Disusun Oleh:
Nama : Syahdan
Tempat/Tgl lahir : Betara Kiri, 16 November 1996
No. Telepon : 085267849962
Asal Sekolah : SMAN 2 Kuala Tungkal
Alamat : Nongsa
Data Orang Tua
Nama Ayah :-
Nama Ibu :-
No. Tlp Ayah/Ibu :-
Nirm : 1207.18.2060
BIODATA
ii
KATA PENGANTAR
KELOMPOK 1
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
A. Nama Strategi................................................................................................v
B. Alat yag dibutuhkan.....................................................................................vi
C. Cara aplikasi strategi....................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pengertian Strategi Pembelajaran.................................................................5
B. Strategi Pembelajaran Ekspositori................................................................6
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori..........................................6
2. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori...............9
3. Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori.......................11
4. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori..............................12
C. Strategi Pembelajaran Kooperatif...............................................................14
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif.........................................14
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.............................................................17
3. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif.......................................................18
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif............................................19
BAB III PENUTUP...............................................................................................22
Kesimpulan.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
v
THAHARAH
A. Nama Strategi
vi
pembelajaran berdasarkan kapasitas masing-masing. Karenanya,
bagaimanapun tidaklah sama daya serap antara satu orang peserta didik
dengan peserta didik lainnya. Hanya saja, melalui pembelajaran
kooperatif ini, setiap peserta didik memiliki keterlibatan yang cukup
besar karena memiliki perannya masing-masing.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan baik agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Dalam proses pembelajaran,
menggunakan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan
bagaimana melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan peserta didik
dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan oleh guru sangat
dibutuhkan.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan upaya
pemberian pengalaman belajar yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit
tentu saja sesuai dengan perolehan pengalaman yang dialami oleh
manusia. Manusia memperoleh pengalaman melalui tiga tingkatan. Salah
satu perolehan pengalaman itu adalah apa yang disebut dengan melalui
pengalaman nyata. Pengalaman nyata inilah yang akan mendukung
seseorang dalam belajar menjadi lebih efektif.
Pengalaman nyata merupakan cara pengajaran yang efektif karena
dapat mengikutsertakan semua indera manusia. Peserta didik akan
memperoleh pengertian secara langsung dan ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan yang sedang dibicarakan. Misalnya dalam membuat relief, murid
langsung diajak bekerja sama mengerjakannya”.2
Pembelajaran agama, memerlukan dukungan media agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya penggunaan media
pembelajaran yang relevan dalam proses pembelajaran agama dapat
memberikan jaminan dalam meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap materi yang disampaikan oleh guru agama. Semua media
pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan antara satu sama
dengan lainnya. Keunggulan suatu media dapat terwujud apabila media
yang digunakan sesuai dengan karakteristik peserta didik, materi ajar dan
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru agama harus
mencocokkan media apa yang akan digunakan sesuai dengan materi
pelajaran yang akan disampaikannya. Salah satu materi pembelajaran
2
Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama,
2002), hlm. 5..
2
agama yang dianggap penting untuk disampaikan, sekaligus mutlak harus
dikuasai oleh peserta didik adalah mengenai thaharah (bersuci). Hal ini
dianggap penting karena thaharah ini terkait dengan identitas seorang
muslim dan juga merupakan syarat ketika seorang penganut Islam mau
melakukan berbagai ibadah.
Dari segi bahasa, thaharah berarti membersihkan dan menyucikan
diri dari segala kotoran yang tampak maupun tidak tampak. Sedang dari
sudut pandang syari’at, thaharah berarti usaha menghilangkan hadats
dengan air atau debu yang bisa menyucikan sekaligus melenyapkan najis
dan kotoran. Dengan demikian, thaharah berarti menghilangkan sesuatu
yang ada di tubuh yang menjadi penghalang bagi pelaksanaan shalat dan
ibadah yang semisalnya.3
Merujuk kepada definisi di atas, dapat dikatakan bahwa salah satu
materi pembelajaran agama yang perlu dipahami peserta didik adalah
thaharah. Dalam pembelajaran thaharah ini, akan lebih efektif dilakukan
oleh guru dengan mempraktikkannya, baik secara langsung maupun
dengan menggunakan media audiovisual. Penggunaan media audiovisual
akan menarik minat peserta didik karena dapat dilihat secara langsung
tatacara pelaksanaan thaharah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terkait dengan
penggunaan media pembelajaran dalam mengajarkan pembelajaran agama,
penulis mengangkat judul makalah ini Strategi Pembelajaran Fiqih
Tentang Thaharah.
