Anda di halaman 1dari 20

RESUME ISU-ISU PADA KEBIJAKAN KEBIDANAN DAN

PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME

Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Kebidanan

Disusun Oleh:

Bella Dwi Erikasari (222207086)


Nadia Fara Rifanti (222207087)
Dyah Fatmawati (222207088)
Ria Rukmana (222207089)
Diyah Ayu Lutfiyati (222207090)
Lini Parmita (222207091)
Mulia Monica (222207092)
Yohana Fenli L aratmase (222207093)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2023
I. Kelompok 1
PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN DI Indonesia
A. Latar Belakang
Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat
dan berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga Berencana, kesehatan
bayi dan anak balita, serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Profesi bidan mempunyai
standar tersendiri seperti profesi-profesi lainnya. Standar Profesi ini terdiri dari Standar
Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan, Standar Pelayanan Kebidanan, dan
Kode Etik Profesi. Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk
pelayanan masyarakat dan berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga
Berencana, kesehatan bayi dan anak balita, serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Profesi bidan mempunyai standar tersendiri seperti profesiprofesi lainnya. Standar
Profesi ini terdiri dari Standar Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan,
Standar Pelayanan Kebidanan, dan Kode Etik Profesi.
B. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari tentang praktik professional bidan di Indonesia.
C. Pembahasan
1. Pengertian bidan
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives ( ICM) yang
dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition ( FIGO) . : Bidan
adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan (Sari, Yulianti,dkk , 2020).
Menurut Kep Menkes RI No. 900/MENKES/SK/VII/2002, Bidan adalah seorang
wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai
persyaratan yang berlaku. Bidan adalah seseorang yang telah mendapatkan lisensi
untuk melaksanakan praktek kebidanan (Sari, Yulianti, dkk, 2020).
Bidan (midwife) berasal dari bahasa Sansekerta ”Wirdhan” yang artinya wanita
bijaksana. Bidan adalah sebuah profesi yang khusus, dinyatakan sebagai sebuah
pengertian bahwa bidan adalah orang pertama yang melakukan penyelamatan
kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat.
2. Praktik kebidanan
Penerapan ilmu kebidanan dalam pemberian pelayanan atau asuhan kebidanan
dengan klien menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen
kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan ,pelaksanaan, dan evaluasi. Praktik kebidanan
dilakukan dalam system pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masyarakat,
dokter, perawat, dan dokter spesialis dipusatpusat rujukan (Sari, Yulianti, Sasanti,
Sam, & Sahrir, 2020)
3. Profesionalisme
Profesionalisme berarti memiliki sifat professional/ ahli secara popular seorang
pekerja apapun sering dikatakan professional, seorang professional dalam Bahasa
keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya biarpun
keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan
(Safrudin, Mulyati, & Lubis, 2018).
4. Berita Terkini tentang Praktik Profesional Bidan
a. Bidan Praktik Mandiri Harus Profesi Bidan
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Dasar lahirnya UU
No 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan salah satunya adalah bahwa setiap orang
berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar bisa hidup sejahtera. Bidan
merupakan salah satu pemberi pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup
kesehatan perempuan, bayi dan balita masih terkendala dengan masalah
kompetensi, kewenangan dan profesionalitas. Pengaturan dan pengakuan
terhadap bidan dalam memberikan pelayanan kebidannya belum diatur secara
komprehensif, sehingga bidan belum mendapatkan perlindungan dan kepastian
hukum dalam memberikan pelayanan kebidanannya. (Indonesia, 2022)
5. Pembahasan tentang Berita Praktik Profesional Bidan
a. Kebijakan kewenangan praktik bidan
Di dalam UU No 4 tahun 2019 dijelaskan terdapat dua jenis bidan yaitu Bidan
Vokasi dan Bidan Profesi. Bidan Vokasi adalah bidan dengan latar belakang
pendidikan Diploma III Kebidanan dengan gelar Ahli Madya Kebidanan,
sedangkan bidan profesi adalah bidan dengan latar belakang pendidikan
Diploma 4/Sarjana kebidanan plus pendidikan profesi yang telah ditempuh
dengan gelar bidan.
b. Bidan dudus diploma tidak boleh praktik mandiri
Berdasarkan UU No. 4 tahun 2019, untuk dapat berpraktik mandiri,bidan wajib
mengambil pendidikan profesi.Berdasarkan kebijakan tersebut maka dalam
periode peralihan Bidan lulusan pendidikan D 3 dan Bidan lulusan pendidikan
D 4 yang telah melaksanakan Praktik Kebidanan secara mandiri di Tempat
Praktik Mandiri Bidan sebelum Undang- Undang ini diundangkan, dapat
melaksanakan Praktik Kebidanan secara mandiri di Tempat praktik Mandiri
Bidan untuk jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun setelah Undang-Undang
ini diundangkan (2026). Jadi sampai tahun 2026 waktu yang diberikan untuk
masih dapat melakukan praktik, selebihnya jika ingin tetap melaksanakan
praktik mandiri maka wajib melakukan pendidikan lanjutan ke profesi
c. Jumlah pendidikan profesi.
Penelusuran yang dilakukan di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT)
secara senderhana yang dilakukan oleh penulis didapatkan jumlah perguruan
tinggi negeri dan swasta yang menyelenggarakan pendidikan profesi bidan
sejumlah 30 perguruan tinggi. Pendidikan profesi bidan pertama kali berdiri di
Universitas Airlangga pada tahun 2011, yang dimulai dengan dibukanya S1
Kebidanan Unair pada tahun 2008. Data tersebut menunjukkan perkembangan
pendidikan profesi bidan di perguruan tinggi di Indonesia sejak tahun
2011menunjukan perkembangan yang kurang signifikan. Jika dilihat jumlah
Bidan di Indonesia sebanyak 245.281 orang (sumber PP IBI), dan sekitar 40.000
adalah bidan yang melakukan praktik mandiri.
d. RPL unruk pendidikan profesi.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor 26 Tahun 2016 Tentang Rekognisi Pembelajaran
Lampau telah memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat yang ingin
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui Rekognisi Pembelajaran
Lampau (RPL). RPL adalah proses pengakuan atas Capaian Pembelajaran (CP)
seseorang yang diperoleh melalui pendidikan formal atau nonformal atau
informal, dan atau pengalaman kerja. Pengakuan atas capaian pembelajaran ini
dimaksudkan untuk menempatkan seseorang pada jenjang kualifikasi tertentu
sesuai dengan jenjang pada KKNI.
6. Manajemen dan kepemimpinan bidan di masa depan
Dalam kemimpinan Kesehatan banyak sekali terdapat masalah-masalah yang
timbul , hal ini yang menjadi tantangan bagi para pemegang kekuasaan untuk
menuju pelayanan Kesehatan yang lebih baik dan berkualitas. Salah satu tantangan
nya yaitu pada bagian manajemen yaitu biaya pemeliharaan Kesehatan, tantangan
regulasi Kesehatan, tantangan kemajuan medis, pelatihan dan tantangan Pendidikan
, tantangan etika. Adapun tentangan yang harus dihadapi bidan di masa mendatang
yaitu , perbaikan gizi masyarakat , stunting ,pengendalian penyakit menular
(HIV/AIDS,TB Malaria), pengendalian penyakit tidak menular, Adapun bidan
harus melakukan Pendidikan kebidanan guna mengantisipasi perkembangan
tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan yang berkualitas,
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kesadaran akan hukum
kesehatan, dan persaingan global yang semakin ketat, diperlukan bidan yang
memiliki kompetensi unggul dan dapat dipertanggungjawabkan. Kompetensi
tersebut diharapkan tercapai melalui pendidikan kebidanan. Pendidikan kebidanan
diatur terdiri atas pendidikan vokasi, pendidikan akademik, dan pendidikan profesi.
Pendidikan vokasi merupakan program diploma kebidanan yaitu program diploma
tiga kebidanan. Bidan lulusan pendidikan vokasi disebut bidan vokasi. Adapun
pendidikan akademik terdiri atas:
a. Program sarjana kebidanan
b. Program magister kebidanan
c. Program doktor kebidanan
D. Kesimpulan
Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat
dan berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga Berencana, kesehatan
bayi dan anak balita, serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Profesi bidan mempunyai
standar tersendiri seperti profesi-profesi lainnya. Standar Profesi ini terdiri dari Standar
Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan, Standar Pelayanan Kebidanan, dan
Kode Etik Profesi. Terdapat perbedaan kewenangan antara bidan vokasi dan profesi.
Kewenangan praktik kebidanan untuk bidan vokasi hanya dapat mejalankan praktik
kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sedangkan bidan profesi dapat menjalankan
praktik kebidanan di tempat Praktik Mandiri bidan dan fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam kemimpinan Kesehatan banyak sekali terdapat masalah-masalah yang timbul ,
hal ini yang menjadi tantangan bagi para pemegang kekuasaan untuk menuju pelayanan
Kesehatan yang lebih baik dan berkualitas. Salah satu tantangan nya yaitu pada bagian
manajemen yaitu biaya pemeliharaan Kesehatan,tantangan regulasi
Kesehatan,tantangan kemajuan medis,pelatihan dan tantangan Pendidikan , tantangan
etika.
II. Kelompok 2
PRAKTIK PEOFESIONAL BIDAN ASING DI IDONESIA (BIDAN
KEWARGANEGARAAN BUKAN BERASAL DARI Indonesia)
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu upaya kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kebidanan yang telah terdaftar dan terlisensi sesuai dengan peraturan yang berlaku
untuk dapat melakukan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan diberikan pada wanita
sepanjang masa reproduksinya yang meliputi masa pra kehamilan, kehamilan,
persalinan, nifas; bayi baru lahir; dan anak usia di bawah lima tahun(balita).
Bidan warga negara asing yang telah memenuhi penilaian kelengkapan administrasi
dan lulus penilaian kemampuan melakukan praktik kebidanan memperoleh surat
keterangan lulus evaluasi kompetensi. Selain mengikuti evaluasi kompetensi, bidan
warga asing mesti memenuhi persyaratan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Bidan berkewarganegaraan asing melakukan praktik di Indonesia, diatur dalam Pasal
34 sampai Pasal 40 UndangUndang Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan.
Prinsipnya, bidan berkewarganegaraan asing dapat menjalankan praktik kebidanan di
Indonesia berdasarkan permintaan pengguna. Penggunaan bidan asing harus
mendapatkan izin dari pemerintah pusat. Penggunaan tenaga bidan asing juga harus
mempertimbangkan ketersediaan bidan yang terdapat di Indonesia. (Melia & Gatot,
2023)
B. Pengertian Perizinan
Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu
yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan
prosedur sebagaiman yang ditetapkan oleh ketentuan pearturan perundang-undangan.
E.Utrecht, mengatakan bahwa bilamana pembuat peraturan pada umumnya tidak
melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan
secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka keputusan administrasi
negara memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning) (Ridwan,
2017).
C. TUJUAN DAN FUNGSI PERIZINAN
Tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Keragaman
peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin ini, yang secara umum
dapat disebutkan sebagai berikut (Ridwan, 2017, hlm. 209):
1. Keinginan mengarahkan (mengendalikan “sturen” ) aktivitasaktivitas tertentu
(misalnya izin bangunan)
2. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan)
3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar, pada
monumen-monumen)
4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat
penduduk)
5. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitasaktivitas (izin
berdasarkan “drank en horecawet”, di mana pengurus harus memenuhi syarat-syarat
tertentu).

Fungsi Perizinan Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak
instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan
makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti, lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran
masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti persyaratanpersyaratan yang
terkandung dalam izin merupakan pengendalian dalam memfungsikan izin itu sendir.

D. Sanksi Pidana Terhadap Bidan Asing Yang Tidak Menggunakan Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB)
Sanksi pidana bagi tenaga kesehatan, termasuk bidan asing yang bekerja di Indonesia
Yang Tidak Menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik Bidan
(SIPB) diatur dalam Pasal 83 sampai 86 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan. Pasal 83 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan menyebutkan: “Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan
melakukan praktik seolah-olah sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun”.
E. Berita terkini
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kebidanan disahkan menjadi UU melalui
rapat paripurna DPR beberapa waktu lalu. Payung hukum bagi profesi kebidanan tak
saja mengatur mekanisme regustrasi perizinan praktik bidan dalam negeri, namun bagi
warga negara asing yang ingin menggeluti profesi bidan dapat menjalankan
kegiatannya di Indonesia. Lantas bagaimana pengaturan praktik bidan bagi warga
negara asing di dalam negeri?. UU tentang Kebidanan setidaknya memuat tujuh pasal
tentang persyaratan bidan berkewarganegaraan asing melakukan praktik di Indonesia,
diatur dalam Pasal 34-40. Prinsipnya, bidan berkewarganegaraan asing dapat
menjalankan praktik kebidanan di Indonesia berdasarkan permintaan pengguna.
Penggunaan bidan asing harus mendapatkan izin dari pemerintah pusat. Penggunaan
tenaga bidan asing juga harus mempertimbangkan ketersediaan bidan yang terdapat di
Indonesia.
Pemerintah akan memberikan izin sepanjang permohonan diajukan melalui prosedur
peraturan perundangundang, termasuk bidang ketenagakerjaan. Salah satu syarat
yang harus dipenuhi adalah alih teknologi dan/atau ilmu pengaturan. Persyaratan
lainnya, terhadap bidan asing yang akan menjalankan praktik di Indonesia harus
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sementara dan Surat Izin Praktik Bidan. STR
Sementara dan SIPB diperoleh bidan asing setelah mengikuti evaluasi kompetensi.
Evaluasi kompetensi dilakukan melalui penilaian kelengkapan administrasi dan
kemampuan dalam melakukan praktik kebidanan. Penilaian kelengkapan administrasi
meliputi keabsahan dan kesetaraan ijazah oleh menteri yang menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pendidikan tinggi Bidan warga negara asing yang telah
memenuhi penilaian kelengkapan administrasi dan lulus penilaian kemampuan
melakukan praktik kebidanan memperoleh surat keterangan lulus evaluasi kompetensi.
Selain mengikuti evaluasi kompetensi, bidan warga asing mesti memenuhi persyaratan
lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Masa keberlakuan STR Sementara yang dimiliki bidan warga asing selama satu tahun.
Sebelum masa STR Sementara habis, bidan warga asing dapat memperpanjang izin
untuk satu tahun berikutnya. SIPB bidan bidan warga asing juga berlaku satu tahun,
dan dapat diperpanjang hanya untuk satu tahun berikutnya. Aturan lainnya menyangkut
fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat mendayagunakan bidan warga asing,
khususnya yang telah memiliki STR Sementara, SIPB dan izin sesuai peraturan bidang
ketenegakerjaan Sementara ketentuan mengenai tata cara registrasi, masa berlaku
regiastrasi ulang STR, bagi bidan warga Indonesia lulusan luar negeri berlaku mutantis
mutandis sesuai dengan ketentuan sebagiamana diatur dalam Pasal 21 dan 23. Begitu
pula dengan izin praktik bidan warga Indonesia lulusan luar negeri secara mutantis
mutandis sesuai dengan Pasal 25 dan 30.
F. Tantangan manajemen bidan dimasa depan
1. Pemerintah harus memperketat ijin bidan asing yang akan bekerja di Indonesia
karena bidan warga negara Indonesia masih perlu mendapat tempat bekerja yang
layak di Indonesia
2. Healthcare leadership (kepemimpinan kesehatan) adalah kemampuan untuk
memimpin dan mengelola organisasi atau sistem kesehatan dengan tujuan
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.
3. Tanggung jawab kepemimpinan kesehatan termasuk merancang kebijakan dan
program kesehatan yang efektif, memastikan organisasi memenuhi standar medis
dan keselamatan yang ditetapkan, serta membimbing dan mengoordinasikan tim
kesehatan.
4. Pemimpin layanan kesehatan juga harus memiliki keterampilan manajerial yang
kuat, kemampuan untuk memotivasi staf, membangun hubungan pasien yang
positif, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan
perawatan kesehatan yang berubah dengan cepat.
G. Kesimpulan
Sanksi pidana bagi tenaga kesehatan, termasuk bidan asing yang bekerja di Indonesia
Yang Tidak Menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Iji Praktik Bidan
(SIPB) dikenakan Pasal 85 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, yang menyebutkan: a. Pasal 85 Ayat (1) UndangUndang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan : “Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja
menjalankan praktik tanpa memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat
(1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). Kemudian Pasal 85 Ayat (2) ditujukan khusus pada tenaga kesehatan warga
negara asing, menyebutkan bahwa: ”Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang
dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pasal 34 sampai Pasal 40 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan merupakan payung hukum
keberadaan bidan asing di Indonesia. Bidan asing dapat menjalankan praktik kebidanan
di Indonesia berdasarkan permintaan pengguna. Penggunaan bidan asing harus
mendapatkan izin dari pemerintah pusat. Penggunaan tenaga bidan asing juga harus
mempertimbangkan ketersediaan bidan yang terdapat di Indonesia.
III. Kelompok 3
ISU-ISU PADA KEBIJAKAN KEBIDANAN
A. Pengertian
Isu adalah suatu topik yang penting yang berisi pendapat kebanyakan orang. Etik
merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik
atau salah. Isu Etik adalah suatu topik penting yang berhubungan dengan apa yang
benar dan apa yang salah dalam kehidupan sehari-hari
B. Masalah etik yang berhubungan dengan teknologi
1. Perawatan intensif pada bayi.
2. Skreening terhadap bayi.
3. Transplantasi bayi.
4. Teknik reproduksi dan kebidanan,
C. Etik berhubungan erat dengan profesi yaitu
1. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.
2. Otonomi bidan dan kode etik profesional.
3. Etik dalam penelitian kebidanan.
4. Penelitian tentang masalah kebidanan sensitif
D. Isu pelayanan kebidanan
1. Isu yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat mempunyai
hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan.
2. Isu Etik yang terjadi antara bidan dengan Teman Sejawat Dalam kode etik profesi
bidan terdapat kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
3. Isu Etik yang terjadi antara bidan dengan Tim kesehatan lainnya
4. Isu Etik yang terjadi antara bidan dengan Organisasi
E. Isu yang terjadi antara bidan dengan klien
Dalam kode etik profesi bidan, bidan mempunyai kewajiban terhadap klien dan
masyarakat sebagai berikut
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien
F. Isu Etik yang terjadi antara bidan dengan Teman Sejawat Dalam kode etik profesi bidan
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
G. Isu Etik yang terjadi antara bidan dengan Tim kesehatan lainnya
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
H. Isu Etik yang terjadi antara bidan dengan Organisasi
1. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
IV. Kelompok 4
PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDAN SAAT INI
A. Latar Belakang
Sejarah atau perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu
mengalami perkembangan baik suatu kemajuan atau justru suatu kemunduran.
Perkembangan ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Perkembangan
pelayanan dan pendidikan Kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan
Belanda era kemerdekaan politik atau kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan
pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan
teknologi. Perkembangan kebidanan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak.
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional
terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh
petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun
bidan di pelayanan. Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya
pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas
pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin
yaitu sekitar 25-50%.
B. Pengertian kompetensi bidan
Kompetensi bidan adalah kemapuan bidan untuk mengerjakan suatu tugas dan
pekerjaan yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja (Safrudin, dkk,
2018). Aspek-aspek kompetensi bidan Jannah (2016) mengatakan kompetensi bidan
meliputi tiga aspek yaitu aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
perilaku (attitude) yang harus seimbang karena pendidikan bidan merupakan
pendidikan akademik professional.
C. Area kompetensi bidan
1. Etik legal dan keselamatan klien
2. Komunikasi efektif
3. Pengembangan diri dan profesionalisme
4. Landasan ilmiah praktik kebidanan
5. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
6. Promosi kesehatan dan konseling
7. Manajemen dan kepemimpinan
D. Pengembangan kompetensi
1. Bersikap mawas diri
2. Melakukan pengembangan diri sebagai bidan profesional
3. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan
perempuan, keluarga, dan masyarakat.
4. Melakukan praktik kebidanan dengan memahami keterbatasan diri, kesadaran,
meningkatkan kemampuan profesional dan mempertahankan kompetensi yang
telah dimiliki, serta senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam memberikan pelayanan kebidanan
E. Pengembangan profesionalisme bidan
Menurut Walter Jhonson dalam (Djam’an Satori, 2008), mengatakan petugas
perofesional sebagai seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang
mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan
dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan
dan pengetahuan yang berkadar tinggi.
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh seorang
bidan.Bidan profesional termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi jabatan
profesional memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik,
kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
2. Asuhan ibu hamil
3. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
4. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
5. Asuhan bayi lahir
6. Asuhan pada bayi balita
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas
F. Syarat menjadi bidan profesional
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan secara tenaga professional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
5. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
6. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
7. Memiliki kode etik bidan
8. Memiliki etika bidan
9. Memiliki standar pelayanan
10. Memiliki standar praktik
11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan
12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi
13. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
G. Upaya menjadi bidan yang profesional
1. Memperkuat organisasi profesi
2. Meningkatkan kualitas pendidikan bidan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan bidan
4. Peningkatan kualitas personal bidan
H. Pengembangan profesionalisme bidan
1. Pengembangan pendidikan kebidanan yang sedemikian rupa menunjukkan
profesionalisme bidan sebagai tenaga kesehatan
2. Memberikan suatu pelayanan kebidanan yang profesional, bidan harus memahami
serta mengimplementasikan standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan
oleh profesi
3. Tidak hanya dari pendidikan formal bidan dapat mengembangkan pelayanan
kebidanan, tetapi juga dari pendidikan non formal seperti pelatihan-pelatihan yang
berkesinambungan dengan profesi. Dengan adanya pelatihan itu membuat bidan
dapat mengembangkan diri dan kemampuanya, sehingga bidan dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas.
I. Berita terkini
Ketua PC IBI Sukamara, Denny Vira Sari pada HUT IBI, mengatakan peningkatan
kompetensi dan profesionalisme merupakan kebutuhan bidan.
BORNEONEWS, Sukamara - Ketua PC Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sukamara,
Denny Vira Sari mengatakan, peningkatan kompetensi dan profesionalisme merupakan
kebutuhan bagi seorang bidan.
"Peningkatan kompetensi dan profesionalisme menjadi kebutuhan bidan guna
menghadapi berbagai tantangan. Terutama dalam rangka menghadapi liberaliasasi
pelayanan kesehatan di era globisasi saat ini," kata Denny Vira Sari, Senin, 9 September
2019.
Menurutnya, bidan dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan akses perempuan
terhadap pelayanan kebidanan yang berkualitas. Hal itu penting dalam rangka
mewujudkan hak setiap perempuam mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik selama
kehamilan.
"Termasuk persalinan dan kesehatan reproduksi perempuan beserta keluarga
berencana, bayi, dan balita," ujarnya.
Denny menambahkan, peningkatan kompetensi dan profesionalisme bidan itu
diwujudkan melalui Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obstetry dan Neonatal
(PPGDON).
"PPGDON sangat penting diikuti bidan. Untuk persyaratan dalam mendapatkan atau
memperpanjang STR dan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme bidan melalui
update ilmu terkini," terang Denny Vira Sari. (NORHASANAH/B-11)
J. Pembahasan tentang berita terkini
Sebagai sebuah profesi kebidanan, kompetensi bidan yang terdiri dari
serangkaian pengetahuan, keterampilan dan perilaku didapat melalui pendidikan tinggi
dan pendidikan berkelanjutan. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program
magister, program doktor, dan program profesi serta program spesialis, yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
K. Tantangan manajemen dan kepemimpinan bidan di masa depan
1. Tantangan Manajemen
a. Kualitas pelayanan kebidanan masih rendah.
b. Jumlah pendidikan bidan dan kualitasnya bervariasi.
c. Distribusi bidan belum merata.
d. Globalisasi (dunia tanpa pagar-MEA).
e. Tuntutan terhadap pelayanan berkualitas.
f. Banyak kritik dan ketidakpuasan klien/user.
2. Tantangan Kepemimpinan
a. Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam
organisasi dan manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan
reproduksi dan kesehatan masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan
(Permenkes 149 pasal 8).
b. Peran bidan sebagai leadership sebagai berikut:
1) Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan
kesehatan.
2) Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di
masyarakat
3) Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta
mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
4) Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif dengan
perspektif luas dan kritis.
5) Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan
praktik kebidanan.
L. Kesimpulan
Pengembangan kompetensi bidan dan profesionalisme bidan adalah suatu kemampuan
bidan untuk menjalankan tugasnya berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
dengan bertanggung jawab dan profesinal sehingga membentuk asuhan yang
berkualitas dalam pelayanannya. Menurut ketua PC ikatan bidan indonesia (IBI)
Sukamara, mengatakan peningkatan kompetensi bidan merupakan kebutuhan bagi
seorang bidan dalam menghadapi tantangan liberalisasi pelayanan kesehatan di era
globalisasi. Hal tersebut didapat dengan pendidikan tinggi maupun pendidikan lanjutan
bagi bidan sehingga bidan lebih mampu menghapai tantangan yang sering terjadi dalam
dunia kerjanya dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
V. Kelompok 5
KEPERCAYAAN PUBLIK PADA BIDAN SAAT INI
A. Latar Belakang

Kepercayaan terhadap tenaga kesehatan adalah unsur utama keberhasilan


penanganan penyakit pasien. Semodern apapun sarana pengobatan dan sepandai
apapun dokter yang menangani pasien tidak akan berarti jika tidak ada kepercayaan.
Kepercayaan pasien akan meningkat seiring dengan meningkatnya kuantitas dan
kualitas komunikasi antara dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain dengan
pasien maupun keluarga mereka. Intensitas komunkasi yang rendah antara tenaga
kesehatan dengan pasien dan keluarganya akan menimbulkan keterpaksaan yang
berpengaruh negatif terhadap tingkat kepercayaan pasien. Kepercayaan pasien juga
akan meningkat jika terjadi komunikasi yang baik, sebaliknya ketidakmampuan rumah
sakit dalam membina komunikasi yang baik dengan pasien, termasuk dengan
keluarganya, memungkinkan menurunkan tingkat kepercayaan pasien. Untuk itu
penyedia jasa layanan kesehatan harus berupaya semaksimal mungkin untuk
membangun hubungan, koneksi dan korespondensi yang baik antara pihak rumah sakit
dengan pasien, termasuk dengan keluarganya.

Kepercayaan adalah elemen penting bagi dokter, perawat, bidan maupun


tenaga kesehatan lainya dalam memberikan layanan mereka. Pelayanan kesehatan yang
baik bisa diukur melalui sejauh mana tingkat kepercayaan yang diberikan oleh
masyarakat kepada institusi penyedia layanan sekaligus petugas kesehatannya.
Konsumen dapat menilai standar praktik layanan kesehatan yang diberikan oleh rumah
sakit, etika serta profesionalisme dari petugas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Bila
standar itu tidak mampu dipenuhi, maka konsumen tidak akan percaya lagi terhadap
pelayanan yang diberikan pihak penyedia layanan kesehatan.

Kepercayaan adalah elemen penting dalam hubungan antar pribadi, termasuk


dalam hubungan antara bidan, perawat, dokter maupun tenaga kesehatan lain dengan
pasien di dalam institusi layanan kesehatan, khsuusnya unit maternitas dan pediatrik.
Meskipun studi menunjukkan bahwa mayoritas pasien terus mempercayai tenaga
kesehatan untuk bertindak demi kepentingan terbaik mereka, kekhawatiran terus
meningkat perubahan yang cepat dan luas dalam sistem layanan kesehatan telah
memberikan tekanan besar pada kepercayaan itu dan mungkin saja akan merusaknya.
Kekhawatiran baru tentang kepercayaan pasien telah memicu pengakuan akan perlunya
pemahaman yang lebih baik tentang peran kepercayaan dalam hubungan pasien dengan
tenaga kesehatan.

B. Pengertian

Kepercayaan adalah elemen penting dalam hubungan antar pribadi, termasuk


dalam hubungan antara bidan, perawat, dokter maupun tenaga kesehatan lain dengan
pasien di dalam institusi layanan kesehatan, khususnya unit maternitas dan pediatrik.
Patient trust atau kepercayaan pasien adalah keyakinan pasien bahwa tenaga kesehatan
akan bertindak sesuai kebutuhan pasien dan akan memberikan penanganan kesehatan
dan pengobatan yang diperlukan.
Kepercayaan adalah unsur penting dan sangat berpengaruh pada kualitas
suatu hubungan. Kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan merupakan elemen
penting bagi kesuksesan pelayanan kesehatan.
Menciptakan dan memelihara hubungan dalam jangka panjang yang
berkelanjutan antara penyedia layanan dan pelanggan di sector jasa adalah unsur
penting dalam kepercayaan pasien terhadap praktisi medis atau rumah sakit
berdasarkan konsep bahwa pemberi pelayanan mengupayakan yang terbaik bagi
pasiennya. Wu et al. (2016) mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan pasien
bahwa petugas kesehatan akan bertindak demi kepentingan terbaik pasien dan akan
memberikan perawatan medis yang tepat bagi mereka.
C. Berita Terkini tentang Kepercayaan Publik pada Bidan

1. Masyarakat terutama ibu hamil mempercayakan persalinan pada bidan daripada


dukun. (Ramli dan Nindi Habari, 2020)
2. Masyarakat percaya bahwa peran bidan bagi kesehatan wanita tidak hanya terbatas
pada membantu persalinan
Namun
3. Banyak masyarakat yang masih bersalin di dukun beranak
D. Pembahasan

Alasan ibu hamil memilih bidan dalam pertolongan persalinan antara lain:
Bidan memiliki ilmu dan keterampilan dalam menolong persalian. Bidan
melewati tahap pendidikan formal sebagai bidan. Bidan memiliki peralatan persalinan
seperti gunting dan jarum suntik. Bidan juga dapat mencegah infeksi pada proses
persalinan. Bidan dalam persepsi masyarakat merupakan tenaga medis yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan dan tindakan
medis, utamanya terkait pertolongan persalinan. Selain itu, pertimbangan kebersihan
dan keamanan dalam memberikan pertolongan pada proses melahirkan. Bidan
dianggap memberikan pertolongan persalinan secara aman dan bersih. Indikator dalam
menolong persalinan bahwa bidan selalu mencuci tangan atau memakai sarung tangan
dan membersihkan atau mencuci alat-alat yang digunakan dalam pertolongan
persalinan.
Alasan ibu hamil memilih bidan dalam pertolongan persalinan antara lain:
Bidan memiliki ilmu dan keterampilan dalam menolong persalian. Bidan melewati
tahap pendidikan formal sebagai bidan. Bidan memiliki peralatan persalinan seperti
gunting dan jarum suntik. Bidan juga dapat mencegah infeksi pada proses persalinan.
Bidan dalam persepsi masyarakat merupakan tenaga medis yang mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan dan tindakan medis,
utamanya terkait pertolongan persalinan. Selain itu, pertimbangan kebersihan dan
keamanan dalam memberikan pertolongan pada proses melahirkan. Bidan dianggap
memberikan pertolongan persalinan secara aman dan bersih. Indikator dalam menolong
persalinan bahwa bidan selalu mencuci tangan atau memakai sarung tangan dan
membersihkan atau mencuci alat-alat yang digunakan dalam pertolongan persalinan.
Pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan (dukun bayi)
menimbulkan masalah karena mereka bekerja tidak berdasarkan ilmiah, pengetahuan
mereka tentang fisiologi dan patologi pada persalinan juga masih sangat terbatas
sehingga mereka tidak mengenal tindakan antiseptik yang dapat mengakibatkan
tingginya angka kematian ibu dan bayi. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu
terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus),
infeksi (207 kasus). Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan
kematian bayi. Kematian karena infeksi tetanus ini merupakan akibat dari proses
persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil
sebelum melahirkan.
E. Tantangan Manajemen dan Kepemimpinan Bidan di Masa Depan

Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi &
manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan
masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan
sebagai seorang pemimpin harus ;
1. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan
kesehatan.
2. Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di
masyarakat.
3. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta mengimplementasikan
upaya perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di
masyarakat.
4. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif
luas dan kritis.
5. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik
kebidanan.
F. Kesimpulan

Kepercayaan adalah unsur penting dan sangat berpengaruh pada kualitas


suatu hubungan. Kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan merupakan elemen
penting bagi kesuksesan pelayanan kesehatan.
Alasan ibu hamil memilih bidan dalam pertolongan persalinan antara lain:
Bidan memiliki ilmu dan keterampilan dalam menolong persalian. Bidan melewati
tahap pendidikan formal sebagai bidan. Bidan memiliki peralatan persalinan seperti
gunting dan jarum suntik. Bidan juga dapat mencegah infeksi pada proses persalinan.
Bidan dalam persepsi masyarakat merupakan tenaga medis yang mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan dan tindakan medis,
utamanya terkait pertolongan persalinan. Selain itu, pertimbangan kebersihan dan
keamanan dalam memberikan pertolongan pada proses melahirkan. Bidan dianggap
memberikan pertolongan persalinan secara aman dan bersih. Indikator dalam menolong
persalinan bahwa bidan selalu mencuci tangan atau memakai sarung tangan dan
membersihkan atau mencuci alat-alat yang digunakan dalam pertolongan persalinan.

Anda mungkin juga menyukai