Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Thuruq Tadris Al-Lughoh
Al-Arabiyah
Disusun oleh :
Rostianingsih 1192030131
Wardatussadah 1192030161
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualakum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ragam
metode pembelajaran bahasa arab “ Metode Eklektif “ الطريقة االنتقائية. Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Turuq Tadrus Al-Lughah Al-Arabiyah dibawah
bimbingan bapak Dr. Nanang Kosim, M.Ag. di Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung. Selaun itu kami juga berharap makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang ragam metode pembelajaran bahasa
arab.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
metode eklektik, harapannya dapat memberikan keleluasaan kepada pengajar untuk
menyampaikan materi bahasa Arab sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Sebab tidak dipungkiri bahwa setiap pengajar pasti memiliki situasi dan
kondisi yang berbeda terkait pelajar yang diajarnya.
6
intensif-oral-scientific method dan metode fungsional. (Mahmud Kamil Al-Naqoh,
1985:107)
Metode ini diberikan kepada siswa yang belajar bahasa secara intensif dengan
durasi sekitar 8 jam per hari. Metode ini biasanya dibimbing oleh instruktur dari
penutur asli agar sejak dini siswa terbiasa mendengar pengucapan yang benar untuk
kemudian diikuti dan bahkan dihafal, sehingga mereka terbiasa mrngucapkan
bahasa yang dipelajarinya dengan pengucapan yang benar sesuai yang dicontohkan
penutur asli. Metode ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
membaca setelah kurang lebih 3 bulan mereka belajar bahasa lisan.
Terkadang, ada guru yang merasa kesulitan untuk memilih metode yang cocok
untuk digunakan dalam mengajar. Kalau hal ini terjadi, maka langkah pertama yang
harus dilakukan guru adalah mengecek kembali dan menganalisis dengan cermat
tujuan dari pembelajaran bahasa yang akan dilakukannya. Dalam pandangan
modern, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan. Oleh karena itu tujuan pembelajaran bahasa asing adalah
meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami dan menggunakan bahasa asing
yang dipelajarinya secara fungsional. Atas dasar ini muncullah metode fungsional,
yaitu metode yang berupaya menghimpun berbagai kelebihan dari beberapa metode
7
yang ada dan meramunya sedemikian rupa untuk melatih siswa agar dapat
menggunakan bahasa secara fungsional.
Untuk penguasaan aspek lisan, para ahli bersepakat bahwa kecakapan tersebut
bisa dicapai melalui penggunaan metode langsung. Bahkan beberapa eksperimen
menunjukkan bahwa kecakapan membaca pun bisa dilakuka pada tahap lebih lanjut
dari metode ini. Oleh karena itu, pada tahap-tahap awal penggunaan metode
fungsional, hendaklah guru memulai pelajaran aspek berbicara dengan melatih
siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan komunikatif sederhana dengan
menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dilihat dari segi salah satu model metode eklektika yaitu metode fungsional,
bahwa tujuan metode pembelajaran bahasa pada metode ini secara hierarkis,
8
berdasarkan urgensitasnya adalah agar pelajar dapat memahami bahasa asing yang
dipelajari, membaca tulisan berbahasa asing, dan menulis dengan bahasa asing yang
dipelajari tersebut (Mahmud Kamil Al-Naqoh, 1985:111).
Tujuan pertama dari metode ini adalah pemahaman bahasa lisan. Untuk
melatih kemampuan pemahaman bahasa lisan (fahm al-masmu’), maka metode
yang digunakan adalah metode sam’iyyah syafawiyah. Pada tahap ini, pelajar
dilatih untuk menggunakan indra pendengaran (telinga) untuk menyimak
kalimatkalimat yang baru didengarnya.
Tujuan kedua dari metode ini adalah melatih kemampuan berbicara agar bisa
berkomunikasi secara lisan (maharat al-kalam). Untuk mencapai tujuan ini pelajar
dilatih untuk menirukan pelafalan yang dicontohkan pengajar dengan benar.
Latihan menirukan ungkapan yang disampaikan secara lisan dan berulang-ulang ini
diprioritaskan sebelum pelajar melihat bentuk tulisannya. Pada tahap ini pelajar
dilatih untuk menggunakan alat ucapnya (lisan) untuk menirukan kalimat-kalimat
yang baru didengarnya.
Tujuan ketiga dari metode ini adalah melatih kemampuan pelajar untuk
membaca kalimat yang sudah disampaikan pada tahap latihan pengucapan secara
lisan. Membaca pada tahap ini adalah membaca dalam hati yang terjadi di saat
pelajar melihat tulisan yang dibuat pengajar di papan tulis. Maka pada tahap ini
indra penglihatan yang dapat giliran dilatih untuk mengenal bentuk tulisan.
9
1. Efektivitas. yaitu Pemaduan mengarah pada tercapainya tujuan pembelajaran
atau kompetensi dasar.
2. Kompatibilitas .yaitu Fitur atau aktivitas siswa yang dipadukan memang cocok
(kompatibel) dan/atau saling melengkapi satu dengan yang lain.
3. Koherensi. yaitu Antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling berkaitan
secara logis. Sehingga proses pemahaman para pelajar membetuk suatu kerangka
yang utuh. Hal ini sangat penting demi menunjang kemampuan pemahaman pelajar
pada tahap selanjutnya.
1. Kecakapan pelajar dalam berbahasa akan dilatih dengan urutan sebagai berikut:
mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
2. Proses belajar mengajar di kelas terdiri dari beberapa macam aktivitas yang
beragam. Aktivitas tersebut tidak memiliki aturan sistematis, sebab aktivitas yang
akan dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi pengajar dan pelajar. Adapun
contoh kegiatannya yaitu latihan berbicara (oral practice), membaca keras (reading
aloud) dan tanya jawab.
10
metode yang mengkombinasikan berbagai metode pengajaran, tentunya diharapkan
agar kelemahan dari masing-masing metode secara terpisah dapat terhindari dan
sebaliknya guru dapat memaksimalkan keuntungan masing-masing metode
tersebut, tentunya berdasarkan asumsi guru yang bersangkutan serta mempunyai
pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan secara baik.
Kegiatan belajar mengajar akan menjadi sangat variatif dan tidak terfokus
pada satu kegiatan dalam metode ini diharapkan akan membuat kegiatan ini
memacu motivasi para pelajar dalam belajar bahasa arab (Acep Hermawan,
2011:198).
11
Adapun menurut Mahmud Kamil Al-Naqoh (1985:112) implementasi
metode eklektik ditinjau dari fungsinya, maka langkah-langkah pembelajaran yang
dapat ditempuh antara lain:
3. Pengajar menuliskan kalimat yang diucapkan tadi di papan tulis, agar pelajar
dapat melihat bentuk tulisannya dan membacanya dalam hati melalui
penglihatannya.
12
tertentu. Misalnya, seorang pengajar bermaksud melatihkan kemampuan berbicara
sekaligus kemampuan memahami teks bacaan dan kaidah gramatika, maka ia dapat
mengkolaborasikan metode langsung (al-thariqah al-mubasyirah/direct method)
dengan metode kaidah dan terjemah (thariqah al-qawaid wal tarjamah/grammar
translation method) ditambah dengan metode membaca (thariqah alqira’ah/reading
method).
Dalam hal lain metode langsung juga tidak menghiraukan kaidah gramatika,
sebab menurut pandangannya analisa kaidah gramatika akan mengganggu pelajar
dalam belajar bahasa asing. Padahal dalam hal-hal tertentu pelajar sangat
membutuhkan analisa kaidah secukupnya. Ini juga merupakan sebuah kelemahan
jika ditinjau dari sudut lain, sebab bagaimanapun yang namanya bahasa tidak
terlepaskan dari kaidah gramatika, justru penggunaan kaidah ini dapat membuat
bahasa menjadi tersusun rapi. Maka dapat diatasi dengan metode kaidah dan
terjemah. Dalam hal lain kemampuan membaca di dalam metode langsung diberi
porsi sangat sedikit, padahal kemampuan memahami bacaan juga sangat diperlukan
dalam belajar bahasa asing. Maka ini bisa diatasi dengan metode membaca dan
seterusnya.
13
Seperti metode lain, langkah yang bisa digunakan untuk menggunakan metode
ini bersifat fleksibel. Misalnya langkah yang ditempuh oleh pengajar adalah sebagai
berikut:
e. Setelah lancar menerapkan dialog-dialog yang telah dipelajari, mereka diberi teks
bacaan yang temanya berkaitan dengan dialog-dialog tadi. Selanjutnya guru
memberi contoh cara membaca yang baik dan benar, diikuti oleh para pelajar secara
berulang-ulang.
g. Pengajar mengenalkan beberapa struktur yang penting dalam teks bacaan, lalu
membahasnya seperlunya.
h. Pengajar menyuruh para pelajar memahami isi bacaan, lalu mendiskusikan inti
bacaan tersebut..
14
kelompok, sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika tidak memungkinkan karena
waktu, misalnya, pengajar dapat menyajikannya berupa tugas yang harus
dikerjakan Si rumah masing-masing (Ulin Nuha: 2012:198-199).
a. metode elektif bisa menjadi ideal jika didukung oleh penguasaan guru secara
memadai terhadap berbagai macam metode
b. Metode ini bisa menjadi metode seadanya atau mau guru jika pemilihannya
hanya berdasarkan selera guru, atas dasar mana yang paling enak dan paling mudah
bagi guru titik Apabila ini yang terjadi maka yang ada adalah ketidakmenentuan
15
hanya berfokus para gramatika (tarjamah). Namun metode ini membantu para
pelajar untuk belajar melalui beberapa metode sekaligus, seperti tarjamah dan
mubasyarah.
b. Pada tahap aplikasinya metode eklektik harus diterapkan oleh pengajar yang
profesional dan memiliki skill multitalenta yang tidak dimiliki oleh setiap lembaga
pendidikan
c. Adanya ketidakseimbangan antar materi yang kompleks dan waktu yang tersedia
d. Mahmud Yunus mengatakan bahwa menurut teori ini kesempatan untuk latihan
membaca, bercakap-cakap dan mengarang menjadi sedikit, padahal hasil pelajaran
bahasa semuanya adalah peserta didik bisa membaca, berbincangbincang dan
menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan bahasa Arab (Mahmud Yunus ,
1979:28).
16
dari pihak pelajar, kegiatan yang terlalu bervariasi dapat menimbulkan tingkat
kefokusan dan pemahaman menjadi rendah.
Butuh waktu yang lama dan perencanaan yang sangat matang untuk
melangsungkan metode eklektik.
17
BAB III
KESIMPULAN
Metode Eklektik ini bisa disebut juga dengan metode gabungan dan metode
fungsional dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa Arab metode ini
dinamakan thariqah intiqaiyyah, thariqah mukhtarah, thariqah mudzawijah dan
thariqah taulifiyah. Metode ini lahir sebagai sebuah bentuk usaha penggabungan
dari metode yang sudah lahir terdahulu, kemudian metode ini tidak dikembangkan
berdasarkan teori linguistik dan psikologi tertentu melainkan berdasarkan asumsi.
Metode ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan dari beberapa metode
yang dipilih dan digabungkannya, sehingga keterampilan bahasa bisa tergabung
semua pada metode ini.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini sebenarnya kita dapat
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari suatu metode itu setelah
diimplementasikan, karena tidak ada tolak ukur yang mutlak untuk mengatakan
bahwa metode ini mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan. Maka kami
menemukan bentuk penilaian lain tentang metode eklektik ini. Metode ini dapat
menjadi metode yang seadanya jika pengajar itu menggunakan metode ini dengan
sistem “semau pengajar” dan bisa dikatakan menjadi metode yang ideal jika
pengajar tersebut menguasai semua metode dan dapat mengambil secara tepat
segisegi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikan dengan kebutuhan program
pengajaran yang ditanganinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19