Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA,MORAL DAN AKHLAK

DOSEN PENGAMPUH

Drs.Nurul Ikhsan Sitorus SH.MA

Disusun Oleh :

Nadya Syafitri (22031113)

Kiki Suci Cahyani (22031115)

Fitri Febianti (22031111)

Ahmad Zulkifli (22031375)

M.Dafi Rahman Sinaga (22031137)

Teguh Samudra (22031126)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ASAHAN
ASAHAN
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirahim…

Puji syukur kehadiran Allah, SWT; karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang“Etika,Moral dan Akhlak”
dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “Etika,Moral dan Akhlak”. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini dilain waktu yang akan datang.

Kisaran, 22 Oktober 2022

Penyusun

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan Permasalahan....................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3

A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak .................................................................................... 3

B. Karakteristik Etika Islam ................................................................................................. 7

C. Hubungan tasawuf dan Akhlak ...................................................................................... 9

D. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyaratak ......................................................... 10

BAB III

PENUTUP ........................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 12

B. Saran .............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan

menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang

baik.Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah

yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan

peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan

untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan

yang menetukan corak hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola

tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap

perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya

hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang

kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia

melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan

buruk.Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh

dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam

dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya

manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek

menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan

sesudah pekerjaan itu dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami

perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Konsep Etika, Moral dan Akhlak.

2. Karakteristik Etika Islam (Akhlak).

3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak.

4. Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan Akhlak.

2. Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak.

3. Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan Akhlak.

4. Untuk mengetahui Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak

1. Etika

a. Pengertian Etika

Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang

menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang

kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak

kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan

ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral).Dari pengertian

kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan

tingkah laku manusia.

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan

ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para

ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan

apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus

dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk

melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua :

obyektivisme dan subyektivisme.

3
1) Obyektivisme

Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif,

terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa

yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik,

kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena

sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan

rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.

2) Subyektivisme

Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan

dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa

saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja

subyek Tuhan.

b. Macam-Macam Etika

1) Etika deskriptif

Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola

perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya

dalam kehidupan masyarakat.

2) Etika Normatif

Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang

bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma

norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari.

Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal

sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana

etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika sendiri

4
menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga terbatas

pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir

tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama

antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute

atau tidak tergantung dengan apapun.Etiket memandang manusia

dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan

yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata

lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal

manusia.

2. Moral

a. Pengertian Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu

jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum

bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap

perbuatan dan kelakuan.

Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau

perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah

istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia

dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.

4
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita

dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama,

yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan

posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara

etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan etika,

untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan

tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang

digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan

berlangsung di masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran

filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam

dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di

masyarakat.

Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur

tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku

di masyarakat.

3. Perbedaan Antara Etika dan Moral

Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit

perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,

sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa

asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut

dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:

5
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.

b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu

perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal

yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui

berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam

situasi yang sejenis.

c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral

lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau

diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh

masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan

ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,

berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam

diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang

demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada

dorongan atau paksaan dari luar.

4. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu

pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan

terminologik (peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim

mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai

timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti

6
al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-

adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-

din (agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya

kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi

ikhlak.Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa

secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu

isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah

demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk

kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu Miskawaih (w. 421

H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka

dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat

yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan

tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal

sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela

Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih

luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam

jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan

mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

7
B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)

Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau

tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran, dan perbuatan

manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik bisa buruK

yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik yang muncul adalah perilaku

yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat hatinya buruk, yang akan muncul

adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah).

Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.

1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu ini

cenderung kepada kelezatan jaamaniyah, misalnya makan, minum dan nafsu

seksual.

2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu

yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai serta mengalahkan

yang lain.

3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan. Dengan nafsu

ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah, dan

memahami fenomena alam.

Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan nafsu

syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat menjadi lebih unggul dan

mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang berakhlak al karimah.

Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Qur’an bukan hanya

memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-

ayat yang berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat

yang berbicara tentang salat, puasa, haji, zakat, dan muamalah selalu dikaitkan dan

diakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak. (Al-Baqarah: 183, 197).

8
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati

(tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan Allah Swt. tetapi

malah dapat mengenal Allah Swt. (al-ma’rifah). Menurut Dzun Nun al-Misri, ada tiga

macam pengetahuan tentang Allah Swt.

a. Pengetahuan Awam : Allah Swt. dengan perantaraan kalimat syahadat.

b. Pengetahuan Ulama : Allah Swt. menurut logika akal.

c. Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Swt. dengan perantaraan hati sanubari.

Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang disertai dengan

kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari

perilaku manusia dan tasawuf adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan hati.

Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat dan penting karena

satu sama lain saling mendukung.

Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu tasawuf :

1) Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah Swt.

2) Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah Swt.

3) Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.

4) Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam menjalankan

seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan memiliki

akhlak mulia.

Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).

Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).

9
Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).

Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)

Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).

Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat

Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung tinggi

pentingnya berakhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter

manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau

dengan sesama makhluk. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang

mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran

Islam ke dalam tingkah laku sehari hari.

1. Akhlak kepada Allah

a. Beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah untuk

menyembah-Nya sesuai dengan syariat islam.

b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan

kondisi, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.

c. Berdo’a kepada Allah. Do’a merupakan pengakuan akan keterbatasan dan

ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah

terhadap segala sesuatu.

d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan

menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

10
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di

hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup

dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih

dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

f. Berhusnudzon kepada Allah, yaitu berprasangka baik kepada Allah karena apa

yang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik untuk hamba-Nya.

2. Akhlak kepada diri sendiri

a. sabar, yaitu perilaku sebagai pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa

yang menimpanya.

b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas nikmat yang telah di beri oleh Allah,

baik syukur dalam ucapan maupun perbuatan.

c. Tawaduk, yaitu rendah hati dan selalu menghargai siapa saja yang

dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin.

3. Ahlak kepada keluarga

a. Memuliakan dan menghormati kedua orang tua

b. Mendoakan kedua orang tua

c. Bersikap baik kepada kedua orang tua

d. Berkata lembut kepada kedua orang tua

e. Menyanyangi kedua orang tua seperti mereka menyayamgi kita sewaktu kecil

4. Akhlah kepada sesama manusia

a. Menciptakan ukhuwah atau persaudaraan

b. Menumbuhkan sikap Ta’awun atau saling tolong menolong

c. Suka memaafkan kesalahan orang lain

d. Menepati janji yang telah dibuat

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang

menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena memang etika

adalah bagian dari filsafat.

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang

berlaku di suatu masyarakat.

Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga

sikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya

adalah wahyu tuhan.

Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri

kepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu

tasawuf. Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug ) adalah

tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat

mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan

seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari- hari. Seperti akhlak

kepada tuhan, diri sendiri, keluarga, dan sesama manusia.

B. Saran

Hendaknya kita sebagai muslim dapat menerapan etika, moral, dan akhlak ke

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33554560/MAKALAH_ETIKA_MORAL_dan_AKHLAK_Di_aj

ukan_untuk_memenuhi_tugas_pendidikan_agama_islam

https://ps2unic.wordpress.com/2013/11/11/penerapan-etika-moral-dan-akhlak-dalam-

kehidupan/

http://makalah73.blogspot.com/2012/11/akhlak-dan-aktualisasinya-dalam.html

https://books.google.co.id/books?id=2K-

vp4lYPpAC&printsec=frontcover&dq=buku+pendidikan+agama+islam+untuk+perguruan+ti

nggi+penerbit+grasindo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiAmP_Ph7ThAhXEWisKHcs_DhM

Q6AEILDAB#v=onepage&q=buku%20pendidikan%20agama%20islam%20untuk

%20perguruan%20tinggi%20penerbit%20grasindo&f=false

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/view/1279

http://www.tugasku4u.com/2013/07/makalah-etika-moral-dan-akhlak.html

13

Anda mungkin juga menyukai