Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROBLEMATIKA AKHLAK DALAM KEHIDUPAN SEHARI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah AKHLAK

Dosen Pengampu : Ahmad Azhari Nasir, S.H.I., M.S.I.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

M. Yusuf Hidayatullah (181240000735)

Mukhammad Rizal (181240000739)

Rehan Ramadhan (181240000745)

Amalia Zulianti (181240000746)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Problematika akhlak dalam
kehidupan sehari” guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlak.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi agung
kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk
kami semua.

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini
hingga rampungnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua.

Jepara, 10 maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak...............................................................................6

B. Karakteristik Etika Islam...........................................................................................10

C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak..........................................................................11

D. Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat.....................................................................12

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

A. Kesimpulan..................................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang
baik.Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah
yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan
peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan
untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah


pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila
adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan
tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah
menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana


manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan
buruk.Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam
dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek
menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan
sesudah pekerjaan itu dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep Etika, Moral dan Akhlak
2. Karakteristik Etika Islam
3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Akhlak dalam kehidupan masyarakat
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan Akhlak
2. Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak
3. Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan Akhlak
4. Untuk mengetahui Akhlak dalam kehidupan masyarakat

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak


1. Etika
a. Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya
yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan
ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral).Dari pengertian
kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para
ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua:
obyektivisme dan subyektivisme.
1) Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif,
terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa
yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik,
kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena
sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan
rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.

6
2) Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan
dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa
saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja
subyek Tuhan.
b. Macam-Macam Etika
1) Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya
dalam kehidupan masyarakat.
2) Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia
tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai
norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal
sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana
etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika sendiri
menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga terbatas
pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir
tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama
antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute
atau tidak tergantung dengan apapun.Etiket memandang manusia
dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.

2. Moral
a. Pengertian Moral

7
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum
bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik
atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek
yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian
dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau
buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak
ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung di masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat
pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada
dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya
yang berlaku di masyarakat.
3. Perbedaan Antara Etika dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut
dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.

8
b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal
yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui
berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam
situasi yang sejenis.
c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam
diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.

4. Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan
terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-
sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-
adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-
din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak,
tetapi ikhlak.Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan
bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq,
yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang
sudah demikian adanya.

9
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat
merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu
Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang
akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam
membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan
agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
B. Karakteristik Etika Islam
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji
atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran, dan
perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik
bisa buruK yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik yang muncul
adalah perilaku yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat hatinya buruk, yang
akan muncul adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah).

Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.

1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu ini
cenderung kepada kelezatan jaamaniyah, misalnya makan, minum dan nafsu
seksual.
2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu
yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai serta mengalahkan
yang lain.
3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan. Dengan nafsu
ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah, dan
memahami fenomena alam.

Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan nafsu


syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat menjadi lebih unggul dan
mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang berakhlak al karimah.

10
Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Qur’an bukan
hanya memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan
ayat-ayat yang berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat.
Ayat-ayat yang berbicara tentang salat, puasa, haji, zakat, dan muamalah selalu
dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak. (Al-Baqarah: 183, 197).

C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan
hati (tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan Allah Swt.
tetapi malah dapat mengenal Allah Swt. (al-ma’rifah). Menurut Dzun Nun al-Misri,
ada tiga macam pengetahuan tentang Allah Swt.

a. Pengetahuan Awam : Allah Swt. dengan perantaraan kalimat syahadat.


b. Pengetahuan Ulama : Allah Swt. menurut logika akal.
c. Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Swt. dengan perantaraan hati sanubari.

Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang disertai
dengan kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari
perilaku manusia dan tasawuf adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan hati.
Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat dan penting karena
satu sama lain saling mendukung.

Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu tasawuf :

1) Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah Swt.


2) Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah Swt.
3) Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.
4) Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam menjalankan
seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan memiliki
akhlak mulia.

 Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).


 Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).
 Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).

11
 Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)
 Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).
 Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

D. Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat


Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung
tinggi pentingnya berakhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai,
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang
mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran
Islam ke dalam tingkah laku sehari hari.
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan syariat islam.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.
c. Berdo’a kepada Allah. Do’a merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di
hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
f. Berhusnudzon kepada Allah, yaitu berprasangka baik kepada Allah karena apa
yang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik untuk hamba-Nya.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. sabar, yaitu perilaku sebagai pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa
yang menimpanya.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas nikmat yang telah di beri oleh Allah,
baik syukur dalam ucapan maupun perbuatan.

12
c. Tawaduk, yaitu rendah hati dan selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin.
3. Ahlak kepada keluarga
a. Memuliakan dan menghormati kedua orang tua
b. Mendoakan kedua orang tua
c. Bersikap baik kepada kedua orang tua
d. Berkata lembut kepada kedua orang tua
e. Menyanyangi kedua orang tua seperti mereka menyayamgi kita sewaktu kecil
4. Akhlah kepada sesama manusia
a. Menciptakan ukhuwah atau persaudaraan
b. Menumbuhkan sikap Ta’awun atau saling tolong menolong
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
d. Menepati janji yang telah dibuat

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang
menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena memang etika
adalah bagian dari filsafat.
 Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu masyarakat.
 Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga
sikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya
adalah wahyu tuhan.
 Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri
kepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu
tasawuf. Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug ) adalah
tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku.
 Akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman
yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap
tingkah laku sehari- hari. Seperti akhlak kepada tuhan, diri sendiri,
keluarga, dan sesama manusia.
B. Saran
Hendaknya kita sebagai muslim dapat menerapan etika, moral, dan akhlak ke
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33554560/MAKALAH_ETIKA_MORAL_dan_AKHLAK_Di_ajuka
n_untuk_memenuhi_tugas_pendidikan_agama_islam

https://ps2unic.wordpress.com/2013/11/11/penerapan-etika-moral-dan-akhlak-dalam-
kehidupan/

http://makalah73.blogspot.com/2012/11/akhlak-dan-aktualisasinya-dalam.html

Rokayah. 2015. “Penerapan Etika dan Akhlak dalam Kehidupan sehari-hari”. Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar. 2(1): 15

diakses dari :

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/view/1279

15

Anda mungkin juga menyukai