Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH KONSUMSI JUS MENTIMUN (Cucumis sativus L) TERHADAP

PERUBAHAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR AKIBAT


PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS BUHO-BUHO

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan


Program Studi Kebidanan (S-1)
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

INAYA PINA
NPM 222207085

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN JUDUL LAPORAN PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH KONSUMSI JUS MENTIMUN (Cucumis sativus L) TERHADAP
PERUBAHAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR AKIBAT
PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS BUHO-BUHO
Diajukan oleh:

INAYA PINA
NPM 222207085

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Dinyatakan Syah Sebagai Salah Satu
untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kebidanan Program Studi Kebidanan (S-1) di Fakultas
Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Tanggal:……………………

Mengesahkan

Dosen kordinator Pembimbing

Dwi Yulinda, M.Keb Fatima Dwi Anggraeni, S.ST.,MPH


NIDN: NIDN:

Kaprodi ,

Budi Rahayu, S.ST.,M.Keb


NIDN: 05-2305-8801

ii
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Pengaruh Konsumsi Jus Mentimun (Cucumis sativus L) Terhadap Perubahan
Kenaikan Tekanan Darah Pada Akseptor Akibat Pemakaian Kb Suntik 3 Bulan
Di Puskesmas Buho-Buho” dengan tepat waktu.
Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kebidanan pada Program Studi Kebidanan (S-1) di Fakultas
Kesehatan Universitas Jenderal Achamd Yani Yogyakarta. Skripsi ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Drs. Djoko Susilo, ST., MT selaku Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Ida Nursanti, S.Kep., Ns., MPH selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Budi Rahayu, M. Keb. selaku Ketua Prodi Kebidanan (S-1).
4. Dwi Yulinda., M. Keb. selaku Koordinator Penyusunan Laporan Proposal
Skripsi.
5. . selaku Dosen Pembimbing Laporan Proposal Skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan Laporan Skripsi.
6. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, atas bantuan dan semangat sehingga memperlancar tersusunya
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mohon maaf atas keterbatasan dan kekurangan dalam penyelesaian penelitian
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan peneliti ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna.

Yogyakarta, April 2023

Inaya Pina
NPM 222207085

iii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................i
HALAMAN PERTUJUAN......................................................................................ii
PRAKATA................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan Penyusunan Skripsi.............................................................................3
1. Tujuan Umum.................................................................................................3
2. Tujuan Khusus................................................................................................3
D. Manfaat Penyusunan Skripsi...........................................................................4
1. Manfaat Teoritis..............................................................................................4
2. Manfaat Praktisi..............................................................................................4
E. Keaslian Penelitian.............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..............................................................................................10
1. KB Suntik 3 Bulan........................................................................................10
2. Hipertensi......................................................................................................13
3. Mentimun......................................................................................................18
B. Kerangka Teori.............................................................................................21
C. Kerangka Konsep..........................................................................................22
D. Hipotesis.......................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..........................................................................................23
B. Lokasi dan Waktu.........................................................................................23
C. Populasi, Sampel dan Objek.........................................................................23

iv
D. Variabel Penelitian........................................................................................24
E. Definisi Operasional Variabel..........................................................................25
F. Alat dan Bahan.................................................................................................26
G. Pelaksanaan Penelitian..................................................................................26
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data.........................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................31

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian 4

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8 14

Tabel 2. 2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO................................................14


Tabel 2. 3 Kandungan Zat Gizi Mentimun dalam 100 gram.......................................19
Tabel 3. 1 Definsi Operasional Variabel..................................................................... 31

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori.......................................................................................21


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep....................................................................................22

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KB atau kepanjangan dari Keluarga Berencana adalah sebuah program yang
diadakan pemerintah Indonesia yang bertujuan agar dapat meningkatkan kualitas
masyarakat. Konsep dasar yang digunakan dalam program Keluarga Berencana (KB)
telah mengalami perubahan, mulai dari pendekatan yang diterapkan, populasi yang tidak
terkendali, hingga penurunan fokus pada aspek kesehatan. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya peran tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan KB yang berkualitas.
Di Indonesia, banyak ibu-ibu yang memilih jenis KB suntik sebagai metode kontrasepsi
yang digunakan. KB suntik dipilih karena telah terbukti efektif untuk mencegah
kehamilan, serta dianggap aman, sederhana, dan terjangkau dalam hal biaya (Siregar &
Harahap, 2021). Berdasarkan data BKKN tahun 2021, ditemukan bahwa prevalensi
peserta PUS (Pasangan Usia Subur) yang menggunakan KB (Keluarga Berencana) di
Indonesia mencapai 57,4%. Mayoritas dari mereka memilih metode kontrasepsi suntik
sebesar 59,9%, diikuti oleh pil sebesar 15,8%. Sementara itu, penggunaan AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) mencapai 8,0%, implant sebesar 10,0%, tubektomi sebesar
4,2%, dan vasektomi sebesar 0,2% (BKKBN, 2022).
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2022 persentase wanita berumur 15-49
tahun dan berstatus kawin yang sedang menggunakan/memakai alat kb pravelensi
tertinggi terdapat di Kalimantan selatan (67,92%), Lampung (66,06) dan Jambi (63,63)
sedangkan yang terendah terdapat di Papua (22,10%), Papua Barat (29,77%) dan
Maluku (35,22%)(Badan Pusat Statistik, 2023). Menurut BPS pada tahun 2021, Klinik
Keluarga Berencana dan Pos Pelayanan Keluarga Berencana di Maluku Utara terbanyak
terdapat di Ternate, dengan total 55 unit (Badan Pusat Statistik, 2022). Data dari laporan
indikator program tahun 2019 Dinas Kesehatan Kota Ternate juga menunjukkan bahwa
terdapat 32.649 Pasangan Usia Subur (PUS) dengan jumlah peserta Keluarga Berencana
(KB) aktif sebanyak 31.200 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Buho-Buho menjadi yang
memiliki jumlah PUS terbanyak, yaitu 9.435 PUS, dan telah mencapai target pengguna
1
KB aktif dengan persentase 100%. Selain itu, total Drop Out KB di wilayah tersebut
cukup rendah, hanya 40 orang. Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah
kontrasepsi suntik, dengan persentase 64%, diikuti oleh pil sebesar 15%, serta kondom
dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) masing-masing memiliki persentase
sebesar 4% (Dinkes Kota Ternate, 2020)
Penyebab meningkatnya jumlah pengguna KB suntik 3 bulan adalah karena
adanya faktor-faktor dalam pemilihan metode kontrasepsi yang mempengaruhi pilihan
akseptor KB. Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan alat kontrasepsi bagi ibu
rumah tangga dalam konteks ini antara lain umur, pengetahuan, kondisi ekonomi,
tingkat pendidikan, persetujuan pasangan,faktor budaya dan tarif pelayanan (Nurbaity &
Trisundari, 2023). Seluruh ibu rumah tangga pengguna kontrasepsi memilih KB suntik.
Hal ini dikarenakan akaseptor KB suntik hanya disuntikkan sekali hingga tiga bulan
sekali dan tidak akan menghadapi proses yang traumatis seperti saat memasang spiral
(Septianingrum et al., 2018). Kontrasepsi suntik yang tersedia hanya jenis yang
terkandung progestin yaitu Depomedroxyprogesterone acetate (DMPA) (Astiaty
Dinopawe et al., 2022). Jenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan yaitu KB suntik
3 bulan. Namun, penggunaan jangka panjang dari alat kontrasepsi ini dapat
menyebabkan risiko terkena tekanan darah tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian (Fatmawati et al., 2020) didapatkan data sebanyak
38,6% pengguna kontrasepsi suntuk 3 bulan mengalami tekanan darah yang meningkat.
Persentase tersebut menjadi lebih tinggi hingga mencapai 63,9% bagi mereka pengguna
KB suntik 3 bulan selama 12-24 bulan. Hal ini dijelaskan juga pada penelitian
(Istiwardani & Susanti, 2022) yang menyatakan bahwa akseptor KB suntik DMPA
dengan penggunaan lebih dari 12 bulan mengalami hipertensi. Hal tersebut juga
didapatkan data yang meningkat sebanyak 1,733 kali lebih banyak daripada kelompok
akseptor KB suntik DMPA menggunakan kontrasepsi tersebut hanya 6-12 bulan saja.
Penelitian selanjutnya menemukan dengan menggunakan KB hormonal selama 5 tahun
lebih akan meningkatkan tekanan darah sebesar 62,8% (Natasia et al., 2023). Dampak
negatif dari penggunaan kontrasepsi suntik adalah dapat meningkatkan tekanan darah

2
atau memicu hipertensi yaitu sebanyak 5% wanita awalnya mempunyai tekanan darah
yang normal sedangkan sebanyak 16% pada wanita yang sebelumnya sudah mengalami
hipertensi (Dewi, 2020). Dampak ini bisa disebabkan oleh hormon progesteron
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan retensi air akibat dari peningkatan
aktivitas renin plasma dan pembentukan angiotensin yang terkait dengannya (Maharani
& Ocvita, 2023).
Tingginya tekanan darah, atau yang dikenal sebagai hipertensi, adalah salah satu
jenis penyakit degeneratif. Hipertensi seringkali dijumpai pada dasar pelayanan
Kesehatan. Hipertensi juga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit sampai
kematian, terutama ketika meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolic. Dari
komplikasi tersebut menimbulkan berupa penyakit stroke, penyakit gagal jantung
bahkan sampai gagal ginjal (Fatmawati et al., 2020). Pengobatan farmakolgi yaitu
menggunakan obat-obatan antihipertensi sangat efektif membuat tekanan darah selama
ini terkontrol. Cara mengontrol tekanan darah juga dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi sumber daya nabati. Beberapa contoh sumber daya nabati yang berfungsi
sebagai pengontrol tekanan darah adalah sayuran yang berserat tinggu ,buah yang kaya
akan cairan yang memiliki banyak vitamin dan mineral seperti mentimun (Alzena
Asadha & Author, 2021).
Mentimun sangat dianjurkan sebagai makanan yang sehat bagi penderita
hipertensi. Mentimun memiliki kandungan kalium. Kalium adalah elektrolit inti dalam
sel, dimana terdapat sekitar 98% kalium yang ada ditubuh yaitu berada didalam sel
sedangkan hanya sebesar 2% berada diluar sel kalium dalam tubuh sangat diperlukan
untuk menjaga fungsi neuromuskuler yang optimal (Alzena Asadha & Author, 2021).
Hasil dari penelitian (Christine et al., 2021a) ditemukan adanya perbedaan tekanan darah
sebelum dan setelah mengkonsumsi jus mentimun. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa
jus mentimun sudah jelas bahwa mempunyai efektivitas dalam menurunkan tekanan
darah. Hal ini diperjelas oleh (Mahbubah et al., 2022) yang menjelaskan bahwa
mentimun mengandung kalium (potassium), magnesium, dan fosfor yang menyebabkan
tekanan darah menjadi turun. Hal ini juga disebabkan oleh mentimun yang mempunyai

3
sifat diuretik alami karena kandungan air yang terdapat dalam mentimun sangat tinggi
sehingga membuat tekanan darah menjadi turun.
Sejalan dengan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Konsumsi Jus Mentimun (Cucumis sativus L) Terhadap Perubahan
Kenaikan Tekanan Darah Pada Akseptor Akibat Pemakaian Kb Suntik 3 Bulan Di
Puskesmas Buho-Buho”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain latar belakang didapatkan rumusan masalah yaitu Apakah terdapat
pengaruh konsumsi jus mentimun (Cucumis sativus L) terhadap perubahan kenaikan
tekanan darah pada akseptor akibat pemakaian kb suntik 3 bulan di Puskesmas Buho-
Buho
C. Tujuan Penyusunan Skripsi
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis pengaruh konsumsi jus mentimun (Cucumis sativus L) terhadap
perubahan kenaikan tekanan darah pada akseptor akibat pemakaian kb suntik 3
bulan di Puskesmas Buho-Buho.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tekanan darah pada akseptor KB suntik 3 bulan sebelum
diberikan jus Mentimun (Cucumis sativus L) di Puskesmas Buho-Buho.
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada akseptor KB suntik 3 bulan sesudah
diberikan jus Mentimun (Cucumis sativus L) di Puskesmas Buho-Buho.
c. Menganalisis pengaruh pemberian jus Mentimun (Cucumis sativus L) terhadap
tekanan darah pada akseptor KB suntik 3 bulan di Puskesmas Buho-Buho.
D. Manfaat Penyusunan Skripsi
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah sumber referensi ilmiah yang relevan dan memperkaya penelitian,
serta meningkatkan pengetahuan kebidanan tentang kandungan nutrisi pada buah
Mentimun (Cucumis sativus L) dan efek positif jus mentimun terhadap pengendalian
tekanan darah pada akseptor KB suntik 3 bulan.

4
2. Manfaat Praktisi
a. Untuk Responden
Menambah informasi mengenai alternatif pengobatan hipertensi yang alami dan
aman dengan menggunakan jus Mentimun (Cucumis sativus L) pada akseptor
KB suntik 3 bulan.
b. Untuk Institusi Pendidikan
Meningkatkan citra institusi pendidikan dalam bidang penelitian terutama di
bidang komplementer kebidanan.
c. Untuk Peneliti Selanjutnya
Memberikan informasi tambahan mengenai potensi jus Mentimun sebagai
pengatur tekanan darah pada akseptor KB suntik 3 bulan dan dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengembangan program atau intervensi kesehatan yang
lebih efektif dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup peserta KB
suntik.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1. Keaslian penelitian

No. Penulis,Judul dan Metode Penelitian Hasil, Persamaan dan


Keaslian Perbedaan Penelitian
1. Illis mahbubah, Studi ini menggunakan Hasil Penelitian : Ditemukan
Vivin N.H (2022) desain penelitian pre- hasil bahwa mentimun memiliki
“Pengaruh eksperimental tipe one- pengaruh terhadap penurunan
Mentimun group pretest-posttest tekanan darah pada penderita
Terhadap dengan jumlah sampel hipertensi. Sebelum diberikan
Penurunan sebanyak 50 orang yang mentimun (pre-test), rata-rata
Tekanan Darah dipilih menggunakan teknik tekanan darah adalah 150,03.
Pada Penderita purposive sampling. Analisis Sedangkan setelah diberikan
Hipertensi” data dilakukan menggunakan mentimun (post-test), rata-rata
uji statistik uji paired t-test. tekanan darah menjadi 145,69.

5
Persamaaan : Pada penelitian
ini peneliti juga menggunakan
metode penelitian pra-
eksperimental satu kelompok
pra-tes dan pasca-tes, serta
variabel independen yang diteliti
adalah mentimun.
Perbedaan : Teknik
pengumpulan sampel dengan
Simple random sampling dan
penelitian sebelumnya
menggunkan sampel lansia.
2. Iwan Sulis Metode yang digunakan Hasil Penelitian :
Setiawan dan Rita dalam tinjauan pustaka ini Berdasarkan analisis penulis
Dewi Sunarno dimulai dengan pemilihan terhadap beberapa artikel
(2022) topik kemudian menentukan literatur, ditemukan bahwa
“Terapi Jus kata kunci yang bertujuan konsumsi jus mentimun secara
Mentimun Untuk untuk mencari jurnal dalam rutin dapat menurunkan tekanan
Menurunkan Bahasa Indonesia melalui darah tinggi pada pasien
Tekanan Darah database Google Scholar. hipertensi. Maka dapat
Pada Penderita Jurnal-jurnal yang terpilih disimpulkan bahwa jus
Hipertensi” direview kemudian mentimun dianggap sebagai
disesuaikan dengan kriteria pilihan yang efektif dalam
inklusi pada penelitian ini. mengurangi tekanan darah tinggi
Kriteria inklusi yang terhadap penderita hipertensi.
ditentukan dalam jurnal ini Persamaan : Variabel
adalah penggunaan terapi Jus independen menggunakan jus
Mentimun pada lansia yang mentimun.

6
menderita hipertensi. Perbedaan : Metode yang
digunakan yaitu pre
eksperimental dengan sampel

3. Syahfa Alzena Dalam penelitian ini, Hasil Penelitian :


Asadha metodenya menggunakan Berdasarkan tinjauan literatur
(2021) tinjauan literatur dari ini, dapat disimpulkan bahwa
“Efektivitas Jus berbagai jurnal nasional dan hasil penelitian menunjukkan
Mentimun internasional. Setelah itu, bahwa jus mentimun (Cucumis
(Cucumis Sativus melakukan analisis dari sativus L) terbukti efektif dalam
L) Dalam jurnal yang telah ditemukan menurunkan tekanan darah pada
Menurunkan menggunakan metode penderita hipertensi.
Tekanan Darah sistematik tinjauan literatur Persamaan: Menggunakan
Pada Penderita yang mencakup intervensi pemberian jus
Hipertensi” pengumpulan, evaluasi, dan mentimun terhadap penderita
pengembangan penelitian hipertensi
dengan fokus khusus. Perbedaan : Menggunakan
metode pra eksperimental dan
melakukan analisis data
4. Meirlina Penelitian ini menggunakan Hasil Penelitian :
Christine , desain pra-eksperimental Hasil penelitian ini yaitu adanya
Theresia Ivana dan dengan desain pra-pasca tes pengaruh tekanan darah sebelum
Margareta Martini one-group pretest-posttest mendapat terapi jus mentimun
(2021) design. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
“Pengaruh menujukkan hubungan tekanan sistole pada saat pra-
Pemberian Jus sebab-akibat satu kelompok terapi adalah 150 mmHg dan
Mentimun subjek. Analisis data tekanan diastole rata-rata adalah
Terhadap Tekanan dilakukan menggunakan 91,7 mmHg. setelah mendapat

7
Darah Lansia analisis univariat dengan terapi jus mentimun pada terapi
Dengan Hipertensi menggunakan tabel terakhir menunjukkan bahwa
Di Pstw Sinta distribusi dan frekuensi, rata-rata tekanan sistole pada
Rangkang Tahun serta analisis bivariat dengan saat pasca-terapi adalah 124,7
2020” menggunakan uji Wilcoxon mmHg dan tekanan diastole rata-
Rank, untuk rata adalah 78,8 mmHg.
mengidentifikasi jus Persamaan: Menggunakan
mentimun dalam desain pra-eksperimental dengan
menurunkan tekanan darah desain pra-pasca tes one-group
pada penderita hipertensi. pretest-posttest design.
Perbedaan : Lokasi penelitian
dan sampel yang diteliti
5. Fitra Pringgayuda, Penelitian ini menggunakan Hasil Penelitian :
Cikwanto dan Zam desain Quasi Eksperimen Hasil yang didapat pada tekanan
Zami Hidayat dengan pendekatan Non darah sistolik saat pretest adalah
(2021) Equivalent Control Group. 168,8 dengan nilai yang rendah
“Pengaruh Jus Populasi yang menjadi yaitu140 dan didapatkan nilai
Mentimun subjek penelitian ini adalah yang tinggi yaitu 190. Sementara
Terhadap masyarakat yang memiliki kelompok kontrol, rata-rata
Penurunan hipertensi di desa Way tekanan darah sistolik saat pretes
Tekanan Darah Ngison. Menggunakan uji T adalah 170 dengan nilai terendah
Pada Penderita tes dependen atau 150 dan nilai tertinggi 210.
Hipertensi” berpasangan untuk Dapat disimpulkan bahwa
menganalisis pengaruh setelah intervensi, rata-rata
pemberian mentimun dengan tekanan darah sistolik pada
penurunan tekanan darah kelompok intervensi adalah
pada penderita hipertensi. 137,27 mmHg. didapatkan nilai
terendah yaitu 120 mmHg

8
kemudia nilai tertinggi yaitu 160
mmHg. Hal ini didapatkan
bahwa dengan pemberian jus
mentimun secara signifikan
dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi di desa
Way Ngison.
Persamaan: Sama-sama
meneliti jus mentimun pada
hipertensi
Perbedaan : Desain penelitian
yang digunakan,lokasi yang
diteliti dan variabel dependen.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keluarga Berencana
a. Definisis Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah salah satu langkah yang diambil untuk
menghasilkan keluarga yang memiliki kehidupan yang berkualitas dengan
mengedepankan penyuluhan, melindungi, dan membantu agar memperoleh hak
dalam melakukan reproduksi yang diperlukan untuk menciptakan keluarga saat
usia yang akan menikah pada usia yang ideal, mengontrol jarak dan jumlah
kehamilan, serta mengupayakan kesehatan dan kesejahteraan anak (BKKBN,
2016). Mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), pelayanan
keluarga berencana dianggap sebagai salah satu strategi yang penting. Dengan
mengatur waktu, jarak, dan jumlah kehamilan, pelayanan keluarga berencana
membantu mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi
sehingga menyebabkan dampak yang buruk Kesehatan pada ibu hamil serta janin
yang berada pada kandungan sang ibu (Kemenkes RI., 2014).
Keluarga Berencana (Family Planning) dapat membantu pasangan usia subur
(PUS) dalam merencanakan kehamilan, menargetkan jumlah anak, serta
mengontrol jarak dan waktu antara kelahiran anak. Solusi untuk permasalahan ini
dengan menggunakan kontrasepsi serta pengobatan untuk mengatasi masalah
kemandulan (Sardevi & Sembiring, 2022). Maka, KB merupakan upaya yang
bertujuan agar dapat mengatur jarak serta jumlah kehamilan yaitu dengan cara
penggunaan kontrasepsi dengan tujuan mencapai keluarga yang terdiri dari
anggota yang sedikit, hidup bahagia, dan berkualitas.
b. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan dari program KB adalah menghasilkan keluarga yang beranggotakan


sedikit sehingga akan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi social dari

10
keluarga tersebut yaitu dengan mengatur jumlah kelahiran anak untuk mencapai
tujuan keluarga yang tentram dan bahagia serta mampu memenuhi kebutuhan
hidup mereka (Suparman et al., 2021). Tujuan program KB yang lain adalah
bertujuan agar mengurangi jumlah kelahiran dengan cara menunda dan
memberhentikan kehamilan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi angka
kelahiran, serta melindungi kesehatan ibu dan bayi dari risiko yang dapat timbul
dari dampak buruk melahirkan di umur yang masih muda, dekatnya jarak
kelahiran serta saat umur yang sudah tua masih melahirkan.

c. Manfaat Keluarga Berencana


Menurut (Marmi, 2016) ada beberapa manfaat dari program KB yaitu:
1) Manfaat bagi ibu
Mampu meningkatkan kesehatan tubuh dan psikologis ibu. Ibu juga dapat
melakukan interaksi sosial karena memiliki waktu yang banyak sehingga
dapat dimanfaatkan untuk merawat anak, tidur yang cukup serta dapat
menjalani waktu luangnya.
2) Manfaat bagi anak yang dilahirkan
Pertumbuhan anak akan menjadi baik karena mendapatkan kasih sayang,
perhatian, dan pengasuhan terpenuhi.
3) Manfaat bagi suami
Mampu meningkatkan kesehatan tubuh, psikologis dan social suami. Hal ini
dipengaruhi oleh cemas yang akan berkurang sehingga mempunyai waktu
yang cukup banyak untuk menghabiskan bersama keluarga.
4) Manfaat bagi setiap keluarga
Peluang untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang baik akan dimiliki
setiap anggota keluarga. Sehingga keluarga memiliki masa depan yang baik.

2. Kontrasepsi
a. Definisi Kontrasepsi

11
Kontrasepsi merupakan langkah-langkah yang diambil untuk melawan atau
mencegah kejadian kehamilan yang disebabkan oleh pembuahan antara sel telur
yang sudah matang dan sel sperma. Kontrasepsi memiliki peran yang sangat
penting dalam layanan kesehatan reproduksi, hal ini dipengaruhi oleh risiko
kematian dan penyakit yang terkait dengan kehamilan menjadi berkurang
(BKKBN, 2016). Kontrasepsi adalah langkah-langkah yang diambil yang
bertujuan agar berkurangnya resiko terjadi kehamilan. Langkah-langkah ini dapat
digunakan untuk jangka pendek atau jangka panjang dalam pelayanan
kontrasepsi (Kemenkes RI., 2014). Pelayanan kontrasepsi merupakan tindakan
memberikan atau memasang alat kontrasepsi serta tindakan-tindakan lain yang
berhubungan dengan kontrasepsi untuk akseptor KB. Penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi harus dilakukan dengan bertanggung jawab, menghormati nilai-nilai
agama, norma budaya, etika, serta aspek kesehatan (Kemenkes RI, 2019)
b. Tujuan Kontrasepsi
Pada umumnya, alat kontrasepsi digunakan agar menghindarkan resiko
kematian pada ibu dan anak saat melahirkan pada usia muda serta untuk
menciptakan keluarga yang kecil, bahagia, dan sejahtera. Tujuan ini dibagi
menjadi tiga periode usia reproduksi. Pertama, pasangan usia subur (PUS) yaitu
saat istri di bawah usia 20 tahun yang disarankan agar menunda kehamilan.
Kedua, pada periode usia istri antara usia 20 sampai 35 tahun adalah usia yang
ideal untuk mempunyai 2 anak dan menjaga jarak kelahiran anak sekitar 3
sampai 4 tahun. Ketiga, setelah mempunyai 2 anak atau lebih, digunakan untuk
mengakhiri kehamilan (Windiyastuti et al., 2022).
c. Macam-macam Kontrasepsi
Menurut (Mustofa et al., 2020) dalam melaksanakan program Keluarga
Berencana (KB), dianjurkan untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
yang telah terbukti efektif, sebagaimana hasil temuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada, seperti yang telah diketahui sebelumnya :
1) Pil

12
Pil merupakan tablet yang mengandung progestin dan progesteron yang
berfungsi untuk mencegah ovulasi dan mengubah endometrium dalam tubuh
wanita. Pil ini memiliki efektivitas yang tinggi yaitu sekitar 95%. Namun,
sebaiknya tidak digunakan oleh wanita di bawah 18 tahun yang belum
memiliki siklus haid teratur, wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, atau
wanita yang sedang menyusui karena dapat mengganggu produksi ASI.
2) Suntikan
Suntikan adalah prosedur menginjeksikan cairan seperti Devo Provera, Net
Den, atau Noristerat ke dalam tubuh wanita. Metode ini memiliki efektivitas
mencapai 99%. Cara kerjanya adalah menghentikan ovulasi, mengurangi
ketebalan endometrium sehingga tidak mungkin terjadi nidasi, dan
mengentalan lendir serviks untuk menghambat pergerakan sperma melalui
saluran serviks.
3) Susuk KB
Susuk KB merupakan levonorgestrel yang diinsersikan dalam bentuk enam
kapsul di bawah kulit lengan bagian dalam, sekitar 6-10 cm dari lipatan siku.
Cara kerjanya, kontraindikasi, dan efek sampingnya sama dengan suntikan,
tetapi dapat bertahan hingga lima tahun.
4) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim terdiri dari lippessloope (spiral),
multiload, dan Coope-T yang dibuat dari bahan plastic halus yang dilapisi
tipis dengan tembaga. Cara kerjanya adalah dengan melemahkan daya
sperma agar tidak dapat membuahi sel telur wanita melalui penyempitan
akar regangan spiral dan pengaruh tembaga pada plastik tersebut. AKDR
memiliki efektivitas tinggi mencapai 98% dan memiliki keunggulan dalam
lamanya penggunaan, ekonomis, serta dapat dicabut dengan mudah.
5) Sterilisasi (Vasektomi/Tubektomi)
Sterilisasi adalah suatu tindakan medis untuk memutus atau mengikat
saluran atau pembuluh yang menghubungkan testis pada pria atau ovarium

13
pada wanita sehingga sperma yang berada divagina tidak terdapat sperma
sehingga tidak menyebabkan kehamilan. Prosedur ini akan membuat
seseorang steril secara permanen.
6) Alat kontrasepsi lainnya
meliputi kondom, diafragma, tablet vaginal, dan produk baru seperti tisu
yang dimasukkan ke dalam vagina.
7) Intra Uterine Device (IUD)
IUD atau alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim wanita bertujuan
pencegahan kehamilan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman
dan efektif. IUD dipasang di dalam rahim, bukan di dalam vagina, sehingga
tidak mengganggu hubungan seksual. Tingkat kegagalan atau kehamilan dari
penggunaan IUD sangat rendah, dan efek sampingnya minimal. Sementara
itu, pil kontrasepsi adalah tablet yang mengandung bahan progestin dan
progesteron yang bekerja di dalam tubuh wanita untuk mencegah ovulasi
dan mengubah endometrium. Pil kontrasepsi memiliki tingkat efektivitas
yang tinggi, sekitar 95%. Namun, sebaiknya pil kontrasepsi tidak digunakan
oleh wanita di bawah 18 tahun yang menstruasinya belum teratur, serta
wanita yang berusia 35 tahun atau lebih dan sedang menyusui, karena dapat
mengganggu produksi ASI (Air Susu Ibu).

3. Kontrasepsi Suntik
a. Definisi Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah metode kontrasepsi yang diberikan kepada wanita
secara berkala dengan suntikan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Awal tahun 1950-an suntikan pertama progestin ditemukan yang
awalnya berfungsi sebagai penyembuhan untuk penyakit endometriosis dan
kanker endometrium pada Wanita (Yunita, 2019). Saat awal tahun 1960, baru
dilakukan pengujian klinis tentang Pada penggunaan kontrasepsi, terdapat dua
jenis suntikan progestin yang digunakan, yakni depo medroksiprogesteron asetat

14
dan depo noretisteron enantat. Selain itu, pada tahun 1960an ditemukan pula
suntikan depo estrogen.(Septianingrum et al., 2018).
b. Jenis-jenis Kontrasepsi Suntik
Ada beberapa jenis kontrasepsi suntik yang mengandung progestin (Harahap &
Lena Juliana, 2022):
1) Kontrasepsi progestin
a) Depo Medroksi Progesteron Asetat
Mengandung 150mg DMPA, diberikan setiap 3 bulan melalui suntikan
intramuskular. Setelah suntikan pertama, konsentrasi DMPA yang berada
didalam darah akan mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA mampu
menghasilkan mekanisme kerja yang maksimal dalam waktu 3 bulan.
b) Depo noretisteronenanta
Didalam deponoretisteronenanta terkandung sebanayak 200 mg Noretdon
Enantat yang kemudia dapat diberikan melalui suntikan intramuskular
setiap 2 bulan.
2) Kontrasepsi kombinasi Depo estrogen-progesteron.
Obat suntik gabungan ini mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat
sebanyak 25 mg dan Estrogen Sipionat sebanyak 5 mg sebagai bahan aktif
yang terkandung dalamnya.

4. KB Suntik 3 Bulan
a. Definisi KB Suntik 3 Bulan
KB Suntik 3 bulan merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang berupa
suntikan progestin secara IM pada otot gluteus yang diberikan setiap 3 bulan
(Sitorus, 2023). KB suntik ini terkandung hormon Depo medroxy progesterone
Acetate (hormon progestin) 150mg. Pada awalnya, penelitian tentang suntikan
dimulai setelah perang. Pada tahun 1953, Dr. Junkmann mendapatkan hasil
dengan penggabungan progesteron dan alkoloh sehingga membentuk aksi lama
suntikan. Pada tahun 1957, penelitian dimulai pada suntikan norigest, sekarang

15
dikenal sebagai noristerat, dan yang dapat digunakan untuk jangka pendek di
Inggris sesudah vaksin rubella diberikan. Pada tahun 1963, pengujian diawali
pada depo provera/Depo Medroksiprogesteron Asetat yang mendapatkan izin
pemakaian dalam jangka panjang pada tahun 1984 di Inggris karena metode lain
tidak cocok. Sejak tahun 1990, metode ini telah diberikan izin digunakan sebagai
kontrasepsi pilihan pertama (Rizati et al., 2019). Dari dua jenis kontrasepsi suntik
yang tersedia, Depo Provera/Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)
merupakan yang paling umum digunakan.
Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang digunakan sebagai
kontrasepsi suntik mengandung DMPA sebanyak 15 mg dan diberikan tiap 3
bulan melalui suntikan intramuskuler di daerah bokong (Putri & Katharina,
2016). Biasanya, suntikan pertama dari kontrasepsi suntik diberikan pada 7 hari
pertama saat menstruasi atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan
dapat ditemukan dalam kemasan cairan dengan ukuran 3 ml atau 1 ml.
(Nurhayati, 2022). DMPA berfungsi sebagai penghambat ovulasi dalam
mencegah kehamilan. DMPA mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi yaitu
hanya 0,3 kehamilan per 100 pengguna dalam setahun pertama penggunaan. Hal
ini disebabkan penyuntikan yang dilakukan secara rutin. Kontrasepsi suntik
merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif karena tingkat kegagalan
pemakaiannya lebih rendah. Hal tersebut juga menguntungkan karena wanita
tidak perlu mengingat untuk minum pil sehingga kemungkinan lupa sangat kecil.
Kemudian kontrasepsi suntik tidak mendapat gangguan pencernaan seperti
muntah dan diare yang dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi (Rizani, 2021).
b. Indikasi Pemakaian KB Suntik 3 Bulan
Menurut (Erzie, 2019) berikut adalah indikasi penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan :
1) Wanita dalam usia subur
2) Wanita yang belum atau sudah mempunyai anak
3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang efektif

16
4) Setelah mengalami abortus atau keguguran
5) Tidak bisa menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen
6) Sudah memiliki banyak anak, tetapi tidak ingin melakukan tubektomi
7) Sering terlupa mengonsumsi pil kontrasepsi
8) Mendekati usia menopause dan tidak ingin atau tidak diperbolehkan
menggunakan pil kontrasepsi dengan kombinasi.
c. Cara Penyuntikan KB Suntik 3 Bulan
Cara penyuntikan kontrasepsi suntikan menurut (Pinem, 2014) yaitu:
1) Metode kontrasepsi suntikan DMPA dilakukan setiap 3 bulan dalam dosis 150
mg, secara intramuskuler. Penyuntikan dilakukan di daerah pantat (hindari
penyuntikan yang terlalu dangkal untuk menghindari penyerapan kontrasepsi
yang lambat dan tidak efektif). Suntikan diberikan setiap 90 hari tanpa perlu
melakukan pijatan di area suntikan.
2) Sebelum penyuntikan, Kulit dbersihkan dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol isopropil 60% - 90%. Tunggu hingga kulit kering sebelum
melakukan penyuntikan.
3) Kocok obat dengan baik untuk mencegah terbentuknya gelembung udara. Jika
terdapat endapan putih dibawah ampul, hangatkan obat untuk
menghilangkannya. Kontrasepsi suntikan langsung dapat digunakan dan tidak
didinginkan sebelum penggunaannya.
4) Pastikan seluruh obat masuk ke dalam alat suntik sebelum melakukan
penyuntikan
d. Mekanisme Kerja KB suntik 3 Bulan
Menurut Hartanto dalam (Susilowati & SiT, 2023) terdapat dua jenis mekanisme
suntik KB yaitu sebagai berikut :
1) Primer: Menghambat ovulasi
Pengaruhnya pada hipotalamus dan hipofisis, estrogen mampu mencegah
pelepasan hormon follicle stimulating hormone (FSH), yang mengakibatkan
terhambatnya terjadinya perkembangan serta kematangan folikel de Graaf.

