Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM

”Profesionalisme Mengelola Madrasah”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pembimbing : Dr. Sumianti. S. SOS. MM. M Pd

Disusun Oleh Kelompok 1


Prodi PAI 3 B:

Ahmad Muzakki
Fizdly Mustohar
Muhammad Liharji Nurhidayat

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IBNU SINA BATAM
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita semua.
Yang mana sampai saat ini kita masih bisa bersama – sama berkumpul
dalam rangka tolabul ilmu di kampus yang kita cintai ini.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata
kuliah kapita selekta Pendidikan islam tentang “Profesionalisme
mengelola madrasah”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih sempat terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian
dalam makalah Kapita Selekta Pendidkan Islam ini. Oleh, karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini, memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Batam, 31 oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...II
DAFTAR ISI ………………………………………………………...III

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………….………………..1
B. Rumusan Masalah …………………………………...….2
C. Tujuan Masalah ………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Dalam Mengajar …
B. Pendekatan Pembelajaran ….
C. Macam – Macam Metode Pembelajaran …
D. Faktor – Faktor Mempengaruhi dalam belajar ……………….
E. Dampak Timbul Metode Mengajar ………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………..
B. Kritik dan saran ……………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………..


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia keilmuan islam, pendidikan merupakan bagian
terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikanlah
manusia akan bisa eksis dan berjaya di muka bumi ini. Melalui
tindakan-tindakan guru, nasib pendidikan kita bergantung
kepadanya. Sementara itu, diketahui bahwa dewasa ini tugas guru
semakin berat. Hal ini terjadi antara lain karena kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perubahan cara pendang dan
pola hidup masyarakat yang menghendaki strategi pendekatan
dalam proses belajar mengajar yang berbeda-beda, disamping
materi pengajaran itu sendiri. Dengan keadaan perkembangan
masyarakat yang sedemikian itu, maka mendidik merupakan tugas
berat dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki kemampuan
yang sesuai dengan jabatan tersebut.
Mendidik adalah pekerjaan profesional yang tidak dapat
diserahkan kepada sembarang orang, karena hal ini akan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik dalam kehidupannya, begitu juga
terhadap lembaga pendidikan di mana ia mengabdikan dirinya untuk
profesi yang diembannya..

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian profesionalisme menurut para ahli?
2. Bagaimanakah pandangan islam tentang profesionalisme?
3. Bagaimana profesionalisme dalam pendidikan madrasah di era
saat ini?
4.Bagaimanakah cara menerapkan profesionalisme dalam
madrasah?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui pengertian profesionalisme
2.Memahami bagaimana sih pandangan islam tentang
profesionalisme
3.Mengetahui gimana profesionalisme di era sekarang ini dalam
Pendidikan madrasah
4. Memahami cara menerapkan profesionalisme dalam madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya riwayat,
pekerjaan, pekerjaan tetap, pencaharian, pekerjaan yang merupakan
sumber penghidupan. Menurut bahasa profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran, dsb.) sedang menurut istilah bahwa profesi adalah
merupakan seorang yang menampilkan suatu tugas yang
mempunyai tingkat kesulitan dan mempersyaratkan waktu persiapan
dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian
pendidikan kemampuan ketrampilan dan pengetahuan berkadar
tinggi.
Profesionalisme menurut Ahmad Tafsir adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang profesional. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki
profesi.1
Istilah profesionalisme berasal dari profesion. Profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan
yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau
latihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai
suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan kerja
tertentu yang membutuhkannya. Profesionalisme berarti suatu
pandangan bahwa suatu keahliaan tertentu diperlukan dalam
pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui
pendidikan khusus atau latihan khusus.2
Selanjutnya istilah profesionalisme memang juga merupakan
bentuk kata kerja dari kata benda profesi (profesion), hanya saja
berikut maknanya selama ini jarang dikemukakan, terutama pada
saat di Indonesia masih banyak orang yang berpendapat bahwa ilmu
itu bebas nilai (seperti keyakinan yang pernah dianut orang barat).
Oleh karena itu, profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang
diakibatkan oleh penguasaan suatu ilmu bebas nilai yang
mengandung makna seolah-olah seorang profesional tidak
bertanggung jawab atas penggunaan hasil kerjanya karena hal itu
menjadi tanggung jawab dan resiko pemesannya. Hal itu juga
ternyata merupakan pendapat usang, bahkan tidak berlaku lagi.3
1
Suroyo Agus, Pengelolaan pendidikan di marasah, bandung 2018, hal 9-12
2
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di sekolah. (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2010)
3
Iim,” Profesionalisme dalam lembaga” Jum’at, 4 Oktober 2014
Sedangkan profesionalisme adalah proses usaha menuju ke arah
terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal
berkemampuan, mendapat perlindungan, memiliki kode etik
profesionalisasi, serta upaya perubahan struktur jabatan sehingga
dapat direfleksikan model profesional sebagai jabatan elit.
Sedangkan profesi itu sendiri pada hakekatnya adalah sikap
bijaksana (informed responsiveness) yaitu pelayanan dan
pengabdian yang dilandasi oleh keahlian, kemauan, teknik dan
prosedur yang mantap diiringi sikap kepribadian tertentu4
pengertian profesionalisme merujuk kepada komitmensebagai
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya terus menerus.5Profesional berasal dari kata profesi
yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan
ditekuni oleh seseorang.Dengan kata lain profesi adalah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan
lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.6

B . Pandangan Islam tentang Profesionalisme


Pekerjaan (profesi adalah pekerjaan) menurut islam harus
dilakukan karena Allah. “Karena Allah” maksudnya adalah karena
diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam harus dijalani karena
merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dalam kenyataannya
pekerjaan itu dilakukan untuk orang lain, tetapi niat yang
mendasarinya adalah perintah Allah.
Dari sini kita mengetahui bahwa pekerjaaan profesi di dalam islam
dilakukan untuk atau sebagai pengabdian kepada dua objek, yaitu:
pengabdian kepada Allah dan sebagai pengabdian atau dedikasi
kepada manusia atau kepada yang lain sebagai objek pekerjaaan itu.
Jelas pula bahwa kriteria “pengabdian” dalam islam lebih kuat dan
lebih mendalam dibandingkan dengan pengabdian dalam kriteria
yang diajarkan diatas tadi. Pengabdian dalam islam, selain demi
kemanusiaan, juga dikerjakan demi Tuhan, jadi unsur transenden ini
dapat menjadikan pengalaman profesi dalam islam lebih tinggi nilai

4
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam.( Jakarta : PT. Bumi Aksara. 1992)
5
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru,(Jakarta. Gaung
Persada Press : 2012) hlm 5-6
6
Mukhtar dan Iskandar. Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Sebuah Orintasi Baru).(Jakarta. Gaung Persada Press : 2010) hlm 270-271
pengabdiannya dibandingkan dengan pengalaman profesi yang tidak
didasari oleh keyakian iman kepada Tuhan.
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional,
dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin
dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah SAW, mengatakan
bahwa: “ bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli,
maka tunggulah kehancuran”. “Kehancuran” dalam hadits ini dapat
diartikan secara terbatas dan dapat diartikan secara luas.
Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang
“hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas.
Murid-murid itu kelak mempunyai murid lagi dan murid-murid itu
kelak berkarya, kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar (karena
telah dididik tidak benar), maka akan timbullah “kehancuran”.
Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-orang yaitu murid-murid itu,
dan kehancuran sistem ini kebenaran karena mereka mengajarkan
pengetahuan yang dapat saja tidak benar. Ini kehancuran dalam arti
luas.
Maka benarlah apa yang diajarkan Nabi: Setiap pekerjaan
(urusan) harus dilakukan oleh orang yang ahli. “Karena Allah” saja
tidaklah cukup untuk melakukan suatu pekerjaan. Yang mencukupi
ialah “karena Allah” dan “keahlian”. Dengan uraian yang singkat itu
jelaslah pandangan islam tentang profesi, bahkan juga pandangan
islam tentang profesionalisme. Islam mementingkan profesionalisme.
Akan tetapi, bagaimana penerapan profesionalisme ini dalam
masyarakat islam sekarang, khususnya dalam bidang pengelolaan
sekolah.
Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria
pokok, yakni merupakan panggilan hidup dan keahlian.Panggilan
hidup atau dedikasi dan keahlianmenurut Islam harus dilakukan
Karena Allah SWT. Hal ini akan mengukur sejauh mana nilai
keikhlasan dalam perbuatan.Dalam Islam pun, apapun
setiappekerjaan (termasuk seorang guru), harus dilakukan secara
professional.7
Maka, duahal inilah yakni, dedikasi dan keahlian yang
mewarnai tanggung jawab untuk terbentuknya profesionalisme guru
dalam perspektifpendidikan Islam. Selain itu, ada ungkapanyang
tersirat saat Islam mendefinisikanterminologi “profesionalisme’’.
Ada aspek yang melibatkan kata profesionalime, yakni

7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1992)
hlm. 113
melimpahkan suatu urusan atau pekerjaan pada ahlinya. 8 Dalam
menunjang nilai-nilai keprofesionalan seorang guru, perlu untuk
memilik prinsip-prinsip secara terstruktur yaitu:
- Prinsip Administrasi
Prinsip administrasi adalah prinsipyang mengarah kepada
sebuah proses dalam menjadi seorang guru profesional.
Dalam halini, guru harus memilki sertifikasi guru,sebagai
bukti sebuah syarat kualifikasi akademik, kompetensi, dan
sehat jasmani.Selain itu, guru harus mengikuti
pengembangan profesi guru, lewat PPG atau pendidikan
profesi guru, di mana pendidikan ini setelah program
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
- Prinsip Operasional
Dalam prinsip ini bagaimana menguraikan seputar kerja
taktis seorangguru. Ada banyak uraian dalam prinsip
ini,salah satu di antaranya, empat cakupan kompetensi
sebagaimana teramanahkan dalam PP No. 19 Tahun 2005
Pasal 28 ayat3 dan Permendiknas No 16/2007, yakni
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.21Tentunya
yang menjadi tolak ukur keahlian seorang guru dalam
mencapai titik profesionalisme adalah sejauh mana mampu
memenuhi dua syarat yakni prinsp administrasi dan
prinsip operasional.Tentunya bila aspek ini diabaikan,
maka tinggal menunggu sebuah kehancuran atau tujuan
dari penddikan tidak terpenuhi.Mungkin di antara banyak
dampak yang terjadi, salah satunya, guru tidak memiliki
kecakapan intelektual sehingga berdampak pada kualitas
peserta didik yang menjadi binaannya.
Dengan demikian keseluruh komponen atau elemen yang
mendukung sikap akan terbentuknya profesionalismenya seorang
guru,dalam perspektif Islam, guna mensejatikan posisi pendidikan
Islam dalam hal pendidik, perlu kiranya disesuaikandengan nafas
Islam yang berlandaskan al-Qur`an dan as-Sunnah. Harapan
dan cita-cita terbentuk profesionalisme guru dalam perspektif
Islam,lebih mengarahkan guru untuk bersikap baik,sopan, moral
dan spritualitas. Selayaknyaguru dalam tulang punggung
pendidikanIslam sangatlah memiliki eksistensi yang kuat. 9
8
Mansur Muslich, Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidi,. (Jakarta: BumiAksara, 2007),
hlm. 9
9
M. Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Press, 2007) hlm. 8
Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akanberhasil bila
menjalankan tugas dengan baik,memilki pemikiran kreatif, dan
terpadu sertamempunyai kompetensi profesionalisme yang
10
religius.
C . Profesionalisme dalam Pendidikan Madrasah
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional.
Dalam arti harus dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh
orang ahli. Penerapan paham profesionalisme ini akan menghasilkan
efek yang positif.
Pertama, dengan meningkatkan profesionalisme akan mendapatkan
pendidikan yang lebih bermutu. Penigkatan itu akan dinikmati oleh
masyarakat dan pada gilirannya mutu masyarakat muslim juga akan
meningkat.
Kedua, karena mutu yang baik maka peminat memasuki lembaga
pendidikan itu juga akan meningkat. Mahasiswa atau murid akan
meningkat jumlahnya.
Ketiga, dari mahasiswa atau murid yang banyak itu akan masuk
uang yang lebih banyak. Dari uang yang banyak itu dapat
11
menggunakannya sebagian untuk lebih meningkatkan mutu.
Profesionalisme merupakan satu situasi yang terbuka penuh
kebebasan bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran secara
efektif dalam standar yang lebih tinggi dengan rasa tanggung jawab,
dan mengarahkan diri sendiri secara terus menerus mengembangkan
diri sebagai guru .Keberhasilan guru dalam melaksanakan
pendidikan dan pembelajaran tidak terlepas dari kompetensi yang
dimilikinya.Betapapun tinggi semangat dan motivasi yang dipunyai oleh
guru, maka kinerja guru tidak dapat maksimal jika tidak dimbangi
dengan penguasaan kompetensi profesional yang dipersyaratkan.
Profesionalisme gurumencakup sub kompetensi sebagaiberikut;
(1)menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi,
menguasai konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari;dan (2) menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi
bidang studi.

10
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung:UPI, 2007)
hlm. 27
11
Adenisa, Makalah kapita selekta pendidikan islam, hal 20-23
Profesionalisme guru madrasah Indonesia merunjuk merujuk pada
kompetensi guru profesional Indonesia yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007,
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, dan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 Pasal
16.Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru ataudosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP Nomor 74 Tahun 2008
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Khusus untuk guru madrasah, berdasarkan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 Pasal
16 ditambah satu kompetensi lagiyaitu kompetensi
12
kepemimpinan.
Dengan demikian, profesionalisme guru madrasah memiliki
perbedaan dengan guru umum lainnya, di mana guru madrasah
memiliki lima kompetensi utama sementara guru umum memiliki
empat kompetensi. Empat kompetensi memiliki kesamaan antara
guru madrasah dan umum yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, professionaldan social, perbedaannya guru madrasah
ditambah satu lagi yaitu kompetensi kepemimpinan sementara guru
umum tidak memiliki kompetensi jenis ini.Maka profesionalisme
guru madrasah dalam penelitian ini terdiri dari lima kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, kompetensi social, dan kompetensi kepemimpinan.
Maka, profesionalisme guru madrasah adalah komitmen dari semua
anggotanya untuk meningkatkan kemampuan dan kewenangan
profesionalnya secara terus menerus mengembangkan strategi-
strategi yang digunakan dalam melakukan aktivitasnya dalam
pembelajaran dengan kemampuan tinggi sehingga menghasilkan
peserta didik yang berkualitas. Penerapan profesionalisme akan
menimbulkan suatu sinergi kearah lebih baik. Sinergi ini perlu dipahami
karena selama ini seringkali pengelola sekolah bingung dari mana
harus dimulai untuk meningkatkan mutu pendidikan.
D. Cara Menerapkan Profesionalisme dalam Madrasah
12
Syahraini, Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah dengan Penguatan Konsep Khalifah,
universitas Islam Riau, Pekanbaru,hal 8-10
Untuk menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan pendidikan
dapat diikuti – sekurang-kurangnya dipertimbangkan – pikiran berikut
ini.13
Pertama, adanya profesionalisme pada tingkat yayasan. Yayasan
tidak selalu hanya mengurus sekolah, kadang-kadang yayasan juga
membuat kegiatan lain. Mungkin saja sebuah yayasan mengurus
rumah sakit, rumah yatim, koperasi, sekolah, dan lain-lain. Dalam hal
seperti ini, pengurus yayasan tidak harus profesionalisme dalam semua
bidang garapan itu. Di sini pengurus yayasan cukup memenuhi syarat
satu saja, yaitu; rasa pengabdian yang besar kepada masyarakat. Oleh
karna itu, ia senang berbuat untuk masyarakat.
Kedua, menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah.
Dalam hal ini yang benar-benar harus di perhatiakan oleh pengurus
yayasan ialah memilih kepala sekolah yang benar-benar profesional,
dengan keahliannya itu ia dapat meningkatkan mutu tenaga guru. Akan
tetapi bila – katakanlah – guru-guru profesional, tetapi kepala sekolah
tidak profesional, yang akan terjadi adalah bentrokan kebijakan. Apa
yang dilakukan atau akan dilakukan oleh guru kadang-kadang di veto
oleh kepala sekolah. Veto diberikan oleh kepala sekolah karena iya
kurang ahli pada khususnya dan kurang profesional oada umumnya.
Bila ini terjadi maka sekolah itu akan kacau.
Ketiga, penerapan profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar. Ini
harus dimulai dalm penerimaaan tenaga guru dan hati-hati dalam
mengangkat guru. Karena kenyataannya memecat guru itu tidak
mudah.
Keempat, profesionalisasi tenaga tata usaha sekolah. Perencanaan
ketatausahaan sekolah seluruhnya adalah tugas kepala sekolah,
mencakup jumlahnya dan bidang tugasnya. Tidak dapat di buat teori
baku tentang jumlah dan tugas tata usaha sekolah, karena disebabkan
kondisi dan program sekolah yang tidak sama. Yang dapat di teorikan
ialah bahwa tata usaha sekolah harus mampu memberi pelayanan
selengkap-lengkapnya terhadap (1) kepala sekolah, (2) guru, (3) murid,
(4) orang tua murid. Jika di singkat maka tugas tata usaha sekolah ialah
melakukan semua tugas yang di perintahkan oleh kepala sekolah.
Kembali di sini; kepala sekolah yang harus profesional.
Memang, dapat saja kita menerima guru pada permulaan membuka
sekolah secara mudah; artinya, siapa saja yang melamar, bersedia di
gaji ala kadarnya, kita angkat. Bila ini ditempuh, maka yayasan dan
kepala sekolah harus menetapkan dengan tegas (1) bila tidak
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) hlm. 56
meningkat tingkat profesinya, (2) bila sekolah perlu mengurangi dan
mengganti guru, maka guru harus berjanji bersedia diberhentikan tanpa
syarat apa-apa. Biasanya “sukarelawan” pertama ini adalah kader-
kader organisasi. Keadaan itu tidak boleh berlangsung lama. Lulusan
pertama tidak boleh di rugikan. Tidak boleh ada lulusan “sukarelawan”.
Tidak boleh ada kebijakan – umpamanya – lulusan pertama ini sekedar
untuk memancing calon murid baru. Hambatan utama untuk
menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan sekolah ialah
kekurangan biaya, demikian pendapat umum di kalangan pengelola
sekolah . Oleh karena itu, sekolah banyak yang rendah mutunya.
Pendapat ini umum dianut dan kelihatannya banyak sekali orang yang
percaya pada pendapat seperti itu.

BAB III
KESIMPULAN
1. profesi itu sendiri pada hakekatnya adalah sikap bijaksana (informed
responsiveness) yaitu pelayanan dan pengabdian yang dilandasi oleh
keahlian, kemauan, teknik dan prosedur yang mantap diiringi sikap
kepribadian tertentu pengertian profesionalisme merujuk kepada
komitmensebagai anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya terus menerus.Profesional berasal dari kata
profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan
ditekuni oleh seseorang.Dengan kata lain profesi adalah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus.
2. Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional,
dalam arti harus dilakukan secara benar. Dengan demikian keseluruh
komponen atau elemen yang mendukung sikap akan terbentuknya
profesionalismenya seorang guru,dalam perspektif Islam, guna
mensejatikan posisi pendidikan Islam dalam hal pendidik, perlu kiranya
disesuaikan dengan nafas Islam yang berlandaskan al-Qur`an dan
as-Sunnah.
3. Empat kompetensi memiliki kesamaan antara guru madrasah dan
umum yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, professionaldan
social, perbedaannya guru madrasah ditambah satu lagi yaitu kompetensi
kepemimpinan sementara guru umum tidak memiliki kompetensi jenis
ini.Maka profesionalisme guru madrasah dalam penelitian ini terdiri dari
lima kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi professional, kompetensi social, dan kompetensi
kepemimpinan.
4. Dalam hal ini yang benar-benar harus di perhatiakan oleh pengurus
yayasan ialah memilih kepala sekolah yang benar-benar profesional,
dengan keahliannya itu ia dapat meningkatkan mutu tenaga guru. Yang
dapat di teorikan ialah bahwa tata usaha sekolah harus mampu memberi
pelayanan selengkap-lengkapnya terhadap (1) kepala sekolah, (2) guru,
(3) murid, (4) orang tua murid.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, ilmu pendidikan islam. Jakarta : pt. Bumi aksara. 1992
Dedi, dedi. "konsep kompetensi profesionalisme guru dalam pandangan
islam." studia: jurnal hasil penelitian mahasiswa 1.2 (2016)
Moh. Uzer usman.2002. Menjadi guru profesional, bandung: remaja
rosdakarya
Muhammad nurdin. Kiat menjadi guru profesional.(yogyakarta : arr-ruzz:
2004)
Mulyana, menjadi guru profesional,menciptakan pembelajaran kreatif
dan menyenangkan, (bandung. Pt. Remaja rosdakarya. 2005).
Nana syaodih sukmadinata. Pengembangan kurikulum teori dan
praktek. (bandung. Remaja rosdakarya : cet. Ke-11. 2009)
Prayitno. Pendidikan dasar teori dan praksis (jilid I dan ii) (padang
: universitas negeri padang press : 2009)
Soetjipto dan raflis kosasi. Profesi keguruan.(jakarta : rineka cipta: 2009)
Sumarni. (2011). Kopetensi guru pendidikan agama islam madrasah
aliyah.edukasi: jurnal peneltian pendidikan agama dan
keagamaan
Suryosubroto, manajemen pendidikan di sekolah. Jakarta : pt. Rineka
cipta. 2010
Suyanto dan asep djihad.(2013). Bagaimana menjadi calon guru
dan guru profesional.yogyakarta: multi pressindo.
Tambak, Syahraini, and Desi Sukenti. "Pengembangan profesionalisme
guru madrasah dengan penguatan konsep khalifah." Hayula:
Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies 4.1 (2020)
Zakiah daradjat, 2008. Ilmu pendidikan islam, jakarta: bumi aksara

Anda mungkin juga menyukai