B. Rumusan Masalah
3
Sa’id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani, Panduan Bersuci (Jakarta: Almahira, 2006), h. 5
3
5. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran fiqih tentang thaharah ?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek
dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru
menggunakan siasat tertentu
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk seleksi dan
mengatur kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan dalam satuan pelajaran.
Strategi pembelajaran sebagai metode-metode untuk memanipulasi untuk
unsurunsur pengetahuan. Strategi pembelajaran merupakan metode-
metode untuk memanipulasi untuk unsur-unsur bahan-bahan
pengetahuan.6 Strategi Pembelajaran adalah cara untuk menyampaikan
pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespon masukan
yang berasal dari siswa.7
Strategi Pembelajaran juga merupakan prinsip-prinsip dan metode-
metode dalam pemilihan urutan pengulangan belajar dalam suatu proses
pembelajaran yang berkaitan erat dengan situasi belajar atau model
pembelajaran. Strategi pembelajaran agama sebagai proses merupakan
suatu sistem, yang tidak terlepas dari komponen-komponen lainnya, yang
mana satu dengan lainnya saling berkaitan, salah satu komponen dalam
proses tersebut adalah strategi pembelajaran.8
B. Strategi Pembelajaran Ekspositori
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Istilah ekspositori berasal dari konsep eksposisi yang berarti
memberi penjelasan. Dalam konteks pembelajaran, ekspositori merupakan
strategi yang dilakukan guru untuk mengatakan atau menjelaskan fakta-
fakta, gagasan-gagasan, dan informassi-informassi penting lainnya kepada
para pembelajara. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang
digunakan dengan memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah
dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penguasaan. Siswa
6
Martinis Yamin, Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: Referensi
GP Press Group, 2013), hlm. 1-4.
7
Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hlm.
101.
8
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis kompetensi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 155.
6
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada
tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.9
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pemebelajaran
yang menekankan kepada proses penyampain materi secara verbal dari
seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa mengusai materi
pelajaran secara optimal. Roy killen menamakan strategi ini dengan istilah
pembelajaran langsung, karena dalam strategi ini materi pelajaran
langsung disampaiakan oleh guru, siswa tidak dituntut menemukan materi
itu.10
Strategi Pembelajaran Ekspositori salah satu dari beberapa strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan guru. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan strategi pengajaran yang menekan pada proses
penyampaian materi pelajaran melalui metode ceramah dengan sedetail-
detailnya, agar siswa dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran
yang disampaikan secara maksimal.11
Menurut Roy Killen, pengertian strategi pembelajaran ekspositori
adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal.12
Bahkan didalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan tentang Strategi
pembelajaran Ekspositori, dimana strategi ekspositori sama halnya cerita
hikmah dalam konsep Al-Qur’an firman Allah swt:
َك ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ َوإِ ْن ُك ْنتَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه لَ ِمن
َ ص بِ َما أَوْ َح ْينَا إِلَ ْي َ َك أَحْ َسنَ ْالق
ِ ص َ نَحْ نُ نَقُصُّ َعلَ ْي
َْالغَافِلِين
9
M. Chalish, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2011), hlm. 124.
10
Dr. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (jakarta: Kencana, 2009), hlm. 299.
11
John Afifi, Inovasi-inovasi Kreatif Manajemen Kelas & Pengajaran Efektif,
(Jogjakarta:DIVA press, 2014), hlm. 132.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 177.
7
Artinya :
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum
(kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.” (Q.S Yusuf : 3).
Hakikat mengajar menurut pandangan Ekspositori adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai
objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru yang kreatif biasanya
dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan
alat bantu seperti gambar, bahan, grafik, dan lain-lain.13
Jika hanya menggunakan metode ceramah saja dalam penyampaian
materi maka pembelajaran akan monoton dan menjenuhkan. Bahkan
presentase pemahaman anak akan tidak optimal, karena dalam metode
ceramah hanya dapat memberikan pemahaman sebatas mengenal saja
tanpa bisa menerapkan ataupun mencontohkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Didalam strategi pembelajaran ekspositori ini terdapat beberapa
karakteristik diantaranya : pertama, strategi ekspositori dilakukan dengan
cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara
lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu
sering orang mengidentikannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi
pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,
seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan.14
13
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching, (Ciputat : PT. Ciputat
Press, 2007), hlm. 11.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana , 2006), hlm.177.
8
Strategi pembelajaran ekspositori dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktek kerja kelompok. Dalam menggunakan
strategi pembelajaran ekspositori seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas belajar kooperatif, Sebagaimana dikemukakan oleh
Arends yang dikutip oleh Kardi (1999) bahwa :
"Seorang guru dapat menggunakan strategi pembelajaran ekspositori
untuk mengajarkan materi atau keterampilan guru, kemudian diskusi
kelas untuk melatih siswa berpikir tentang topik tersebut, lalu
membagi siswa menjadi kelompok belajar kooperatif untuk
menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya dan membangun
pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran."15
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa strategi pembelajaran
ekspositori dapat di kombinasikan dengan beberapa metode yang cocok
digunakan dalam proses pembelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan
diatas , strategi ekspositori dapat di kombinasi dengan metode demonstrasi
dan metode diskusi. Dimana dengan metode diskusi anak bisa
mengembangkan keterampilan yang ia miliki seperti, terampil dalam
menyampaikan pendapat, terampil dalam berbicara di muka umum saat
mempresentasikan hasil diskusi dan lain-lain.
15
Kardi S. dan Nur M., Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unipres IKIP Surabaya,
1999), hlm. 3.
9
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam
strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun
tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran,
justru tujuan inilah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang
menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan).
Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran
yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin
dicapai.
c. Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, "kesiapan" merupakan salah satu
hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap
individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus yang
muncul manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya,
tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang
muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat
kita tarik hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima
informasi setiap stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus
memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun
psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan materi
pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk
mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat ini, akan tetapi juga untuk waktu
selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan
10
(disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui belajar mandiri.16
16
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.
217.
11
pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu
sendiri.17
12
mengikuti langka – langka demonstrasi yang efektif. Kegiatan ini
termasuk dalam kegiatan penyampaian dan penajian inti dari proses
pembelajaran.
c. Mencapai penguasaan dan pemahaman
Seorang guru harus memperhatikan setiap tahap demonstrasi yang
dilakukan. Jika guru ingin agar semua siswa dapat melakukan sesuatu
dengan benar, maka guru harus berupaya agar segala sesuatu yang di
demonstrasikan juga benar. Supaya dapat mendemonstrasikan sesuatu
dengan benar, maka diperlukan latihan yang intensif, dan juga harus
memperhatikan bagianbagian penting dari sebuah keterampilan atau
konsep yang didemonstrasikan.
d. Memberikan latihan terbimbing
Salah satu bagian penting dalam strategi pembelajaran ialah bagaiman
guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan
retensi, membuat pembelajaran berlangsung dengan lancar, dan
memungkinkan siswa dapat menerapkan dalam keterampilan yang
didapat dalam kehidupan sehari – hari.20
e. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada tahap ini biasanya disebut juga sebagai tahap resitasi, dimana
pada tahap ini guru memberikan respon terhadap jawaban siswa.
Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam strategi pembelajaran
ekspositori, karena dalam kegiatan ini guru dapat melihat hasil dari
proses pembelajaran. Guru bisa menerapkan berbagai cara untuk
memberikan umpan balik, seperti memberikan umpan balik secara
lisan, tes, dan komentar tertulis. Tanpa kegiatan umpan balik yang
spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan
tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan dengan baik.
f. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
13
Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk
menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri.
Menurut Kardi dan Nur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam memberikan tugas mandiri yaitu :
1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari
proses pembelajaran, tetapi sebuah keterampilan yang
mengarahkan pada pembelajaran selanjutnya
2) Guru sebaiknya melakukan kerja sama dengan orang tua dalam
keterlibatan membimbing siswa di rumah
3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang
diberikan kepada siswa di rumah.21
22
David A. Jacobsen, et. al., Methods for Teaching, Metode-metode Pengajaran
Meningkatkan Belajar Peserta didik TK – SMA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 230.
14
dalam satu group atau sebagai satu kesatuan yang diberi tugas-tugas
belajar untuk dibahas secara bersama-sama.23
Pembelajaran kooperatif atau kelompok inilah yang akan
memudahkan peserta didik untuk membangun kerjasama, sehingga seluruh
potensi yang dimiliki setiap peserta didik akan tumbuh dan berkembang.
Pada saat yang bersamaan akan diketahui secara tepat seberapa jauh
peserta didik secara individual menguasai dan memahami setiap materi
pembelajaran yang disampaikan kepadanya. Pembelajaran kelompok atau
kooperatif ini, dapat menarik minat peserta didik dalam menguasai materi
yang disampaikan kepadanya.
Menurut Kemp, pembelajaran kooperatif adalah suatu jenis khusus
dari aktivitas kelompok yang berusaha untuk memajukan pembelajaran
dan keterampilan social dengan kerjasama tugas konsep ke dalam
pengajaran, yaitu:
1) penghargaan kelompok,
2) pertanggungjawaban pribadi, dan
3) peluang yang sama untuk berhasil.24
Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif, memberi peluang yang cukup besar bagi setiap peserta didik
untuk dapat mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan rekan
sebayanya di dalam kelas. Hal ini akan meningkatkan kesadaran ada untuk
dapat memahami karakter rekan sebaya sehingga memungkinkan peserta
didik memiliki kesadaran untuk menyesuaikan diri.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama di antara peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.25 Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi
23
Siti Halimah, Strategi Pembelajaran; Pola dan Strategi Pengembangan dalam KTSP,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hlm. 72-73.
24
J.E.Kemp, et. al., Designing Effective Instruction, (New York: Mcmillan, 1993), hlm.
151.
25
Martinis Yamin, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Peserta Didik,
(Jakarta: Persada Press, 2008), hlm. 74.
15
yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama peserta didik sebagai
latihan hidup di dalam masyarakat nyata.26 Cooperative learning adalah
suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama
anggota kelompok.27 Merujuk kepada beberapa pendapat di atas, dapat
dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
memberi peluang dan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
sama dalam memahami sebuah topik bahasan pada scenario tertentu,
sehingga mereka mampu memahami secara bersama-sama berdasarkan
tugas dan kapasitas masing-masing.
Pembelajaran kooperatif membuat peserta didik menjadi lebih
aktif, tahu apa yang harus dikerjakannya dan guru memberi arahan
bagaimana cara mengerjakannya. Peserta didik tinggal melanjutkannya
sehingga muncul tanggungjawab yang besar dikalangan peserta didik
untuk memahami seluruh materi yang sedang disajikan guru. Hal inilah
yang memungkinkan peserta didik dapat memahami proses penyampaian
materi pembelajaran secara utuh dan menyeluruh.
Guru sebagai pihak yang mendesain atau merancang proses
pembelajaran, selayaknya dalam kaitan ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik dalam kelompok itu untuk berkumpul berdasarkan
perbedaan yang ada sehingga tidak terjadi pengelompokan satu karakter
saja. Umpamanya, jangan sampai anak yang rajin berkumpul dengan
sesama anak yang rajin atau anak yang selama ini malas dikumpulkan
dengan anak yang malas.
26
Senduk Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual; Contextual Teaching and Learning/CTL
dan Penerapannya dalam KBU, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hlm. 60.
27
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.
4.
16
kelompok, berupaya melakukan peran berdasarkan apa yang telah
ditetapkan menjadi tugasnya. Tugas pembelajaran yang diberikan oleh
guru dalam setiap kelompok bisa saja sama ataupun berbeda, hal itu sangat
tergantung dari skenario pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru.
Pendekatan pembelajaran kooperatif dalam kaitan sebagai proses
dalam pencapaian pembelajaran memiliki tujuan, tujuan itu antara lain
adalah:
a. Hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif
unggul dalam membentuk peserta didik memahami konsep-konsep
yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman, model kooperatif bertujuan agar
peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara
lain perbedaan suku, agama, kemampuan, akademik, dan tingkat
social.
c. Pengembangan keterampilan social, model kooperatif bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan peserta didik. Keterampilan social yang
dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagai tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok, dan sebagainya.28
Merujuk kepada pandangan tentang tujuan pembelajaran kooperatif
di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan akademik peserta didik, berupa kemampuan
untuk memahami berbagai hal yang sulit tentang konsep sesuatu. Hal
inilah pada dasarnya yang memungkinkan pembelajaran kooperatif dapat
merangsang potensi kecerdasan yang ada pada setiap peserta didik.
Rangsangan itu terjadi karena adanya kesamaan dalam pencapaian tujuan
28
G. Sihombing, Pebelajaran Kooperatif , (Yogyakarta: Andi, 2001), hlm. 43.
17
dan tujuan itu tidak akan tercapai jika tidak terjadi koordinasi yang bersifat
sistemik dikalangan mereka.
Ada lima elemen dasar yang menjadi landasan dari semua strategi
pembelajaran kooperatif yang efektif, yaitu:
a. Interaksi sosial diterapkan untuk memfasilitasi pembelajaran.
b. Peserta didik bekerjasama dalam kelompok-kelompok untuk
menyelesaikan tugas-tugas.
c. Sasaran-sasaran pembelajaran melahirkan tujuan-tujuan kelompok
yang kemudian mengarahkan aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam
kelompok.
d. Guru bertanggung jawab atas pembelajaran peserta didik secara
individual.
e. Peserta didik mengembangkan keterampilan-keterampilan kerja sama
dan juga sasaran-sasaran konten pembelajaran.29
29
Jacobsen, et al., Methods for Teaching, hlm. 231.
18
mana peserta didik mampu meningkatkan skor mereka dalam tes-tes
keterampilan. STAD merupakan strategi kooperatif yang populer
karena penerapannya yang luas menjangkau kebanyakan materi
pelajaran dan tingkatan kelas.
d. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok menempatkan peserta didik bersama dalam tiga
sampai enam kelompok untuk menyelidiki atau menyelesaikan
beberapa masalah umum. Peserta didik bertanggung jawab dalam
mengembangkan tujuan-tujuan kelompok yang spesifik, menilai
tanggung jawab perorangan, dan berusaha menyelesaikan proyek yang
telah ditugaskan. Kerja sama dipelihara melalui tujuan-tujuan
kelompok umum, dan skor atau nilai diperuntukkan untuk seluruh
proyek.30
30
Jacobsen, et al., Methods for Teaching, hlm. 234-236.
31
Solihatin dan Raharjo, cooperative Learning, hlm. 10.
19
Pembelajaran kooperatif dalam kaitan ini dapat dikatakan sebagai
bagian dari implementasi pembelajaran konstruktivis, dimana peserta didik
terlibat aktif dalam belajar dan memberikan respon berdasarkan
keyakinannya secara utuh sebelum guru memberikan penjelasan yang
bertujuan untuk mempertegas materi pembelajaran. Pembelajaran
konstruktivis ini dimaknai sebagai upaya peserta didik untuk memahami
materi pembelajaran berdasarkan pengetahuan awalnya yang berbasis dari
pengalaman nyatanya sebagaimana yang dialaminya selama ini.
Seluruh rangkaian kegiatan dalammenentukan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu wujud dari pemahaman guru
terhadap persiapan proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Guru
yang baik dan professional adalah guru yang memiliki kemampuan untuk
menentukan langkah-langkah pembelajaran, apalagi jika proses
pembelajaran itu menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Dengan adanya langkah-langkah pembelajaran itu, akan terjamin
proses pencapaian tujuan pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru
itu karena:
a. guru telah menguasai materi apa yang akan disampaikannya,
b. guru memiliki desain atau rancangan pembelajaran yang akan
diterapkannya,
c. guru memiliki kontrol dalam mengendalikan kelas,
d. guru dapat mengetahui peserta didik yang terlibat aktif atau tidak aktif
dalam proses pembelajaran kelompok,
e. guru memiliki dasar yang kuat untuk memberikan penilaian yang tepat
sesuai dengan daya serap dan partisipasi setiap peserta didik,
f. guru dapatmenindaklanjuti hal-hal yang dianggapnya perlu,
g. guru dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran berikutnya.
Sedangkan dalam kaitannya dengan peserta didik, jika guru
memiliki langkahlangkah pembelajaran kooperatif yang efektif akan
berdampak kepada:
20
a. peserta didik terikat dengan rancangan pembelajaran yang telah
dirancang guru,
b. peserta didik berupaya memerankan dirinya sebagaimana yang telah
ditugaskan kepadanya dalam kelompok pembelajaran,
c. peserta didik akan menunjukkan kontribusinya berdasarkan apa yang
harus dikerjakannya,
d. peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
berdasarkan potensi individual masing-masing,
e. akan muncul kesadaran yang bersifat individual dari setiap peserta
didik untuk mendukung kinerja kelompoknya,
f. akan meningkatkan kesadaran kelompok untuk menunjukkan hasil
belajar yang paling tinggi karena adanya kompetisi yang bersifat
sportif,
g. setiap peserta didik akan menyadari potensi masing-masing sehingga
akan memunculkan kesadaran untuk memperbaiki diri secara objektif,
h. peserta didik akan menerima penilaian yang bersifat objektif dari guru
atas kinerjanya masing-masing.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu
sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka
kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran
strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang sudah terprogram
yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik
dalam mecapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan oleh
guru.
2. strategi ekspositori adalah sebuah strategi pembelajaran yang berpusat
pada guru dan strategi ini peran guru lebih dominan. Dalam proses
penyampaian materi dalam strategi ini lebih dominan penyampaian
secara verbal dan lebih sering menggunakan metode ceramah dan
bercerita. Namun tidak hanya menggunakan metode ceramah saja yang
dapat diterapkan didalam strategi ini, namun metode demonstrasi juga
bisa digunakan guru dalam mewujudkan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan oleh guru.
3. Strategi ekspositori itu dapat dilakukan dengan beberapa langkah
yaitu, tahap persiapan, tahap penyajian (pretentation), tahap
penguasaan dan pemahaman, tahap menyimpulkan, serta tahap
pengaplikasian.
4. Strategi pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi atau model
pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil
yang terdiri dari empat sampai enam siswa dalam satu kelompoknya.
Dalam strategi ini guru tidak lagi mendominasi seperti biasanya,
melainkan siswa yang dituntut untuk berbagi informas dengan siswa
yang lain dan saling belajar mengajar.
22
5. Dalam melaksanakan strategi pembelajaran kooperatif ini juga terdapat
langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu; merancang program
pembelajaran, Mempersiapkan lembar observasi, melakukan observasi
terhadap kegiatan peserta didik, serta memberikan kesempatan kepada
masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung, Surabaya:
UNESAUniversity Press.
David A. Jacobsen, et. al., 2009, Methods for Teaching, Metode-metode
Pengajaran Meningkatkan Belajar Peserta didik TK – SMA,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halimah, Siti, 2008, Strategi Pembelajaran; Pola dan Strategi
Pengembangan dalam KTSP, Bandung: Citapustaka Media
Perintis.
J.E.Kemp, et. al., 1993, Designing Effective Instruction, New York:
Mcmillan.
Yamin, Martinis, 2008, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Peserta Didik, Jakarta: Persada Press.
Nurhadi, Senduk, 2003, Pembelajaran Kontekstual; Contextual Teaching
and Learning/CTL dan Penerapannya dalam KBU, Malang:
Universitas Negeri Malang.
Etin Solihatin dan Raharjo, 2007, Cooperative Learning, Jakarta: Bumi
Aksara.
Sihombing,G, 2001, Pebelajaran Kooperatif , Yogyakarta: Andi.
Jacobsen, et al., Methods for Teaching.
25