Anda di halaman 1dari 16

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

“Etika, Moral, dan Susila”

Dosen : Dr. H. MUKHTAR MAS’UD, M.A

Di Susun oleh:

Kelompok 7

NURUL HIKMAH MURSALIM 2120203886208089


HIDAYATUL FADLI 2120203886208090
MUH. FADHIL 2120203886208091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PARE-PARE

2022/2023

1
PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas karunia-Nya kami masih di beri kesempatan
dan dapat menyelesaikan tugas artikel yang mencakup 3 topik pembahasan yaitu; Pengertian Etika,
Moral, dan Susila. Makalh ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK dengan dosen pengampu Bapak Dr. Mukhtar Masud, S. Ag,
M.A

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan atau referensi mahasiswa
maupun siapa saja yang telah membacanya. Dalam penulisan makah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini,
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Pare-pare, 10 Oktober 2022

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

PENGANTAR.............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................5
A. Pengertian Etika, Moral, dan Susila.............................................................................................5
B. Hubungan antara Etika, Moral, dan Susila dengan Akhlak......................................................9
C. Persamaan dan Perbedaan antara Etika, Moral, dan Susila...................................................11
BAB III....................................................................................................................................................12
A. Keseimpulan.................................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................13
LAMPIRAN............................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
Syari’ah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya
berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka,
semua bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran
akhlak dan pendirian manusia terhadapnya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia.

Etika, moral dan susila adalah pola tindakan yang didasarkan nilai mutlak kebaikan. Islam
merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi pentingnya akhlak, etika
dan moral. Ketiganya adalah hal yang sangat penting karena telah mencakup segala pengertian
tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya
dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk. Timbulnya kesadaran serta pendirian Akhlak, etika,
moral, dan susila merupakan pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.

Hidup yang selalu berpegang teguh pada akhlak, etika, moral dan susila adalah tindakan yang
tepat dalam mewujudkan terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak sesuai dengan akhlak,
etika, moral dan susila yang baik merupakan tindakan yang menentang kesadaran tersebut. Sebagai
generasi penerus kita harus selalu berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya
kehidupan yang rukun dan damai. Untuk itu pada makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai
pengertian, persaman dan hubungan akhlak, etika, moral, dan susila.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah di antaranya sebagai beriku:


1. Apa yang dimaksud dengan Etika, Moral, dan Susila?
2. Apa hubungan antara etika, moral, dan susila?
3. Apa persamaan dan perbedaan antara etika, moral, dan susila?

C. Tujuan

1. Mampu mengetahui apa yang di maksud dengan etika, moral, dan susila
2. Mampu mengetahui hubungan antara etika, moral, dan susila
3. Mampu mengetahui persamaan dan perbedaan antara etika, moral, dan susila

4
BAB II

PEMBAHASAN

Ayat dan Hadis mengenai Etika, Moral, dan Susila

Q.S An-nisa: 114

Artinya:

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian diantara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar.

H.R. Ahmad

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (H.R. Ahmad)

A. Pengertian Etika, Moral, dan Susila

a. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos" yang berarti adat kebiasaan. Etika
membicarakan kebiasaan (perbuatan) berdasarkan intisari/sifat dasar manusia: baik-buruk. Jadi, etika
adalah teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik buruknya. Para ahli memberikan pengertian
yang berbeda-beda terhadap kata "etika", antara lain sebagai berikut.

a. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia atau prinsip prinsip yang disistematisasi tentang
tindakan moral yang benar (Webster's Dict).
b. Ilmu tentang filsafat moral, tindakan mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai
sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif, tetapi ilmu
yang formatif (New American Dict).1

1
Rosihon Anwar- Saehuddin, Akidah Akhlak, (Bandung, Pustaka Setia, 2016), Hal. 258-260

5
c. Ilmu tentang moral/prinsip-prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan-tindakan dan kelakuan
(A.S. Hornby Dict).
d. Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat oleh manusia.
e. Menurut Soegarda Poerbakawatja, etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai,
ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya,
terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan
sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan.

Pengertian etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki baik dan buruk dengan
memerhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran. Adapun karakteristik
etika Islam adalah sebagai berikut.

a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan
diri dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moralukuran baik-buruknya perbuatan
didasarkan pada ajaran Allah SWT. (Al-Quran) dan ajaran Rasul-Nya (Sunnah).
c. Etika Islam bersifat univesal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia.
d. Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat cocok dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran
manusia, etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
e. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan
meluruskan perbuatan manusia di bawah pencaran sinar petunjuk Allah SWT. menuju keridaan
Nya.

