Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 7

MAKALAH

PROFESIONALISME DALAM PENGELOLAAN MADRASAH, SISTEM DAN METODE


PENDIDIKAN ISLAM

( Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan)

Dosen Pengampu : Samsu Rohman, M.Pd

Disusun Oleh

Ayu Novita Sari : 1911010030

Nadia Sari : 1911010389

Kelas F/ 5

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita
bisa menjalankan aktivitas sebagai hamba Allah Swt. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda agung nabiana wahabibana Rasulullah Saw. Yang telah membawa
kita dari jaman jahiliyah menuju zaman yang penuh rahmat yakni addinul islam.

Alhamdulillah, kami haturkan kepada Allah yang dengan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”Profesionalisme Dalam Pengelolaan Madrasah Dan
Sistem Metode Pendidikan Islam “ sebagai pemenuhan tugas makalah mata kuliah Kapita
Selekta Pendidikan . Yang di bimbing oleh dosen pengampu Bapak Samsu Rohman, M.Pd.
Kami selaku penyusun makalah berharap para pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang
kami tuangkan dalam makalah ini.

Terakhir, kami selaku penyusun makalah meminta maaf atas kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, kami harapkan apabila ada kritik maupun saran dari para pembaca dengan
lapang hati kami menerima masukan tersebut. Dengan harapan semakin baiknya makalah dan
untuk menyempurnakan makalah berikutnya, dan semoga makalah ini bermanfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Dalam Pengelolaan Madrasah ........................................... 3


B. Sistem Pendidikan Islam ................................................................................ 9
C. Metode Pendidikan Islam ............................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 15
C. Penutup ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia keilmuan islam, pendidikan merupakan bagian terpenting dalam


kehidupan manusia, karena dengan pendidikanlah manusia akan bisa eksis dan berjaya di
muka bumi ini. Melalui tindakan-tindakan guru, nasib pendidikan kita bergantung
kepadanya. Sementara itu, diketahui bahwa dewasa ini tugas guru semakin berat. Hal ini
terjadi antara lain karena kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
perubahan cara pendang dan pola hidup masyarakat yang menghendaki strategi pendekatan
dalam proses belajar mengajar yang berbeda-beda, disamping materi pengajaran itu sendiri.
Dengan keadaan perkembangan masyarakat yang sedemikian itu, maka mendidik
merupakan tugas berat dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki kemampuan yang
sesuai dengan jabatan tersebut.

Mendidik adalah pekerjaan profesional yang tidak dapat diserahkan kepada


sembarang orang, karena hal ini akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam kehidupannya, begitu juga terhadap
lembaga pendidikan di mana ia mengabdikan dirinya untuk profesi yang diembannya. Untuk
mewujudkan profesionalisme dalam pribadi seseorang guru tidaklah mudah, karena hal
tersebut memerlukan proses yang cukup panjang dan biaya yang cukup banyak. Disamping
itu, diperlukan pula penyadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai cita-cita dari
masyarakat terhadap hasil pembelajarannya yang dilakukan bersama muridnya dapat
tercapai, sehingga tercipta kualitas dan mutu out put yang bisa dipertanggung jawabkan
secara intelektual, memiliki keterampilan yang tinggi dan memiliki akhlaqul karimah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian profesionalisme ?
2. Bagaimana profesionalisme dalam pengelolaaan madrasah?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan Islam?
4. Apa yang dimaksud dengan metode pendidikan Islam?

1
C. Tujuan Penulisan Makalah

Pada makalah ini kami akan membahas profesionalisme dalam pengelolaan


madrasah sehingga dapat mendorong madrasah – madrasah agar bisa lebih professional
dalam melakukan proses manajemen sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu
madrasah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Dalam Pengelolaaan Madrasah


1. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya riwayat, pekerjaan, pekerjaan
tetap, pencaharian, pekerjaan yang merupakan sumber penghidupan. Menurut bahasa profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejujuran, dsb.)
sedang menurut istilah bahwa profesi adalah merupakan seorang yang menampilkan suatu
tugas yang mempunyai tingkat kesulitan dan mempersyaratkan waktu persiapan dan
pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian pendidikan kemampuan
ketrampilan dan pengetahuan berkadar tinggi.

Profesionalisme menurut Ahmad Tafsir (2004) adalah paham yang mengajarkan


bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang
profesional ialah orang yang memiliki profesi. Istilah profesionalisme berasal dari profesion.
Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata
lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani
lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya. Profesionalisme berarti suatu pandangan
bahwa suatu keahliaan tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu
hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.

Sedangkan profesionalisme adalah proses usaha menuju ke arah terpenuhinya


persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal berkemampuan, mendapat perlindungan,
memiliki kode etik profesionalisasi, serta upaya perubahan struktur jabatan sehingga dapat
direfleksikan model profesional sebagai jabatan elit. Sedangkan profesi itu sendiri pada
hakekatnya adalah sikap bijaksana (informed responsiveness) yaitu pelayanan dan
pengabdian yang dilandasi oleh keahlian, kemauan, teknik dan prosedur yang mantap
diiringi sikap kepribadian tertentu.

3
2. Pandangan Islam tentang Profesionalisme

Pekerjaan (profesi adalah pekerjaan) menurut islam harus dilakukan karena Allah.
“Karena Allah” maksudnya adalah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam
harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dalam kenyataannya
pekerjaan itu dilakukan untuk orang lain, tetapi niat yang mendasarinya adalah perintah
Allah. Dari sini kita mengetahui bahwa pekerjaaan profesi di dalam islam dilakukan untuk
atau sebagai pengabdian kepada dua objek, yaitu: pengabdian kepada Allah dan sebagai
pengabdian atau dedikasi kepada manusia atau kepada yang lain sebagai objek pekerjaaan
itu. Jelas pula bahwa kriteria “pengabdian” dalam islam lebih kuat dan lebih mendalam
dibandingkan dengan pengabdian dalam kriteria yang diajarkan diatas tadi. Pengabdian
dalam islam, selain demi kemanusiaan, juga dikerjakan demi Tuhan, jadi unsur transenden
ini dapat menjadikan pengalaman profesi dalam islam lebih tinggi nilai pengabdiannya
dibandingkan dengan pengalaman profesi yang tidak didasari oleh keyakian iman kepada
Tuhan.

Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus
dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah
SAW, mengatakan bahwa: “ bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka
tunggulah kehancuran”. “Kehancuran” dalam hadits ini dapat diartikan secara terbatas dan
dapat diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang
“hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak
mempunyai murid lagi dan murid-murid itu kelak berkarya, kedua-duanya dilakukan dengan
tidak benar (karena telah dididik tidak benar), maka akan timbullah “kehancuran”.
Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-orang yaitu murid-murid itu, dan kehancuran sistem
ini kebenaran karena mereka mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar. Ini
kehancuran dalam arti luas.

Maka benarlah apa yang diajarkan Nabi: Setiap pekerjaan (urusan) harus dilakukan
oleh orang yang ahli. “Karena Allah” saja tidaklah cukup untuk melakukan suatu pekerjaan.
Yang mencukupi ialah “karena Allah” dan “keahlian”. Dengan uraian yang singkat itu
jelaslah pandangan islam tentang profesi, bahkan juga pandangan islam tentang
profesionalisme. Islam mementingkan profesionalisme. Akan tetapi, bagaimana penerapan
profesionalisme ini dalam masyarakat islam sekarang, khususnya dalam bidang pengelolaan
sekolah.

4
3. Profesionalisme dalam Pengelolaan Madrasah

Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional. Dalam arti harus
dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang ahli. Penerapan paham
profesionalisme ini akan menghasilkan efek yang positif.

a. Peningkatan mutu madrasah melalui profesionalisme


Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu
diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui
pendidikan khusus atau latihan khusus. Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi
dalam tugas profesional sebagaimana dikemukakan oleh Houton sebagai berikut :
1) Profesi harus dapat memenuhi kebutuhan social berdasarkan atas prinsip-
prinsip ilmiah yang dapat diterima oleh masyarakat dan prinsip-prinsip ilmiah
yang dapat diterima oleh masyarakat dan prinsip-prinsip itu telah benar-benar
well established.
2) Harus diperoleh melalui latihan cultural dan professional yang cukup memadai.
3) Menguasai perangkat ilmu pengetahuan yang sistematis dan kekhususan
(spesialisasi).
4) Harus dapat membuktikan skill yang diperlukan masyarakat dimana
kebanyakan orangtidak memiliki skill tersebut, yaitu skill sebagian
meruupakan pembawaan dan sebagian merupakan hasil belajar.
5) Memenuhi syarat-syarat penilaian terhadap penampilan dalam pelaksanaan
tugasdilihat dari segi waktu dan cara kerja.
6) Harus dapat mengembnagkan teknik-teknik ilmiahdari hasil pengalaman yang
teruji.
7) Merupakan tipe pekerjaan yang memberikan keuntungan yang hasil-hasilnya
tidak dibakukan berdasarkan penampilan dan elemen waktu.
8) Merupakan kesadaran kelompok yang dipolakan untuk memperluas
pengetahuan yang ilmiah menurut bahasa teknisnya.

Jadi, profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah seperangkat fugnsi


dan tugas lapangan pendidikan. Berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan khusus dibidang pekerjaan yang mampu mengembangkan
kekayaannya itu secara ilmiah di samping mampu menekuni bidang profesinya
selama hidupnya. Mereka itu adalah para guru yang professional yang memiliki

5
kompetensi keguruan berkat pendidikanatau latihan di lembaga pendidikan guru
dalam jangka waktu tertentu.

Madrasah merupakan lembaga kependidikan Islam yang menjadi cermin


sebagai umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita umat Islam.
Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita umat Islam yang menginginkan
agar anak-anaknya dididik menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Dalam rangka upaya meraih hidup sejahtera duniawi dan kebahagiaan hidup di
akhirat. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan profesionalisme.

b. Kondisi Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Formal

Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah sudahada sejak agama Islam


berkembang di Indonesia. Madrasah itutumbuhdan berkembang dari bawah dalam
arti masyarakat (umat) yang didasari oleh rasa tanggung jawab untuk menyampaikan
ajaran Islam kepada generasi penerus. Karena itu madrasah pada waktu itu lebih
menekankan pada pendalaman ilmu-ilmu Islam. Madrasah dalam bentuk tersebut
tercatat dalam sejarah bahwa keberadaannya telah berperan serta dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia,
pemerintah mengambil langkah-langkah untukmengadakan penyempurnaandan
peningkatan mutu masyarakat. Penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan
madrasah sejalan dengan laju perkembangan dan aspirasi madrasah itu meliputi;
penataan kelembagaan, peningaktan sarana dan prasarana, kurikulum dan tenaga
guru. Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah jumlahnya cukup banyak tetapi
yang terbesar adalah berstatus swasta yaitu lebih kurang 96,4%, sedangkan yang
berstatus negeri hanya ± 3,6%.

c. Posisi dan Strategi Pengelolaan Madrasah SKB 3 Menteri

Di Indonesia, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam proses


perkembangannya telah mengalami strategi pengelolaan dengan tujuannya yang
berubah disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pada zaman sebelum proklamasi
Kemerdekaan, madrasah dikelola untuk tujuan idealisme ukhrawi semata yang
mengabaikan tujuan hidup duniawi, sehingga posisi jauh berbeda dengan system
sekolah yang didirikan oleh pemerintah colonial Belanda yang hanya mengarahkan
program-programnya kepada intelektualisasi anak didiknya guna memenuhi tuntutan
hidup sekuler.

6
Strategi pengelolaan madrasah demikian itu mendorong kea rah posisi yang
kurang menguntungkan bagi masa depan perkembangannya.Karena itu seiring
dengan tuntutan kemajuan masyarakat setelah proklamasi Kemerdekaan 1945,
madrasah yang eksistensinya tetap dipertahankan dalam masyarakat, bangsa,
diusahakan agar strategi pengelolaannya semakin mendekati system pengelolaan
sekolah umum. Sebaliknya, sekolah umum harus semakin dekat kepada pendidikan
agama.

Strategi pengelolaan madrasah sejak 1976 yang lalu berdasarkan SKB 3


Menteri (Agama, P dan K, dan dalam Negeri) tahun 1975, mengalami perubahan
total, yaitu sebagai lembaga pendidikanIslam yang mengajarkan bidang studi agama
Islam 30% dan bidang studi pengetahuan nonagama 70%. Secara kurikuler, kualitas
pendidikan nonagamais di madrasah sama mutunya dengan yang ada di
sekolahumum menurut jenjang-jenjangnya. Dengan strategi demikian diharapkan
antara madrasah di semua jenjang dengan sekolah umum dapat terjadi intermobilitas
enrollment denga mudah dan kualitas kekuasaannya sama. Sampai saat ini madrasah
terjamin eksistensinya dibawah pengelolaan tiga buah Departemen (Agama,
Pendidikan dan Kebudayaan dan dalam Negeri). Dengan ditetapkannya Undang-
Undang tentang system pendidikan Nasional (UU No. 2/1989) madrasah tetap diberi
napas untuk hidup berkembang, justru secara histories lembaga ini beserta pondok
pesantrennya telah berjasa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

d. Pengelolaan Berdasarkan Profesionalisme dan Kompetensi

Profesionalisme pada hakikatnya adalah orientasi kerja yang bertumpu pada


kompetensi. Dalam kongres guru se-Dunia ke-27 tanggal 26 Juli s.d. 2 Agustus 1978
yang lalu, masalah profesi guru diseluruh Negara non-komunis menjadi topic utama
yang dibahas secara luas dan mendalam demi kepentingan profesi guru untuk
menyongsong hari esok. Seluruh Negara peserta dari 57 negara itu sepakat bahwa
pendidikan harus dikelola oleh guru yang professional. Karena masyarakat makin
modern yang menuntut professional dalam bidang-bidang tugas kekayaan
pendidikan pada khususnya.Dalam pengembangan profesionalisme pendidikan
tersebut diperlukan pemantapan kompetensi keguruan. Kompetensi itu tergambar di
dalam pelaksanaan tugas guru sehari-hari yang bercirikan pada tiga kemampuan
professional seperti ditujuan pada diagram di bawah ini, yang disebut the teaching
triangle.

7
Lingkungan tugas pendidikan madrasah diperlukan juga profesionalisme
kependidikan yang lebih berkualitas tinggi daripada yang berada di sekolah-sekolah
umum. Mengingat guru di madrasah mengandungkonotasi moralitas dan nilai-nilai
Islami di tengah masyarakat luas. Walaupun guru yang bersangkutan hanya
mengajarkan ilmu pengetahuan duniawi. Guru madrasah tidak hanya menjadi
pengajar ilmu pengetahuan agama dan umum di kelas, tetapi ia juga sebagai norma-
drager (pembawa norma) agamanya di tengah masyarakat.

4. Cara Menerapkan Profesionalisme dalam Madrasah

Tidak ada orang yang menghendaki sekolah-sekolah mutunya rendah. Untuk


menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan pendidikan agaknya dapat diikuti
sekurang-kurangnya dipertimbangkan pikiran berikut ini:

a. Adanya profesionalisme pada tingkatan yayasan. Biasanya sekolah berada di bawah


pengelolaan dan tanggung jawab yayasan. Yayasan tidak hanya mengurus sekolah,
kadang-kadang yayasan juga membuat kegiatan lain, yaitu sebuah yayasan mengurus
rumah sakit, rumah anak-anak yatim, koperasi sekolah, dan lain-lain. Dalam hal ini,
pengurus yayasan cukup memenuhi syarat satu saja yaitu rasa pengabdian yang besar
kepada masyarakat. Oleh karena itu, ia senang berbuat untuk masyarakat. Dalam hal
seperti ini maka yayasan harus menugaskan seseorang yang profesional untuk setiap
bidang garapan. Untuk mengelola sekolah harus ada paling sedikit satu orang yang
memiliki profesi pendidikan (tegasnya sekolah) yang duduk pada tingkat yayasan.
Orang ini sebaiknya tidak merangkap jabatan sebagai salah seorang seorang
pengurus yayasan dan kepala sekolah, cukup mengurusi sekolah saja.
b. Menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah. Dalam hal ini yang
benar-benar harus diperhatikan oleh pengurus yayasan ialah memilih yayasan kepala
sekolah yang benar-benar profesional, dengan keahliannya itu ia dapat meningkatkan
mutu tenaga guru. Akan tetapi, bila katakanlah guru-guru profesional, tetapi kepala
sekolah tidak profesional, yang akan terjadi adalah bentrokan kebijakan.
c. Penerapan profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar. Ini harus dimulai dalam
penerimaan tenaga guru. Kadang-kadang ada yayasan dan kepala sekolah yang
berpendapat bahwa “untuk sementara terima saja, bila sekolah ini sudah stabil, kita
ganti guru yang tidak profesionalisme itu!” Kebijakan ini yang sangat keliru.
Kenyataannya ialah memecat guru tidaklah semudah itu.

8
d. Profesionalisasi tenaga tata usaha sekolah. Kebutuhan pegawai tata usaha untuk
suatu sekolah sesungguhnya tidak banyak. Banyaknya pegawai tata usaha tidak
menjamin beresnya tata usaha sekolah yang menjamin adalah tingkat
profesionalisme yang tinggi. Apalagi pada zaman sekarang ini tatkala peralatan
bantu seperti komputer sudah semakin canggih. Perencanaan ketatausahaan sekolah
seluruhnya adalah tugas kepala sekolah, mencakup jumlahnya dan bidang tugasnya.
Tidak dibuat teori baku tentang jumlah dan tugas tata usaha sekolah. Ini disebabkan
oleh kondisi dan program sekolah tidak sama. Yang dapat diteorikan ialah bahwa
tata usaha sekolah harus mampu memberikan pelayanan selengkap-lengkapnya
terhadap kepala sekolah, guru, murid, orang tua murid. Maka, tugas tata usaha
sekolah adalah melakukan semua tugas yang diperintahkan oleh kepala sekolah,
yang mana kepala sekolah harus orang yang profesional.

Hambatan utama untuk menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan


sekolah ialah kekurangan biaya, demikian pendapat umum di kalangan pengelola
sekolah . Oleh karena itu, sekolah banyak yang rendah mutunya. Pendapat ini umum
dianut dan kelihatannya banyak sekali orang yang percaya pada pendapat seperti itu.

B. Sistem Pendidikan Islam


1. Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya suatu
keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts). Di
antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur.
Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat
Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan
hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang
kompleks.”1

1
http://tutorialpai.mkdu.epi.edu.
Dikutip online melalui : https://www.academia.edu/38324781/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_docx (diakses pada
tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)

9
Jadi sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang
masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Sistem juga berarti suatu cara dan
langkah yang tersusun secara terpadu untuk dapat digunakan dan dilaksanakan dalam
suatu usaha dengan baik dan teratur.2
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu sama lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan.
Sistem pendidikan Islam adalah usaha pengorganisasian keseluruhan kegiatan
pendidikan yang saling bekerja sama dalam rangka membentuk manusia yang
berkepribadian muslim berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam yang berdasarkan
kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Islam
Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik,
isi/materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.
a. Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas
pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen
pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan,
sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam
rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:3
1) Pembinaan akhlak.
2) Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3) Penguasaan ilmu.
4) Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
b. Siswa/Peserta Didik
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan

2
Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ma’alimul Usroh, 2001), hlm. 33.
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)

Dikutip online melalui https://www.academia.edu/38324781/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_docx (diakses


pada tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)

10
pandangan Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua
dimensi (jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan
sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain
yang diberikan Allah swt adalah fitrah, yakni potensi manusiawi yang educable.4
c. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.5
d. Materi Pendidikan Islam
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses
kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.6 Secara garis besarnya
materi pendidikan Islam sudah terangkum dalam prinsip-prinsip keimanan (rukun
iman) dan prinsip-prinsip keislaman (rukun Islam). Rukun iman dititik beratkan pada
penanaman keyakinan terhadap hal-hal yang ghaib. Sementara rukun Islam
difokuskan pada pembentukan nilai-nilai pengabdian yang diwujudkan dalam sikap
dan perilaku pada setiap aktivitas.7 Materi pendidikan Islam bersumber pada Al-
Qur’an dan As-sunnah.
e. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung
kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.
1) Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam.
2) Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam.
3) Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan mushala,
TPA.8
f. Alat Pendidikan

