PROPOSAL
OLEH
2019
PERSETUJUAN
Proposal ini telah disetujui untuk dipertahankan pada ujian proposal dengan judul
hemodialisa”
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.Proposal ini teah diajukan pada ujian proposal
Penguji 1, Penguji 2,
Penguji 3,
iii
Kata Pengantar
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang mah esa atas berkat
Hemodialisa”.
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses pengerjaan
pendidikan;
2. Made Martini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
proposal ini;
5. Kepada wali kelas (B) Ns. Gede Budi Widiarta S.Kep.,M.Kep yang telah
bersedia menjadi wali kelas selama 8 semester ini dan selalu mendukung
iv
6. Direktur Rumah Sakit Umum Kertha Usada dr. I Wayan Parna Arianta,
MARS. dan seluruh staf yang telah kooperatif dan banyak memberikan
dan tidak lupa juga kepada 3 saudara yang Dewa Putu Artha Jaya, Dewa
Komang Ari Wijaya dan Desak Ketut Asri Jayanti telah memberikan doa,
Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis membutuhkan segala kritik dan saran yang
Peneliti
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Konsep Teori
Hemodialisa .................................................................................................. 58
vi
L. Analisis Data .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SKEMA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan untuk
masyarakat pada saat ini menunjukkan adanya pergeseran tren dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular yang sangat meningkat (Putri 2018).
258 juta dan 73% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak
dua unsur utama yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
ginjal kronik pada umumnya ditandai dengan penurunan fungsi ginjal dan
dengan kondisi klinis yang semakin menurun. Gagal ginjal kronik merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irefersibel dimana tubuh gagal
1
2
sehingga akan terjadi uremia dan mengarah pada kematian (Padila 2012).
Gagal ginjal kronik di dunia saat ini mengalami peningkatan, sehingga
menjadi masalah kesehatan yang serius, hasil penelitian dari Global Burden of
18 pada tahun 2010 (Moeloek, 2018). Jumlah pasien gagal ginjal kronik selalu
merilis data jumlah penderita gagal ginjal kronik pada tahun 2013 meningkat
sebesar 50% dari tahun sebelumnya dan di Amerika angka kejadian gagal
ginjal kronik meningkat sebesar 50% pada tahun 2014 dan setiap tahun
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, Indonesia Renal Registry (IRR)
mencatat pasien baru dengan gagal ginjal kronik mencapai 21.050 orang.
Jumlah tersebut naik di tahun 2016 sebesar 25.446 orang, sehingga pasien
dengan gagal ginjal kronik di Indonesia di perkirakan lebih dari 150 ribu
orang (Republik.co.id 2018). Data Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali tahun
2013 menunjukan angka prevalensi gagal ginjal kronik sebanyak 0,2 % yang
(Riskesdas 2013)
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik bisa dilakukan dengan berbagai
Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak
2% penderita gagal ginjal kronik menjalani terapi peritoneal dialisis dan 98%
terapi pengganti ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme dan zat – zat
toksik tertentu dari peredaran darah tubuh seperti air, natrium, kalium,
hidrogen, kreatinin, urea, dan asam urat serta zat – zat lainnya melalui
dialiser. Teknik yang digunakan pada terapi hemodialisa adalah melalui difusi,
osmosis dan ultrafiltrasi yang berfungsi untuk pengalihan darah pasien dari
tubuhnya melalui dialiser dan kembali lagi ke dalam tubuh pasien (Isroin
2016)
Salah satu masalah yang paling sering terjadi pada pasien yang
peran perawat dalam memonitor masukan cairan pada pasien yang mengikuti
4
hemodialisa. Menurut (Hanun, dkk 2016) IDWG yang dapat di toleransi oleh
tubuh tidak boleh lebih dari 3% berat badan kering. Berat badan kering
merupakan berat badan yang normal tanpa adanya cairan berlebih pada tubuh.
Cairan berlebih pada tubuh pasien dengan gagal ginjal kronik akan
hipotensi, hipertensi dan sesak nafas, dan bisa berujung pada kematian (Isroin
demografi, masukan cairan, rasa haus, dukungan sosial keluarga, stress dan
dan proses seleksi sehingga mempengaruhi rasa percaya diri pasien yang
harus memiliki self efficacy yang tinggi dalam memotivasi diri untuk
dalam kategori ringan, sebanyak 12,4% dalam kategori rata-rata dan sebanyak
26,9% dalam kategori kenaikan berat badan bahaya. Hal ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya jenis kelamin dimana laki – laki lebih banyak
sebelumnya oleh (Susilawati, dkk. 2018) dengan judul “Efikasi Diri dan
Pembatasan Cairan” dengan hasil uji korelasi pearson ada hubungan antara
menjalani program pembatasan cairan. Ekasi yang kuat membuat pasien yang
dapat meningkatkan secara bermakna self efficacy dan IDWG pada pasien
pada bulan Desember tahun 2018 jumlah pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa sebanyak 156 orang dan terjadi peningkatan pada bulan
mendapatkan hasil tiga dari sepuluh orang pasien memiliki berat badan rata-
6
rata 61,73 kg, enam orang dengan berat badan rata-rata 52,95 kg dan satu
orang memiliki berat badan 49 kg. peneliti juga melakukan pengukuran berat
badan pre hemodialisa ke 2 pada tanggal 2 Ferbruari 2019 dengan pasien yang
sama didapatkan hasil tujuh orang dari sepuluh pasien dengan rata-rata berat
IDWG rata-rata 4.9% dan tiga orang memiliki rata-rata berat badan 65,4
tujuh diantaranya memiliki self efficacy yang tergangu dengan alasan pasien
tidak mampu menahan rasa haus dan pasien tidak percaya tentang
berat badan antara dua waktu dialisis sehingga tidak mengikuti diet cairan dan
kepala ruangan dan perawat yang bekerja di unit hemodialisa di dapatkan data
50% dari 164 pasien mengalami peningkatan IDWG dengan keluhan bengkak
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa self efficacy merupakan faktor
keyakinan dalam diri pasien untuk meningkatkan kepatuhan diet cairan dan
makanan agar tidak terjadi peningkatan IDWG, oleh karena itu peneliti tertarik
meneliti hubungan antara self efficacy dengan Interdialytic Weight Gain pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubunga antara self efficacy dengan
mengikuti hemodialisa
c. Mengidentifikasi self efficacy pada pasien hemodialisa
d. Menganalisis bagaimana hubungan antara self efficacy dengan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
selanjutnya
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi terhadap
hemodialisa
4. Bagi masyarakat
8
dengan self effikasi pada pasien yang menjalani pembatasan cairan pada
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Gagal Ginjal Kronik (GGK)
a. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal secara
Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis,
9
10
masalah yang akan muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
untuk terjadi pendarahan akibat status uremik pasien, terutama dari sel
GI. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang
11
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun.
(mL/menit/1.73m2)
I Kerusakan ginjal disertai LFG ≥ 90
normal
II Kerusakan ginjal disertai 60 – 89
e. Manifestasi Klinis
12
suara krekels.
3) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomiting yang berhubungan dengan
ammonia.
4) Gangguan muskuluskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu
dan rapuh.
6) Gangguan endokrin
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
vitamin D.
7) Gangguan cairan dan keseimbangan asam dan basa
13
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
hipokalemia.
8) Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan
dialisis.
i) Dialisis dan program transplantasi, segera dipersiapkan setelah
program transplantasi.
g. Komplikasi
Menurut (Isroin 2016) komplikasi potensial gagal ginjal kronik
angiotensin, aldosterone.
d) Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
satu tugas tubuh paling kompleks, menjaga agar sel-sel tubuh tetap
dan dalam kondisi sehat maupun sakit. Lingkungan tubuh yang stabil
asam dan basa) pada kadar yang dapat ditoleransi tubuh. Membran
2014).
asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding
antara lain air dan toksik uremik keluar tubuh. Berbeda dengan cara
sesinya atau tiga kali dalam seminggu selama empat sampai dengan
(adekuat), yakni kondisi cairan tubuh optimal yang dicapai oleh proses
purifikasi darah. Dalam keadaan ini pasien akan merasa segar dan
1) Difusi
Dihubungkan dengan pergeseran partikel-partikel dari daerah
3) Ultrafiltrasi
Terdiri dari pergeseran cairan lewat membran semipermiabel
buatan.
