Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STANDAR GLOBAL UNTUK KOMPETENSI BIDAN

OLEH

KELOMPOK III

HASMIDAR AIA221 038

EVI JUMANTRI AIA221 046

HUSNUL INAYA AIA221 068

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
makala ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikiran.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami harap saran dan
kritik dari para pembaca.

Makassar, 01 Noveember 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Kebidanan Sebagai Profesi.............................................................................................5
1. Pengertian Profesi...........................................................................................................6
2. Karakteristik Profesi.......................................................................................................6
3. Bidan sebagai Profesi......................................................................................................8

B. Profesional dan Profesionalisme.....................................................................................9

1. Pengertian Profesional....................................................................................................9

2. Ciri-Ciri Profesional .......................................................................................................10

3. Ciri-Ciri Jabatan Profesional...........................................................................................11

C. Profesionalisme...............................................................................................................13

D. Peraturan Dan Perundangan............................................................................................14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................15

1. Kesimpulan.....................................................................................................................15

2. Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Standar profesi merupakan suatu pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga
profesi tersebut sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Standar
profesi terutama bagi tenaga kesehatan (bidan) berguna dalam penerapan norma
tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan
difungsikan untuk melindungi masyarakat/pasien dari pelayanan yang tidak
bertanggung jawab dan melindungi pelaku praktisi (bidan) sebagai pemberi
pelayanan. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dan diakui sebagai profesional
bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktiknya yang bekerja sebagai
mitra dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasihat dalam daur siklus kehidupan
wanita. Dalam melaksanakan praktiknya, bidan sering dihadapkan dalam pertanyaan,
apa yang dikerjakan bidan dan bagaimanan ia berkarya? Untuk menjawab pertanyaan
ini perlu ditegaskan standar profesi kebidanan yang digunakan dalam ruang
lingkup/praktek asuhan kebidanan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Profesional dan Profesionalisme
2. Untuk mengetahui Kebidana sebagai Profesi
3. Untuk memahami Profesi Bidan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebidanan Sebagai Profesi


1. Pengertian profesi
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Arti yang lebih luas menjadi
kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu, sedangkan dalam arti sempit
profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut pelaksanaannya sesuai norma-norma sosial dengan baik.
Beberapa pengertian profesi menurut beberapa ahli diantaranya:
a. Abraham Flexnman (1915) menyatakan profesi adalah aktifitas yang
bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan
praktik pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan artistik
mendahulukan kepentingan orang lain.
b. Chin Yakobus (1983) mengartikan profesi sebagai suatu pekerjaan yang
membutuhkan pengetahuan khusus dalam bidang ilmu, melaksanakan
cara-cara dan peraturan yg telah disepakati anggota profesi itu.
c. Suesmann (1997) mengungkapkan bawa profesi berorientasi kepada
pelayanan memiliki ilmu pengetahuan teoritik dgn otonomi dari kelompok
pelaksana. Secara umum profesi dapat diartikan pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan,
militer,dan teknik.
d. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus
untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum,
kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.
e. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan Profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan
sebagainya) tertentu.
f. K. Bertens mengungkapkan Profesi adalah suatu moral community
(masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.
g. Siti Nafsiah menyatakan Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan
sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk
mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus
diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung
jawab.
h. Doni Koesoemaa mengungkapkan bahwa Profesi merupakan pekerjaan,
dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi,
yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan
tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.Maka
Kesimpulannya pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah
dimengerti oleh masyarakat awam adalah : sebuah profesi sudah pasti
menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi
sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus
dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya pekerjaan tidak
memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di
masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan
dan profesi adalah sama.
i. (DE GEORGE) : Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
2. Karakteristik Profesi
Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap
profesi:
a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktek.
b. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
c. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
d. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoritis.
e. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
f. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa
dipercaya.
g. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
h. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
i. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi
paling tinggi.
j. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
k. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya.
Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang
mereka berikan bagi masyarakat.
3. Bidan sebagai profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.
Sebagaii pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

a. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.


b. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat
melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu
c. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,
d. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya
harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan,
pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa
bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah
jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi,
sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari
aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,
jabatan fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan
bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan
tersebut mendapat tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
a. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat
melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara
professional.
b. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan
profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika
kebidanan.
c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan
profesinya.
d. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
e. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
f. Bidan memiliki organisasi profesi.
g. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat.
h. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
penghidupan.

B. Profesional dan Profesionalisme


1. Pengertian Profesional
Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang
pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya. Pengertian jabatan
profesional harus dibedakan dengan jenis pekerjaan yang merupakan suatu
keterampilan tertentu ( mis : jenis pekerjaan yang didapat dari hasil magang,
karena situasi kerja dilingkungan, karena diwariskan orang tua atau
pendahulunya). Secara populer seseorang pekerja dibidang apapun sering di
beri predikat profesional.
Seseorang pekerja profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang
pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun keterampilan itu
atau kecakapan itu produk dari fungsi minat dan belajar serta kebiasaan.
Seorang Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup
dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau
untuk mengisi waktu luang.
Profesional juga dapat diartikan sebagai memberi pelayanan sesuai
dengan ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara utuh/ penuh tanpa
mementingkan kepentingan pribadi melainkan mementingkan kepentingan
klien serta menghargai klien sebagaimana menghargai diri sendiri. Seorang
anggota profesi dalam melakukan pekerjaannya haruslah profesional.
Setiap anggota profesi baik secara sendiri-sendiri atau dengan cara
bersama melalui wadah organisasi profesi dapat belajar, yaitu belajar
untuk mendalami pekerjaan yang sedang disandangnya dan belajar dari
masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka saat ini dan saat yang akan
datang sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin meningkat.
Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dengan teknisi, keduanya
dapat saja terampil dalam unjuk kerja yang sama, tetapi pekerja profesional
harus menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut
wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap positif dalam
melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya.(T.Raka joni 1980)
2. Ciri-Ciri Profesional

a. Bagi pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja


(keahlian)sesuai dgn tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis
jabatannaya.
b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerja profesional bukan sekedar
hasil pembiasaan atau latihan rutin yg terkondisi,tetapi perlu didasari oleh
wawasan keilmuan yg mantap.
c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yg luas, sehingga pilihan
jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif
terhadap jabatannya dan perannya dan bermotivasi serta berusaha u/
berkarya sebaik-baiknya.
d. Jabatan Profesional perlu mendapatkan pengesahan dari masyarakat dan
atau negaranya.
3. Ciri-Ciri Jabatan Profesional
Menurut CV.Good pekerjaan profesional mempunyai ciri-ciri :
a. Memerlukan pendidikan khusus (memerlukan pendidikan pra jabatan yang
relevan).
b. Kecakapan pekerja profesional harus memenuhi syarat yang telah
dibakukan oleh pihak berwenang (mis : organisasi profesi, konsorsium dan
pemerintah)

c. Jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau negara.


Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya.

Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut :

a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis : Profesional


diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktek.
b. Asosiasi profesional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
c. Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
d. Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoretis.
e. Pelatihan institutional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
f. Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa
dipercaya.
g. Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
h. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
i. Mengatur diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi
paling tinggi.
j. Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
k. Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan
imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap
sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.

C. Profesionalisme
1. Pengertian profesionalisme
Profesinalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh
seorang bidan. Profesionalisme merupakan pemahaman seorang profesional
dalam menjalankan profesinya. Profesionalisme menunjukkan perpaduan
antara kompetensi yang dikuasai dengan karakter yang menunjukkan adanya
tanggung jawab secara moral.
Bidan profesinal termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi jabatan
profesional memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :
a. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode
etik, kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
b. Asuhan ibu hamil
c. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
d. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
e. Asuhan bayi lahir
f. Asuhan pada bayi balita
g. Keluarga berencana
h. Gangguan reproduksi
i. Kebidanan komunitas
2. Jabatan Profesionalisme Bidan
a. Jabatan Struktural
Jabatan yang secara tegas ada dan di atur berjenjang dalam suatu
organisasi
b. Jabatan Fungsional
Jabatan yang ditinjau serta di hargai dari aspek fungsinya yang vital
dalam kehidupan masyarakat dan negara.

1. Bidan jabatan fungsional


2. Bidan mendapat tunjangan fungsional
3. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya

a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu pada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
c. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Perilaku profesional Bidan
a. Bertindak sesuai keahliannya
b. Mempunyai moral yang tinggi
c. Bersifat jujur
d. Tidak melakukan coba-coba
e. Tidak memberikan janji yang berlebihan
f. Mengembangkan kemitraan
g. Terampil berkomunikasi
h. Mengenal batas kemampuan
i. Mengadvokasi pilihan ibu
5. Ciri-ciri jabatan profesional bidan
a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.
b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan secara tenaga
profesional.
c. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
d. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
e. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
f. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
g. Memiliki kode etik bidan
h. Memiliki etika bidan
i. Memiliki standar pelayanan
j. Memiliki standar praktik
k. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan
l. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi.
m. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur Sehubungan dengan
profesinalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan
profesinal.
6. Tanggung jawab sebagai bidan profesinal
a. Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date, terus mengembangkan
keterampilan dan kemahiran agar bertambah luas serta mencangkup semua
aspek peran seorang bidan.
b. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak
berupaya melampaui wewenangannya dalam praktik klinik.
c. Menerima tanggungjawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi
dari keputusan tersebut.
d. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (bidan, dokter, dan
perawat) dengan rasa hormat dan martabat.
e. Memelihara kerja sama yang baik dengan staff kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal.
f. Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencangkup penilaian
sejawat, pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit
maternal atau perinatal.
g. Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidan praktik.
h. Meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan.
i. Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup
mereka dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan
kaum wanita.

Peraturan Dan Perundangan Yang Mendukung Keberadaan


Profesi Bidan Organisasi Bidan

a. Kepmenkes No. 491/1968 tentang peraturan penyelenggaraan Sekolah Bidan


b. No. 363 /Menkes/Per/IX/1980 tentang wewenang Bidan
c. No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tentang penyelenggaraan program pendidikan
bidan
d. No. 329.Menkes/VI/Per/1991 tentang masa bakti bidan
e. Instruksi Presiden Soeharto pada Sidang Kabinet Parnipurna tentang perlunya
penempatan bidan di Desa
f. Peraturan Menteri kesehatan RI No.572 th 1994 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan
g. Peraturan pemerintah No.32 th 1996 lembaran Negara No 49 tentang Tenaga
Kesehatan
h. KepMenkes No.077a/Menkes/SK/III/97 Tentang petunjuk teknis pelaksanaan
masa bakti bidan PTT dan pengembangan karir melalui praktik bidan
perorangan di Desa
i. Surat Keputusan Presiden RI No 77 th 2000 tentang perubahan atas
keputusan Presiden No.23 th 94 tentang Pengangkatan bidan sebagai PT
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi bidan bukanlah profesi yang ringan dan tidak semua orang dapat
menjadi bidan profesional karena profesi seorang bidan mengemban tanggung
jawab yang besar. Profesionalisme, kerja keras, dan kesungguhan hati serta niat
yang baik akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi pengabdian profesi
bidan.
Pekerja profesional adalah pekerja yang terampil dan cakap dalam
kerjasamanya meskipun keterampilan atau kecakapan tersebut merupakan hasil
minat dan belajar dari kebiasaan.
Profesinalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh seorang
bidan. Profesionalisme menunjukkan perpaduan antara kompetensi yang dikuasai
dengan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab secara moral.
Suatu profesi dikatakan profesional apabila memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang dihasilkan pendidikan yang cukup untuk memenuhi kompetensi
profesionalnya.

B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya kami mohon maaf.
Kami berharap pembaca dan mahasiswa dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan pembelajaran
untuk penulisan makalah di lain kesempatan.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, dan juga para
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tatjmiati, Atit, Dr. S.Kep., M Pd, Dkk. 2016. Konsep Kebidanan Dan
Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan (Ebook). (Jakarta: Kemenkes RI,
PPSDMK). Cet Ke-1. Diakses dari https://poltekkes.id/ pada 13 Januari 2021.

Febriana Sari, SST, M.Keb., 2016. Modul Konsep Kebidanan


Akademik Kebidanan Mitra Husada Medan. Diakses dari https://
mitrahusada.ac.id/ pada 12 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai