Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA PROFESI

PROFESI MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013

Disusun oleh :

Kelompok 7 :

1. Dewi Karlina Putri


2. Irma Marchury
3. Laeli Afriani
4. Rism Wirittiya
5. Yulia Septiana
6. Yustika Dewi W

Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia
Jurusan Gizi 2016/2017
Jalan Praburangkarsari Dasan Cermen

Kata Pengantar

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi  tugas mata kuliah Etika
Profesi. Dalam makalah ini kami membahas tentangpengertian profesi dan lingkup
etika, pengertian etika profesi, peranan dan prinsip etika profesi, serta kode etik
profesi dan standar profesi. Ucapan terima kasih pun tidak lupakami ucapkan kepada
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.

 Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh


karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,kiranya makalah ini dapat berguna dan
bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami
tentang etika profesi. Sekian dan terima kasih.

Penulis
Mataram 5 Oktober 2017

Daftar Isi
Cover.....................................................................................I

Kata Pengantar......................................................................II

Daftar Isi................................................................................III

BAB 1 ( Pendahuluan)............................................................1

a. Latar Belakang..................................................................1
b. Rumusan Masalah.............................................................2

BAB II (Pembahasan).............................................................3

a. Pengertian Profesi..................................................................3-4
b. Syarat Profesi........................................................................4-6
c. Ciri-ciri Profesi........................................................................7-13
d. Macam- Macam Profesi..........................................................13-16

BAB III (Penutup)....................................................................17

Kesimpulan............................................................................17

Daftar Pustaka.......................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk


investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang
berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat seta
tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang
paling maju mengakui bahwa pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak
unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu
berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui
pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain
masih menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat
yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.Demikian pula,
sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak
mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di
pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-guru pada umumnya sudah
menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembinaan
kepribadian peserta didik.

Dalam makalah ini akan dipaparkan pengertian profesi dan ciri-cirinya berikut
syarat-syarat profesi secara umum. Kemudian di bab selanjutnya diketengahkan
profesi guru dan syarat-syarat dalam membangun profesionalisme guru. Dan yang
terakhir, Tiap-tiap profesi mencoba meningkatkan eksistensinya pada kebutuhan
masyarakat akan jasa profesi tersebut. Kondisi ini berdampak balik kepada profesi
yang bersangkutan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan pada
masyarakat. Untuk itu maka di era globalisasi ini kompetensi anggota profesi
merupakan kunci peningkatan kualitas layanan. Profesi kependidikan tentunya
memiliki seperangkat kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Kompetensi-
kompetensi tadi diejawantahkan dalam program pendidikan dan latihan guru, yang
berisi kajian-kajian kependidikan dalam rangka mencapai kompetensi yang
dikehendaki.

Profesi kependidikan merupakan salah satu mata kuliah dalam rumpun


MKDK (Mata Kuliah Dasar Kependidikan). Pengalaman penulis dalam membina
guru-guru, menunjukan bahwa kebutuhan mahasiswa akan sumber belajar terutama
buku acuan sangatlah penting. Maka dari itu penulis menyusun buku Profesi
Pendidikan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan yang dihimpun berdasarkan
pengalaman penulis, serta teori-teori yang umum diterima sebagai kebenaran dalam
kependidikan

B.     Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan masalah profesi, dimana dalam
penulisan ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan masalah yang di temukan oleh
penulis melainkan :

1.      Pengertian dan syarat profesi

2.      Ciri-ciri atau karakteristik suatu profesi

3.      Prasyarat yang harus di miliki profesi

4. Macam-macam Profesi
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Profesi

Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession
atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi,
profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan
pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.
Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan.
Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Good'sDictionaryofEducation mendefinisikan profesi sebagai "suatu


pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di Perguruan Tinggi
dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus", Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, profesi diartikan sebagai "bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (seperti ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu." Dalam pengertian
ini, dapat dipertegas bahwa profesi merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan
dengan bermodal keahlian, ketrampilan dan spesialisasi tertentu. Jika selama ini
profesi hanya dimaknai sekedar "pekerjaan", sementara substansi dibalik makna itu
tidak terpaut dengan persyaratan, maka profesi tidak bisa dipakai di dalam semua
pekerjaan.
Sehingga pemakaian istilah profesi sesungguhnya menunjuk pada suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan
terhadap profesi. Secara teoritis, suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang yang sebelumnya tidak dilatih atau disiapkan untuk profesi itu. Menurut
Muchtar Buchori, kata profesi masuk ke dalam kosa kata bahasa Indonesia melalui
bahasa Inggris (profession) atau bahasa Belanda (professie). Kedua bahasa ini
menerima kata dari bahasa Latin. Dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah
"Professio" yang berarti "pengakuan" atau "pernyataan". Hal senada juga
dikemukakan oleh Yunita Maria YM., secara etimologis profesi memang berasal dari
bahasa latin, yaitu "proffesio". Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa proffesio
mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
pengertian yang lebih luas menjadi "kegiatan apa saja dan siapa saja untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan keahlian tertentu." Sedangkan dalam arti
sempit, profesi berarti suatu kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu
dan sekaligus dituntut darinya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Menurut
Frank H. Blackington yang dikutip oleh Sikun Pribadi dari buku School, Society,
andthe Professional Educator, yang dikutip kembali oleh Jusuf Amir Feisol, bahwa
profesi adalah "A
professionmustsatisfyanindispensablesocialneedandbebaseduponwellestablishedandso
ciallyacceptablescientificprinciples" (sebuah profesi harus memenuhi kebutuhan
masyarakat yang sangat diperlukan dan didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah yang
diterima oleh masyarakat)

Kata Blackington, makna profesi adalah memahami kewajibannya terhadap


masyarakat dan mendorong anggotanya untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan
etika yang sudah diterima dan sudah mapan. Sementara menurut Leiberman dalam
bukunya Education A Profession, yaitu tekanan utamanya terletak pada pengabdian
yang harus dilaksanakan ketimbang pada keuntungan ekonomi, sebagai dasar
organisasi (profesi), penampilan, dan pengabdian yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada kelompok profesi. Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki
profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan
yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan
profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar
untuk mem bedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk
mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi Dua pendekatan untuk
mejelaskan pengertian profesi.

B.     Syarat profesi
Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk
mencapainya, diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang
akan dilihat dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta
hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan kepribadiannya. Paling tidak, ada
delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin jadi seorang professional.

1. Menguasai pekerjaan

Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia
kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil
yang dicapai. Dengan kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan
kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan
nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil
atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat
dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi
persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-
liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah,
tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka
seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai problem solver (pemecah
persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam


melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari
oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang
dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak
berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk
berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang
profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja
tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang professional akan selalu
berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang
fatal tidak terjadi.

3. Mempunyai integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip


dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang
profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah
berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas dan
pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang professional ini juga akan sekaligus
menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai
profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada


penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap
menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai
integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan terombang-ambingkan
oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas
seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat
bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras

Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan


kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang
professional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-
hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk
mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang professional harus mampu menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama
hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah
memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima


siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa
seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu.
Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus ada
kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan
pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.

Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia
harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah
darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik
langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan bahwa ia memang seorang
profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan
hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi

Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan
masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan
landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan
mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan memiliki rasa tanggung
jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak,
sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya. Tanpa
adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”, dimana secara
fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk
melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan
adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan
terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan. Visi yang jelas juga
memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas
mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari
kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi
dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan

Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya.


Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan
yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga
tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya. Dengan rasa cintanya, ia
akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen
yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan
menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan
senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

7. Mempunyai komitmen

Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga


profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda
oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang
dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia
yakini kebenarannya. Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai
seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan.
Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan,
pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang. Memang, untuk
membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan
nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit
menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh
perubahan-perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi

Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus
bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya,
seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri
untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal. Dapat dikatakan bahwa seorang
professional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi
motivator  bagi dirinya sendiri, seorang professional dapat membangkitkan kelesuan-
kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan
dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya
sendiri.Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan
mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah
menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis.
Motivasi membantu seorang professional mempunyai harapan terhadap setiap waktu
yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk
melangkahkan kakinya.

Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap


profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian
juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya
tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian
yang dimiliki. Selain itu, seorang  profesional juga harus selalu melakukan inovasi
serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap
menjadi yang terbaik di bidangnya.

Adapun syarat-syarat Profesi adalah sebagai berikut;


1.      Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2.      Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3.      Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan
pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
4.      Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5.      Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
6.      Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
7.      Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
8.      Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
C.    Ciri-ciri Suatu Profesi

Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu
dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Sementara Westby Gibson (1965) dalam Suharsini Arikuto, juga membuat ciri-
ciri khusus apa yang sebenarnya dimaksud sebuah profesi itu. Ia menjelaskan ada
empat ciri yang melekat pada profesi, yaitu; Pertama, pengakuan oleh masyarakat
terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja
dikategorikan sebagai suatu profesi. Kedua, dimilikinya sekumpulan bidang ilmu
yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Ketiga,
diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang mampu
melaksanakan suatu pekerjaan profesional dan keempat, dimilikinya organisasi
profesional yang disamping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan
kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu
berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak
etis profesional kepada anggotanya.

Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh W.E Moore dalam bukunya "The
Professions: Roles and Roles", seperti yang dikutip oleh Oteng Sutisna, bahwa Moore
mengidentifikasikan profesi itu memiliki ciri-ciri antara lain; pertama, seorang yang
menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya. Kedua, ia terikat oleh
suatu panggilan hidup, dan dalam hal ini ia memperlakukan pekerjaannya sebagai
seperangkat norma kepatuhan dan perilaku. Ketiga, ia anggota organisasi profesional
yang formal. Keempat, ia menguasai pengetahuan yang berguna dan ketrampilan atas
dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang sangat khusus. Kelima, ia terikat oleh
syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi, dan pengabdian. Keenam, ia
memperoleh ekonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali. Dalam
perspektif Ernest Grennwood dalam bukunya yang terkenal "The Elements of
Profeseonalization", seperti yang dikemukakan oleh Sutisna bahwa profesi
mempunyai beberapa unsur-unsur esensial. Pertama, suatu dasar teori sistematis.
Kedua, kewenangan (authority) yang diakui oleh klien. Ketiga, sanksi dan pengakuan
masyarakat atas kewenangan ini. Keempat, kode etik yang mengatur hubungan-
hubungan dari orang-orang profesional dengan klien dan teman sejawat, dan kelima,
kebudayaan profesi yang terdiri atas nilai-nilai, norma-norma dan lambang-lambang.

Di bidang pendidikan, juga dilakukan usaha untuk menguraikan unsur-unsur


esensial profesi itu. Komisi Kebijaksanaan Pendidikan NEA Amerika Serikat
(Educational Policies Commision of the NEA, Professional Organazations in
American Education), misalnya menyebut enam kreteria bagi profesi di bidang
pendidikan. Pertama, profesi didasarkan atas sejumlah pengetahuan yang
dikhususkan. Kedua, mengejar kemajuan dalam kemampuan para anggotanya.
Ketiga, profesi melayani kebutuhan para anggotanya akan kesejahteraan dan
pertumbuhan profesional. Keempat, profesi memiliki norma-norma etis. Kelima,
profesi mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah di bidangnya, yakni mengenai
perubahan-perubahan dalam kurikulum, struktur organisasi pendidikan, persiapan
profesional dan seterusnya, dan keenam, profesi memiliki solidaritas kelompok
profesi.

Masih mengenai ciri-ciri profesi, menurut Supriadi, bahwa profesi paling tidak
memiliki lima ciri pokok, yaitu pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan
signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kepada masyarakat. Di pihak lain,
pengakuan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi, jauh lebih
penting dari pengakuan pemerintah. Kedua, profesi menuntut ketrampilan tertentu
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang serius dan intensif serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggung-jawabkan
(accountable). Proses pemerolehan ketrampilan itu bukan hanya rutin, melainkan
bersifat pemecahan masalah. Jadi dalam suatu profesi, independent judgment
berperan dalam mengambil putusan, bukan sekedar menjalankan tugas. Ketiga,
profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan
sekedar serpihan atau hanya common sense. Keempat, ada kode atik yang menjadi
pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar
kode etik. Pengawasan terhadap ditegakkannya kode etik dilakukan oleh organisasi
profesi. Kelima, sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat,
maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan
finansial atau material.Dari formulasi-formulasi tentang pengertian dan ciri-ciri
profesi tersebut di atas, walaupun dalam kalimat naratif yang berbeda, pada
hakikatnya memperlihatkan persamaan yang besar dalam substansinya. Kiranya dapat
di simpulkan bahwa profesi ideal memiliki ciri atau unsur sebagai berikut. Yaitu

(a) suatu dasar ilmu atau teori sistematis;

(b). Kewenangan profesional yang diakui oleh klien;

(c). Sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya;

(d). Kode etik yang regulatif; 

(e). Kebudayaan profesi, dan

(f). Persatuan profesi yang kuat dan berpengaruh.

D. Macam-Macam Profesi

a. Resepsionis
Resepsionis bila dilihat dalam ssudut pandang pendidikan bisa saja termasuk
profesi atau non profesi,apabila dalam UU NO 20 TAHUN 2003 Tentang pendidikan
nasional dimana profesi diartikan apabila sudah melakukan suatu jenjang pendidikan
tinggi dan mendapat gelar, namun dalam uraian diatas respsionis pun termasuk profesi
Karen sudah memenuhi syarat dan ciri seperti uarain diatas salah satunya mempunyai
komitmen dan motivasi, secara tidak langsung resepsionis apabila hanya lulusan SMA
bisa dikatakan profesi karen memenuhi syarat tersebut.
b. Video Editor
Menurut pandangan saya seorang video editor dari pandangan pendidikan jarang
seorang yang melalui pendidikan tinggi karena baisanya seorang video editor
menekuni pekerjaan tersebut karena hobi atau tertarik khusunya di Indonesia belum
adda sebuah pendidikan yang khusus mempelajari editor video, kadang editor video
didapatkan pada kuliah jurusan seni, ataupun informatika. Namun dari uraian diatas
terdapat cirri dan syarat yang cocok bahwa seorang editor video pun bisa dikatakaan
profesi tergantung dari pandangan atau dari sisi mana dilihat.
c. Aktor
Dalam buku Masnur Muslich yang berjudul sertifikasi guru menuju profesionalisme
pendidik. Di halaman 12 dari buku itu dijelaskan tentang profesi, muslich mengutip
dari sanjaya (2005:142-143 tentang syarat pokok pekerjaan professional yaitu :
a. Pekerjaan Profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang
hanya mungkin didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai sehingga
kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Suatu profesi menekankan pada suatu kehalian dalam bidang tertentu yang
spesipik sesuai dengan profesinya sehingga profesi yang satu dan lainnya dapat
dipisahkan dengan tegas.
c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan pada latar belakang
pendidikan yang dialaminya dan diakui oleh masyarakat sehingga masyarakat
memiliki kepekaan yang sangat tinggi dari efek yang ditimbulkan oleh profesinya.
Dari penjelasan tersebut tercatat actor sebagai profesi,namun tak semua artis sekolah
acting karena semenjak dunia hiburan laku dan jaya actor sering menjadi obsesi dari
amsyarakat banyak bermunculan sekolah acting dimasyarakat

d. Ahli Kunci
Ahli kunci bisa dikatakan profesi apabila dia melalui jenjang pendidikan, namun
kadang ahli kunci hanyaa berdasarkan keterampilan atau belajar secara otodidak.
Baisanya awalnya dia kerja dibengkel kunci dan dia akhirnya bisa sebagai ahli kunci.
Menurut saya juru kunci bukan profess

e. Penata Rambut
Penata rambut sama halnya dengan pekerjaan lainnya, terkadang ada yang mengikuti
sekolah piñata rambut kadang ada juga yang tanpa sekolah namun memang
mahir,jaadi tidak dapat disimpulkan apakah piñata rambut bisa dikatakan profesi
tergantung jenjang karier pendidikan piñata rambut tersebut.
f. Novelis
Novelis bukan sebuah profesi melainkan beraawal adari hobi menulis dan bakat
tersendiri yang dimiliki seorang novelis.
g. Programer
Programer bukan termasuk profesi bisa dibuktikan Karen tidak ada sekolah
programmer yang ada hanya seorang programmer yang terampil dan seperti halnya
yang lain biasanya programmer belajar secara otodidak karena kelibihan kecerdasan
ataupun ketekunan yang ia miliki.
h. Mentri
i. Bupati
j. Jendral
Disini mentri,Bupati,Jendral merupakan sebuah profesi karena mencakup sebuah
organisasi atau struktur pemrintahan,terikat dengan lembag-lembaga Negara atau suatu
instansi maka dari itu ketika profesi diatas bisa diartikan sebuah profesi. Namun dari sudut
pandang pendidikan sesuia UU RI No 20 tahun 2003 bisa juga dikatakan profesi dan non
profesi tergantung pendidikan atau jenjang pendidikan terakhir sebelum menjabat sebagai
ketiga profesi tersebut,jelaslah seorang jendral harus mendpatkan pendidikan khusus
hingga mendapat gelar tersebut, namun seorang bupati bisa saja dari seorang lulusan SMA
namun mengikuti sekolah kedinasan seperti halnya IPDN atau sekolah kedinasan lainnya
yang termasuk dalam UU tersebut
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.
Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan.
Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya


memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Good'sDictionaryofEducation mendefinisikan profesi sebagai "suatu


pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di Perguruan Tinggi
dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus", Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, profesi diartikan sebagai "bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (seperti ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu." Dalam pengertian
ini, dapat dipertegas bahwa profesi merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan
dengan bermodal keahlian, ketrampilan dan spesialisasi tertentu. Jika selama ini
profesi hanya dimaknai sekedar "pekerjaan", sementara substansi dibalik makna itu
tidak terpaut dengan persyaratan, maka profesi tidak bisa dipakai di dalam semua
pekerjaan.

Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk


mencapainya, diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang
akan dilihat dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta
hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan kepribadiannya. Paling tidak, ada
delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin jadi seorang professional.

1. Menguasai pekerjaan

2. Mempunyai loyalitas

3. Mempunyai integritas

4. Mampu bekerja keras


DAFTAR PUSTAKA

Yulvieheartsofyan, 2012. Pengembangan Manajemen Profesi Pendidikan             makalah


semester VI FKIP Sejarah. Banda Aceh : USM Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai