Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

KONSEP AKHLAK, ETIKA, MORAL DALAM ISLAM

DOSEN MATA KULIAH :


Abdul Gafur, S.SI, M.PD.I.

OLEH:
Afina Damayanti (06021282126048)
Evi Silpiani (06021282126051)
Gebby Gitavalira (06021282126023)
Zahnas Ziva Cegame (06021282126014)
Zahra Firlia (06021282126026)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan
sesuai yang di harapkan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah yang telah memandu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
berkontribusi kepada kami.
Dalam makalah ini kami membahas “Konsep Akhlak, Etika, Moral Dalam
Islam”. Tujuan kami menyusun makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah agama dan sekaligus berbagi ilmu pengetahuan kepada para
pembaca tentang konsep akhlak, etika,moral dalam islam.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data yang diperoleh dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan agama islam serta informasi dari media masa
yang berhubungan dengan agama islam. Kami harap, dengan membaca makalah
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita
mengenai implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan sehari- hari.
Kami ucapkan Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh

Palembang, 01 Oktober 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Konsep Akhlak, Etika, dan Moral.................................................................3
B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)...............................................................7
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak..............................................................8
D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat.......................................9
PENUTUP.............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama islam merupakan agama yang datang secara damai dan penuh
dengan kesantunan sehingga agama islam menjujung tinggi akhlak, etika,
dan moral. Akhlak, etika, dan moral merupakan tiga hal penting yang saling
berkaitan satu sama lain karena telah mencakup segala pengertian adab,
kelakuan dan kepribadian manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Allah swt dan dengan sesama manusia itu sendiri.
Sebagai umat islam, tentunya kita harus mempelajari makna dari
akhlak, etika, dan moral dalam agama islam sehingga kita dapat mengetahui
yang mana hal yang baik dan yang buruk serta kita dapat berusaha untuk
mengamalkan hal yang baik dan meninggalkan hal yang buruk tersebut.
Namun, di zaman sekarang yang sudah semakin canggih ini banyak
umat islam yang tidak memahami bahkan tidak memperdulikan akhlak, etika
dan moral. Kebanyakan umat islam di zaman sekarang ini lebih menyukai
dan mengamalkan budaya luar negeri yang memiliki banyak pertentangan
dengan akhlak, etika, dan moral berdasarkan agama islam.
Dengan mengangkat tema mengenai akhlak, etika dan moral, penulis
sangat berharap agar umat islam lebih menyadari dan memperdulikan
tentang akhlah, etika, dan moral sehingga umat islam tidak terpengaruh
dengan budaya luar negeri yang memiliki banyak pertentangan dengan
agama islam dan umat islam akan selalu menjaga kehormatan dan akhlaknya
sebagai umat islam serta menjunjung tinggi akhlak nabi Muhammad SAW
dan menjadikannya sebagai suri tauladan.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep Etika, Moral dan Akhlak
2. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)

1
3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat

C. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dari pembatan makalah ini, yaitu :


1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan
Akhlak
2. Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak
3. Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Untuk mengetahui Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat

2
PEMBAHASAN

A. Konsep Akhlak, Etika, dan Moral

1. Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak yaitu: pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan
terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari
Bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa,
yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan)tsulasi majid af’ala, yuf’ilu
if’alan yang berarti al-sajiyah(perangai), at-thobi’ah (kelakuan, tabiat,
watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban
yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan
akhlak, tetapi ikhlak.Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang
mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan
kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat
merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu
Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar
bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya
dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan,
dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

3
perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.

2. Etika
a. Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain
ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak
(moral).Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli
dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi
dua: obyektivisme dan subyektivisme.
1) Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat
obyektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini
melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika.
Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita
senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak

4
masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal
yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
2) Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan
dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini
bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa
saja subyek Tuhan.

b. Macam-Macam Etika
1) Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan
pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2) Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia
tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket,
padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang
berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus
dilakukan.Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu
perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di
sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang
lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu
orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute atau
tidak tergantung dengan apapun.Etiket memandang manusia
dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara
utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan

5
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau
buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku
yang dihasilkan oleh akal manusia.

3. Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik
buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,
baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau
salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki
objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun
demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan
nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal
pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di
masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan
berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.

6
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan
lainnya yang berlaku di masyarakat.

4. Perbedaan Antara Etika dan Moral


Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari
ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system
nilai yang ada.
Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang
dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten,
dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral
mencakup tiga hal, yaitu:
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang
bermoral.
b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu
suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat,
sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal,
artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi
setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib,
rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa
harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

7
B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
terpuji atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan,
pikiran, dan perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat
hati, bisa baik bisa buruK yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik
yang muncul adalah perilaku yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat
hatinya buruk, yang akan muncul adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-
madzmumah).
Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.
1. Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang.
Nafsu ini cenderung kepada kelezatan jaamaniyah, misalnya makan,
minum dan nafsu seksual.
2. Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu
nafsu yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai
serta mengalahkan yang lain.
3. Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan.
Dengan nafsu ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir,
mengambil hikmah, dan memahami fenomena alam.

Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk


mengendalikan nafsu syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat
menjadi lebih unggul dan mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang
berakhlak al karimah.

Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Qur’an


bukan hanya memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu
mengaitkan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada
ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara tentang salat, puasa, haji, zakat, dan
muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak.
(Al-Baqarah: 183, 197).

8
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara
menyucikan hati (tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan
Allah Swt. tetapi malah dapat mengenal Allah Swt. (al-ma’rifah). Menurut Dzun
Nun al-Misri, ada tiga macam pengetahuan tentang Allah Swt.
1. Pengetahuan Awam : Allah Swt. dengan perantaraan kalimat syahadat.
2. Pengetahuan Ulama : Allah Swt. menurut logika akal.
3. Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Swt. dengan perantaraan hati sanubari.

Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang


disertai dengan kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati
yang mendasari perilaku manusia dan tasawuf adalah cara untuk membersihkan
dan mensucikan hati. Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat
erat dan penting karena satu sama lain saling mendukung.

Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu tasawuf :

1. Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah Swt.


2. Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah Swt.
3. Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.
4. Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam
menjalankan seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah
Swt.

Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan


memiliki akhlak mulia.

1. Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).


2. Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).
3. Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).
4. Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)
5. Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).
6. Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

9
D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat
Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung
tinggi pentingnya berakhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai,
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan
Khaliq atau dengan sesama makhluk. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana
seseorang mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan
seluruh ajaran Islam ke dalam tingkah laku sehari hari.
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan syariat islam.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.
c. Berdo’a kepada Allah. Do’a merupakan pengakuan akan keterbatasan
dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu
keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu Mengakui bahwa dirinya rendah dan
hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau
memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.
f. Berhusnudzon kepada Allah, yaitu berprasangka baik kepada Allah
karena apa yang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik
untuk hamba-Nya.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. sabar, yaitu perilaku sebagai pengendalian nafsu dan penerimaan
terhadap apa yang menimpanya.

10
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas nikmat yang telah di beri
oleh Allah, baik syukur dalam ucapan maupun perbuatan.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati dan selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin.
3. Ahlak kepada keluarga
a. Memuliakan dan menghormati kedua orang tua
b. Mendoakan kedua orang tua
c. Bersikap baik kepada kedua orang tua
d. Berkata lembut kepada kedua orang tua
e. Menyanyangi kedua orang tua seperti mereka menyayamgi kita
sewaktu kecil
4. Akhlah kepada sesama manusia
a. Menciptakan ukhuwah atau persaudaraan
b. Menumbuhkan sikap Ta’awun atau saling tolong menolong
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
d. Menepati janji yang telah dibuat

11
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang
menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena memang etika
adalah bagian dari filsafat.
2. Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu masyarakat.
3. Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut
juga sikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang
ukurannya adalah wahyu tuhan.
4. Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri
kepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu
tasawuf. Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug ) adalah
tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam
perilaku.
5. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat
mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan
seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari- hari. Seperti
akhlak kepada tuhan, diri sendiri, keluarga, dan sesama manusia

12
B. Saran
Hendaknya kita sebagai muslim dapat menerapan etika, moral, dan akhlak
ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam.

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai