DISUSUN OLEH:
IKHBAL ARCHENO
2254251053
FAKULTAS KEHUTANAN
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas limpahan
karunia, rahmat, dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang
disusun sebagai tugas mata kuliah pendidikan agama islam, saya berusaha
menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun saya menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun
segi penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangunkan, saya
terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi para pembacanya, atas perhatian dan
terimakasih.
( Ikhbal Archeno )
ii
DAFTAR ISI
Sampul .............................................................................................................i
Kata pengantar..................................................................................................ii
Daftar isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Akhlak..........................................................................3
B. Pengetian Etika...............................................................................4
C. Pengertian Moral.............................................................................6
D. Dalil Akhlak……............................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................17
B. Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akhlaq, etika, moral dan lain-lain. Semua tercantum dalam qur’an dan hadist.
menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat
dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing- masing
perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak
kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang
baik.
dengan alasan ingin mengetahui lebih jauh lagi apa perbedaan antara akhlak,
etika dan moral serta ingin mengetahui apakah yang di maksud dengan akhlak, etika
dan moral dan peranan ketiganya dalam kehidupan manusia terutama umat muslim.
1
C. Rumusan Masalah
masalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
D. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang menurut lughat berarti budi
pekerti atau perangai, tingkah laku atau tabi’at. Selanjutnya definisi akhlak yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai atau tingkah laku dan tabiaat atau
watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Dari pengertian diatas menunjukan bahwa akhlak adalah kebiasaan atau sikap
yang mendalam dalam jiwa manusia dimana timbul perbuatan dengan mudah dan
ulang hingga menjadi kebiasaan dan perbuatan itu bisa mengarah pada perbuatan
Sedangkan menurut para ahli dasar akhlak itu adalah adat kebiasaan,
yang harus dinilai dengan norma-norma yang ada dalam Al-Qur‟an dan Sunah
1
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 81.
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta, LPPI, 2000), h. 8.
3
Rasul kalau sesuai dikembangkan kalau tidak harus ditinggalkan. 3 Sedangkan tujuan
dari akhlak itu sendiri adalah menanam tumbuhkan rasa keimanan yang kuat,
dan akhlak yang mulia. Menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah dan
menimbulkan perasaan bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk berbuat yang
terbaik bagi orang lain, karena Islam mengajarkan bahwa sebaik- baik manusia
adalah yang banyak mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Dan kesadaran
sikap peduli kepada orang lain karena Islam mengajarkan untuk berbuat baik
dalam segala hal dan melarang perbuatan yang jahat atau tercela. Karena pada
dasarnya baik atau buruknya perbuatan seseorang akan kembali kepada dirinya
masing-masing.
karena itu pemahaman akan aqidah akhlak sangatlah dibutuhkan terutama bagi
mahasiswa.
B. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang
berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana
etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.5
3
Mudhor Ahmad, Etika dalam Islam, t.t hlm. 15
4
Association for Supervision and Curriculum Developement, “Moral Education in The Life of
School,” ASCD Panel on Moral Education (1998), hlm. 4-5
5
Haryo Kunto Wibisono, Linda Novi Trianta, Sri Widagdo, “Dimension of Pancasila Ethic in
Bureaucracy: Discourse of Governance,” Jurnal Fokus Vol. 12, No. 7 2015.
4
Pengertian ini menunjukan bahwa, etika ialah teori tentang perbuatan manusia
yang ditimbang menurut baik dan buruknya, yang juga merupakan pada inti sari
atau sifat dasar manusia: baik dan buruk manusia. Dalam bentuk jamak (ta
etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang
bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (284-
322
SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada
asal-usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
dengan upaya menentukan perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik
atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola tingkah laku yang di hasilkan oleh akal
manusia. Dengan adanya etika pergaulan dalam masyarakat akan terlihat baik dan
buruknya.
identik dengan kata ini, yaitu: “Susila” (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada
dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika pada
dasarnya mengamati realitas moral secara kritis, dan etika tidak memberikan ajaran
kritis. etika lebih kepada mengapa untuk melakukan sesuatu itu harus
6
Mockh. Sya’roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Jurnal Teologia, Vol. 25 No. 1,
2014.
7
Maidiantius Tanyid, Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral Berdampak Pada
Pendidikan, Jurnal Jaffray, Vol. 12, 2 2012.
5
umum asal-mula etika berasal dari filsafat tentang situasi atau kondisi ideal
yang harus dimiliki atau dicapai manusia. Etika juga suatu ilmu yang membahas
baik dan buruk dan teori tetang moral. Selain itu, teori etika berorientasi
C. Pengertian Moral
Moral atau moralitas berasal dari kata bahasa latin mos (tunggal), mores
(jamak), dan kata moralis bentuk jamak mores memlliki makna kebiasaan,
moral berarti mempunyai dua makna. Pertama, ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; dan kedua,
Istilah lain yang sama dengan moral adalah etika dan akhlak. Etika berasal
dari kata ethiek (Belanda), ethics (Inggris), dan ethos (Yunani) yang berarti
kebiasaan, kelakuan.10 Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq, jamak dari
khuluqun, menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat.11 Dalam bahasa Indonesia, budi pekerti merupakan kata majemuk,
berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa
8
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat
Indonesia, (Yogyakarta:kanisius 1990), hal.90
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.592
10
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat
Indonesia,hal.91
11
Hamzah Ja’kub, Etika Islam, (Jakarta: Publicita, 1978), hal.10
6
Sansekerta yang berarti yang sadar atau yang menyadarkan, atau alat kesadaran.
Berbeda dengan akal yang dipergunakan untuk merujuk suatu kecerdasan, tinggi
digunakan untuk menunjukkan suatu perilaku baik atau buruk, sopan santun dan
D. Dalil Akhlak
nilai-nilai akhlak, atau bahkan secara umum, al-quran itu sendiri adalah akhlak,
dalam arti pakaian, cara kita hidup, berpikir da berbuat serta berteraksi-
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
dari syirik/sesat), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah [98]:5).
12
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996),
hal.26
13
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999) cet. II hal. John
Locke Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan. Hal 15
14
Hasin Yadi, Ayat-ayat Akhlak dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Jakarta)
7
Allah SWT berfirman;
dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al-
Baqarah [2]:153).
Baqarah [2]:152)
Artinya: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
8
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 13) Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku. Sebaliknya, manusia yang
tidak berakhlak (su’al -khuluq) adalah manusia yang ada nifaq (kemunafikan) di
dalam hatinya. Nifaq adalah sikap mendua terhadap Allah. Tidak ada kesesuaian
antara hati dan perbuatan.15 Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan
hawa nafsu dapat menyilaukan hati. Sebaliknya, melakukan dosa dan maksiat dapat
melakukan dosa tetapi menghapusnya dengan kebaikan tidak akan gelaplah hatinya,
15
Ayuci, Indikator manusia berakhlak (manusia berakhlak), (Internet: scribd, 2019), BAB 2.
11
Ahli Tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain
adalah memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti
orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak
bicara tetapi banyak berbuat, penyabar, tenang, hatinya selalu bersama Allah, suka
berterima kasih, rida terhadap ketentuan Allah, bijaksana, hati-hati dalam bertindak,
disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit
makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah
Akhlak mempunyai makna yang luas, yang dapat mencakup sifat lahiriyah
maupun batiniah. Akhlak menurut pandangan Islam mencakup berbagai aspek, dapat
mencakup akhlak terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk seperti manusia dan
lingkungan.
tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu
yang semua makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa
kesempurnaan dan keterpujian Allah swt. Oleh karena itu, mereka sebelum memuji-
Nya, bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jadi jangan sampai
pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya, sebagaimana al-
Quran surat ash-Shaffat (37): 159-160, yang artinya: “Mahasuci Allah dari segala
12
sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang
terpilih.” Demikian juga al-Quran surat asy-Syura (42): 5 menetapkan: “Dan para
malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka.” Begitu juga al-Quran surat
Selanjutnya al-Quran surat al-Isra (17): 44, menetapkan: “Dan tidak ada sesuatupun
Bertitik tolak dari uraian tentang kesempurnaan Allah Swt. tersebut, maka
yang bersumber dari Allah adalah baik, benar, indah, dan sempurna. Berkaitan
dengan hal ini, sebagian ayat al-Quran memerintahkan manusia untuk menjadikan
“(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka
sebagai pelindung. Jika seseorang mewakilkan kepada orang lain (untuk suatu
persoalan), maka ia telah menjadikan orang yang mewakili sebagai dirinya sendiri
dalam menangani persoalan tersebut, sehingga sang wakil melaksanakan apa yang
yang kepada-Nya diwakilkan segala persoalan adalah Yang Maha Kuasa, Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana, dan semua Maha yang mengandung pujian. Manusia
sebaliknya, memiliki keterbatasan pada segala hal. Oleh karena itu, maka
sepenuh hati, baik mengetahui maupun tidak hikmah suatu perbuatan Tuhan.