c. Prosedur pelaksanaan hemodialisa (HD)
Prosedur pelaksanaan hemodialisis dibagi menjadi 3 yaitu: (Wijaya &
Putri 2013)
1. Tahap persiapan :
a. Mesin sudah siap digunakan
b. Alat lengkap (set HD): dializer, av blood line, av vistula, cairan
dialisat pekat, infuse set, spuit (1 cc, 5 cc, 10 cc, dan 20 cc),
plester.
c. Obat–obatan (lidocain, alcohol, betadin, heparin, kalmetason,
dialisis).
2. Tahap pelaksanaan:
a. Penjelasan pada pasien dan keluarga.
b. Menimbang berat badan pasien.
c. Mengatur posisi pasien dan melakukan pengukuran tanda-tanda
vital (TTV).
d. Siapkan sirkulasi mesin.
e. Persiapkan tindakan steril pada daerah punksi.
19
(±50.100 cc).
8. Setelah outlet dicabut, bekas punksi outlet ditekan dengan
d. Indikasi
Menurut (Widiana et al. 2017) indikasi dari hemodialisa di bagi
menjadi 10 yaitu:
1. Kelebihan cairan badan derajad berat. Kelebihan cairan badan pada
gastrointestinal.
5. Kelemahan dan letargi, somnolen, stupor, koma, delirium,
ensefalopati uremik.
6. Perikarditis dengan resiko perdarahan dan tamponade. Kondisi ini
tamponade kordis.
7. Perdarahan seperti epistakis, perdarahan gastrointestinal.
8. Asidosis metabolik berat (pH < 7,2 dan/atau kadar bikarbonat < 12
akumulasi toksin uremik lainnya yang bersifat toksik dan tak dapat
proses HD.
e. Kontraindikasi
Ha-hal yang perlu diperhatikan mengenai kontraindikasi terapi
akses vaskuler.
2. kontraindikasi relative tindakan HD kronik antara lain:
a) pasien dengan masalah akses vaskuler berat.
b) gagal jantung
c) Hemodinamik tidak stabil
d) Koagulopati
e) Keganasan lanjut
f) Kondisi terkait gagal organ lanjut: diemensia, sindrom lanjut
ensefalopati.
g) AIDS stadium lanjut.
f. Komplikasi Akut Hemodialisis
Komplikasi akut pada saat proses hemodialisis yaitu: (Widiana et al.
2017)
1) Hipotensi intradialitik
Dilaporkan Insiden hipotensi intradialitik antara 10% dan
liter per jam akan menurunkan volume plasma lebih dari 20%. Hal
2) Hipertensi Intradialitik
Hipertensi intradialitik dilaporkan 8% sampai dengan 30%.
cairan (ultrafiltrasi).
Pencegahan dilakukan dengan cara mengatur kadar natrium
obat. Beberapa jenis obat dapat ikut terbuang selama proses dialisis
berat badan kering atau berat badan target secara lebih akurat,
awal saat kadar ureum tidak terlalu tinggi. Selain itu, HD secara
darah yang lebih rendah, dengan target reduksi urea darah dibatasi
diawali dengan lama sesi dua sampai dengan tiga jam dan dalam
ditingkatkan secara bertahap sampai dengan lima jam per sesi, bila
(erythropoiesis-stimulating agents)
c. Penyebab sentral, seperti ensefalopati uremik, sindrom
perdarahan otak
d. Penyakit neurologi fokal, seperti strok perdarahan atau strok
iskhemik
e. Keracunan, seperti keracunan aluminum.
Pengobatan kejang terdiri dari:
a. Segera hentikan HD
b. Pertahankan jalan nafas dengan pemberian oksigen nasal
c. Periksa kemungkinan kelainan metabolik; pemberian obat-obat
terjadi hipoglikemia.
8) Sakit Kepala
Sakit kepala umum terjadi saat HD dan dikeluhkan sebagai
Sakit kepala bisa juga disebabkan akibat berat badan kering telah
thrombocytopenia).
11) Komplikasi Pulmoner
Hipoksia dapat terjadi pada terapi HD. Kondisi ini dapat
multifaktorial seperti:
a. Penggunaan dialisat asetat yang menyebabkan penurunan
oksigenasi nasal.
12) Emboli udara
Jarang terjadi, karena sirkuit ekstrakorporeal didesain
kejang dan koma. Bila pasien berbaring, maka udara akan masuk
umumnya sesak, batuk kering, nek pada dada dan apneu. Bila
mekanik
32
konsentrat dialisat.
14) Hipernatremia
Bila terjadi masalah teknis kesalahan monitor konduktivitas
atau alarem yang tidak berfungsi dengan baik maka dapat terjadi
pasien di rumah sakit rawat inap, berikan infus dekstrosa 5%. Bila
dari analisis data demografi, penyakit dasar, jadwal HD, mesin HD,
pasein.
20) Kelemahan pasca hemodialisis
Perasaan lemah ini dialami oleh sekitar sepertiga pasien
suplementasi L-carnitine.
21) Pruritus
Faktor etiologi pruritus pada HD adalah kulit atropi dan
yang adekuat.
22) Gangguan Genitouriner
Priapismus dialami kurang dari 0,5% pasien HD laki-laki.
1. Definisi
paien, yaitu berat badan post dialysis setelah sebagian besar cairan
yang dapat dicapai pasien seharusnya tanpa disertai keluhan dan gejala
2. Klasifikasi IDWG
3 kelompok, yaitu:
Derajat Persentase
kenaikan
Ringan 1–3%
Sedang 4–6%
Berat ≥ 6%
3. Pengukuran IDWG
BB post dialisis I
39
Keterangan:
periode ke-2
periode pertama.
4. Komplikasi IDWG
1. Edema
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Hipotensi
4. Hipertensi
5. Sesak nafas.
5. Faktor – faktor yang berkontribusi terhadap IDWG
(istanti 2014)
1. Jenis kelamin.
Interdialytic weight gain (IDWG) berhubungan dengan
2016).
3. Rasa Haus
Haus adalah hasil langsung dari terlalu banyaknya garam
2016)
4. Dukungan keluarga
Keluarga merupakan bagian dari kehidupan pasien yang
hasil yang diinginkan selain itu (Bandura 2000 dalam Istanti 2016)
theory).
Self efficacy mampu mempengaruhi proses piker sehingga
4. Self Efficacy
a. Definisi
Albert Bandura mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan
efficacy merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self
hari. Hal ini disebabkan self efficacy yang dimiliki ikut mempengaruhi
45
terhadap usaha yang sedang dilakukan, akan tetapi self efficacy juga
menerus.
2. Pengalaman orang lain (vicarious experience)
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan
1. Tingkat (Level)
Tingkat ini bekaitan dengan derajat kesulitan tugas individu saat ia
mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas -tugas yang paling sulit
48
kemampuannya.
2. Kekuatan (strength)
Kekuatan ini berkaitan dengan tingkatkekuatan pada keyakinan
menyelesaikannya.
3. Generalisasi (generality)
Generalisasi ini berhubungan dengan luas bidang tingkah laku
1. Proses Kognitif
Self efficacy mempengaruhi proses pikir manusia yang
diraih.
b. Inferential thinking merupakan kemampuan seseorang untuk
yang kompleks, tidak jelas dan tidak pasti, secara efektif fakta
ketidak pastian.
2. Proses Motivasional
Kemampuan untuk memotivasi diri dan melakukan
diinginkan.
