MAKALAH
Disusun Oleh
Kelas F/ 5
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita
bisa menjalankan aktivitas sebagai hamba Allah Swt. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda agung nabiana wahabibana Rasulullah Saw. Yang telah membawa
kita dari jaman jahiliyah menuju zaman yang penuh rahmat yakni addinul islam.
Alhamdulillah, kami haturkan kepada Allah yang dengan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”Profesionalisme Dalam Pengelolaan Madrasah Dan
Sistem Metode Pendidikan Islam “ sebagai pemenuhan tugas makalah mata kuliah Kapita
Selekta Pendidikan . Yang di bimbing oleh dosen pengampu Bapak Samsu Rohman, M.Pd.
Kami selaku penyusun makalah berharap para pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang
kami tuangkan dalam makalah ini.
Terakhir, kami selaku penyusun makalah meminta maaf atas kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, kami harapkan apabila ada kritik maupun saran dari para pembaca dengan
lapang hati kami menerima masukan tersebut. Dengan harapan semakin baiknya makalah dan
untuk menyempurnakan makalah berikutnya, dan semoga makalah ini bermanfaat, Aamiin.
Penyusun
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 15
C. Penutup ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian profesionalisme ?
2. Bagaimana profesionalisme dalam pengelolaaan madrasah?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan Islam?
4. Apa yang dimaksud dengan metode pendidikan Islam?
1
C. Tujuan Penulisan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya riwayat, pekerjaan, pekerjaan
tetap, pencaharian, pekerjaan yang merupakan sumber penghidupan. Menurut bahasa profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejujuran, dsb.)
sedang menurut istilah bahwa profesi adalah merupakan seorang yang menampilkan suatu
tugas yang mempunyai tingkat kesulitan dan mempersyaratkan waktu persiapan dan
pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian pendidikan kemampuan
ketrampilan dan pengetahuan berkadar tinggi.
3
2. Pandangan Islam tentang Profesionalisme
Pekerjaan (profesi adalah pekerjaan) menurut islam harus dilakukan karena Allah.
“Karena Allah” maksudnya adalah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam
harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dalam kenyataannya
pekerjaan itu dilakukan untuk orang lain, tetapi niat yang mendasarinya adalah perintah
Allah. Dari sini kita mengetahui bahwa pekerjaaan profesi di dalam islam dilakukan untuk
atau sebagai pengabdian kepada dua objek, yaitu: pengabdian kepada Allah dan sebagai
pengabdian atau dedikasi kepada manusia atau kepada yang lain sebagai objek pekerjaaan
itu. Jelas pula bahwa kriteria “pengabdian” dalam islam lebih kuat dan lebih mendalam
dibandingkan dengan pengabdian dalam kriteria yang diajarkan diatas tadi. Pengabdian
dalam islam, selain demi kemanusiaan, juga dikerjakan demi Tuhan, jadi unsur transenden
ini dapat menjadikan pengalaman profesi dalam islam lebih tinggi nilai pengabdiannya
dibandingkan dengan pengalaman profesi yang tidak didasari oleh keyakian iman kepada
Tuhan.
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus
dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah
SAW, mengatakan bahwa: “ bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka
tunggulah kehancuran”. “Kehancuran” dalam hadits ini dapat diartikan secara terbatas dan
dapat diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang
“hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak
mempunyai murid lagi dan murid-murid itu kelak berkarya, kedua-duanya dilakukan dengan
tidak benar (karena telah dididik tidak benar), maka akan timbullah “kehancuran”.
Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-orang yaitu murid-murid itu, dan kehancuran sistem
ini kebenaran karena mereka mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar. Ini
kehancuran dalam arti luas.
Maka benarlah apa yang diajarkan Nabi: Setiap pekerjaan (urusan) harus dilakukan
oleh orang yang ahli. “Karena Allah” saja tidaklah cukup untuk melakukan suatu pekerjaan.
Yang mencukupi ialah “karena Allah” dan “keahlian”. Dengan uraian yang singkat itu
jelaslah pandangan islam tentang profesi, bahkan juga pandangan islam tentang
profesionalisme. Islam mementingkan profesionalisme. Akan tetapi, bagaimana penerapan
profesionalisme ini dalam masyarakat islam sekarang, khususnya dalam bidang pengelolaan
sekolah.
4
3. Profesionalisme dalam Pengelolaan Madrasah
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional. Dalam arti harus
dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang ahli. Penerapan paham
profesionalisme ini akan menghasilkan efek yang positif.
5
kompetensi keguruan berkat pendidikanatau latihan di lembaga pendidikan guru
dalam jangka waktu tertentu.
6
Strategi pengelolaan madrasah demikian itu mendorong kea rah posisi yang
kurang menguntungkan bagi masa depan perkembangannya.Karena itu seiring
dengan tuntutan kemajuan masyarakat setelah proklamasi Kemerdekaan 1945,
madrasah yang eksistensinya tetap dipertahankan dalam masyarakat, bangsa,
diusahakan agar strategi pengelolaannya semakin mendekati system pengelolaan
sekolah umum. Sebaliknya, sekolah umum harus semakin dekat kepada pendidikan
agama.
7
Lingkungan tugas pendidikan madrasah diperlukan juga profesionalisme
kependidikan yang lebih berkualitas tinggi daripada yang berada di sekolah-sekolah
umum. Mengingat guru di madrasah mengandungkonotasi moralitas dan nilai-nilai
Islami di tengah masyarakat luas. Walaupun guru yang bersangkutan hanya
mengajarkan ilmu pengetahuan duniawi. Guru madrasah tidak hanya menjadi
pengajar ilmu pengetahuan agama dan umum di kelas, tetapi ia juga sebagai norma-
drager (pembawa norma) agamanya di tengah masyarakat.
8
d. Profesionalisasi tenaga tata usaha sekolah. Kebutuhan pegawai tata usaha untuk
suatu sekolah sesungguhnya tidak banyak. Banyaknya pegawai tata usaha tidak
menjamin beresnya tata usaha sekolah yang menjamin adalah tingkat
profesionalisme yang tinggi. Apalagi pada zaman sekarang ini tatkala peralatan
bantu seperti komputer sudah semakin canggih. Perencanaan ketatausahaan sekolah
seluruhnya adalah tugas kepala sekolah, mencakup jumlahnya dan bidang tugasnya.
Tidak dibuat teori baku tentang jumlah dan tugas tata usaha sekolah. Ini disebabkan
oleh kondisi dan program sekolah tidak sama. Yang dapat diteorikan ialah bahwa
tata usaha sekolah harus mampu memberikan pelayanan selengkap-lengkapnya
terhadap kepala sekolah, guru, murid, orang tua murid. Maka, tugas tata usaha
sekolah adalah melakukan semua tugas yang diperintahkan oleh kepala sekolah,
yang mana kepala sekolah harus orang yang profesional.
1
http://tutorialpai.mkdu.epi.edu.
Dikutip online melalui : https://www.academia.edu/38324781/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_docx (diakses pada
tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)
9
Jadi sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang
masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Sistem juga berarti suatu cara dan
langkah yang tersusun secara terpadu untuk dapat digunakan dan dilaksanakan dalam
suatu usaha dengan baik dan teratur.2
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu sama lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan.
Sistem pendidikan Islam adalah usaha pengorganisasian keseluruhan kegiatan
pendidikan yang saling bekerja sama dalam rangka membentuk manusia yang
berkepribadian muslim berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam yang berdasarkan
kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Komponen-Komponen Sistem Pendidikan Islam
Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik,
isi/materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.
a. Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas
pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen
pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan,
sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam
rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:3
1) Pembinaan akhlak.
2) Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3) Penguasaan ilmu.
4) Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
b. Siswa/Peserta Didik
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan
2
Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ma’alimul Usroh, 2001), hlm. 33.
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)
10
pandangan Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua
dimensi (jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan
sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain
yang diberikan Allah swt adalah fitrah, yakni potensi manusiawi yang educable.4
c. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.5
d. Materi Pendidikan Islam
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses
kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.6 Secara garis besarnya
materi pendidikan Islam sudah terangkum dalam prinsip-prinsip keimanan (rukun
iman) dan prinsip-prinsip keislaman (rukun Islam). Rukun iman dititik beratkan pada
penanaman keyakinan terhadap hal-hal yang ghaib. Sementara rukun Islam
difokuskan pada pembentukan nilai-nilai pengabdian yang diwujudkan dalam sikap
dan perilaku pada setiap aktivitas.7 Materi pendidikan Islam bersumber pada Al-
Qur’an dan As-sunnah.
e. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung
kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.
1) Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam.
2) Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam.
3) Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan mushala,
TPA.8
f. Alat Pendidikan
4
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm. 59.
5
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41.
6
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 135.
7
H. Jalaluddin, Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem dan Proses, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 173-174
8
Abdurrachman Mas’ud dkk, Op. Cit., hlm. 44
Dikutip online melalui https://www.academia.edu/38324781/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_docx (diakses
pada tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)
11
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan
yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh
pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.9 Fungsi alat pendidikan
tidak hanya menyangkut aktivitas belajar yang terbatas pada mengembangakan
potensi individu, melainkan juga menyangkut ubahan tingkah laku, serta
pembentukan kepribadian.10
Alat pendidikan dapat membentuk dan bahkan terkadang dalam hal tertentu
dapat menggantikan peran pendidik dalam proses pembelajaran.11
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat
pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras
yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.
9
http://tutorialpai.mkdu.epi.edu Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 07.54.
10
H. Jalaluddin, Op. Cit., hlm. 187.
11
Moh. Roqib, Op. Cit., halm. 69.
12
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam...., hlm. 65.
13
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 91.
14
Ibid., hlm. 96.
Dikutip online melalui : https://www.academia.edu/40688014/Makalah_Metode_dalam_Pendidikan_Islam
(diakses pada tanggal 24 Oktober 2021, pukul 10.14)
12
c. Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan harus benar, dengan cara yang
benar, dan dasar niat yang benar.
d. Kejujuran dan amanah.
e. Keteladanan.
f. Berdasar pada nilai (etika-moral).
g. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal peserta didik. Pendidikan hendaknya
diberikan kepada peserta didik setelah mereka berusia minimal tujuh tahun.15
h. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
i. Mengambil pelajaran pada setiap kasus, baik itu menyenangkan atau menyedihkan.
j. Proporsional dalam memberikan janji.
15
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat, (t.t:t.tt, t.th), hlm. 119. Dikutip online melalui
https://www.academia.edu/40688014/Makalah_Metode_dalam_Pendidikan_Islam (diakses pada tanggal 24 Oktober
2021, pukul 10.14)
13
- Mampu membuat anak didik untuk mengambil sebuah atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalaah berdasar pertimbangan
tertentu.
c. Metode Demonstrasi ( Demonstration Method )
Yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan sebuah barang,
peristiwa, aturan, dan urutan melakukan suatu aktivitas, baik secara langsung
maupun tak langsung melalui penggunaan sebuah media pengajaran yang relevan
dengan materi atau pokok pembahasan yang sedang disajikan.
d. Metode Resitasi ( Recitation Method )
Metode mengajar dimana peserta didik diharuskan membuat suatu resume
dengan menggunakan kalimat sendiri.
e. Metode Percobaan ( Experimental Method )
Yakni suatu metode pemberian kesempatan kepada peserta didik baik
perorangan atau kelompok untuk dilatih dan melakukan sebuah proses atau
percobaan. Umumnya dilakukan lebih dari satu kali dengan menggunakan alat-alat
khusus dan tempat khusus, misalnya percobaan di laboratorium.
f. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih
dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan
bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang
kemudian dibukukan. Metode ini juga merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang
dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama
pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
g. Metode Latihan Keterampilan ( Drill Method )
Metode latihan keterampilan ialah sebuah metode mengajar, dimana peserta
didik diajak ke tempat latihan keterampilan untuk mengamati bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, serta untuk apa dibuatnya, apa
kegunaannya dan lain-lain. Contoh dari latihan keterampilan inilah membuat tas
dari tali kur atau membuat kerajinan dari kain perca
h. Metode Perancangan ( Project Method )
Yaitu metode mengajar dimana pendidik harus merancang sebuah proyek
yang akan diteliti sebagai obyek kajian oleh peserta didik.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk
mencapai tujuan pendidikanyang didasarkan asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai
supra sistem.
B. Saran
Setelah adanya kajian tentang sistem pendidikan Islam sebagaimana yang
dipaparkan dalam makalah ini, penulis berharap semoga kita sebagai calon tenaga
kependidikan dapat mengetahui bagaimana sistem pendidikan Islam. Sehingga setelah kita
mengetahui komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”,
agar masing-masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja sama antara
satu dengan yang lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu
bergerak ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan pendidikan
Islam. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menambah
pengetahuan kita.
15
C. Penutup
Kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca dan kami sangat menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon
maaf. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk kedepan agar semakin
baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/profesionalisme-pendidikan-dalam.html?m=1
(diakses pada tanggal 23 Oktober 2021, pukul 10.04)
http://mabrurteranyar2014.blogspot.com/2014/11/makalah-profesionalisme-dalam.html?m=1
(diakses pada tanggal 23 Oktober 2021, pukul 10.04)
https://yodha05.blogspot.com/2016/11/makalah-kapita-selekta-pendidikan-pai.html?m=1 (diakses
pada tanggal 23 Oktober 2021, pukul 10.04)
17