13
Sebagaimana firman Allah Swt.: “Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak
mengetahui. (QS al-Baqarah [2]: 216), dan lihat (QS al-Ahzab [33]: 36).
membunuh, menyakiti badan atau harta tanpa alasan yang benar, juga termasuk
larangan menyakiti hati, walaupun disertai dengan memberi. Lihat (QS al-Baqarah
[2]: 263). Selain itu, al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya
didudukkan secara wajar, termasuk Nabi Muhammad Saw. dinyatakan pula sebagai
manusia biasa, namun dinyatakan pula beliau adalah Rasul yang memperoleh wahyu
dari Allah. Atas dasar ini beliau berhak memperoleh penghormatan melebihi manusia
lain, seperti dalam al-Quran (QS al-Hujurat [49]: 2; QS an-Nur [24]: 63). Al-Quran
juga menekankan perlunya privasi (kekuasaan atau kebebasan pribadi), (QS an-Nur
[24]: 27 dan 58); salam yang diucapkan wajib dijawab dengan salam yang serupa,
dan dianjurkan agar dijawab dengan salam yang lebih baik (QS an-Nisa [4]: 86);
Setiap ucapan harus ucapan yang baik (QS al-Baqarah [2]: 83 dan QS al-Ahzab [33]:
70) Seseorang tidak boleh mengolok-olokkan orang lain atau kelompok lain dan tidak
boleh memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Demikian juga seseorang tidak
boleh berprasangka buruk, mencari kesalahan orang lain, dan menggunjing orang
lain. Al-Quran menjelaskan juga di antara ciri-ciri orang yang bertakwa (QS Ali
kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri (QS al-Hasyr [59]: 9).
14
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan ini menuntut adanya
seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga
sebelum matang, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk
untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu
menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang
sedang terjadi. Hal ini mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak
benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-
setiap muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus
Berkaitan dengan hal ini, al-Quran surat al-Anʻam (6): 38 menegaskan bahwa
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
boleh diperlakuka secara aniaya, baik dalam masa damai maupun ketika terjadi
jika terpaksa, tetapi inipun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan
penciptaan dan demi kemaslahatan (QS al-Hasyr [59]: 5). Dengan pengakuan semua
15
milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apapun yang berada
memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah Swt. menyangkut apa
manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau
bangsa, dan jenisnya saja, tetapi juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan
semua pihak. Manusia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam. Yang
kepadanya (QS az-Zukhruf [43]: 13). Oleh karena itu manusia harus mengusahakan
keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus
Muhammad Saw. yang diutus membawa rahmat bagi seluruh alam. Selain itu,
hadits riwayat at-Timidzi dari Abu Dardaˋ yang menjelaskan bahwa beliau bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa antara etika, moral dan akhlak memiliki kesamaan arti, cakupan dan tujuan.
Namunpun demikian, juga memiliki perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif
Islam akhlak dan tasawuf sangat berkaitan erat karena sama- sama bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Serta dapat pula disimpulkan 4 hal yaitu
bahwa Akhlak, etika dan moral adalah suatu disiplin ilmu yang membicarakan
tentang persoalan baik dan buruk, Antara akhlak, etika dan moral, memiliki
dan buruk, sedangkan perbedaanya adalah terletak pada landasan yang dipakai,
Dalam konteks sejarah, antara akhlak dan tasawuf memiliki tujuan dan esensi
yang sama, yaitu sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta
Indikator orang berakhlak adalah beriman atau tidaknya seseorang. Salah satu
17
B. Saran
Adapun saran yang akan kami sampaikan adalah Kita harus bisa
membentengi diri kita dengan keimanan dan ketaqwaan agar modernisasi dan
globalisasi tidak mempengaruhi etika, moral dan akhlak kita tetapi kita yang
mengendalikan modernisasi dan globalisasi yang harus kita peroleh dan pelajari
18
DAFTAR PUSTAKA
19