit maupun luas. Sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam QS. Ali-Imran ayat 51 sebagai berikut:
ٌ ص َسا
ط ُّه ْست َ ِق ْي ٌن ِ اّٰللَ َزبِّ ْي َّ َزبُّ ُك ْن فَب ْعبُد ٍُُّْ ۗ ُٰرَا
ا َِّى ه
Artinya: “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah
dia. Inilah jalan yang lurus”. Menurut Tafsir Fathul Qadir dijelaskan bahwa
Allah SWT., adalah Tuhan semesta alam sudah dijelaskan sebelumnya oleh para
rasul sebelum islam itu sendiri datang. Ayat ini adalah penjelas bagi kitab-kitab
yang terdahulu. Gunanya untuk mengingatkan manusia bahwa sebenarnya Allah
SWT itu adalah Zat Yang Maha Kuasa, yang tidak bisa ditandingi oleh makhluk-
Nya. Bukti akan kekuasaannya adalah dapat membuat bayi berbicara,
sebagaimana Isa bisa berbicara untuk membuktikan bahwa Ibunya Maryam
tidaklah bersalah. Karakteristik etika dalam islam mempunyai ukuran etika yang
tidak mengalami perubahan, sejak dari masa klasik hingga modern, mereka
sama-sama menggunakan wahyu dan akal dalam menentukan benar dan salah,
yang berbeda adalah kadarnya. Karakteristik etika dalam islam ukuran
kebenarannya adalah hati nurani yang telah terdidik dengan berpegang pada Al-
Qur‟an dan hadis, serta tidak lupa juga dengan peran rasio dalam melakukan
penilaiannya. Tujuannya adalah ketaatan kepada Sang Pencipta, kebahagiaan
manusia dan juga alam semesta.
6
masalah, cara merasa, cara mempercayai atau meyakini, cara berperilaku dan
bertindak. Mental berkaitan erat dengan karakter dan budaya, ketika mental
dimaknai begitu luas maka revolusi mental harus membongkar budaya yang
selama ini sudah tertanam kuat dan kini sebagian sudah hilang. Dalam hal ini
revolusi mental menjadi satu-satunya jalan mengubah bangsa yang
bermental budak nafsu menjadi bangsa berkarakter kuat, bermental baja,
berderajat tinggi, dan taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berhasilnya
revolusi mental akan membuka pintu gerbang “Indonesia baru” di negara
kita tercinta. Hanya, dari mana memulai pekerjaan maha besar itu. Revolusi
mental pastilah tidak bisa dilakukan secara demilioratif apalagi instan.
Mengubah karakter bangsa haruslah dipandang sebagai upaya untuk
menanamkan sesuatu seluas bangsa dan untuk dimensi waktu yang jauh ke
depan.
7
berbudi luhur serta menjunjung tinggi dan memegang teguh norma agama
dan kemanusiaan. Menurut Darmiyati (2009) materi pendidikan karakter
dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal dalam nilai moral atau nilai akhlak
yaitu, pertama akhlak terhadap Tuhan yang Maha Esa, mengenal Tuhan
sebagai pencipta dan sifat-sifat-Nya, dan meminta tolong kepada-Nya.
Kedua, akhlak terhadap diri sendiri, orang tua, orang yang lebih tua, teman
sebaya, dan orang yang lebih muda. Ketiga, akhlak terhadap lingkungan
(alam, baik flora maupun fauna dan sosial masyarakat). Pendidikan karakter
seharusnya menjadi proses secara keseluruhan di dalam kelas, kegiatan
ekstrakurikuler, proses bimbingan dan penghargaan semua aspek kehidupan.
Contohnya pemberian tauladan dari orang dewasa untuk tidak korupsi,
dermawan, menyayangi sesama makhluk Allah.
8
yang artinya: “Sebagai sunah Allah yang berlaku atas orang- orang yang
telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali- kali tiada akan mendapati
perubahan pada sunnah Allah”.
9
sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang
indah-indah dan lain sebagainya.
Dari beberapa pendapat para ahli dalam bukunya A. Mustafa (1997)
mereka berbeda pendapat tentang akhlak namun hal itu menambah khasanah dan
kekayaan tentang definisi akhlak. Berikut pendapat para ahli yang dijelaskan
oleh Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) sebagai pakar bidang akhlak terdahulu
mengatakan bahwa keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan-pertimbangan
(lebih dahulu). Sementara itu Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak
ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah. Dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(lebih dahulu). Lebih lanjut Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang
disebut akhlak, “adatul irodah”, yaitu kehendak yang dibiasakan. Definisi ini
terdapat dalam suatu tulisannya yaitu sementara orang membuat definisi akhlak,
bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa dan dimanifestasikan dalam bentuk perbuatan-
perbuatan seseorang yang tertanam dalam jiwa dan dimanifestasikan dalam
bentuk perbuatan tanpa melalui pertimbangan yang panjang. Sehingga apa yang
dilakukan adalah dalam bentuk alamiah atau tidak dibuat-buat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsep antara akhlak, moral, dan etika mempunyai makna sama namun
sifat tersebut memiliki perbedaan yang terletak pada sumber yaitu Al-
Qur‟an maka dari itu menjadi patokan untuk menentukan baik dan buruk.
Pada etika, penilaian baik buruk dapat dilihat dari pendapat akal pikiran,
moral bisa berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
sedangkan untuk akhlak merupakan tatanan sistem nilai dalam asas sifat
dan tingkah laku.
2. Manusia sudah seharusnya memiliki etika baik supaya tercipta suatu
hubungan yang harmonis, serasi, saling menguntungkan dan menjadi salah
satu untuk mengatur kehidupan manusia agar tidak terjadi kesalahan
dalam tindakannya.
3. Peran pendidikan sangat strategis dalam membentuk revolusi mental anak
bangsa. Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang
baik,benar,dan salah, tetapi juga harus menerapkan nilai-nilai kehidupan
disetiap pembelajaran. Sistem pendidikan nasional menempatkan kita
sebagai makhluk yang bertugas memimpin kehidupan berharkat dan
martabat, serta menjadi manusia yang memegang teguh norma agama dan
kemanusiaan.
4. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat
mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan
seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari. Seperti
bertaqwa kepada Allah SWT., berbuat baik kepada kedua orang tua, dan
suka menolong orang lemah.
B. Saran
Kami sangat mengharapkan dengan diselesaikannya makalah ini, baik
pembaca ataupun penulis dapat menerapkan etika, moral, dan akhlak yang
11
baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari bukan
hanya dipelajari saja melainkan diterapkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13