17
Selain itu, progesteron juga mampu mencegah pelepasan hormon Luteinizing
(LH). Efek estrogen pada tuba falopi juga meningkatkan peristaltik tuba yang
mengakibatkan konsepsi tidak dapat menuju rahim karena belum mampu
menerima implantasi..
2) Sekunder
a) Lendir serviks menjadi lebih kental dan jumlahnya berkurang, sehingga
berfungsi sebagai penghalang bagi spermatozoa.
b) Endometrium jadi kurang optimal yang bertujuan agar implantasi ovum
yang sudah siap untuk dibuahi.
c) Mampu mempengaruhi laju pergerakan sel telur di dalam saluran tuba
falopi.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, cara kerja
suntikan ini adalah dengan menghambat ovulasi, membuat lendir di mulut
rahim menjadi lebih kental sehingga sperma tidak mampu masuk, mengurangi
ketebalan dan ukuran selaput lendir rahim, serta mencegah aktivitas sel telur
terhadap sel telur (Ira Mingchilina, 2017).
e. Efek samping KB Suntik 3 bulan
Dampak yang sering terjadi sesudah penggunaan KB Suntik 3 bulan antara
lain gangguan pada siklus menstruasi, berat badan menjadi meningkat hingga
tekanan darah juga meningkat. KB suntik 3 bulan disebut juga sebagai KB suntik
DMPA. Hal ini disebabkan kandungan yang terdapat pada KB suntik 3 bulat
terdapat hormon progestin yaitu sama dengan yang terkandung pada Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA) sebesar 150 mg. Hal ini yang mengakibatkan tekanan
darah menjadi meningkat (Istiwardani & Susanti, 2022).
5. Tekanan Darah Tinggi
a. Definisi Tekanan Darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau biasa disebut hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana tekanan darah pada saat sistolik melebihi 140 mmHg dan tekanan darah
pada saat diastolik melebihi 90 mmHg, yang dengan waktu 5 menit sebanyak 2 kali

18
dalam keadaan yang santai. Hipertensi juga dapat disebut sebagai tekanan darah
tinggi yaitu keadaan serius yang membuat pembuluk darah menjadi rusak dan
berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya seperti stroke,
penyakit jantung, gangguan ginjal, dan masalah penglihatan (Kemenkes RI, 2019).
Hipertensi yang biasa disebut oleh masyarakat yaitu tekanan darah tinggi
merupakan keadaan aliran darah yang ada didalam arteri mengalami tekanan yang
meningkat secara konsisten. Seringkali, penderita hipertensi tidak menyadari
keadaannya tersebut dan baru mengetahuinya saat mengalami komplikasi (Alzena
Asadha & Author, 2021).
b. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi
Menurut (Kemenkes RI., 2014) hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan penyebabnya yaitu sebagai berikut:
1) Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan suatu kondisi
hipertensi yang tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya (idiopatik).
Kondisi ini ditemui dengan jumlah presentase 95% di indonesia. Hipertensi
primer cenderung memiliki kecenderungan keturunan dari keluaraganya
yang menjadi faktor genetik dalam terjadinya hipertensi. Selain faktor
genetik, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi hipertensi primer,
seperti hiperaktivitas,lingkungan, susunan saraf simpatis, serta faktor-faktor
risiko lainnya seperti mengkonsumsi alcohol, merokok, dan kelebihan berat
badat.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Sekitar 5-10% dari mereka yang mengidap hipertensi
sekunder, hal ini disebabkan oleh komplikasi dari penyakit yaitu gagal ginjal
atau hormon yang mengalami kelainan serta penggunaan obat-obatan seperti
pil KB, yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sebesar 1-2%.

19
Joint National Committee (JNC) on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure mengelompokan
hipertensi sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8

Kategori Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg)

Normal >120 >80


Pra Hipertensi 129-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 >160 >100
Sumber : JNC 8 dalam (Sucipto et al., 2023)

Tabel 2. 2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO

Kategori Sistolik Diastolik


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-149 90-94
Subkelompok : borderline 140 -159 90-99
Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 < 90
Sub klompok : borderline 140-149 < 90
c. Etiologi Tekanan Darah Tinggi
Pada sebagian besar penderita tekanan darah tinggi, tidak ditemukan kelainan
fisik atau gejala lain selain peningkatan tekanan darah yang menjadi satu-satunya
tanda. Namun, setelah beberapa tahun, penderita dapat mengalami keluhan seperti

20
nyeri kepala di pagi hari saat belum bangun tidur dan hilang saat sudah bangun
tidur. Jika ada gejala seperti itu, hal tersebut mengindikasikan adanya kerusakan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan manifestasi khas sesuai sistem organ
yang dipasok oleh pembuluh darah terkait(Anggy Setiawan et al., 2021).
Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang ada diIndonesia, ditemukan bahwa
penderita hipertensi mengeluhkan gejala seperti sakit kepala, telinga berdengung,
mudah emosi, insomnia, kesulitan bernafas, berat ditengkuk, lebih sering lelah, mata
menjadi kabur, gangguan neurologis, artimia serta gangguan ginjal kronik yang
tidak jarang terjadi(Anggy Setiawan et al., 2021). Gejala tersebut menandakan
bahwa hipertensi harus dikelola dengan baik dan diobati dengan patuh untuk
mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
d. Manifestasi Klinis
Pada penderita hipertensi, terdapat tanda dan gejala yang dapat diamati,
meskipun ada yang tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini dapat menyebabkan
hipertensi terjadi secara berkelanjutan dan berpotensi mengakibatkan banyak
komplikasi. Gejala hipertensi biasanya tidak terlihat secara jelas, namun gejala baru
muncul setelah terjadi kerusakan pada organ tubuh, seperti jantung, ginjal, otak, dan
mata. Beberapa gejala yang sering terjadi pada hipertensi antara lain nyeri kepala,
pusing/migrain, rasa berat di leher, insomnia, mudah Lelah (Musyarofah et al.,
2016).
e. Penatalaksaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia penatalaksanaan
hipertensi bertujuan untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kematian,
serta gangguan kesehatan yang terkait. Sasaran terapi adalah mencapai dan menjaga
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg,
serta mengendalikan faktor risiko lainnya (Kemenkes RI, 2019). National Institutes
of Health dalam (Felmi Aloanis, 2022) merekomendasikan penatalaksanaan
hipertensi melalui pendekatan secara bertahap sebagai berikut:
1) Non Farmakologi

21
a) Mengurangi konsumsi garam dan makanan cepat saji
Agar tekanan darah tetap terjaga, sebaiknya mengurangi konsumsi garam
dalam makanan serta menghindari makanan olahan. Disarankan untuk
mengonsumsi tidak lebih dari 5 gram atau 1 sendok garam dalam sehari.
b) Perhatikan pola konsumsi makanan
Penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan kalium, magnesium,
kalsium, dan insoflapon, karena dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
c) Berhenti merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada
penderita hipertensi, karena nikotin dalam tembakau dapat memperberat
kerja dari jantung dan arteri, sehingga meningkatkan tekanan darah. Oleh
karena itu, berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang sangat
penting bagi penderita hipertensi.
d) Kelola stres
Relaksasi seperti yoga, meditasi, hipnoterapi, terapi murottal, atau terapi
musik klasik dapat membantu mengontrol sistem saraf sehingga membuat
tekanan darah menjadi turun.
e) Lakukan olahraga
Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat sekitar 30-45
menit, 3-4 kali dalam seminggu, dapat membuat tekanan darah sistolik
menurun sebesar 4-9 mmHg.
f) Diet
Berat badan merupakan faktor risiko yang berhubungan erat dengan
hipertensi. Menurunkan berat badan sebanyak 10 kg dapat menurunkan
tekanan darah sebesar 5-20 mmHg.
g) Konsumsi Jus Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L) mengandung kalium yang dapat
membantu mengurangi tekanan darah. Kandungan kalium dalam mentimun

22
dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan menghambat
pelepasan renin dan mengatur ekskresi sodium dan air. Kandungan kalium
dalam mentimun juga baik untuk kesehatan hati dan dapat mengatur ritme
detak jantung serta melawan dampak negatif natrium. Oleh karena itu, jus
mentimun dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk menangani
tekanan darah yang meningkat (Mahbubah et al., 2022).
2) Farmakologi
Terapi farmakologis untuk hipertensi yaitu dengan pemberian obat
antihipertensi yang direkomendasikan untuk menjaga tekanan darah tetap
stabil sehingga dapat menghindari terjadinya komplikasi. Berdasarkan
rekomendasi JNC 8, disarankan untuk memberikan terapi hipertensi dengan
salah satu golongan obat antihipertensi berikut ini (Buli, 2022):
a) Diuretika
Diuretika merupakan jenis obat yang dapat meningkatkan produksi urine
dan mengurangi ekskresi garam (NaCl) dari tubuh. Biasanya digunakan
obat dengan efek berlangsung lama sehingga cukup diberikan dalam dosis
tunggal, terutama diuretika yang tidak mengganggu kadar kalium dalam
tubuh. Beberapa contoh obat diuretika yang banyak digunakan adalah
Spironolakton, HTC, Klorotalidon, dan Indapamid.
b) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat golongan beta-blocker adalah dengan menurunkan
denyut jantung dan daya kontraksi jantung, sehingga mengurangi beban
dan frekuensi kerja jantung. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan
darah yang baik. Beberapa contoh obat golongan beta-blocker adalah
Propranolol, Atenolol, Pindolol, dan lain-lain.
c) Golongan Penghambat ACE dan ARB
Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) adalah jenis obat yang menghambat
aktivitas enzim ACE atau menghalangi ikatan zat angiotensin II pada

23
reseptornya. ACE inhibitor (ACEI) menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II (vasokonstriktor), sedangkan ARB menghambat
ikatan angiotensin II pada reseptornya. Keduanya memiliki efek
vasodilator, sehingga membantu mengurangi beban kerja jantung.
Beberapa contoh obat golongan penghambat ACE adalah Kaptopril dan
Enalapril..
d) Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium channel blocker (CCB) jenis obat yang menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel-sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan
pelebaran pembuluh darah koroner dan perifer. Beberapa contoh obat
golongan CCB adalah Nifedipin dan Amlodipin.
e) Golongan antihiertensi lain
Obat golongan penyekat reseptor alfa perifer yang bekerja secara sentral,
namun penggunaannya terbatas pada populasi lanjut usia karena adanya
efek samping yang signifikan. Obat golongan vasodilator juga terbatas
dalam penggunaannya pada populasi lanjut usia. Beberapa contoh obat
golongan penyekat reseptor alfa perifer adalah Prazosin dan Terazosin.
6. Mentimun
a. Definisi Mentimun
Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang sangat populer di Indonesia.
Sayuran hijau ini sering digunakan sebagai lalapan atau pelengkap makanan, dan
memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Kebanyakan masyarakat suka
mengkonsumsi sayuran ini karena rasanya yang segar dan dapat memberikan efek
menenangkan. Selain itu, mentimun juga diyakini memiliki manfaat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi (Mahbubah et al., 2022).
Sayuran yang dikenal dengan nama latin Cucumis Sativus telah
dibudidayakan di Asia barat sejak 3000 tahun yang lalu. Mentimun dapat tumbuh
baik di daerah beriklim panas ataupun dingin. Mentimun merupakan salah satu jenis
sayuran yang banyak dibudidayakan di Indonesia bahkan seluruh dunia yang

24
menempati peringkat keempat. Selain itu, mentimun juga dikenal sebagai makanan
membuat tubuh menjadi sehat ketika dikonsumsi (Barus et al., 2019).
b. Kandungan Zat Gizi Mentimun
Menurut (Sahala, 2016)Kandungan zat gizi dalam 100 gram Mentimun (Cucumis
sativus L) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. 3 Kandungan Zat Gizi Mentimun (Cucumis sativus L) dalam 100 gram

Zat Gizi Satuan Nilai Gizi


Kalori Kal 15.0
Karbohidrat Gram 3.6
Protein Gram 0.7
Vitamin A UI 105
Vitamin B Gram 7.0
Vitamin C Gram 2.8
Vitamin K Μg 16.4
Kalsium Mg 16.0
Besi Mg 0.3
Magnesium Mg 13.0
Fosfor Mg 24.0
Kalium Mg 147.0
Natrium Mg 2.0
Zink Mg 0.2
Lemak Gram 0.0
Air (%) Persentase 95.2
c. Manfaat Mentimun
Mengkonsumsi mentimun sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Salah
satunya yaitu dapat meningkatkan rasa makanan dan kandungannya yang tinggi
nutrisi yang adekuat sangat penting bagi kesehatan tubuh. Selain itu, mentimun
sering digunakan dalam perawatan kecantikan, menjaga kesehatan tubuh, serta

25
dapat meredakan berbagai penyakit akut dan kronis (Christine et al., 2021).
Keuntungan mengkonsumsi mentimun yaitu dapat mencegah berbagai penyakit.
salah satunya kemampuan dalam mengobati hipertensi dan membuat tekanan darah
terkontrol. Hal tersebut dikarenakan didalam mentimun terkandung nutrisi seperti
potasium, mineral, serat, dan magnesium sebagai pengontrol tekanan darah (Felmi
Aloanis, 2022a). Mentimun sangat bermanfaat bagi penderita tekanan darah tinggi,
keracunan saat hamil, dan gangguan buang air kecil akibat dehidrasi tubuh yang
kurang cairan. Mentimun juga mampu menjaga tubuh kita dari efek negatif sinar
UV dan menjaga kesegaran tubuh seharian. Mentimun juga memiliki peran sebagai
pemambah sistem kekebalan tubuh dan mengandung banyak serat yang bermanfaat
untuk menjaga kelancaran sistem pencernaan (Rahmat Rukmana & Herdi
Yudirachman, 2023).

26
B. Kerangka Teori

KB Suntik 3 bulan merupakan salah satu jenis


kontrasepsi yang berupa suntikan progestin secara IM
pada otot gluteus yang diberikan setiap 3 bulan.

Efek samping KB Suntik 3 Bulan

Gangguan Siklus Haid Peningkatan tekanan darah Peningkatan Berat Badan

Membuat pembuluh darah menjadi


rusak dan berpotensi menyebabkan Hipertensi
stroke, penyakit jantung, gangguan
ginjal, dan masalah penglihatan

Terapi Farmakologi
Terapi Non Farmakologi
1. Diuretika
1. Batasi garam dan
2. Beta blocker
makanan olahan
3. ACEI
2. Pola konsumsi
4. ARB
makanan
5. Reseptor alfa
3. Berhenti merokok
perifer
4. Pengendalian stress
6. Vasodilator
5. Olahraga
6. Mengurangi obesitas
Keterangan: : Diteliti Jus Mentimun
7.
: Tidak diteliti

27
Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Sumber :(Kemenkes RI, 2019); (Sitorus, 2023) ;(Buli, 2022; Felmi Aloanis, 2022; Istiwardani
& Susanti, 2022) dan (Mahbubah et al., 2022)
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Perubahan Tekanan darah


Pemberian Jus Mentimun
Normal:
sistol 60-130 mmHg
diastole 80-89 mmHg
Tinggi:
sistol > 140 mmHg
diastole > 90 mmHg
Rendah:
sistol < 130 mmHg
diastole < 80 mmHg

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat pengaruh konsumsi jus mentimun (Cucumis sativus L) terhadap
perubahan kenaikan tekanan darah pada akseptor akibat pemakaian kb suntik 3 bulan di
Puskesmas Buho-Buho
H0 : Tidak terdapat pengaruh pengaruh konsumsi jus mentimun (Cucumis sativus L)
terhadap perubahan kenaikan tekanan darah pada akseptor akibat pemakaian kb suntik 3
bulan di Puskesmas Buho-Buho

28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi keabsahan hasil. Rencana penelitian berperan sebagai pedoman dalam
merencanakan dan melaksanakan penelitian agar mendapat jawaban dari pertanyaan
penelitian dengan efektif. (Notoatmodjo, 2017). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode pra eksperimen yaitu one grup pretest-posttest design. Pada
desain eksperimen ini, langkah awal dilakukan dengan melakukan pre-test sebelum
intervensi diberikan kepada subjek penelitian, dan setelah intervensi diberikan,
dilakukan post-test untuk mengukur dampak dari intervensi tersebut. Rancangan
tersebut memungkinkan pengukuran intervensi yang lebih akurat karena dapat
mengamati perbandingan sebelum dan sesudah intervensi diberikan. Desain
digambarkan sebagai berikut:
Pre Test Treatment Post Test

O1 X (1-7) O2

Keterangan :
O1 : Nilai pretest
X : Pemberian jus mentimun selama 7 hari
O2 : Nilai post test
B. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanaan di Puskesmas Buho-Buho
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2023
C. Populasi, Sampel dan Objek
1. Populasi

29
Populasi adalah area umum yang mencakup objek atau subjek yang memiliki
ciri-ciri dan jumlah yang telah ditentukan peneliti dengan tujuan agar diteliti dan
dianalisis agar dapat mengambil kesimpulannya (Notoatmodjo, 2018). Populasi
dalam penelitian ini yaitu semua akaseptor KB suntik 3 bulan yang ada di
Puskesmas Buho-Buho yaitu berjumlah 300 orang.
2. Sampel
Sampel mengacu pada bagian, jumlah, dan ciri-ciri dari suatu populasi yang
akan menjadi bahan penelitian. Jika jumlah populasi yang akan menjadi objek
penelitian sangat besar sehingga tidak mungkin peneliti untuk mengamati seluruh
populasi, maka peneliti harus menggunakan sampel yang dapat mewakili populasi
tersebut. Setelah itu, akan diambil kesimpulan yang mencakup keseluruhan
populasi, oleh karena itu, sampel yang harus diambil yang karakteristiknya
mewakili populasi yang telah ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2017). Peneliti
telah menetapkan sampel penelitian yaitu menggunkan akseptor KB suntik 3 bulan
di Puskesmas Buho-Buho. Sampel yang akan diambil sesuai dengan yang
ditetapkan oleh peneliti dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Bersedia menjadi responden
2) Responden menandatangani lembar persetujuan reponden
3) Akseptor KB Suntik 3 Bulan di Puskesmas Buho-Buho
b. Kriteria Eksklusi
1) Menolak menjadi responden
2) Responden mengkonsumsi obat antihipertensi
Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dalam pengambilan
sampel. Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin:
N
n=
1+ ( N ( e ) )
2

Keterangan:
n = Sampel yang akan diteliti

30
N = Populasi keseluruhan
ɛ² = Tingkat kesalahan sampel (sampling error) (Sugiyono, 2017)
Dengan memperhitungkan tingkat kesalahan sebesar 10%, maka jumlah sampel penel
itian akan ditentukan sebagai berikut :

300
n=
1+ ( 300 ( 0,10 )2 )

n=75

Maka sampel yang digunakan yaitu 75 pengguna akseptor KB suntik 3 bulan di


Puskesmas Buho-Buho.

3. Objek
Objek penelitian ini yaitu Akaseptor KB 3 Bulan yang ada di Puskesmas
Buho-Buho.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam sebuah penelitian adalah faktor yang memiliki pengaruh
atau menjadi penyebab perubahan atau munculnya variabel terikat (Notoatmodjo,
2017). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian jus Mentimun
(Cucumis sativus L).
2. Variabel Terikat
Variabel yang terpengaruh atau menjadi hasil dari variabel bebas disebut sebagai
variabel terikat (Notoatmodjo, 2017). Variabel yerikat pada penelitian ini yaitu
Tekanan darah akseptor KB suntik 3 bulan.
E. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3. 1 Definsi Operasional Variabel

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skor Skala


operasional
Variabel Terapi non Jus Lembar - Rasio

31
Independen farmakologi mentimun SOP
: yang disiapkan: Lembar
Jus menggunakan - Didalam ceklis
Mentimun jus mentimun gelas 250
(Cucumis ml
sativus L) -Diminum
saat pagi
hari
sebelum
makan
selama 7
hari
Variabel Hasil Hasil Tekanan Dikatakan Ordin
Dependen: pengukuran pengukuran darah Normal apabila al
Tekanan tekanan darah tekanan diukur tekanan
darah pada darah dengan alat darah :130/60
responden sebelum tensimeter mmHg
sebelum dan mengkonsu Tinggi
setelah msi jus Tekanan
diberikan jus mentimun darah : >140
mentimun mmHg
dalam satuan Hasil Rendah
mmHg. pengukuran Tekanan darah
tekanan < 130 mmHg
darah Sumber:
sesudah (WHO, 2015)
mengkonsu
msi jus

32
mentimun.
F. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:
a. Blender
b. Pisau
c. Gelas 250 ml
d. Sendok
e. Tensi Meter
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu :
a. Mentimun 150 gram
b. Air 200 ml
G. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap persiapan
1) Mengurus izin dari Universitas Jendral Ahmad Yani untuk keperluan
tertentu.
2) Mengirimkan surat permohonan izin menggunakan formulir yang sudah
tersedia diprogram studi yang ditujukan ke Puskesmas Buho-Buho.
3) Menyediakan alat-alat penelitian dan semua keperluan yang akan digunakan
untuk penelitian. Hal yang perlu dipersiapkan yaitu jus mentimun yang
sudah disiapkan dalam gelas dan tensimeter berfungsi sebagai alat ukur
tekanan darah.
2. Tahap penelitian
1) Tahap pengukuran sebelum perlakuan
Pada awal penelitian tekanan darah responden diperiksa terlebih
dahulu sebelum pemberian jus mentimun. Kemudian responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan setelah diberikan penjelasan mengenai

33
mekanisme penelitian. Sebagai tanda bahwa responden setuju mengikuti
penelitian makan responden diminta untuk menandatangani surat pernyataan
bahwa mereka tidak akan mengonsumsi obat selama penelitian berlangsung.
2) Tahap perlakuan
Responden diberikan minuman berupa jus mentimun yang harus diminum
selama periode 7 hari. Proses pembuatan jus mentimun dilakukan sebagai
berikut:
a) Menimbang mentimun dengan berat yang diinginkan, yakni 150 gram.
b) Mengupas kulit mentimun kemudian dibersihkan menggunakan air yang
mengalir.
c) Mentimun dipotong dan dimasukkan kedalam blender.
d) Masukkan 1 gelas air putih berukuran 250 ml kedalam blender.
e) Setelah halus, masukkan jus mentimun ke dalam gelas 250 ml per gelas
kemudia konsumsi 1 kali sehari selama 7 hari secara rutin. Jus
mentimun diminum saat pagi hari 15sampai 30 menit sebelum makan.
Timbang mentimun sesuai ukuran yaitu 150 gram (Gumelar Wicaksana,
2019).
3) Tahap pengukuran setelah perlakuan
Setelah responden diberikan jus mentimun selama 7 hari secara rutin
selanjutnya pada hari ke 8 melakukan pengukuran tekanan darah kembali
dengan alat tensimeter.
3. Tahap pengambilan data
1) Informasi karakteristik sampel
Proses pengumpulan data dimulai dengan mengisi informasi mengenai
karakteristik sampel, termasuk data pribadi seperti nama, jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, serta pekerjaan dari individu yang menjadi subjek
penelitian.
2) Data tekanan darah sebelum intervensi

34
Langkah yang dilakukan sebelum pemberian jus mentimun yaitu memeriksa
tekanan darah lalu mencatatnya dalam formulir observasi tekanan darah
sebelum pemberian jus mentimun.
3) Data konsumsi jus mentimun
Kemudian, dilakukan pengisian catatan konsumsi jus mentimun oleh
partisipan selama periode 7 hari dengan menggunakan formulir ceklis yang
mencantumkan dosis 150mg per hari.
4) Data tekanan darah setelah diberikan jus mentimun
Selanjutnya, dilakukan pengukuran tekanan darah lagi sesudah
mengonsumsi jus mentimun dalam waktu 7 hari, dan hasilnya dicatat dalam
formulir observasi tekanan darah.
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Metode Pengolahan
Dalam menganalisis data, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah
data agar dapat diubah menjadi informasi yang akan berguna pada proses
pengambilan keputusan, yang paling penting untuk menguji hipotesis. Proses
pengumpulan data melibatkan serangkaian langkah sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah proses yang bertujuan dengan memeriksa ulang keakuratan
data yang sudah didapatkan. Setelah data dikumpulkan maka proses
pengeditan akan baru dimulai..
b. Coding
Coding Adalah suatu aktivitas mengkonversi data yang awalnya berbentuk
huruf atau kalimat ke data yaitu berupa bilangan atau angka (Notoatmodjo,
2018).
c. Scoring
Scoring adalah total dari angka yang diperoleh. Pada penelitian ini, skala
interval digunakan untuk mengkategorikan tekanan darah, yaitu normal
dengan nilai 130/60 mmHg, dan rendah dengan nilai 140/90 mmHg.

35
d. Tabulating
Tabulating adalah langkah dalam mengatur data ke dalam bentuk tabel yang
berisi distribusi frekuensi. Data yang sudah didapatkan harus segera
dimasukkan sesuai dengan format yang sudah ditentukan (Arikunto, 2014).
Data diinputkan ke dalam tabel untuk variabel bebas, yaitu variabel
pemberian jus Mentimun (Cucumis sativus L) yang terdapat pada lembar
checklist. Variabel terikat, yaitu tekanan darah yang dicatat data tekanan
darah sebelum dan setelah mengonsumsi jus mentimun ke dalam lembar
observasi. Data kemudian dijelaskan kedalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisis data
Analisa data adalah salah satu langkah penting dalam melakukan tujuan penelitian.
Analisis data ini bertujuan untuk membantu tercapainya tujuan dari penelitian
yaitu agar dapat menghasilkan jawaban dari beberapa pertanyaan penelitian dan
akan menemukan suatu masalah yang sedang diteliti (Sugiyono, 2014)
a. Analisis Univariete
Analisis univariete yaitu menggambarkan dan deskripsikan ciri-ciri tiap
variabel penelitian. Analisis ini hanya menjelaskan dalam distribusi persentase
dan frekuensi dari masing-masing variabel. (Notoatmodjo, 2017) .
Setelah data berhasil dikumpulkan melalui observasi terhadap responden, data
tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian dihitung menggunakan
skala Guttman:
F
P= 100 %
N
Keterangan :
P : Nilai yang diperoleh
F : Skor yang diperoleh
N : Skor maksimal
b. Analisis Bivariate

36
Metode analisis bivariate dalam pengolahan data adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mengkaji atau menyelidiki hubungan atau korelasi antara dua
variabel yang saling terkait (Notoatmodjo, 2017) . Untuk memahami korelasi
antara dua variabel, peneliti menggunakan metode uji statistik Wilcoxon. Data
yang digunakan memiliki bentuk ordinal. (Sugiyono, 2014).

37
DAFTAR PUSTAKA
Alzena Asadha, S., & Author, C. (2021). Efektivitas Jus Mentimun (Cucumis
Sativus L) Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Jurnal Medika Hutama. Http://Jurnalmedikahutama.Com
Anggy Setiawan, D., Icha Sukamto, F., Nurhidayat, S. , Andarmoyo, S. , &
Muftiana, E. (2021). Hak Kekayaan Intelektual (Hki) Video Pembelajaran
Prosedur Pemberian Terapi Rendam Kaki Air Hangat Pada Lansia Hipertensi.
(Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. . Jakarta :
Rineka Cipta.
Astiaty Dinopawe, Melawati Wakano, & Priska Yulia Louhenapessy. (2022).
Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Depo  Medroxy Progesterone
Acetate (Dmpa)  Dengan  Peningkatan Berat Badan Dan Gangguan Haid Di
Puskesmas Rijali  Kota Ambon. Pasapua Health Journal, , 4(1), 30–24.
Badan Pusat Statistik. (2022). Banyaknya Klinik Keluarga Berencana Dan Pos
Pelayanan Keluarga Berencana Desa Menurut Kabupaten/Kota (Unit), 2019-
2021. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara:
Https://Malut.Bps.Go.Id/Indicator/30/42/1/Banyaknya-Klinik-Keluarga-
Berencana-Dan-Pos-Pelayanan-Keluarga-Berencana-Desa-Menurut-
Kabupaten-Kota.Html.
Badan Pusat Statistik. (2023). Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Dan
Berstatus Kawin Yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat Kb (Persen),
2020-2022. Https://Www.Bps.Go.Id/Indicator/30/218/1/Persentase-Wanita-
Berumur-15-49-Tahun-Dan-Berstatus-Kawin-Yang-Sedang-Menggunakan-
Memakai-Alat-Kb.Html.
Barus, M., Ginting, A., Juliana Turnip, A., & Studi Ners Stikes Santa Elisabeth
Medan, P. (2019). Terapi Jus Mentimun Menurunkan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi 1). In Jurnal Mutiara Ners Juli (Vol. 2, Issue 2).
Bkkbn. (2016). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kb Metode Kontrasepsi Jangka 
Panjang (Mkjp) . Bkkbn, Jakarta.
Bkkbn. (2022). Laporan Akuntabilitas Dan Kinerja Instansi Pemerintah 2021(Vol.
2, Issue 1).
Buli, K. M. P. (2022). Evaluasi Penggunaan Terapi Antihipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Di Puskesmas Rembon Kecamatan Malimbong Balepe, Tana
Toraja .

38
Christine, M., Ivana, T., Martini, M., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Banjarmasin, S.
I. (2021a). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah
Lansia Dengan Hipertensi Di Pstw Sinta Rangkang Tahun 2020. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 6(1), 53.
Christine, M., Ivana, T., Martini, M., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Banjarmasin, S.
I. (2021b). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah
Lansia Dengan Hipertensi Di Pstw Sinta Rangkang Tahun 2020. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 6(1), 53.
Dewi, R. (2020). Pengaruh Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kejadian
Hipertensi  Di Puskesmas Pembantu Blindungan Kab. Bondowoso. Jurnal
Mid-Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan29, Vol 3(1).
Dinkes Kota Ternate. (2020). Laporan Indikator Kegiatan Program Tahun 2019.
Erzie, U. R. (2019). Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Kb Suntik 3  Bulan
Dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor Kb Di  Wilayah Kerja
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu  Tahun 2019.
Fatmawati, A. , , Mulyani, M., & Lusiani, E. (2020). Hubungan Lamanya
Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Suntik Tiga Bulan Dengan
Hipertensi. . Jurnal Kesehatan Holistic, 4(2), 21-29.
Felmi Aloanis. (2022a). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Sedang Mulya Kecamatan
Tembalang.
Felmi Aloanis. (2022b). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Sedang Mulya Kecamatan
Tembalang.
Gumelar Wicaksana, D. (2019). Efektivitas Pemberian Jus Mentimun Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Desa Kersikan
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi.
Harahap, & Lena Juliana. (2022). “Penyuluhan Peningkatan Pengetahuan Pus
Dalam Memilih Jenis Kontrasepsi Suntik Untuk Meminimalisir Efek Samping
Di Desa Huta Holbung Kecamatan Angkola Muaratais.” Jurnal Pengabdian
Masyarakat Aufa (Jpma) 4, No. 1 (2022): 98-104.
Ira Mingchilina, I. M. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga
Berencana (Kb) Pasca Persalinan Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kurun
Kabupaten Gunung Mas.
Istiwardani, A., & Susanti, R. (2022a). Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada
Akseptor Pengguna Kontrasepsi Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate.

39
Journal Syifa Sciences And Clinical Research, 4(2).
Https://Doi.Org/10.37311/Jsscr.V4i2.14794
Istiwardani, A., & Susanti, R. (2022b). Volume 4 Nomor 2 Analisis Perbedaan
Tekanan Darah Pada Akseptor Pengguna Kontrasepsi Suntik Depo
Medroxyprogesterone Acetate. Journal Syifa Sciences And Clinical Research.
Https://Doi.Org/10.37311/Jsscr.V4i2.14794
Kemenkes Ri. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. . Kemenkes Ri;
2015.
Kemenkes Ri. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Maharani, D. E. , & Ocvita, W. E. (2023). Hubungan Karakteristik Ibu Dan
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian Preeklampsia
Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Permas: . Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, 13(3),
737-750.
Mahbubah, I., Fatkhur Rahman, H., & Nur Hafifah, V. (2022). Pengaruh
Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(3), 748.
Http://Jurnal.Globalhealthsciencegroup.Com/Index.Php/Jppp
Marmi. (2016). Buku Ajar Pelayanan Kb. . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mustofa, Z., Nafiah, N., & Dyna, P. Septianingrum. (2020). “Hukum Penggunaan
Alat Kontrasepsi Dalam Prespektif Agama Islam.” . Ma’alim: Jurnal
Pendidikan Islam 1, No. 02 (2020): 85-103.
Musyarofah, N. A. , Ramdhan, I. M. , & Masnina, R. (2016). Hubungan Antara
Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan Pada Lansia Dengan
Status Kesehatan Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Juanda Kecamatan Samarinda Ulu.
Natasia, A. , Suprapti, S. , & Trilestari, T. (2023). Gambaran Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kotagede Ii Bulan
November-Desember 2020. Inpharnmed Journal (Indonesian Pharmacy And
Natural Medicine Journal), 6(2), 82-90.
Notoatmodjo, S. (2017). Metodologi Kesehatan Kesehatan. . Rineka Cipta:
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan Ke-3. . Pt
Rineka Cipta.
Nurbaity, & Trisundari, D. (2023). Hubungan Pengetahuan Dan Paritas Ibu
Dengan Penggunaan Kb Suntik Di Pmb Zuniawati Palembang Tahun 2021.
Jurnal Kesehatan Dan Pembangunan, 13(25).

40
Nurhayati, S. (2022). Monograf Depo Medroxy Progesteron Acetate (Dmpa) &
Gangguan Siklus Menstruasi. . Cv Pena Persada.
Pinem. (2014). Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. . Trans Info Media
Jakarta.
Putri, E. , & Katharina, T. (2016). Hubungan Lama Penggunaan Suntikan Tiga
Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan Di Rumah Bersalin Mariana Kubu Raya
Tahun 2016. Jurnal_Kebidanan, 6(2).
Rahmat Rukmana, & Herdi Yudirachman, M. T. (2023). Bisnis Dan Budidaya
Sayuran Baby. . Nuansa Cendekia.
Rizani, A. , & S. E. (2021). Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy
Progesteron Asetat (Dmpa) Dengan Pertambahan Berat Badan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017. . Jurnal
Skala Kesehatan, 12(1), 42-53.
Rizati, E. U. , Ismiati, I. , Eliana, E. , Sumiati, S. , & Widiyanti, D. (2019).
Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Kb Suntik 3 Bulan Dengan
Peningkatan Berat Badan Akseptor Kb Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang
Kota Bengkulu Tahun 2019. (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes
Bengkulu).
Sahala, Aldo. (2016). Raja Obat Alami. Rapha Publishing.
Sardevi, S. , & Sembiring, N. M. P. B. (2022). Faktor–Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di
Praktek Bidan Mandiri Efita Ps Tahun 2022. . Jurnal Sains Dan Kesehatan,
6(2), 43-50.
Septianingrum, Y., Wardani, E. M., & Kartini, Y. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingginya Akseptor Kb Suntik 3 Bulan. Jurnal Ners Dan
Kebidanan (Journal Of Ners And Midwifery), 5(1), 015–019.
Https://Doi.Org/10.26699/Jnk.V5i1.Art.P015-019
Siregar, R. J., & Harahap, M. L. (2021). Hubungan Lama Pemakaian Dengan Efek
Samping Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Pada Akseptor Kb. Jurnal Mutiara Ners,
4(2), 100–104. Https://Doi.Org/10.51544/Jmn.V4i2.1951
Sitorus. (2023). Pengaruh Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap
Peningkatan Berat Badan Pada Akseptor Kb Di Puskesmas Bagan Batu
(Doctoral Dissertation, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera
Utara).
Sucipto, A. , Puspaningtyas, D. E., Prasetyaningrum, Y. I., Luturmas, A. K. ,
Pranata, I. K. S. A., Zhafira, H. R. , & Firdausi, Q. (2023). Skrining Pada

41
Masyarakat Komorbid Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Melalui Kegiatan Posbindu. . Tepis Wiring: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(1), 12-19.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
Dan  R&D. Alfa Beta.
Suparman, N., Fadjar Tri Sakti, & Engkus Engkus. (2021). “Evaluasi Program
Keluarga Berencana Pada Era Desentralisasi Di Kuningan Jawa Barat.” .
Jppuma: Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik Uma (Journal Of
Governance And Political Social Uma) 6, No. 2 (2018): 122-131.
Susilowati, E. , & Sit, S. (2023). Kb Suntik 3 (Tiga) Bulan Dengan Efek Samping
Gangguan Haid Dan Penanganannya. . Majalah Ilmiah Sultan Agung,
50(126), 32-42.
Windiyastuti, H. , Maulindar, J. , & Susanto, R. (2022). Aplikasi Permintaan Alat
Dan Obat Kontrasepsi Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kabupaten Klaten
Untuk Pelayanan Kb Berbasis Android. . In Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Informasi Dan Bisnis (Pp. 439-444).
Yunita, E. Pristi. (2019). Penggunaan Kontrasepsi Dalam Praktik Klinik Dan
Komunitas. . Universitas Brawijaya Press, 2019.
 

42

Anda mungkin juga menyukai