4
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm. 59.
5
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41.
6
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 135.
7
H. Jalaluddin, Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem dan Proses, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 173-174
8
Abdurrachman Mas’ud dkk, Op. Cit., hlm. 44
Dikutip online melalui https://www.academia.edu/38324781/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_docx (diakses
pada tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)
11
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan
yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh
pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.9 Fungsi alat pendidikan
tidak hanya menyangkut aktivitas belajar yang terbatas pada mengembangakan
potensi individu, melainkan juga menyangkut ubahan tingkah laku, serta
pembentukan kepribadian.10
Alat pendidikan dapat membentuk dan bahkan terkadang dalam hal tertentu
dapat menggantikan peran pendidik dalam proses pembelajaran.11
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat
pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras
yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.

C. Metode Pendidikan Islam


1. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Secara literal metode berasal dari bahasa Greek, yaitu meta yang berarti melalui, dan
hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui. Menurut Ahmad Tafsir,
metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.
Sedangkan menurut Abdul Munir Mulkan, metode pendidikan adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan
kepada peserta didik.12
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk
mencapai tujuan pendidikanyang didasarkan asumsi tertentu tentang hakikat Islam
sebagai supra sistem.13

2. Prinsip Metode Pendidikan Islam14


a. Niat dan orientasi dalam pendidikan Islam, yakni untuk mendekatkan hubungan
manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk.
b. Keterpaduan (integratif dan tauhid) antara iman-ilmu-amal, iman-islam-ihsan.

9
http://tutorialpai.mkdu.epi.edu Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 07.54.
10
H. Jalaluddin, Op. Cit., hlm. 187.
11
Moh. Roqib, Op. Cit., halm. 69.
12
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam...., hlm. 65.
13
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 91.
14
Ibid., hlm. 96.
Dikutip online melalui : https://www.academia.edu/40688014/Makalah_Metode_dalam_Pendidikan_Islam
(diakses pada tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)

12
c. Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan harus benar, dengan cara yang
benar, dan dasar niat yang benar.
d. Kejujuran dan amanah.
e. Keteladanan.
f. Berdasar pada nilai (etika-moral).
g. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal peserta didik. Pendidikan hendaknya
diberikan kepada peserta didik setelah mereka berusia minimal tujuh tahun.15
h. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
i. Mengambil pelajaran pada setiap kasus, baik itu menyenangkan atau menyedihkan.
j. Proporsional dalam memberikan janji.

3. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam


Berikut ini metode metode pembelajaran PAI beserta kelebihan dan kekurangan :
a. Metode Ceramah (Preaching Method)
Yaitu sebuah metode mengajar dengan cara menyampaikan informasi serta
pengetahuan melewati lisan kepada sejumlah siswa yang umumnya mengikuti
pendidik secara pasif. Metode ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya cara yang
paling ekonomis untuk menyampaikan suatu informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi langkanya bahan rujukan atau literatur sesuai dengan jangkauan daya
beli dan pemahaman siswa.
b. Metode Diskusi ( Discussion Method )
Metode diskusi ialah caraa mengajar yang sangat erat kaitannya dengan
pemecahan suatu masalah. Metode ini umum dikenal dengan diskusi kelompok dan
resitasi bersama (socialized recitation). Tujuan dari pelaksanaan dari metode ini
ialah untuk:
- Mendorong peserta didik berpikir secara kritis.
- Peserta didik didorong untuk mampu mengutarakan pendapatnya secara
bebas.
- Mendorong peserta didik untuk menyumbangkan idenya untuk memecahkan
masalah bersama.

15
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat, (t.t:t.tt, t.th), hlm. 119. Dikutip online melalui
https://www.academia.edu/40688014/Makalah_Metode_dalam_Pendidikan_Islam (diakses pada tanggal 24 Oktober
2021, pukul 10.14)
13
- Mampu membuat anak didik untuk mengambil sebuah atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalaah berdasar pertimbangan
tertentu.
c. Metode Demonstrasi ( Demonstration Method )
Yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan sebuah barang,
peristiwa, aturan, dan urutan melakukan suatu aktivitas, baik secara langsung
maupun tak langsung melalui penggunaan sebuah media pengajaran yang relevan
dengan materi atau pokok pembahasan yang sedang disajikan.
d. Metode Resitasi ( Recitation Method )
Metode mengajar dimana peserta didik diharuskan membuat suatu resume
dengan menggunakan kalimat sendiri.
e. Metode Percobaan ( Experimental Method )
Yakni suatu metode pemberian kesempatan kepada peserta didik baik
perorangan atau kelompok untuk dilatih dan melakukan sebuah proses atau
percobaan. Umumnya dilakukan lebih dari satu kali dengan menggunakan alat-alat
khusus dan tempat khusus, misalnya percobaan di laboratorium.
f. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih
dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan
bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang
kemudian dibukukan. Metode ini juga merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang
dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama
pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
g. Metode Latihan Keterampilan ( Drill Method )
Metode latihan keterampilan ialah sebuah metode mengajar, dimana peserta
didik diajak ke tempat latihan keterampilan untuk mengamati bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, serta untuk apa dibuatnya, apa
kegunaannya dan lain-lain. Contoh dari latihan keterampilan inilah membuat tas
dari tali kur atau membuat kerajinan dari kain perca
h. Metode Perancangan ( Project Method )
Yaitu metode mengajar dimana pendidik harus merancang sebuah proyek
yang akan diteliti sebagai obyek kajian oleh peserta didik.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Profesionalisme adalah proses usaha menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu


jenis model pekerjaan ideal berkemampuan, mendapat perlindungan, memiliki kode etik
profesionalisasi, serta upaya perubahan struktur jabatan sehingga dapat direfleksikan model
profesional sebagai jabatan elit. Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara
profesional. Dalam arti harus dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang
ahli. Penerapan paham profesionalisme ini akan menghasilkan efek yang positif.

Pembahasan profesionalisme dalam pengelolaan madrasah pada makalah ini


mencakup : Peningkatan mutu madrasah melalui profesionalisme; Pengelolaan berdasarkan
profesionalisme dan kompetensi; Posisi dan strategi pengelolaan madrasah skb 3 menteri
dan kondisi madrasah sebagai lembaga pendidikan formal.

Sistem pendidikan Islam adalah usaha pengorganisasian keseluruhan kegiatan


pendidikan yang saling bekerja sama dalam rangka membentuk manusia yang
berkepribadian muslim berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam yang berdasarkan kepada
Al-Qur’an dan as-Sunnah. Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa,
pendidik, isi/materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.

Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk
mencapai tujuan pendidikanyang didasarkan asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai
supra sistem.

B. Saran
Setelah adanya kajian tentang sistem pendidikan Islam sebagaimana yang
dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga kita sebagai calon tenaga
kependidikan dapat mengetahui bagaimana sistem pendidikan Islam. Sehingga setelah kita
mengetahui komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”,
agar masing-masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja sama antara
satu dengan yang lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu
bergerak ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan pendidikan
Islam. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menambah
pengetahuan kita.

15
C. Penutup
Kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca dan kami sangat menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon
maaf. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk kedepan agar semakin
baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38324781/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_docx (diakses pada


tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)

https://www.academia.edu/40688014/Makalah_Metode_dalam_Pendidikan_Islam (diakses pada


tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)

http://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/profesionalisme-pendidikan-dalam.html?m=1
(diakses pada tanggal 23 Oktober 2021, pukul 10.04)

http://mabrurteranyar2014.blogspot.com/2014/11/makalah-profesionalisme-dalam.html?m=1
(diakses pada tanggal 23 Oktober 2021, pukul 10.04)

https://yodha05.blogspot.com/2016/11/makalah-kapita-selekta-pendidikan-pai.html?m=1 (diakses
pada tanggal 23 Oktober 2021, pukul 10.04)

17

Anda mungkin juga menyukai