Etika merupakan ilmu dan termasuk cabang filsafat yang paling tua sejak zaman Yunani kuno.
Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia sejauh berkaitan
dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan buruk. Segi normatif ini
merupakan sudut pandang yang khas bagi etika. Etika mempersoalkan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, apa yang baik atau buruk untuk dilakukan. Jadi, tugas utama etika ialah menyelidiki apa yang
harus dilakukan manusia.

Dalam etika, dibicarakan dan dianalisis tema-tema sentral seperti hati nurani, kebebasan,
tanggung jawab, norma, hak, kewajiban, dan keutamaan. Etika bergerak di bidang intelektual, tetapi
objeknya langsung berkaitan dengan kehidupan praktis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud.
1988) memberikan tiga arti yang cukup lengkap tentang etika, yakni:

a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
b. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau masyarakat umum.

6
Penjelasan dalam kamus ini cukup memuaskan dibandingkan dengan penjelasan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta. yang hanya melihat etika sebagai ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak. Dari pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita dapat merumuskan
pengertian etika. Pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya. Contoh: etika suku Indian, etika
agama Budha, dan etika Protestan. Dalam artian ini, etika bisa pula dirumuskan sebagai sistem nilai
yang berfungsi menjaga dan mengatur hidup manusia, baik perorangan maupun bersama. Kedua, etika
juga berarti kumpulan asas atau nilai moral. Ini dimaksudkan dengan kode etik. Misalnya, kode etik
wartawan, kode etik advokat, kode etik jaksa, kode etik hakim, dan sebagainya. Ketiga, etika bisa pula
dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Dalam kaitan ini, etika baru dipahami sebagai
ilmu jika asas-asas dan nilai-nilai tentang yang baik dan yang buruk dijelaskan secara rasional, kritis,
sistematis, dan dengan dukungan metode yang jelas.
2

Di sini etika sama artinya dengan filsafat moral atau ilmu tentang moralitas. Etika bukan sumber
tambahan bagi ajaran moral, melainkan filsafat atau pemikiran rasional-kritis dan mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Jadi, etika bukan sebuah ajaran melainkan sebuah ilmu. Etika
merefleksikan mengapa seseorang harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana kita mengambil
sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan dengan berbagai moralitas.

Dalam pengertian ini, etika memberikan orientasi mengapa harus bersikap begini atau begitu,
sehingga mampu mempertanggungjawabkan kehidupannya. Etika memberikan evaluasi mengenai suatu
perbuatan manusia, apakah kita memuji atau mencelanya. Kita tentu saja akan mencela seorang pejabat
yang menyalahgunakan jabatannya untuk melakukan korupsi, yang menggunakan uang rakyat bagi
kepentingan pribadi. Atau sebaliknya, kita akan memuji manakala dia lebih mengutamakan kepentingan
rakyat banyak daripada kepentingan dirinya sendiri.

Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar, seperti kebebasan dan suara hati.
Sedangkan etika khusus membahas penerapan prinsip-prinsip dasar tersebut pada masing-masing bidang
kehidupan manusia. Etika khusus disebut pula etika terapan (applied ethics). Etika khusus dibagi lagi
atas etika individual dan etika sosial. Etika individual membicarakan kewajiban seseorang terhadap diri
sendiri.

Sedangkan etika sosial membahas kewajiban seseorang sebagai anggota masyarakat atau umat
manusia. Etika individual dan etika sosial tidak bisa dipisahkan secara tajam, karena kewajiban terhadap
diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Dewasa ini etika sosial sedang menjadi
sorotan tajam. Etika sosial menyangkut kesadaran dan tanggung jawab manusia dalam kehidupan
bersama dengan sesama dan lingkungannya.
3

Etika ini membicarakan hubungan manusia dengan manusia, baik secara langsung maupun
dalam bentuk kelembagaan (seperti keluarga, masyarakat, dan negara), sikap kritis terhadap berbagai
2
E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, (Storia Grafika, 2001), Hal. 11
3
Rosihon Anwar- Saehuddin, Akidah Akhlak, (Bandung, Pustaka Setia, 2016), Hal. 260-261

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia

7
ideologi, dan tanggung jawab umat manusia sekarang ini terhadap lingkungannya sebagai kewajiban
moral terhadap generasi mendatang.

Etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis manakala berhadapan dengan
pelbagai moralitas yang membingungkan. Manusia memerlukan orientasi kritis untuk dapat mengambil
sikap yang wajar dan bertanggung jawab dalam suasana pluralitas moral yang merupakan ciri khas
zaman ini agar tidak bingung atau hanya ikut-ikutan saja.

b. Pengertian Moral

Perkataan "moral" berasal dari bahasa Latin, "mores", jamak dari "mos" yang berarti adat
kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Moral adalah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar, sesuai dengan
ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
tertentu.

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia merumuskan moral dengan ajaran
tentang baik-buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban, dan sebagainya). Sementara Bergen
dan Cornalia Evans memberikan suatu pengertian bahwa moral adalah sebuah kata sifat, yang artinya
berkenaan perbuatan baik atau perbedaan antara baik dan buruk.

Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (bentuk tunggal; bentuk jamak: mores), yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup. Maka secara etimologis, kata etika
(bahasa Yunani) sama dengan arti kata moral (bahasa Latin), yaitu adat istiadat mengenai baik- buruk
suatu perbuatan." Adat istiadat ini merupakan konsep yang mencerminkan perilaku aktual anggota
masyarakat tentang apa yang diizinkan atau dilarang untuk dilakukan. Konsep ini merupakan model-
model dan patokan kelakuan yang dianut anggota suatu masyarakat. Maka, adat istiadat secara
keseluruhan mengandung moralitas dari suatu komunitas sosial atau masyarakat.

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Hal ini akan kita
pahami manakala mendengar orang mengatakan, "perbuatannya tidak bermoral". Ucapan itu
memaksudkan bahwa perbuatan tersebut dipandang buruk atau salah karena melanggar nilai-nilai dan
norma norma moral yang berlaku dalam masyarakat. Maka, moral berarti nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya,
menyangkut apa yang baik dan yang buruk atau apa yang benar dan apa yang salah. Itu berarti, moral
menyangkut nilai dan norma bagaimana cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang
lain agar ia menjadi manusia yang baik, yang bermoral sebagai manusia.

Perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila tujuan akhir (sasaran) motivasi, dan lingkungan
juga baik. Ketiga hal itu merupakan faktor penentu moralitas perbuatan manusia. Jika salah satu saja
dari faktor-faktor tersebut tidak ada, keseluruhan perbuatan itu menjadi tidak baik. Sasaran atau tujuan
akhir diwujudkan dalam pelaksanaan suatu perbuatan. Perbuatan itu terjadi karena secara bebas dan
sadar dikehendaki demikian. Kehendak yang bebas dan sadar merupakan motivasi dalam menjalankan
perbuatan itu. Di sini moralitas perbuatan terletak pada kehendak bebas si pelaku dalam
mengerjakannya. Perbuatan itu dikehendaki karena mempunyai nilai, dan dilakukan dengan berpatokan
pada norma-norma tertentu.

8
Nilai suatu perbuatan akan tampak jelas manakala perbuatan itu sendiri sudah dilakukan. Itu
berarti, nilai merupakan apresiasi atas fakta atau peristiwa yang terjadi. Di sini fakta mendahului nilai.
Karena itu, ada tiga ciri nilai. Yaitu,

1. nilai berkaitan dengan subjek yang menilai,


2. nilai terjadi dalam praksis hidup ketika subjek ingin membuat sesuatu, dan
3. nilai merupakan sifat-sifat yang ditambahkan oleh subjek pada sifat-sifat yang dimiliki objek
karena dari dirinya sendiri objek tidak memiliki nilai.

Apabila membandingkan dengan arti kata etika, secara etimologis, akan sama dengan kata
moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti kebiasaan, adat. Rumusan arti kata moral
adalah nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Akan tetapi, ada perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan
moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika membahas tingkah laku
perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral memandangnya secara lokal. Moral
menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran tersebut.

c. Pengertian Susila

Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata
tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar,
prinsip, peraturan hidup atau norma." Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup
yang lebih baik.

Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,sedangkan orang yang a susila adalah
orang yang berkelakuan buruk. Para pelaku zina (pelacur) misalnya sering diberi gelar sebagai tuna
susila. Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan
sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing,
memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Kesusilaan menggambarkan keadaan di mana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang


dipandang baik. Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan
baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu
yang dipandang baik oleh masyarakat.
B. Hubungan antara Etika, Moral, dan Susila dengan Akhlak

Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak sama,
yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-
buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.

Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan

9
pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di
masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah Al-
Qur'an dan al-hadis.

Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoretis, maka pade mal dan sasila lebih banyak ber-
sifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat
lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan
ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasal dari produk rasio
dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan
hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari waliyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-
Qur’an dan hafis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak
berasal dari Tuhan.

Kajian-kajian ke-Islaman sudah menunjukkan dengan jelas bahwa eberadaan wahyu bersifat
mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Dengan demikian, akhlak sifatnya juga mutlak, absolut dan tidak
dapat diubah. Sementara etika, moral dan susila sifatnya terbatas dan dapat diubah.

Dalam pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam Al Qur’an dan al-Sunnah itu
sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika Al-Qur’an misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada
ibu-bapak, menghormati sesama kaum muslimin, dan menyuruh menutup aurat, maka suruhan tersebut
belum dibarengi dengan cara-cara, sarana, bentuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati kedua
orang tua tidak kita jampai dalam Al-Qur’an dan al-hadis. Demikian pula bagaimana cara kita
menghormati sesama muslim dan menutup aurat juga tidak dijumpai di dalam Al-Qur’an. Cara-cara
untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam Al-Qur’an dan al-Hadis itu memerlukan penalaran
atau ijtihad para ulama dari waktu-waktu. Cara menutup aurat, model pakaian, ukuran dan potongannya
yang sesuai dengan ketentuan akhlak jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan
kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya. Jika demikian adanya maka ketentuan baik-buruk yang
terdapat dalam etika, moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat dapat
digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tanpa
bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral dan susila, ketentuan akhlak yang Terdapat di dalam
Al-Qur’an dan al-Sunnah akan sulit dilaksanakan.

Dengan demikian, keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan dalam rangka
menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Di
sinilah letak peranan dari etika, moral dan susila terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan
untuk memberikan batas-batas umum dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan
susila tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat.

Dalam keadaan demikian pada ajaran akhlak itu terdapat sisi-sisi yang absolut dan universal
yaitu ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan terdapat sisi-sisi yang bersifat terbatas dan berlaku
secara lokal, yaitu pada saat ketentuan yang absolut dan universal itu telah dijabarkan oleh etika, moral
dan susila.

10
C. Persamaan dan Perbedaan antara Etika, Moral, dan Susila

a. Persamaan

Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.

Kedua, akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar
martabat dan harkat kemanusiaannya. Semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral, dan susila
seseorang atau sekelompok orang, semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.

Ketiga, akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak hanya merupakan
faktor keturunan yang bersifat tetap, statis, dan konstan, tetapi juga potensi positif yang dimiliki setiap
orang.

Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut, diperlukan pendidikan,


pembiasaan, dan keteladanan serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat secara terus-menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang
tinggi.

b. Perbedaan 4

Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Nilai-nilai yang
menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, perilaku, sifat, dan perangai dalam
akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran
yang mendalam dan renungan filosofis, yang bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika bersifat
temporer, sangat bergantung pada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.

Dengan demikian, perbedaan di antara ketiga istilah itu adalah:

a. tolok ukur akhlak adalah Al-Quran dan As-Sunnah.


b. tolok ukur etika adalah pikiran/akal;
c. tolok ukur moral adalah norma yang hidup dalam masyarakat.

4
Rosihon Anwar- Saehuddin, Akidah Akhlak, (Bandung, Pustaka Setia, 2016), Hal. 261-262

11
BAB III

PENUTUP

A. Keseimpulan

Etika ialah teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik buruknya. Dalam pelajaran filsafat,
etika merupakan cabang dari ilmu filsafat. Moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran ukuran tindakan yang oleh
umum diterima, yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Susila adalah tingkah laku
manusia yang baik terpancar sebagai cemin objektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dnegan
lingkungannya.

Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di
masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah Al-
Qur'an dan al-hadis.

B. Saran

Adapun saran yang harus kami sampaikan adalah kita harus bisa membentengi diri kitadengan
keimanan dan ketaqwaan agar modernisasi dan globalisasi tidak mempengaruhi etika, moral dan
akhlak kita tetapi kita yang mengendalikan modernisasi dan globalisasi yang harus kita peroleh dan
pelajari dengan akhlak, etika, moral, dan dalil yang kita miliki.

12
DAFTAR PUSTAKA

E.Y kanter. 2001. Etika profesi hukum: sebuah pendekatan sosio-religius. Storia Grafika

Rosihan Anwar. 2016. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia

Nur Hidayat- Lia Noviastuti. 2015. Akidah Akhlak dam pembelajarannya. Yogyakarta: Ombak

13
LAMPIRAN

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai