Anda di halaman 1dari 24

Etika dan Profesi Guru

(Konsep Dasar Profesi)

Disusun Oleh :

Anggita Isaura Hendrani (20591017)

Makalah dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Etika dan Profesi yang ditugaskan oleh
Sulistiawati M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Saya
ucapkan syukur atas kehadiat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas berupa makalah mengenai “KONSEP
DASAR PROFESI “ dengan waktu yang tepat. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW yang membawa rahmat bagi alam semesta. Semoga kita mendapatkan syafa’at di akhirat
kelak. Aamiin. Penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah wawasan kita.

Penyusunan makalah ini sudah saya lakukan dengan semaksimal mungkin, dan saya
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan mengambil sumber dari berbagai buku sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah. Saya menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaannya, oleh karena itu
saya sangat mengharapkan masukan berupa kritikan, nasehat dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata saya berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini dapat tercapai
dan bermanfaat bagi kita semua.

Curup, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Profesi...................................................................................................................3
2.2 Istilah – Istilah yang Berkaitan dengan Profesi............................................................................5
2.3 Hakikat Profesi Guru...................................................................................................................8
2.4 Kode Etik Guru..........................................................................................................................14
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................I

ii
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Professional artinya
orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalisme artinya sifat professional. (John M. Echols &
Hassan Shadily, 1990: 449). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi
ditemukan sebagai berikut: Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah (1) bersangkutan dengan
profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya. Secara leksikal, perkataan profesi itu ternyata
mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama, profesi itu menunjukkan dan
mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief
in) atas sesuatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang (Hornby, 1962). Kedua,
profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a
particular business, Hornby, 1962). Webster’s New World Dictionary menunjukkan lebih lanjut
bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada
pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan
bukan pekerjaan manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya;
Terutama kedokteran, hukum dan teknologi.

Dikalangan profesi-profesi yang ada, terdapat kesepakatan tentang pengertian profesi,


yaitu profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Namun, ketika dilacak secara mendalam apa dibalik
batasan itu, banyak perbedaan ditemukan. Seluk beluk profesi tidaklah sederhana, bahkan mulai
konsep dasar tentang profesi terdapat perbedaan mendasar. Misalnya profesi tetentu
mensyaratkan anggotanya layak disebut profesional manakala pendidikannya sarjana keatas,
dalam profesi lain hal ini tidak penting.

1
Suatu profesi dimungkinkan karena ada kejelasan mengenai profesi itu: apa bidang
garapannya, siapa yang boleh mengerjakan profesi itu dan dengan kualifikasi pendidikan/latihan
bagaimana? Jadi, ada uraian yang jelas mengenai keahlian (expertise), ada tujuan yang
dirumuskan secara jelas, dan ada kualifikasi minimal untuk disebut profesional. Semuanya jenis
profesi yang ada dalam masyarakat, ada yang sudah memenuhi kriteria.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut identifikasi masalah mengenai kegiatan ekonomi yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud konsep dasar profesi ?

2. Istilah apa saja yang berkaitan dengan profesi ?

3. Bagimanakah hakikat, karakteristik, dan syarat-syarat profesi guru ?

4. Jelaskan kode etik guru Indonesia !

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami konsep dasar profesi

2. Untuk memahami istilah-istilah yang berkaitan dengan profesi

3. Untuk memahami hakikat, karakteristik, dan syarat-syarat profesi keguruan

4. Untuk memahami kode etik guru indonesia

2
2 BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Profesi

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita dengar kata profesi. Secara etimologi, profesi
berasal dari bahasa inggris profession atau bahasa latin profecus yang berarti mengakui,
pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara
terminologi, profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi
bagi pelakunya pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual.1

Ada beberapa pendapat menurut para ahli adalaah sebagai berikut:

a) Volmer dan Mills (1966)

Profesi adalah sebagai suatu spesilisasi  dari jabatan intelektual yang di peroleh melalui studi
dan training, bertujuan mensuplay keterampilan melalui pelayanan dan bimbingan pada orang
lain untuk mendapatkan bayaran atau gaji.2

b) Cogen (1953)

Profesi adalah suatu jabatan (vocation) dalam pelaksanaannya seseorang lebih dulu
memperoleh ilmu pengetahuan teoritis secara terstruktur dengan cara belajar pada suatu jurusan
yang relevan dengan profesi.3

Secara istilah, profesi biasa diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasarkan pada
keahlian tertentu. Hanya saja tidak semua orang yang mempunyai kapasitas dan keahlian
tertentu sebagai buah pendidikan yang ditempuhnya menempuh kehidupannya dengan keahlian
1
: Danim. Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta :  Kencana Prenada Media Group. Hlm 101-102

2
Drs. Ahmad Suriansyah M.pd., Ph.,d, Dr. Hj Aslamiah Ahmad M.pd.,Ph.,D Buku profesi pendidikan “prespektif guru
professional”

3
Sagala. Syaiful. 2013.  Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung :  ALFABETA. Hlm 195-196

3
tersebut, maka ada yang mensyaratkan adanya suatu sikap bahwa pemilik keahlian tersebut akan
mengabdikan dirinya pada jabatan tersebut.

Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan
teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan
yang ahli. 4Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi
adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang mensyaratkan kompetensi
intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara
akademis yang intensif.

Dari kata profesi maka terdapat bentukan kata lainnya seperti: professional profesionalisme,
profesionalitas dan profesionalisme. Menurut McLeod dalam syah (2010:229) professional
adalah kata sifat dari kata profesi yang berarti sangat mampu memperlakukan yang berarti sangat
mampu memperlakukan pekerjaan sedangkan professional sebagai kata benda. Kata profesional
berasal dari kata profesi yang artinya menurut syarifudin nurdin diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan
sebagai perangkat dasar diimplementasi dalam berbagai kegiatan bermanfaat5

Profesional menurut rumusan Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat
4 digambarkan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Sekretariat
Negara, 2005: 6).

4
: Rusman , Belajar dan pembelajaran hlm 150
5
Syarifudin Nurdin, Guru profesional dan implementasi kurikulum( cihutat: quantum teaching,2005) hlm 13-14.

4
2.2 Istilah – Istilah yang Berkaitan dengan Profesi

Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalisasi, dan profesionalitas.

Sanusi, dkk (1991:19) menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut.6

1) Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para
anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak dilatih
dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh
melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang
menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu
profesi (in-service training). Di luar pengertian ini, ada beberapa ciri profesi khususnya
yang berkaitan dengan profesi kependidikan.

2) Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,
misalnya “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini, profesional
dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir’.

3) Profesionalisme menunjuk kepada komitmen/teori/faham para anggota suatu profesi


untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan
strategi- strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.

4) Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta
derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan
pekerjaannya.

5) Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para


anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai

6
Sanusi, A., dkk (1990). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan: Laporan Kemajuan,
Bandung: PPS IKIP Bandung

5
anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan profesional (professional development) baik dilakukan melalui
pendidikan/latihan “pra-jabatan” maupun “dalam-jabatan”. Oleh karena itu,
profesionalisasi merupakan proses yang life-long dan never-ending, secepat seseorang
telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.

Adapula penjelasan lain Bersumber dari istilah profesi tersebut muncul istilah-istilah lain
seperti profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi.

Dalam buku Kapita Selekta Kependidikan, Surya dkk, memberikan penjelasan mengenai
istilah-istilah tersebut diatas sebagai berikut.7

1) Profesional memiliki dua makna. Pertama mengacu kepada sebutan tentang orang yang
menyandang suatu profesi. kedua mengacu kepada sebuatan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. penyandangan dan
penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan baik formal (pemerintah atau
organisasi profesi) maupun informal (masyarkat dan para pengguna jasa profesi).

2) Profesionalisme adalah suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam
pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus
atau latihan khusus. Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan
ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister
(1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan
manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari
seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu
tingkah laku yang dipersyaratkan.

3) Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap
profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. sebuatan profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan

7
Surya, HM.. Kapita Selekta Kependidikan, (Jakarta Universitas Terbuka, 2000), hlm. 45 - 49

6
derajad keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang
diperluakan untuk melaksanakan tugasnya.

4) Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi
dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. dengan
profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajad
kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. pada dasarnya
profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis dan
berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan baik pendidikan prajabatan
maupun pendidikan dalam jabatan.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi
secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk
itu. Kemudian Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, penampilan seseorang yang sesuai
dengan tuntutan yang seharusnya, tapi bisa juga menunjuk pada orangnya. Profesionalisasi
menunjuk pada proses menjadikan seseorang sebagai profesional melalui pendidikan pra- jabatan
dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.
Sedangkan Profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional
atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang,
dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk
bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

7
2.3 Hakikat Profesi Guru

Profesi keguruan terdiri atas dua kata, yaitu kata profesi dan keguruan. Untuk menjelaskan
makna istilah ini secara harfiah, kita harus tahu terlebih dahulu makna kata profesi dan keguruan.
Secara harfiah, jika kita buka kamus, kata profesi dimaknai sebagai pekerjaan. Namun, dalam
kajian ini, bukan setiap pekerjaan dapat disebut profesi, sebagaimana yang sering terdengar di
masyarakat. Misalnya, ada yang mengatakan si A berprofesi sebagai pemulung atau si B
berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Dari kata profesi, dapat dibentuk kata profesional
dan profesionalisme. Untuk memantapkan pemahaman, mari kita ulas terlebih dahulu makna
kata profesi, profesional, dan profesionalisme.

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disingkat KBBI (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997) memaknai profesi sebagai pekerjaan yang yang
dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Sementara itu, istilah profesional (kata sifat) diartikan
sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan profesi. Dari kedua pengertian ini, kita dapat
mengatakan bahwa sebuah profesi memerlukan persyaratan khusus bagi orang yang
melakukannya, sedangkan orang yang menggeluti sebuah profesi dapat disebut sebagai seorang
profesional. Dengan pengertian ini, pekerjaan yang disebut profesi hanya mungkin dikerjakan
oleh orang yang menguasai persyaratan tersebut. Dengan perkataan lain, tidak sembarang orang
dapat mengerjakan pekerjaan yang disebut profesi. Berdasarkan pengertian sederhana tersebut,
tidak sembarang pekerjaan dapat disebut profesi dan tidak sembarang orang dapat disebut
seorang profesional. Selanjutnya, profesionalisme (kata benda) dimaknai sebagai mutu, kualitas,
atau tindak tanduk yang mencerminkan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Coba
Anda pikirkan contoh-contoh pekerjaan yang dapat disebut sebagai profesi. Salah satu contoh
adalah guru. Sejalan dengan pengertian profesi, untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki
keahlian tertentu yang berkaitan dengan menjadi guru. Contoh lain adalah profesi bidan, dokter,
atau hakim yang semuanya memerlukan keahlian khusus agar dapat melaksanakan tugas sebagai
bidan, dokter, atau hakim.

Kata kedua yang perlu kita kaji adalah keguruan yang berasal dari kata guru. Analog
dengan makna imbuhan ke-an, seperti dalam kata kesiswaan dan kebinekaan, yang keduanya
bermakna berkaitan dengan siswa atau bineka (perbedaan), keguruan dapat kita maknai sebagai

8
hal yang berkaitan dengan menjadi guru. Sehubungan dengan itu, ilmu keguruan berarti ilmu
yang berkaitan dengan menjadi guru. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi
keguruan dapat dimaknai sebagai ilmu yang mencakup berbagai hal atau aspek yang berkaitan
dengan pekerjaan sebagai guru yang profesional. Sejalan dengan pengertian tersebut, mata kuliah
Profesi Keguruan akan mengajak Anda menekuni berbagai aspek yang harus dikuasai agar
mampu menjalani pekerjaan sebagai guru yang profesional. Tentu saja, mata kuliah ini tidak
mengulas secara perinci semua aspek yang harus Anda kuasai karena hal tersebut akan dikaji
dalam berbagai mata kuliah. Dengan perkataan lain, mata kuliah Profesi Keguruan merupakan
payung dari semua mata kuliah yang berkaitan dengan keguruan atau menjadi guru, di samping
merupakan mata kuliah yang secara lugas menyajikan karakteristik sebuah profesi serta
kemampuan atau kompetensi utuh yang wajib dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi guru
profesional.8

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8
yang berbunyi, ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademis, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional,” hanya mereka yang memenuhi persyaratan tersebut yang dapat diangkat atau diizinkan
menjadi guru. Dengan demikian, persyaratan untuk diangkat menjadi guru sangat jelas dan diatur
dalam undang-undang9. Yang dimaksud dengan profesi guru adalah seseorang yang memiliki
latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, seorang guru dalam melaksanakan tugas-
tugas kependidikannya diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu. Memiliki
kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah
mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga
pendidik, antara lain adalah:

1) Sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih

2) Pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan


kemanusiaan yang dimiliki,

8
Wardani, I G.A.K. 2001. “Menuju Pembelajaran yang Lebih Berkualitas melalui Sentuhan Kemanusiaan dan Model,” pidato
pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam kurikulum dan pembelajaran pada Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka, Jakarta, 13 Februari 2001.

9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

9
3) Sebagai petugas kemashalakatkatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat
untuk menjadi warga negara yang baik.

Sedangkan Galbreath, J. menyebutkan bahwa profesi guru adalah orang yang bekerja atas
panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat, hendaknya
didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam
melaksanakan tugas berat dalam mencerdakan anak didik.10

Guru atau tenaga pendidik menurut undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional pasal 39 ayat 2 tentang tenaga kependidikan dinyatakan bahwa “pendidik merupakan
tenaga kependidikan yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil belajar,melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat”. Dari undang-undang ini sangat jelas bahwa guru memegang
peranan yang sangat sentral dan sangat strategis dalam proses pembelajaran di sekolah.
Mengingat peranan pentingnya tersebut sehingga peran guru sebagai pendidik tak akan terganti
oleh peran apapun.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa guru memainkan peranan yang strategis dalam
peningkatan mutu dalam hasil belajar siswa.karena itu dapat dikatakan guru memainkan peranan
dalam pendidikan masa kini dan masyarakat melalui sekolahnya masing-masing.

 Karakteristik profesi guru

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasa 7 ayat 1, prinsip profesional
guru mencakup karakteristik sebagai berikut :

a) Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme

b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas keprofesian

10
Dr Aan Hasanah, M.Ed. Pengembangan profesi guru. Bandung : CV pustaka setia,2012

10
c) Memiliki kompentensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

d) Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi

e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepeofesian

f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

g) Memiliki kesempatan untunv mengembangkan profesi berkelanjutan

h) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal hal


yangberkaitan dengan keprofesian ( sekertariat negara, 2005:15)

 Syarat-Syarat profesi guru

Ahmad Tafsir mengemukakan 10 kriteria/syarat untuk sebuah pekerjaan yang bisa disebut
profesi, yaitu11 :

a) Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus.

b) Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.

c) Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.

d) Profesi adalah diperuntukkan bagi masyarakat.

e) Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikatif.

f) Pemegang profesi memegang otonomi dalam melakukan profesinya.

g) Profesi memiliki kode etik.

h) Profesi miliki klien yang jelas.

i) Profesi memiliki organisasi profesi.

11
Ahmad Tafsir (1992) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

11
j) Profesi mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain. (Ahmad Tafsir,
1992: 108).

Karakteristik dan syarat-syarat di atas dapat digunakan sebagai kriteria atau tolak ukur
keprofesionalan guru.

Selanjutnya kriteria ini akan berfungsi ganda, yaitu untuk : (Udin Syaefuddin)

1) Mengukur sejauh mana guru-guru di Indonesia telah memenuhi kriteria profesionalisasi.

2) Dijadikan titik tujuan yang akan mengarahkan segala upaya menuju profesionalisasi
guru.

Berdasarkan syarat-syarat profesi dan syarat profesi guru, hal terpenting dari profesi guru adalah
aspek pelayanan kepada para stakeholder pendidikan yaitu siswa, orang tua siswa, masyarakat
pemerintah maupun dunia kerja. Dan dalam menjalankan profesi keguruan menurut Soetjipto
dan Kosasih harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut12:

a) Subjek pendidikan adalah manuusia yang memiliki pengetahuan, emosi, dan perasaan,
dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh
nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

b) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normative yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik
secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta
didik, dan pengelola pendidikmanusi

c) Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan


pendidikan.

12
Udin Syaefudin Saud, 2010, pengembangan profesi guru, Bandung, Alfa Beta
Supardi dkk, 2009, profesi keguruan, Jakarta; diadit media

12
d) Pendidikan bertolak dari asumsi tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi
yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk
mengembangkan potensi unggul tersebut.

e) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara
peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang
dikehendakai oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.

f) Sering terjadinya dilema antara tujuan pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai
manusia yang baik (dimensi instrinsik), dengan misi instrumental yakni yang merupakan
alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

13
2.4 Kode Etik Guru

Pengertian kode etik ini telah dibahas dan dikembangkan oleh beberapa tokoh yang
mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya mempunyai pengertian
yang sama. Socrates seorang filosof yang hidup di zaman Romawi, yang dianggap sebagai
pencetus pertama dari etika, di mana dia telah menguraikan etika sebagai ilmu yang tersusun.
Malah sampai sekarang etika terus mengalami perkembangan, hal ini dapat dirasakan dengan
adanya fenomena-fenomena dan realita dalam masyarakat.Secara etimologi, kode etik berasal
dari dua kata “kode” dan “etik”. Kode berasal dari bahasa Prancis “Code” yang artinya norma
atau aturan. Sedangkan Etik berasal dari kata “Etiquete” yang artinya tata cara atau tingkah laku.
Sementara itu, Elizabeth B. Hurlock mendifinisikan tingkah laku sebagai berikut: “Behaviour
which may be called ‘true morality’ not only conforms to social standards but also is carried out
valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and consists of
conduct regulated from within.”13 Artinya, tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang
sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan
sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam
(diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).

Selanjutnya definisi guru, yaitu semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual atau klasikal, di sekolah
maupun luar sekolah.14 Sebagai pendidik, guru dibedakan menjadi dua, yakni : Pertama, guru
kodrati dan guru jabatan. Guru kodrati adalah orang dewasa yang mendidik terhadap anak-
anaknya. Disebut kodrat karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak (si terdidik).

Jadi, Kode Etik Guru dapat diartikan aturan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan
tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Kata
susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan umum
yang berlaku. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan-santun dan keadaban.
Dengan demikian yang dimaksud dengan Kode Etik Guru Indonesia adalah pedoman/aturan-
aturan/norma-norma tingkah laku yang harus ditaati dan diikuti oleh guru profesional di
Indonesia dalam melaksanakan tanggung jawab- nya sehari-hari sebagai guru profesional.
13
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Edisi VI, (Kugalehisa : Mc. Grow Hiil, 1978), 386
14
Syaeful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 31

14
Kode Etik Guru Indonesia
Secara umum tujuan Kode Etik Guru Indonesia adalah untuk menjamin para guru atau
petugas lainnya agar dapat melaksanakan tugas kependidikan mereka sesuai dengan tuntutan etis
dari segala aspek kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan Kode
Etik Guru Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Menanamkan kesadaran kepada anggotanya bahwa kode etik merupakan produk anggota
profesinya yangberlandaskan kepada falsafah Pancasila dan UUD 1945, dan karenanya
segala sepak terjang profesinya harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

b) Mewujudkan terciptanya individu-individu profesional di bidang kependidikan yang


mampu tampil profesional sesuai dengan kompetensinya (pedagogik, profesional,
personal, dan sosial).

c) Membentuk sikap profesional di kalangan tenaga kependidikan maupun masyarakat


umumnya dalam rangka penyelenggaraan pendidikan.

d) Meningkatkan kualitas profesional tenaga kependidikan untuk keperluan pengembangan


kode etik itu sendiri.15

Guru dituntut untuk menjalankan profesinya dengan ketulusan hati dan menggunakan
keandalan kompetensi sebagai sumber daya dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia utuh yang beriman dan bertakwa
serta menjadi warga negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan menyatu dalam prinsip “ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Untuk itu, sebagai pedoman perilaku
guru Indonesia dalam melaksanakan tugas keprofesionalan perlu ditetapkan Kode Etik Guru
Indonesia.

15
Sutomo, et.al., Profesi Kependidikan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1998), hal 44

15
Rumusan Kode Etik Guru Indonesia

Berikut ini, penulis sajikan rumusan Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
berdasarkan Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor:
VI/KONGRES/XXI/PGRI/2013 tentang Kode Etik Guru Indonesia.

 Kewajiban Umum Pasal 1

1) Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah/janji guru.

2) Melaksanakan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,


menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

 Kewajiban Guru Terhadap Peserta Didik Pasal 2

1) Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,


mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.

2) Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individual serta tahapan


tumbuh kembang kejiwaan peserta didik.

3) Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

4) Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan
objektif.

5) Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan,
proses belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta didik.

6) Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan
berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.

7) Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak memanfaatkan untuk
keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang berlaku.

 Kewajiban Guru terhadap Orangtua/Wali Peserta Didik Pasal 3

16
1) Menghormati hak orang tua/wali peserta didik untuk berkonsultasi dan memberikan
informasi secara jujur dan objektif mengenai kondisi dan perkembangan belajar peserta
didik.

2) Membina hubungan kerja sama dengan orang tua/wali peserta didik dalam melaksanakan
proses pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan.

3) Menjaga hubungan profesional dengan orang tua/wali peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

 Kewajiban Guru terhadap Masyarakat Pasal 4

1) Menjalin komunikasi yang efektif dan kerjasama yang harmonis dengan masyarakat
untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.

2) Mengakomodasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan dan


peningkatan kualitas pendidikan.

3) Bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan


mengindahkan norma dan sistem nilai yang berlaku.

4) Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan sekolah


yang kondusif.

5) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat, serta menjadi panutan bagi masyarakat.

 Kewajiban Guru terhadap Teman Sejawat Pasal 5

1) Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas, dan saling menghormati antar teman


sejawat di dalam maupun di luar satuan pendidikan.

2) Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan, dan pengalaman, serta
saling memotivasi untuk meningkatkan profesionalitas dan martabat guru.

3) Menjagakehormatandanrahasiapribaditemansejawat.

4) Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik antar teman sejawat.

17
 Kewajiban Guru terhadap Profesi Pasal 6

1) Menjunjungtinggijabatangurusebagaiprofesi.

2) Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

3) Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat


profesi.

4) Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tugas keprofesian.

5) Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan pendidikan.

 Kewajiban Guru terhadap Organisasi Profesi Pasal 7

1) Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan program organisasi profesi.

2) Mengembangkandanmemajukanorganisasiprofesi.

3) Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadi pusat peningkatan profesionalitas guru


dan pusat informasi tentang pengembangan pendidikan.

4) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi.

5) Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat


profesi.

 Kewajiban Guru terhadap Pemerintah Pasal 8

1) Berperan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2) Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan pendidikan.

3) Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan pemerintah

18
3 BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara leksikal, perkataan profesi mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama,
profesi menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan
suatu keyakinan (to belief in) atas sesuatu kebenaran atau kredibilitas seseorang. Kedua, profesi
dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particular
business).

Webster’s New World Dictionary menunjukan lebih lanjut bahwa profesi merupakan suatu
pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal arts atau
science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar,
keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa profesi pada hakekatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan
khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang
memerlukannya.

Guru dituntut untuk menjalankan profesinya dengan ketulusan hati dan menggunakan
keandalan kompetensi sebagai sumber daya dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia utuh yang beriman dan bertakwa
serta menjadi warga negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab.

Galbreath, J. menyebutkan bahwa profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan
hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat, hendaknya didasari atas
dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat dalam mencerdakan anak didik.

19
4 DAFTAR PUSTAKA

Danim.Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta :  Kencana Prenada Media Group.
Hlm 101-102

Drs. Ahmad Suriansyah M.pd., Ph.,d, Dr. Hj Aslamiah Ahmad M.pd.,Ph.,D Buku profesi
pendidikan “prespektif guru professional”

Sagala. Syaiful. 2013.  Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung :  ALFABETA. Hlm


195-196

Rusman , Belajar dan pembelajaran hlm 150

Syarifudin Nurdin, Guru profesional dan implementasi kurikulum (cihutat: quantum


teaching,2005) hlm 13-14.

Sanusi, A., dkk (1990). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan: Laporan Kemajuan, Bandung: PPS IKIP Bandung

Surya, HM.. Kapita Selekta Kependidikan, (Jakarta Universitas Terbuka, 2000), hlm. 45 - 49

Sumargi. 1996 Profesi Guru Antara Harapan Dan Kenyataan suara guru No.3-4/1996

Wardani, I G.A.K. 2001. “Menuju Pembelajaran yang Lebih Berkualitas melalui Sentuhan
Kemanusiaan dan Model,” pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam kurikulum
dan pembelajaran pada Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Terbuka, Jakarta, 13 Februari 2001.

Dr Aan Hasanah, M.Ed. Pengembangan profesi guru. Bandung : CV pustaka setia,2012

Dr.Ali Mudlofir,M.Ag., Pendidikan Profesional “konsep strategi,dan aplikasinya dalam


peningkatan mutu pendidikan di Indonesia”

Departemen pendidikan kebudayaan,kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke-7(Jakarta; balai


perpustakaan,1997)hal 518

I
Ahmad Tafsir (1992) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Edisi VI, (Kugalehisa : Mc. Grow Hiil, 1978), 386

Syaeful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta 2000), 31

II

Anda mungkin juga menyukai