Anda di halaman 1dari 15

METODE PENGAJARAN DALAM AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II

Dosen Pengampu :

Inayatilah Ridwan, SHI, M. Pd

Oleh:

Didah Rosidah (23122605)


Nurhadi (22122530)

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH STIT AT-TAQWA

BANDUNG

2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, yang Maha Pemurah dan
Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, utusan Allah yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan


limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul "Metode Pengajaran dalam Al-Qur’an". Makalah ini adalah bagian dari
upaya kami untuk lebih memahami dan menggali pengetahuan mengenai
terjemah, Asbabun Nuzul, Tafsir dan penjelasan QS. Ali Imran ayat 164, QS. Al-
Haqqah ayat 1-3, QS. Ar-Rahman ayat 13 dan QS. Al-Waqi’ah ayat 68-69.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan makalah ini. Tak lupa, kami
juga berterima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang senantiasa
memberikan motivasi dan dorongan kepada kami.

Makalah ini disusun sebagai upaya kami untuk berbagi pengetahuan dan
wawasan kami dengan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, dan kami sangat mengharapkan masukan dan kritik yang membangun
guna perbaikan di masa depan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama
bagi mereka yang memiliki peran dalam pengajaran/ pendidikan. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan petunjuk dan keberkahan dalam setiap langkah
pendidikan anak-anak kita. Amin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 15 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

D. Sistematika Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Metode Pengajaran dalam Al-Qur’an.....................................3

B. Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 164..........................................................3

C. Al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 1-3........................................................3

D. Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 13........................................................3

E. Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah ayat 68-69...................................................3

BAB III PENUTUP.................................................................................................5

A. Kesimpulan................................................................................................5

B. Saran..........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar


mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak
menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun masih saja di lapangan
penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala
penggunaan metode yang tepat dalam belajar mengajar banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor; keterampilan guru belum memadai,
kurangnya sarana prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan
lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yang variatif.

Apa yang ditemukan oleh Ahmad Tafsir (1992;131) mengenai


kekurangtepatan penggunaan metode ini patut menjadi renungan. Beliau
mengatakan pertama, banyak siswa yang tidak serius, main-main ketika
mengikuti suatu materi pelajaran, kedua gejala tersebut diikuti oleh
masalah kedua yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga
para siswa pada akhirnya akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu.
(Ahmad Tafsir, 1992: 131)

Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya metode dalam


proses belajar mengajar. Tetapi betapapun baiknya suatu metode bila tidak
diiringi dengan kemampuan guru dalam menyampaikan materi maka
metode tinggalah metode. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam di
dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang
berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk
umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber
ilmu pengetahuan. Salah satunya dalah hal yang berkaitan dengan
pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari metode pengajaran dalam Al-Qur’an ?


2. Bagaimana Asbabun Nuzul dan penafsiran yang ada dalam QS. Ali
Imran: 164, QS. Al-Haqqah: 1-3, QS. Ar-Rahman: 13 dan QS. Al-
Waqi’ah: 68-89?
3. Metode pengajaran apa yang bisa diambil dalam QS. Ali Imran: 164,
QS. Al-Haqqah: 1-3, QS. Ar-Rahman: 13 dan QS. Al-Waqi’ah: 68-89?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis


keefektifan berbagai metode pengajaran yang telah digunakan dalam
menyampaikan ajaran-ajaran Al-Qur'an dalam konteks pendidikan agama
Islam. Serta mendorong pemahaman yang mendalam tentang Asbabun
Nuzul, tafsir, penjelasan dan keterkaitan antara Al-Qur'an surah Ali Imran:
164, Al Haqqah ayat 1-3, Ar Rahman ayat 13 dan Al Waqi’ah ayat 68-69
dengan metode pengajaran.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab, bab satu terdiri dari beberapa poin
yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sisitematika penulisan. Bab dua merupakan pembahasan. Sedangkan bab
tiga adalah penutup.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pengajaran dalam Al-Qur’an

Metode dapat diartikan sebagai cara untuk penyampaian materi pelajaran


kepada anak didik. Menurut Mohammad Athiyah al-Absary
mendefinisikan sebagai jalan yang diikuti untuk memberi kefahaman
kepada murid murid dalam segala macam hal pelajaran dan mata
pelajaran.

B. Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 164

Ayat

‫َل َق ْد َم َّن الَّل ُه َع َل ى اُمْلْؤ يَن ْذ َبَع َث ي ْم َر ُس واًل ْن َأ ْن ُف ْم َي ْت ُل َع َل ْم َي‬


‫و ْي ِه آ اِتِه‬ ‫ِس ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِف ِه‬ ‫ِم ِن ِإ‬
‫َض اَل‬ ‫َق َل‬ ‫ْل ْك َة ْن َك ُن‬ ‫ْل َت‬
‫ُم‬
‫ٍل ِب يٍن‬ ‫َو ُي َز ِّك يِه ْم َو ُيَع ِّل ُم ُه ُم ا ِك اَب َو ا ِح َم َو ِإ ا وا ِم ْن ْب ُل ِف ي‬

Terjemah

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang


beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka sendiri, yang terus menerus membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata”.

Asbabun Nuzul

Al-Kalbi dan Muqatil berkata: Ayat ini diturunkan ketika para pemanah
meninggalkan posisi yang Nabi SAW tempatkan mereka pada hari Uhud
untuk mencari Ghanimah (harta rampasan perang). Mereka berkata: Kami
khawatir Nabi ‫ ﷺ‬akan mengatakan “Barangsiapa yang mengambil
rampasan itu, maka itu adalah miliknya”, dan dia tidak membagi rampasan
itu, sebagaimana dia tidak membaginya pada hari Badar. (Az-Zuhaili
Wahbah, 2011: 476)

3
Tafsir

Ayat tersebut menjelaskan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, dan


tugas-tugasnya dalam mereformasi bangsanya, maka tidak ada urusannya
untuk berkhianat, dan sesungguhnya tidaklah pantas bagi seorang nabi
untuk berkhianat. Karena Allah melindungi nabi-nabinya dari apa yang
tidak sesuai dengan kedudukannya. Karena kenabian mempunyai status
yang tinggi, maka ia membebaskan pemiliknya dari melakukan sesuatu
yang hina dan tercela, yang menunjukkan tuduhan dan kesalahan
mengerikan yang datang dari orang-orang munafik yang menghubungkan
pengkhianatan dan penipuan dari harta rampasan kepada Nabi ‫ﷺ‬, dan
dia tidak bersalah atas hal tersebut. (Az-Zuhaili Wahbah, 2011: 476-479)

Setelah selesai tuntutan-tuntutan yang lalu, dan jelas juga melalui


peristiwa Uhud betapa berharga bimbingan Nabi Muhammad SAW. dan
dampak pelanggaran tuntutan beliau, ayat ini mengingatkan mereka
bahkan seluruh manusia betapa besar anugerah Allah SWT, yang antara
lain telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin kapan dan
dimanapun mereka berada, yaitu ketika Allah mengutus diantara
mereka yakni untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,
yakni jenis manusia yang mereka kenal kejujuran dan amanahnya,
kecerdasan dan kemuliaannya sebelum kenabian, yang berfungsi terus
menerus membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, baik yang dalam
bentuk wahyu yang Engkau turunkan, maupun alam raya yang Engkau
ciptakan, dan terus mensucikan jiwa mereka dari segala macam kekotoran,
kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa melalui bimbingan dan
tuntunan, lagi terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-
Kitab yakni al-Qur’an atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni As-Sunnah
atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan
manfaat serta menampik mudharat. Dan sesungguhnya keadaan mereka
sebelum itu, adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Sedemikian
nyata, sehingga jelas bagi setiap orang yang menggunakan walau secercah
akal atau nuraninya. (M. Quraish Syihab, 2000: 253)

4
Keterkaitan Ayat dengan Metode Pengajaran

Dalam ayat ini dapat kita ambil pelajaran tentang tiga prinsip dasar metode
pengajaran. Yaitu:

Tilawah. Hal ini memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan


perlu diajarkan sebuah skill atau yang sekarang dikenal dengan
kemampuan psikomotorik. Karena tilawah adalah salah satu bentuk skill
membaca yang sungguh sangat penting. Karena denganya terbuka
berbagai cakrawala pengetahuan. Dalam praktekanya, Rasulullah
menghasung umatnya untuk mengembangkan berbagai skill, seperti
belajar memanah, menunggang kuda, berenang, menguasai bahasa asing,
dll.

Tazkiyah. Hal ini menunjukkan perlu adanya pendidikan


emosional atau yang dikenal dengan istilah afektif. Maka tidak heran jika
Rasulullah selalu membina umatnya tentang pentingnya akhlak-akhlak
yang mulia, seperti jujur, pemaaf, tidak mudah marah, sabar dan ridho
terhadap sebuah musibah dll.

Ta’lim, bisa disebut dengan kemampuan kognitif. Yaitu dengan


adanya transfer ilmu sehingga umat mempunyai kemampuan untuk
berpikir dan mengamalkan.

Tiga prinsip ini merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengajaran pendidik kepada peserta didik.

C. Al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 1-3

Ayat

‫َاۡل َح ـٓاَّقُة‬
ۚ‌‫َم ا اۡل َح ـٓاَّقُة‬
ؕ‫َوَم ۤا َاۡد ٰر ٮَك َم ا اۡل َح ــٓاَّقُة‬

Terjemah

1. ”Hari kiamat”

5
2. “Apakah hari kiamat itu?”
3. “Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?”

Asbabun Nuzul

Diterjemahkan dari kitab ushulud Fit tafsir Karya Syekh Muhammad bin
Shalih Al utsaimin rohimahullah hal 12 – 13. Turunnya Alquran terbagi
menjadi dua sesuai dengan keadaan:

Pertama: : secara ibtidai yaitu turunnya ayat Alquran tanpa ada sebab yang
melatarbelakanginya. Banyak sekali ayat Alquran yang menggunakan
ibtidai ini, diantaranya firman Allah ta'ala QS. Al-Haqqah ayat 1-3, QS,
Ar-Rahman ayat 13 dan QS Al-Waqi’ah ayat 68-69. Oleh karena itu tidak
semua ayat alqur‟an ada Asbabun Nuzulnya. Meskipun begitu ayat-ayat al
qur‟an tetap diturunkan.

Kedua: Secara sababi yaitu turunnya ayat didahului oleh sebab yang
melatarbelakanginya, sebabnya bisa berupa jawaban Allah ta'ala atas
sebuah pertanyaan, atau suatu kejadian yang membutuhkan penjelasan dan
peringatan, misalnya QS Ali Imran ayat164.

Tafsir

Hari Kebangkitan yang di dalamnya terpenuhi janji dan ancamannya, serta


Hari Kiamat yang pasti terjadi dan pasti akan datang, Bagaimana syarat
dan ciri-cirinya? Begitu besar dan menakutkannya hingga tak seorang pun
dapat memahami realitasnya dan tak seorang pun dapat membayangkan
gambarannya selain Tuhan Yang Maha Esa. Dan ya, Perlukah
kuberitahukan kepadamu wahai Nabi? Hal ini berada di luar jangkauan
pengetahuan makhluk ciptaan, kehebatannya, dan betapa parahnya
kengeriannya. (Az-Zuhaili Wahbah, 2011: 89-90)

Tafsir Ats-Tsaral Al-Jaami

Ayat 1: Al-Haqqah adalah salah satu nama hari kiamat. Yaitu hari ketika
segala sesuatu akan diketahui apa adanya, atau akan terungkap fakta-fakta

6
dari hisab dan pahala, dan setiap manusia akan menerima haknya. Antara
kebaikan dan keburukan, dan setiap janji dan ancaman akan dikabulkan.
Diantara nama-nama hari kiamat adalah Al-Tamah, Al-Qari'ah, Al-
Waqi'ah, dan Al-Azzafah.

Ayat 2: Menurut ilmu Nahwu ‫ ما‬merupakan haraf istifham (kalimat


pertanyaan). Dalan ayat ini mengandung makna tafkhim/ takhwil yakni
memberikan pemahaman tentang hakikat hari Kebangkitan.

Ayat 3 : Jika dihubungkan dengan ilmu ma’ani, pengulangan kata yang


sama disini bertujuan untuk memperkuat, mempertegas serta memberi
pemahaman bahwa hari kiamat merupakan hari yang pasti terjadi disertai
kedahsyatan peristiwanya.

Keterkaitan Ayat dengan Metode Pengajaran

Metode pembelajaran yang bisa kita adopsi dari QS. Al Haqqah


ayat 1-3 ini adalah metode pengajaran yang mana di dalam pelaksanaan
pembelajarannya dilakukan penerapan materi keimanan. Sebab iman
adalah dasar seseorang menganut suatu agama. Dengan keimanan yang
mengakar kuat pada dirinya, orang tersebut mengakui keberadaan
Tuhannya dan berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki agamanya.
Inti dari Pendidikan agama Islam adalah penanaman keimanan.

Seorang guru agama harus menguasai metode-metode yang dapat


digunakan untuk meningkatkan keimanan pesertadidik.Ada beberapa
metode yang dapat diterapkan guru agama dalammengajarkan materi
agama Islam yang menumbuhkan keimanan.Metode-metode tersebut
antara lain:

1. Kisah Qur’ani Nabawi


2. Pemisalan
3. Targhib dan Tarhib
4. Pembiasaan
5. Keteladanan

7
6. Nasehat

Apabila seorang guru dapat menerapkan metode-metode tersebut dengan


baik, maka insya Allah akan dapat menumbuhkan keimanan dalam diri
peserta didik.

D. Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 13

Ayat

‫َفِبَأِّي آاَل ِء َر ِّبُك َم ا ُتَك ِّذ َباِن‬

Terjemah

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Tafsir

Ulama berbeda pendapat tentang kepada siapa ayat ini ditujukan dengan
redaksinya yang berbentuk dual itu. Ada yang berpendapat bahwa ia
ditujukan kepada lelaki dan perempuan, atau mukmin dan kafir. Ada juga
yang berpendapat bahwa bentuk dual itu adalah pengganti pengulangan
kalimat itu dua kali. Kedua pendapat di atas tidak mendapat dukungan
dukungan banyak ulama. Mayoritas ulama menyatakan bahwa ia ditujukan
kepada jin dan manusia. (M. Quraish Syihab, 2003: 503)

Keterkaitan Ayat dengan Metode Pengajaran

Ayat di atas terulang dalam surah ini sebanyak 31 kali. Sementara ulama
menyatakan bahwa ke 31 ayat tersebut terbagi dalam 4 kelompok uraian.
Pertama, berkaitan dengan keajaiban ciptaan Allah yang terhampar di
bumi dan langit serta penciptaan dan kebangkitan ini diselingi dengan 8x
pertanyaan. Kedua, berkaitan dengan siksa neraka dan kengeriannya ini
diselingi 7x pengulangan pertanyaan yang sama. Ketiga, berkaitan
penghuni surga serta aneka kenikmatannya ini diselingi dengan 8x
pertanyaan yang sama. Keempat, tentang dua surge yang tidak sama
dengan surge yang disebut pada uraian ketiga dan ini pun diselingi dengan
8x pengulangan.

8
Selintas ayat ini pun tak ada amanat tarbawi praktis dalam metode
pengajaran. Namun jika kita menghitung ayat yang semisal maka akan
ditemukan sebanyak 31 kali dalam surat Ar-Rahman ini. Dan pengulangan
inilah yang kemudian menjadi nilai pendidikan yang dapat kita ambil
manfaatnya dalam metode pengajaran.

Metode Takrir Tahdiri adalah namanya, yaitu metode pengulangan materi


yang diajarkan. Namun bukan hanya pengulangan saja yang hendak
ditonjolkan aka tetapi jauh lebih dari pada itu seorang pengajar atau tenaga
pendidik harus memberikan penekanan terhadap sesuatu yang akan
diajarkan kepada peserta didiknya. Dan hal ini telah Allah contohkan
kepada kita semua melalui surat Ar-Rahman ini, yang bertujuan untuk
menekankan nikmat Allah yang mana yang akan manusia dustakan. Maka
metode ini mesti seorang pengajar lakukan dalam proses pembelajaran di
kelas ataupun diluar kelas.

E. Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah: 68-69

Ayat

‫َاَفَر َء ۡي ُتُم اۡل َم ٓاَء اَّلِذ ۡى َتۡش َر ُبۡو َؕن‬


‫َء َاۡن ـُتۡم َاۡن َز ۡل ـُتُم ۡو ُه ِم َن اۡل ُم ۡز ِن َاۡم َنۡح ُن اۡل ُم ۡن ِزُلۡو َن‬

Terjemah

68. “Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum”.


69. “Kamukah yang menurunkannya/ kamikah yang menurunkannya?”

Tafsir

Setelah ayat sebelumnya mempertanyakan kuasa manusia dalam


menumbuhkan tumbuhan, ayat di atas mempertanyakan tentang kuasa
mereka menurunkan hujan. Allah ‫ ﷻ‬berfirman : Maka apakah kamu
melihat dengan mata kepala atau hati, keadaan yang sungguh
menakjubkan? Terangkan kepada-Ku tentang air yang dari saat ke saat
kamu minum! Kamukah yang menciptakannya atau mengatur prosesnya
sehingga menjadi tawar lalu menurunkannya dari awan dalam keadaan

9
enak diminum ataukah Kami Para Penurun-nya? Kalau Kami
menghendaki niscaya Kami menjadikannya yakni air yang turun itu asin
lagi sangat pahit membakar perut, serupa dengan rasanya sebelum
menguap dari laut sehingga tidak dapat kamu minum, maka mengapakah
kamu tidak terus menerus bersyukur kepada Allah yang menjadikannya
tawardan enak diminum? (M. Quraish Syihab, 2000: 503)

Keterkaitan Ayat dengan Metode Pengajaran

Dalam QS. Al-Waqi’ah; 68-69 Allah menerangkan bermacam keagungan


ciptaannya dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang jika dijawab maka
akan terasa lemahlah manusia. Begitu maha cerdas dan sayangnya Allah
sehingga manusia tidak dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, juga
tidak memberikan kemadorotan terhadap makhluknya.

Dan pertanyaan-pertanyaan inilah yang dapat kita adopsi sebagai


metodologi pengajaran. Yaitu hendaknya seorang pengajar menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan bukan kepada pemikiran otak
peserta didik saja, namun sampai kepada perasaan hati mereka yang
kemudian akan mendorong mereka untuk memahami setiap pelajaran yang
diajarkan. Yang harapan selanjutnya mereka dapat merubah sikap kepada
arah yang terbaik. Dan inilah metode pengajaran dengan sebutan Metode
Hiwar ‘Atifi yaitu metode pertanyaan untuk menyentuh hati.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan kami.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khudhari Bek, Muhammad. 2021. Nurul Yaqin Sirah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

Pemimpin Para Rasul. Jakarta: Ummul Qura.

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Ushulun Fii Tafsir.

Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Tafsir Munir Jilid ke-2. Damaskus: Dar Al-Fikr.

Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Tafsir Munir Jilid ke-14. Damaskus: Dar Al-Fikr.

Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Tafsir Munir Jilid ke-15. Damaskus: Dar Al-Fikr.

Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana

Mahjuddin. 2017. Tafsir Tarbawi Kajian Ayat-Ayat Al-Qur’an dengan Tafsir

Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia.

Syihab, M. Quraish. 2000. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian

AlQur’an Volume 2. Jakarta: Lentera Hati.

Syihab, M. Quraish. 2003. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian

AlQur’an Volume 13. Jakarta: Lentera Hati.

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:


Remaja Rosda

Karya.

Al-Maktabah Asy-Syamilah,

12

Anda mungkin juga menyukai