Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam


suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena


merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks
pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan
membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual,
emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.

Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan


tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi
pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap
keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan
organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum
yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga
kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha
mengembangkannya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?


2. Apa yang dimaksud dengan konsep kurikulum?
3. Bagaimana kurikulum dalam pendidikan agama islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum.
2. Untuk mengetahui konsep kurikulum.
3. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum dalam pendidikan agama islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Salah satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islam adalah memberikan kompas
atau arah dan tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan kependidikan yang hendak
dicapai harus direncanakan dalam apa yang disebut kurikulum.
Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau kesinambungan. Tujuan
yang hendak dicapai harus tergambar di dalam program yang tertuang di dalam
kurikulum, bahkan program itulah yang mencerminkan arahdan tujuan yang
diinginkan dalam proses pendidikan.1
Secara etimologi kata kurikulum diambil dari bahasa yunani, Curure, berarti
jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mula start sampai finish.
pengertian inilah yang kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam
bahasa Arab, kurikulum sering disebut dengan istilah al-manhaj, berarti jalan
yang terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya.
Istilah kurikulum sering dimaknai plan of learning (rencana pendidikan).
sebagai rencana pendidikan kurikulum memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, urutan isi dan proses pendidikan. Secara historis, istilah
kurikulum pertama kalinya diketahui dalam kamus Webster (Webster Dictionary)
tahun 1856. pada mulanya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olahraga.
yakni suatu alat yang membawa orang dari saat sampai ke finish. dian pada
tahun 1955, istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan, anak artis
sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktek pendidikan dari waktu ke waktu, juga bervariasi sesuai dengan aliran
atau teori pendidikan yang dianutnya. dalam pengertian terbaru (al-Haditsah)
bahwasanya kurikulum bukan hanya kumpulan mata pelajaran saja, tetapi lebih
dari itu. Mc Donald memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau

1
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 77.

3
pengajaran, yang terdiri dari empat komponen: mengajar (kegiatan profesional
guru terhadap murid), belajar (kegiatan responsif siswa terhadap guru),
pembelajaran (interaksi antara guru murid pada proses belajar mengajar) dan
kurikulum (pedoman proses belajar mengajar). Kemudian Bauchamp
menekankan kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. iya
menegaskan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis dan sekaligus merupakan
rencana pendidikan yang given di sekolah. Tetapi, kurikulum tidak hanya dinilai
dari segi dokumen dan rencana pendidikan, karena harus memiliki fungsi
operasional kegiatan belajar mengajar, dan menjadi pedoman bagi pengajar
maupun pelajar.2

2.2 Konsep Kurikulum


2.2.1 Komponen-komponen Kurikulum
Sebagai sebuah sistem, kurikulum terdiri atas komponen-komponen
yang saling terkait, terintegrasi, dan tidak dapat terpisahkan satu sama
lainnya, bagaikan dua sisi mata uang logam. Dalam Pengertian modern
Muhammad Muzammil Al Basyir menyebutkan komponen kurikulum
terdiri atas, (1) al ahdaf al-ta'limiyah (tujuan pendidikan), (2) al-muhtawa
(materi), (3) turuqu tadris wawasailihi (metode pembelajaran) dan (4) al-
taqwim (evaluasi). Sebagaimana dijelaskan berikut ini:
1. Tujuan Kurikulum
Secara sederhana tujuan menurut Daradjat sering memaknai sebagai
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan serangkaian proses
kegiatan. Dalam Setiap kegiatan termasuk dalam kegiatan pendidikan
sepatutnya mempunyai tujuan, Karena tujuan akan menentukan arah dan
target Apa yang hendak dicapai. tujuan juga menjadi gambaran tentang
hasil akhir dari suatu kegiatan.

2
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2013,
hlm. 2.

4
Tujuan kurikulum memegang peranan yang sangat penting dalam
proses pendidikan, Karena tujuan akan mengarahkan semua kegiatan
pendidikan dan komponen-komponen kurikulum lainnya. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Al Basyir tujuan kurikulum merupakan
komponen yang bersifat pokok dari komponen kurikulum, karena semua
komponen akan bermuara pada tujuan kurikulum ini. Tujuan kurikulum
ini terdiri atas tujuan kognitif, tujuan psychomotor dan tujuan yang
bersifat afektif. Dan kurikulum hendaknya mengakomodir ketiga tujuan
pendidikan tersebut.
2. Materi
Materi atau program dalam kurikulum pada hakikatnya nya adalah isi
kurikulum atau konten kurikulum itu sendiri. Al Basyir menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan materi adalah yakni tema-tema
pembelajaran yang telah ditentukan, yang mengandung berbagai
keterampilan baik yang bersifat aqliyah, jasadiyah, dan berbagai cara
mengkaji nya atau mempelajarinya.
Pemilihan dan penentuan materi disesuaikan dengan tujuan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan. Dalam undang Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang sisdiknas telah ditetapkan, bahwa isi kurikulum merupakan bahan
kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan Penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
3. Metode
Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru
dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. metode dilaksanakan
melalui prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapat
tekanan utama dibandingkan dengan keaktifan siswa yang bertindak
sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode
yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti dengan
istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa.

5
metode atau strategi pembelajaran, menempati fungsi yang penting dalam
kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa
dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisis
tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal
siswa.
4. Evaluasi
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai
program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi dan
produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Efisiensi berkenaan dengan penggunaan waktu, tenaga,
sarana dan sumber-sumber lainnya secara optimal titik efektivitas
berkenaan dengan pemilihan atau penggunaan cara atau jalan utama yang
paling tepat dalam mencapai tujuan titik relevansinya berkenaan dengan
kesesuaian suatu program dan pelaksanaannya dengan tuntutan dan
kebutuhan baik dari kepentingan masyarakat maupun peserta didiknya
titik sedangkan produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang
dicapai dari suatu program titik menurut sudjana, dalam kurikulum itu
ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi yaitu program pendidikan
meliputi penilaian terhadap tujuan, isi, program dan strategi
pembelajaran.3

2.2.2 Fungsi Kurikulum


Kurikulum berperan dan berfungsi sebagai Wahana dan media
kristalisasi ilmu pengetahuan dan nilai nilai kehidupan, sebab manusia baik
sebagai objek maupun subjek pendidikan, menghayati dan mengamalkan
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai itu, tetapi juga dituntut untuk memiliki
concern dan komitmen terhadap ilmu dan nilai-nilai itu. Sehingga pemilik
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai itu merasa memiliki (sense of belonging)

3
Ibid. hlm. 17.

6
dan merasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang reflektif terhadap
diri dan lingkungannya, atas dasar amanat yang diembannya.
Lebih jauh, kurikulum bukan hanya berfungsi sebagai Wahana dan
media konservasi, internalisasi dan kristalisasi, tetapi ia juga merupakan
Wahana dan media transformasi titik pemilik ilmu pengetahuan dan nilai
nilai, dituntut mempelopori, memimpin dan mendesain peradaban umat
manusia yang konstruktif, dinamis, produktif dan inovatif, mengawal koma
membimbing koma Membina dan mengarahkan perubahan-perubahannya
secara proaktif dan dedikatif melalui perubahan-perubahan peradaban yang
semakin baik titik dalam konteks ini pula pemilik ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai memerankan dirinya sebagai Agent of social change, Agent of
social responsibility, Agent of Innovation and Agent of human investment.4

2.3 Kurikulum Pendidikan Agama Islam


2.3.1 Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang dijadikan
pedoman dalam penyusunan kurikulum KTSP dan silabusnya pada setiap
satuan pendidikan. Kerangka dasar kurikulum merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum yang terdiri dari kelompok mata pelajaran, prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum.
sebagaimana tertuang Permendiknas No. 22/2006, mata pelajaran PAI masuk
kelompok pelajaran agama dan akhlak mulia dan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Cakupan materi
pelajaran PAI meliputi etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan
pendidikan agama. Guna mewujudkan harapan tersebut, kurikulum disusun
oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada SI-SKL, SK-KD,
serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh badan standar
nasional pendidikan dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembang

4
Ibid. hlm. 23.

7
kurikulum. Kurikulum PAI yang telah dikembangkan di sekolah selanjutnya
dilaksanakan oleh guru pada setiap satuan pendidikan dengan menggunakan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

2.3.2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Agama
Islam
SK dan KD merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
dan penilaian hasil belajar dalam menyusun silabus. Disamping itu koma
keduanya merupakan standar minimal yang secara nasional harus dicapai oleh
peserta didik dalam pembelajaran setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar PAI harus dirancang secara
kontekstual dengan memperhatikan standar proses dan standar penilaian
dengan prinsip pembelajaran yang mendidik.
Sesuai dengan prinsip pembelajaran yang mendidik, pelaksanaan
kurikulum dalam pembelajaran berorientasi pada peserta didik, guna sebagai
fasilitator, dengan metode bervariasi koma memanfaatkan seluruh sumber
belajar yang ada, dan menekankan pada Penilaian proses. Dengan demikian,
seorang guru dituntut dapat Mengembangkan metode pembelajaran sesuai
dengan SK dan KD yang dicapai dalam pembelajaran yang dapat dilakukan
dengan tidak berurutan. adapun tujuan akhir yang ingin dicapai melalui SKP
adalah peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan berkembangnya
kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Tujuan tersebut dapat di integrasikan
melalui kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan
dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.

2.3.3 Karakteristik Kurikulum Pendidikan Agama Islam

8
Kurikulum PAI punya karakteristik khas dan unik, terutama dalam
bentuk operasional pengembangan dan pelaksanaannya dalam pembelajaran.
karakteristik tersebut bisa diketahui antara lain dari pembelajaran.
karakteristik tersebut bisa di ketahui antara lain dari cara guru PAI
mengoptimalkan kinerja dan proses pembelajaran dan pengelolaan sumber
belajar sebagai tenaga profesional.
Terkait dengan karakteristik kurikulum PAI, Azyumardi menjelaskan
bahwa kurikulum PAI mempunyai beberapa karakteristik yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan tersebut Atas dasar ibadah
kepada Allah yang berlangsung sepanjang hayat
b. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada
Allah Subhanahu wa ta'ala dan masyarakat
c. Pengakuan adanya potensi dan kemampuan pada diri peserta didik
untuk berkembang dalam suatu kepribadian yang utuh.
d. Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan yang perlu
dihormati dan disantuni agar potensi potensi yang dimilikinya
dapat terakumulasi dengan baik.

2.3.4 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Sebagaimana ketentuan dalam PP 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), pengembangan kurikulum KTSP mengacu pada SNP.
Standar tersebut meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan. 2 dari ke 8 SNP tersebu, standar isi (SI) dan standar kompetensi
lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum KTSP yang merupakan penyempurnaan
kurikulum KBK dan kurikulum 1994 yang sangat berbeda dalam
pengembangan maupun implementasinya.

9
Pengembangan kurikulum PAI yang dilakukan oleh guru dan sekolah
pada setiap satuan pendidikan harus memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum sebagaimana tertuang dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional, yaitu5:
a. Berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

2.3.5 Pendekatan Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PAI


Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan
subjek akademis, pendekatan humanitis, pendekatan teknologis dan
pendekatan rekonstruksi sosial. dengan memperhatikan karakteristik PAI
sebagaimana uraian pada bab terdahulu, maka pengembangan kurikulum
pendidikan agama Islam dapat menggunakan pendekatan eklektik, yakni
dapat memilih yang terbaik dari 4 pendekatan tersebut sesuai dengan
karakteristiknya.
A. Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-
masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang
berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. pengembangan kurikulum

5
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Magnum Pustaka, Yogyakarta, 2010,
hlm. 41.

10
subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata
pelajaran atau mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum PAI
dilakukan dengan berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu. Misalnya,
untuk aspek keimanan atau mata pelajaran akidah menggunakan
sistematisasi ilmu tauhid, aspek atau mata pelajaran Alquran
menggunakan sistematisasi ilmu Alquran atau Ilmu Tafsir, akhlak
menggunakan sistematisasi ilmu akhlak, ibadah atau Syariah atau
muamalah menggunakan sistematisasi ilmu fiqih, dan tarik atau sejarah
menggunakan sistematisasi ilmu sejarah kebudayaan Islam. masing-
masing aspek atau mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik
tersendiri, yang dapat dipergunakan untuk pengembangan disiplin ilmu
lebih lanjut bagi para peserta didik yang memiliki minat di bidangnya.
Namun demikian, dalam pembinaan nya harus memperhatikan kaitan
antara aspek atau mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.

B. Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum
bertolak dari ide " memanusiakan manusia". penciptaan konteks yang
akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
Pengembangan kurikulum PAI dilakukan oleh guru atau dosen
dengan melibatkan peserta didik, misalnya dalam penentuan tujuan dan
pemilihan tema tema pembelajaran PAI. Tidak ada kurikulum standar,
Yang ada hanyalah kurikulum minimal yang dalam implementasinya
dikembangkan bersama peserta didik. Isi dan proses pembelajarannya
selalu berubah sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik serta
konstektual. Karena itu, pendekatan humanistik dalam pengembangan

11
kurikulum PAI lebih cocok diterapkan dalam rangka pendalaman dan
penghayatan serta pengamalan nilai-nilai aqidah dan akhlak Islam untuk
menyadari akan fungsi dan tujuan hidup sebagai khalifah di bumi. Nilai-
nilai akidah dan akhlak Islam dikembangkan melalui proses
keterpaduan antara pengetahuan, perasaan atau penghayatan, dan
tindakan, Sehingga peserta didik memiliki karakter sebagai seorang
Muslim dan Mukmin yang Saleh. hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh Lickona, bahwa untuk mendidik karakter dan nilai-nilai yang baik
kepada peserta didik diperlukan Pendekatan terpadu antara ketiga
komponen sebagai berikut.
1. Moral Knowing, yang meliputi: (1) moral awareness
(2)knowing moral values (3) perspective-taking (4) moral
reasoning (5) decision making (6) self-knowledge.
2. Moral Feeling, yang meliputi: (1) conscience (2)self-esteem (3)
empathy (4)loving the good (5)self control (6) humality.
3. Moral Action, yang meliputi: (1) competence (2) will (3) habit.

Ketiga komponen yang terpadu tersebut perlu didukung oleh


perhatian di luar kelas, penciptaan budaya moral yang positif di
sekolah, orang tua dan masyarakat juga berperan sebagai orang tua
yang bersedia membimbing, mengarahkan dan mengontrol Keadaan
akhlak atau moral peserta didik. Dengan demikian, peserta didik akan
memiliki kompetensi, kemauan yang kuat dan kebiasaan dalam
menjalankan nilai-nilai moral yang baik.

C. Pendekatan Teknologis
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria

12
evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas tersebut. kurikulum berbasis kompetensi yang saat ini
sedang digalakkan di sekolah atau Madrasah termasuk dalam kategori
pendekatan teknologis.
Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis,
bilamana Ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis
masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan
menilainya. Di samping itu, pendekatan teknologis ingin mengejar
kemanfaatan tertentu dan menuntut peserta didik agar mampu
melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga proses dan perencanaan
produknya di program sedemikian rupa, agar pencapaian hasil
pembelajarannya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan
terkontrol. Dari rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil
tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan
memiliki daya tarik.

D. Pendekatan Rekonstruksi Sosial


Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi
dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu ilmu
dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan
dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang
lebih baik.
Sebagaimana uraian terdahulu, bahwa kurikulum rekonstruksi
sosial di samping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga
sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar.
Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa manusia adalah
sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan
manusia lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama.
Melalui kehidupan bersama dan kerjasama itulah manusia dapat hidup,

13
berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi. Tugas pendidikan terutama membantu
agar peserta didik menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut
bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakatnya.6

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

6
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm.
139-181.

14
Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil
belajara serta yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan
yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan.

Pendidikan agama Islam bermakna upaya mendidikkan agama Islam


atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup
seseorang. Dari aktivitas mendidikkan agama Islam itu bertujuan untuk
membantu seseorang atau sekelompok anak didik dalam menanamkan dan
atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai- nilainya untuk dijadikan
sebagai pandangan hidupnya.
2.2 Saran
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini
semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya para pembaca dan penulis, saya
mohon kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini dan saya
sampaikan banyak terimah kasih.

Daftar Pustaka

Arifin, Muzayyin. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

15
Gunawan, Heri. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Bandung: Alfabeta.

Muhaimin. 2014. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Rajawali.

Raharjo, Rahmat. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.


Yogyakarta: Magnum Pustaka.

16

Anda mungkin juga menyukai