Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“AKTUALISASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam

Disusun oleh :

1. Raihan Akbar (205080407111008)


2. Munadia Mumtaza Zulfa (205080407111026)
3. Elvanora Sholiha Afif (205080407111028)
4. Fahran Hafizh Zidan Kusumah (205080407111030)
5. Hadi Santoso (205080407111039)

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
melimpahkan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karuniah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “AKTUALISASI AKHLAK
DALAM KEHIDUPAN” ini..

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam, juga untuk memberikan pengetahuan
dan pengalaman lebih bagi para pembaca. Kami juga menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Oleh karena itu, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, maupun isi
pada makalah ini kami memohon maaf dan kritik serta saran yang sifatnya
membangun, sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Tak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Nur Chanifah, M.Pd.I selaku
Dosen pengajar Mata Kuliah Agama Islam yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyusun makalah ini dan kepada pihak lain yang sudah
terlibat dalam proses pengerjaan makalah ini hingga selesai.

Malang, 14 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................4
1.3 TUJUAN MASALAH...............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Pengertian Akhlak.....................................................................................6
2.2 Macam-Macam Akhlak.............................................................................6
2.3 Sumber dan Ruang Lingkup Akhlak.........................................................8
2.4 Karakteristik Akhlak Dalam Islam............................................................9
2.5 Faktor Pembentuk Akhlak.......................................................................11
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak.......................................................11
2.7 Penerapan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-Hari..................................13
BAB III STUDY KASUS DAN SOLUSI PENYELESAIAN..............................14
3.1 Contoh Masalah.......................................................................................14
3.2 Solusi Penyelesaian.................................................................................14
BAB IV PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akhlak merupakan hal yang tidak kunjung henti dibicarakan dalam


kehidupan sehari hari. Hal ini dikarenakan akhlak merupakan hal yang
penting jika dilihat dari kacamata agama islam. Akhlak dalam Islam
menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya. Akhlak menjadi
suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat. Oleh karena itu, akhlak menjadi konsen utama juga
dikarenakan pesatnya perubahan zaman sedikit banyak akan menyebabkan
perubahan moral dan akhlak dalam kehidupan manusia. Perubahan moral
dan akhlak ini dapat menjadi baik ataupun buruk.

Pertanda kematangan iman dan kunci kesuksesan hidup di dunia dan


akhirat yaitu dengan berakhlak baik. Hal ini sejalan dengan misi
Rasulullah SAW menyampaikan ajaran Islam yaitu menyempurnakan
akhlaq umat. Rasulullah SAW bersabda: “ Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi). Dalam
sabda Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya tentang makna agama, Beliau
menjawab; “bahwa agama adalah akhlak yang baik”. Rasulullah SAW juga
bersabda “Sesungguhnya sesuatu yang paling berat yang akan diletakkan di
dalam timbangan amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah akhlak
yang baik, dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan jelek
ucapannya.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, lihat ash-Shahihah no. 876)

Berbicara tentang akhlak, sejatinya banyak orang yang masih belum


mengerti mengenai apa itu akhlak yang sebenarnya, macam macam akhlak,
dan karakteristiknya. Selain itu juga tentang apa saja yang meliputi ruang
lingkup akhlak dan faktor-faktor yang memengaruhi akhlak itu sendiri.
Banyak juga orang-orang yang belum mengaktualiasikan akhlak sesuai
dengan yang diajarkan dalam agama islam dalam kehidupan sehari harinya.
Melihat beberapa hal di atas, penulis tertarik membuat makalah dengan
tema “Aktualisasi Akhlak Dalam Kehidupan” guna membahas hal hal
tersebut.

2.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari makalah “Akhlak Dalam
Kehidupan” sebagai berikut ini :
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak?
2. Apa saja macam-macam dari akhlak?

4
3. Apa saja yang termasuk kedalam sumber dan ruang lingkup akhlak?
4. Apa saja karakteristik akhlak dalam islam?
5. Apa saja yang tergolong faktor pembentuk akhlak?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi akhlak?
7. Bagaimana penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 TUJUAN MASALAH


Adapun tujuan masalah dari makalah “Akhlak Dalam Kehidupan”
sebagai berikut ini :
1. Mengetahui definisi dari akhlak
2. Mengetahui macam-macam dari akhlak
3. Mengetahui sumber dan ruang lingkup akhlak
4. Mengetahui karakteristik akhlak dalam islam
5. Mengetahui faktor pembentuk akhlak
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi akhlak
7. Mengetahui penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak


Dalam surat al-qalam ayat 4, Allah SWT berfirman yang artinya: Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Dalam surat al-
syu’ara ayat 137, Allah SWT berfirman yang artinya : (agama Kami) ini tidak
lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. Ayat yang pertama disebut di atas
menggunakan kata khuluq untuk arti budi pekerti, sedangkan ayat yang kedua
menggunakan kata akhlak untuk arti adat kebiasaan. Dengan demikian kata
akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan,
perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at. Pengertian
akhlak dari sudut kebahasaan ini dapat membantu menjelaskan pengertian
akhlak dari segi istilah.
Pengertian akhlak dari segi istilah ini dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini. Menurut Ibn Miskawaih (W. 421 H/1030
M) mengatakan, bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. dalam Mu’jam al-Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan. Selanjutnya di dalam Kitab Dairatul Ma’arif, secara
singkat akhlak diartikan yaitu sifat-sifat manusia yang terdidik (Nurhayati,
2014).
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan
pikiran terlebih dahulu. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan
akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat
itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan
mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari (Rokayah, 2015). Al-
ghazali berpendapat bahwa akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan pula
sekedar kemampuan berbuat, juga bukan pengetahuan. Akan tetapi, akhlak
harus menggabungkan dirinya dengan situasi jiwa yang siap memunculkan
perbuatan-perbuatan, dan situasi itu harus melekat sedemikian rupa sehingga
perbuatan yang muncul darinya tidak bersifat sesaat melainkan menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari (Suryadarma. Y & Haq. A. H, 2015).

2.2 Macam-Macam Akhlak


Akhlak mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang menyatukan
pola berpikir, bersikap, berbuat, minat falsafah hidup dan keberagamannya.
Akhlak yang merupakan situasi batiniah manusia memproyeksikan dirinya
kedalam perbuatan-perbuatan lahiriyah yang akan tampak sebagai wujud

6
nyata dari hasil perbuatan baik atau buruk menurut Allah SWT dan manusia
(Suryadarma. Y & Haq. A. H, 2015). Nabi S.A.W.bersabda yang bermaksud:
"Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik
akhlaknya."(H.R.Ahmad) Nabi S.A.W. bersabda yang maksudnya:
"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang
mulia." (H.R.Ahmad) . Dalam Islam akhlak terbagi ke dalam dua bagian yaitu
akhlak yang baik (karimah) : seperti jujur, lurus, berkata benar, menempati
janji, dan akhlak jahat atau tidak baik (akhlak mazmumah). (Nurhayati,2014)
Menurut (Zulbadri et al. 2018) Akhlak mazmumah adalah akhlak buruk
termasuk dusta, sesama manusia, al-kidhb seperti : berbohong, berpura-pura
jujur (munafik), menuduhan orang baik-baik berbuat keji tanpa ada
bukti.semua perbuatan di atas dimurkai Allah SWT dengan berbagai
konsekuensinya di dunia dan di akhirat dan bahkan juga dibenci oleh sesama
manusia. Dusta membawa kepada kedurhakaan, sedangkan kedurhakaan itu
membawa kepada neraka. Dusta juga termasuk ciri- ciri seorang munafik,
sikap seperti ini mesti dijauhi dan di cegah orang lain melakukannya. Dalam
hadist Sahih Bukhari ke-33 Abu Hurairoh berkata yang artinya “Tanda orang
munafik itu tiga perkara: apabila bercakap dia berdusta, apabila berjanji dia
mengingkar janjinya, dan apabila dipertaruhkan amanah dia khianati.”
Akhlaq al- karimah adalah pertanda kematangan iman serta merupakan
kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini sejalan dengan misi
Rasulullah Saw menyampaikan ajaran Islam yaitu menyempurnakan
akhlaq umat. Beliau bersabda: “ Aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi). Berdasarkan hadits ini,
pada dasarnya syariat yang dibawa Rasulullah Saw. bermuara pada
pembentukan akhlak mulia (akhlaq al-karimah). Dalam Islam, akhlaq
merupakan dimensi nilai dari syariat Islam. Jika syariat berbicara tentang
syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan pada kualitas dari
perbuatan. Akhlaq merupakan salah satu dari ajaran Islam yang harus dimiliki
oleh setiap muslim (Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq, At-
Ta’dib, Volume 10, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 362). Dengan demikian,
perlu sekali umat Islam mempunyai kesadaran mengenai pentingnya
pendidikan akhlaq. Sejak usia dini, anak-anak medidik dengan baik sehingga
berakhlaqul karimah.( Kurniawan, 2017)
Oleh karena itu, Islam sangat mengutamakan akhlak al-karimah, yakni
akhlak yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan syariat Islam. Dalam
konsepsi Islam akhlak juga dapat diartikan sebagai suatu istilah yang
mencakup hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliknya dan
hubungan horizontal antara sesama manusia. Akhlak dalam Islam mengatur
empat dimensi hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama
manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar.(Nurhayati, 2014)

7
2.3 Sumber dan Ruang Lingkup Akhlak
Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-
buruk atau mulia dan tercela. Setiap kali disebut kata akhlak, maka yang
dimaksud dengan akhlak adalah akhlak yang didasarkan pada al-Qur’an dan
Al Sunnah, bukan yang lainnya. Ada pula macam-macam aturan perbuatan
Tapi dasarnya bukan al-Qur’an dan al Sunnah maka tidak dinamakan akhlak.
Aturan perbuatan yang dasarnya akal dan fikiran atau filsafat disebut estetika.
Sedang kan aturan yang didasarkan pada adat Istiadat disebut moral (Darajat,
1986:264). Al Qur'an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah
SAW sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
(Warasto, 2018).
Ruang lingkup akhlak :
A. Akhlak terhadap Allah SWT
Allah SWT menciptakan manusia di permukaan bumi ini tidak lain adalah
untuk beribadah kepada-Nya. Adapun akhlak manusia kepada Allah SWT
yang pertama sekali adalah berkeyakinan adanya Allah SWT dengan keesaan-
Nya, dan dengan segala sifat kesempurnaan-Nya serta mengimani yang benar
akan memberikan kebahagiaan bagi seseorang muslim di dunia dan di akhirat
kelak. Dalam Surat az-Dzaariyat ayat 56, Allah SWT berfirman. Yang artinya
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”

B. Akhlak terhadap sesama manusia.


Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk sosial oleh karena itu
dalam kehidupan sehari-hari ia membutuhkan manusia lainnya untuk
mencapai kelangsungan hidup diperlukan adanya aturan-aturan pergaulan
yang disebut dengan akhlak.
Dalam surat Lukman ayat 14, Allah SWT berfirman, yang artinya “ Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada kedua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Ku lah
kembalimu.”

C. Akhlak terhadap alam sekitar.


Kata “alam” berasal dari bahasa Arab yaitu „alam, satu akar dengan „ilm,
yang berarti pengetahuan dan alamat yang berarti pertanda. Relasi antara
alam dengan alamat mengandung pemahaman bahwa alam semesta atau jagat
raya ini adalah pertanda bahwa adanya Sang pencipta, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam al-Qur’an, kata alam hanya disebutkan dalam bentuk jamak
(„alamin) sebanyak 73 kali dalam surat antara lain; al-Syu’ara 12 kali, al
A’raf 7 kali , al-Imran 7 kali ,al-Baqarah 4 kali.
Menurut Mufassirin dari kata alam dapat dipahami beberapa makna:
1. Segala yang wujud selain Allah SWT

8
2. Alam diterjemahkan sebagai hal hal yang berakal atau yang memiliki
sifat sifat yang mendekati makhluk berakal.
Dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang
berada disekitar manusia, baik binatang,tumbuh tumbuhan, maupun alam
lingkungan secara luas. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di
muka bumi ini untuk mengelola dan membawa rahmat dan cinta kasih kepada
alam semesta, oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk
melestarikan dan memelihara dengan baik. (Nurhayati, N., 2014)

2.4 Karakteristik Akhlak Dalam Islam

Allah SWT telah berkehendak bahwa akhlak dalam Islam dengan


karakteristiknya berbeda dan unik (istimewa), yaitu dengan karaktersitik yang
menjadikannya sesuai untuk setiap individu, kelas sosial, ras, lingkungan,
masa dan segala kondisi. Beberapa karakteristik akhlak Islam dapat
dikemukakan sebagai berikut:

A. Moral yang argumentatif dan dapat dipahami.


Moral Islam terlepas dari tabiat ritual absolut dogmatis yang dikenal oleh
agama Yahudi dan yang diasumsikan oleh sebagian peneliti tentang moral
sebagai suatu konsekuensi langsung dari bahasa dakwah; kepada moral dalam
semua agama, namun mereka itu tidak mengetahui bahwa Islam justru
kebalikan seratus delapanpuluh derajat dari itu.
Sesungguhnya Islam selalu bersandarkan pada penilaian yang logis dan
alasan (argumentasi) yang dapat diterima oleh akal yang lurus dan naluri yang
sehat, yaitu dengan menjelaskan maslahat (kebaikan) di balik apa yang
diperintahkannya dan kerusakan dari terjadinya apa yang dilarangnya,
kadangkala dengan menjelaskannya secara detail dan kadangkala dengan
menjelaskannya secara global.

B. Moral yang universal


Moral dalam Islam adalah berkarakter manusiawi yang universal, artinya
ia tidaklah membolehkan bagi suatu ras manusia apa yang ia haramkan bagi
ras yang lainnya. Bangsa (atau ras) Arab dan 'Ajam (non Arab) adalah sama
dalam moral, bahkan umat Islam dan umat-umat lainnya adalah sama di
hadapan moral Islam yang universal. Riba adalah haram bagi seorang muslim
dan non muslim (kafir), mencuri adalah haram terhadap harta seorang muslim
dan harta non muslim, zina adalah haram bagi muslim dan non muslim dan
pelanggaran adalah haram atas seorang muslim dan seorang non muslim.
Dengan demikian moral Islam adalah bersih dari tendensi (kecenderungan)
rasialisme kebangsaan yang mana akhlak Yahudi berkarakter dengannya dan
dengan karakter tribalis (kesukuan) dan primitif pada umumnya.

C. Moral yang sesuai dengan fitrah.

9
Moral Islam datang membawa apa yang sesuai dengan fitrah dan tabiat
manusia serta menyempurnakannya, tidak dengan apa yang menghilangkan
fitrah dan yang berbenturan dengannya, karena Allah SWT tidak pantas
baginya untuk menciptakan manusia pada suatu tabiat fitrah kemudian Ia
membebankan suatu ajaran kepadanya untuk menekan dan membunuh
fitrahnya atau meniadakan pengaruh tabiat fitrah dan membekukannya. Dari
sinilah maka Islam mengakui eksistensi manusia seperti apa adanya yang
telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaannya, kecenderungan
fitrahnya serta segala apa yang telah dibuat-Nya, maka Islam menghaluskan
dan menjadikannya mulia dan membuat batasan hukum untuknya yang dapat
memelihara kebaikan masyarakat dan individu itu sendiri.

D. Moral yang memperhatikan realitas


Diantara karakteristik akhlak Islam adalah bahwa ia merupakan moral
realistis yang tidak mengeluarkan perintah dan larangannya kepada
orangorang yang hidup di menara gading atau orang-orang yang terbang
melayang di awang-awang idealisme, melainkan ia memerintahkan kepada
manusia yang berjalan di muka bumi, yang memiliki dorongan dan nafsu,
memiliki keinginan dan cita-cita, memiliki kepentingan dan kebutuhan,
memiliki kecenderungan dan hasrat biologis terhadap kesenangan duniawi,
sebagaimana mereka juga memiliki kerinduan jiwa kepada Allah yang
mengangkat tinggi derajat mereka menuju kepada kerajaan langit.

E. Moral yang positif


Di antara karakteristik akhlak Islam adalah bahwa ia merupakan moral
positif, yaitu ia tidak merelakan orang yang telah berhias dengan akhlak Islam
untuk berjalan mengikuti trend sosial, berjalan mengikuti arus, atau bersikap
lemah dan menyerah dalam menghadapi peristiwa yang mengendalikan
hidupnya seperti bulu beterbangan tertiup angin. Moral Islam menganjurkan
untuk menggalang kekuatan, perjuangan dan meneruskan amal usaha dengan
penuh keyakinan dan cita-cita, melawan sikap ketidakberdayaan dan
pesimisme (keputusasaan), bersikap mati tidak berkutik, kemalasan serta
segala bentuk penyebab kelemahan. Dengan demikian, moral Islam menolak
sikap pasif dan apatis dalam menghadapi kerusakan sosial dan politik, dan
menghadapi dekadensi atau degradasi moral dan agama.

F. Moral yang komprehensif


Jika sebagian orang menyangka bahwa moral dalam agama berkisar pada
pelaksanaan ibadah-ibadah ritual seremonial dan sebagainya, jika pun ini
benar mengenai moral suatu agama tertentu, maka hal itu tidaklah benar
untuk dipredikatkan kepada etika moral Islam. Etika Islam tidak membiarkan
kegiatan manusia dalam kedua aspeknya; individual dan sosial, pemikiran,
adab susila dan rohani. Bahkan Islam telah menggambarkan untuknya sebuah
konsep moral sesuai dengan kaidah tertentu, menggariskan hubungan

10
manusia dengan dirinya sendiri, dengan masyarakatnya, bahkan hubungannya
dengan alam. (Thohir, 2007)

2.5 Faktor Pembentuk Akhlak


Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat
popular. Pertama aliran nativisme. Kedua, aliran empeirisme, dan ketiga
aliran konvergensi. Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan
dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan
lain-lain. Menurut aliran empirrisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk Pendidikan dan pembinaan yang diberikan. Selanjutnya pada
aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dimuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial. Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran Islam.
(Warasto, 2018).

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak


Akhlah merupakan suatu keadaan jiwa, keadaan ini menyebabkan jiwa
bertindak dengan mudah tanpa difikir dan dipertimbangkan secara mendalam.
Akhlak merupakan tingkah laku manusia bersifat konstan, sepontan, tidak
temporer, dan tidak memerlukan pemikiran dan perimbangan serta dorongan
dari luar. Akhlak masih bersifat netral belum menunjuk kepada baik atau
buruk yang dilakukan oleh manusia.

Seluruh identitas kemanusiaan di atas perlu diteliti dan diperlajari lebih


komprehensif dalam kontek manusia sebagai pelaku akhlak. Sebagai pelaku
akhlak manusia amat terpengaruh oleh berbagai hal dalam menentukan
kesanggupan dalam perbuatan baik dan buruknya. Perbuatan manusia pada
prinsipnya sangat terpengaruh oleh berbagai situasi dan kondisi. Diantara
berbagai hal yang mempengaruhi sehingga membentuk akhlak adalah: adat
kebiasaan, bakat, Pendidikan, dan media informasi.
a) Adat Kebiasaan
Pekerjaan atau tingkah laku kebiasaan yang diulang-ulang dan terus
menerus, meskipun pada awalnya berat lama-kelamaan menjadi kebiasaan
yang menyenangkan. Kebiasaan melakukan sesuatu dengan baik dan benar
maka dia akan menjadi orang yang jujur. Sebaliknya, kebiasaan melakukan
sesuatu dengan tidak baik akan berimbas buruk pada akhlah seseorang
b) Bakat atau Naluri
Pada dasarnya perilaku manusia dipengaruhi oleh suatu kehendak yang
digerakan oleh bakat atau naluri atau fitrah, sehingga naluri merupakan tabiat
yang dibawa sejak lahir sehingga merupakan pembawaan.
c) Pendidikan

11
Pendidikan memiliki andil yang amat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan akhlak seseorang, berbagai ilmu diperkenankan agar seseorang
memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya.
Pendidikan adalah usaha membimbing mengarahkan potensi hidup manusia
yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar sehingga
terjadilah peruahan di dalam kehidupan pribadinya sehingga makhluk
individual dan sosial serta hubungannya dengan alam sekitar dimana ia
berada.
d) Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu yang melindungi tubuh yang hidup yang
dalam konteks akhlak ini tentunya adalah manusia. Lingkungan manusia yang
merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku umat
manusia. Lingkungan ala mini dalapt mematahkan atau mematangkannya
bakat yang di bawa seseorang. Jika kondisi lingkungan tidak baik maka hal
itu merupakan perintang dalam mematangkan bakat seseorang.
e) Media informasi
Teknologi sudah semakin maju, dimana dalam memerlukan berita atau
informasi sudah sangat mudah memperolehnya. Salah satu dari sekian
banyaknya kemajuan teknologi adalah pesawat televisi. Televisi dengan
berbagai program acara siarannya selama ini dengan berbagai jenis tayangan
informasi dan hiburannya memang selalu menawarkan suatu kenikmatan
tersendiri bagi para pemirsanya. Kemudian yang saat ini menjadi salah satu
media informasi dengan pengaruh paling besar adalah ponsel. Alat ini
merupakan alat yang canggih karena disamping untuk komunikasi dapat
digunakan untuk berbagai program atau aplikasi yang terkadang muncul
gambar atau film yang tidak pantas dilihat oleh anak-anakm baik itu
kekerasan maupun permainian bahkan situs-situs porno yang dapat
mengganggu perkembangan kepribadian anak-anak. Ketika seseorang
terpapar banyak adegan kekerasan atau pornografi, otak akan kebanjiran
dopamin. Apabila sel saraf seseorang menghasilkan terlalu banyak dopamin
akan berdampak pada otak.

Dari berbagai aspek yang mempengaruhi tersebut, maka dapat


mempengaruhi terhadap perkembangan akhlak. Sehingga Pendidikan akhlak
yang diterapkan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru, ustads, dan
kiayi saja. Tetapi menjadi tanggung jawab semua unsur termasuk tokoh
masyarakat, disamping guru, ustads, dan kiayi. Orang tua juga dapat dituntut
partisipasinya agar menjadi contoh teladan bagi anak. Berbagai faktor
pembentuk akhlak, sebagai mana disebutkan perlu difahami dan dilatih secara
sungguh-sungguh, sebagaimana karakter adalah laksana otot, yang perlu
dilatih secara rutin agar tetap berkembang sehat dan kuat tidak kusut. Setiap
anak dapat memilki beberapaa sifat menonjol, meskipun mereka memiliki
kekurangan yang lain. (Wibowo, 2017).
2.7 Penerapan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Akhlak Ketika Bergaul dengan Orang Lain:

12
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai
mereka cacat.
b) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
c) Memaafkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahan
kesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
d) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain
2. Akhlak Ketika Berbeda Pendapat :
a) Ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat
berbeda pendapat.
b) Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an
dan Sunnah.
c) Menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
d) Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan
3. Akhlak kepada Allah SWT
a) Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
b) Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya
c) Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
d) Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
e) memperbanyak membaca, menghayati, dan mengamalkan isi dari ayat-
ayat al-Qur’an.
4. Akhlak terhadap alam
a) Berakhlak dengan alam sekitar dapat dilakukan dengan cara
melestarikan alam sekitar sebagai berikut :
b) Melarang penebangan pohon-pohon secara liar
c) Melarang perburuan binatang secara liar
d) Melakukan reboisasi
e) Membuat cagar alam dan suaka margasatwa
f) Mengendalikan erosi
g) Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai
h) Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh
lapisan masyarakat
i) Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya
(Khotimah, 2015)

13
BAB III STUDY KASUS DAN SOLUSI PENYELESAIAN

3.1 Contoh Masalah

Contohnya dikalangan remaja yaitu minum-minuman keras dan mabuk-


mabukan. Kebanyakan yang melakukan ini yaitu remaja putra. Alasan mereka
melakukannya agar lebih terlihat jantan dan apabila telah mabuk akan disegani
oleh orang. Jenis minuman keras yang mereka minum seperti vodka dan topi
miring. Biasanya remaja pesta minum-minuman keras ketika ada perayaan
pesta perkawinan. Yang mengejutkan adalah justru yang mengadakan pesta
tersebutyang menyediakan minuman kepada remaja-remaja yang menghadiri
pesta itu dengan alasan agar acaranya tidak terganggu oleh ulah mereka. Hal
ini terjadi justru karena sikap masyarakat yang permisif terhadap perilaku
menyimpang tersebut, sehingga yang menjadi latar belakang masalah ini
adalah sikap masyarakatnya yang sudah salah.

Selain itu, yang sering terjadi yaitu berkelahi. Alasan berkelahi dikarenakan
ketidaksenangan atau ketersinggungan atas ucapan teman. Hal ini disebabkan
karena remaja masih memiliki gejolak jiwa dan emosi yang tinggi dan
umumnya mereka belum atau tidak mampu menahan emosi mereka. Biasanya
perkelahian terjadi ketika ada perayaan pesta baik itu perkawinan maupun
khitanan. Di acara itu banyak anak muda-mudi yang kumpul-kumpul sambil
minum-minuman keras,sehingga ucapan mereka tidak terkontrol dan saling
mengejek satu sama lainnya. (Su'ud, 2011).

3.2 Solusi Penyelesaian

Solusinya dengan memberitahu bahwasanya minum-minuman keras itu


berbahaya dan termasuk dalam perbuatan syaitan sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Al-Maidah ayat 90 yang artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan“.
Selain itu, diajarkan pula untuk bersabar dalam segala hal agar tidak terjadi
perkelahian. Diberikan juga pendidikan akhlak baik dari orangtua, orang-orang
lingkungan sekitar, teman, dan lain-lain. Berteman dengan teman yang dapat
memberikan pengaruh yang positif. Keharmonisan keluarga juga dapat
membantu anak agar memiliki akhlak yang baik. Orangtua menanamkan
akhlak yang baik pada anak sejak dini, ini akan memberikan dampak pada anak
yaitu anak terbiasa melakukan akhlak yang baik sejak dini dan dapat
meminimalisir akhlak-akhlak yang tercela.

14
15
BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena


akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk. Dan manusia yang paling baik budi
pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu
seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada
dalam jiwa seseorang. Pertanda kematangan iman dan kunci kesuksesan
hidup di dunia dan akhirat yaitu dengan berakhlak baik. Hal ini sejalan
dengan misi Rasulullah SAW menyampaikan ajaran Islam yaitu
menyempurnakan akhlaq umat. Rasulullah SAW bersabda: “ Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan
Baihaqi). Berdasarkan hadits ini, pada dasarnya syariat yang dibawa
Rasulullah SAW. bermuara pada pembentukan akhlak mulia (akhlaq al-
karimah). Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-
hari.
Faktor pembentukan akhlak pada umumnya, ada tiga aliran yang amat
popular. Pertama aliran nativisme. Kedua, aliran empeirisme, dan ketiga
aliran konvergensi. Sebagai pelaku akhlak manusia amat terpengaruh oleh
berbagai hal dalam menentukan kesanggupan dalam perbuatan baik dan
buruknya. Perbuatan manusia pada prinsipnya sangat terpengaruh oleh
berbagai situasi dan kondisi. Hal yang mempengaruhi sehingga
terbentuknya akhlak adalah adat kebiasaan, bakat, Pendidikan, dan media
informasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rokayah, R. (2015). Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari


hari. TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(1), 15-33.
Suryadarma, Y. and Haq, A.H., 2015. Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al
Ghazali. At-Ta'dib, 10(2).
Nurhayati, N., 2014. Akhlak dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam
Islam. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama
Islam, 4(2), pp.289-309.
Zulbadri, Z., 2018. AKHLAK MAZMUMAH DALAM AL-QURAN. Jurnal
Ulunnuha, 7(2), pp.109-122.
Kurniawan, S., 2017. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM Pemikiran
Al-Ghazali tentang Pendidikan Karakter Anak Berbasis Akhlaq al-
Karimah. Tadrib, 3(2), pp.197-216.
Thohir, M., 2007. Kajian Islam tentang akhlak dan karakteristiknya. MIMBAR:
Jurnal Sosial dan Pembangunan, 23(1), pp.1-14.
Warasto, H. N. (2018). Pembentukan Akhlak Siswa. Jurnal Mandiri: Ilmu
Pengetahuan, Seni, dan Teknologi, 2(1), 65-86.
Wibowo, A. (2017). Berbagai Hal yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak. Suhuf, 28(1), 95-104.
Khotimah, S. (2015). Akhlaq dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan.
Su'ud, S. (2011). Remaja Dan Perilaku Menyimpang (Studi Kasus pada
Masyarakat Boepinang, Bombana). Selami, 1(34), 221401.

17

Anda mungkin juga menyukai