3. Proses Afektif
Self efficacy individu mengenai kemampuannya
Hemodialisa
Gagal ginjal kronik adalah ganguan fungsi renal yang progresif dan
menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam darah)
kreatinin semakin tinggi, GFR semakin turun, gejala pucat dan bengkan
antara lain air, dan toksik uremik keluar tubuh (Widiana et al. 2017). Salah
satu masalah yang paling sering terjadi pada pasien yang mengikuti terapi
dan sesak nafas, dan bisa berujung pada kematian (Isroin 2016). Faktor-
cairan, rasa haus, dukungan sosial keluarga, stress dan self efficacy (Istanti
2016).
afektif dan proses seleksi sehingga mempengaruhi rasa percaya diri pasien
seseorang harus memiliki self efficacy yang tinggi dalam memotivasi diri
baik.
juga dilakukan oleh (Wulandari, Sianturi, and Supriadi 2016) dengan judul
54
(88.6%) di dapatkan nilai p value = 0,011 untuk self efficacy dengan arah
korelasi positif artinya semakin ada self efficacy semakin patuh dalam
mencapai suatu hal yang diinginkan, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut maka individu tersebut
akan semakin patuh terhadap diet dan terapi yang sedang dijalankan, begitu
B. Kerangka Teori
1. Transplantasi Ginjal
2. Dialisis Terapi medis Terapi non medis
- Peritonial dialisis
-
Penatalaksanaan
Hemodialisa Diet gagal ginjal
pasien yang menjalani
kronik
hemodialisa
Komplikasi IDWG 1. Diet dan masalah
1. Edema cairan
2. pertimbangan Faktor – Faktor Yang
2. Peningkatan tekanan
medikasi Mempengaruhi IDWG
vena jugularis
3. Hipotensi 1. Jenis kelamin
4. Hipertensi 2. Jumlah masukan
IDWG Cairan
3. Rasa Haus
4. Dukungan keluarga
Faktor – faktor yang mempengaruhi 5.
self efficacy: 6. Stres
1. pengalaman keberhasilan
2. pengalaman orang lain
3. persuasi verbal
4. kondisis fisisologis
56
Self efficacy
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau kerangka berpikir adalah dasar pemikiran pada
(Saryono 2010). Kerangka berpikir dapat diperoleh melalui dasar teori yang
digunakan peneliti. Melalu dasar teori dalam buku baik di jurnal ataupun
sumber data lain mengarahkan pada asumsi peneliti. Hasil dari asumsi
2016).
57
58
B. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan rancangan
dan pengkuran variabel pada satu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak
59
terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna
bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan
hipotesis, yaitu hipotesis nol yang artinya tidak adanya perbedan antara
ini yaitu:
a. Variabel Independen
Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut
(IDWG).
c. Variabel Pengganggu (counfouding factor)
Variabel pengganggu atau variabel luar merupakan variabel
Kertha Usada.
Oprasional
Variabel self efficacy adalah Wawancara Skor self efficacy Ordinal
dapat kueisioner
diinginkan
Variabel Interdialytic Pengukuran Skor IDWG dalam Ordinal
hemodialisa diantara dua waktu periode 1 dan & Yakti n.d. 2018)
dialisis penimbangan
HD periode ke 2
Rumus IDWG:
Hemodialisa I
62
dikurang berat
badan pre
hemodialisa II
post hemodialisa I
Sumber:
(Handayani 2014)
Usada, adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 164 orang pada
tidak dapat mengambil jumlah yang terlalu besar dan jauh (Saryono 2010).
Kreteria inklusi:
seminggu
b. pasien yang rutin mengikuti terapi hemodialisa
63
Kreteria eksklusi
Besar sampel
n= N
1 + N (d)2
n= 164
1 + 164 (0,05)2
n= 164
1 + 164(0,0025)
n= 164
1+0,41
n= 164
1,41
n = 116
keterangan:
n : Besar sampel
Desember 2018 berjumlah 156 mejadi 164 pada bulan Januari 2019, selain itu
diantara dua waktu dialisis dan tempat penelitian strategis dan mudah
terjangaku maka dari itu peneliti memilih RSU. Kertha Usada sebagai tempat
teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika
melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
inclusiveness)
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner self efficacy
yang dibuat oleh peneliti dan timbangan yang sudah di kalibrasi oleh petugas.
1. Lembar kuesioner tentang Self Efficacy
Penelitian ini mengguakan instrumen berupa lembar kuesioner self
item pernyataan, terdiri dari sepuluh item pernyataan negatif dan satu item
tiga poin skala likert, yaitu nilai satu berarti tidak setuju, nilai dua berarti
negatif yaitu nilai satu berarati setuju, nilai dua berarti ragu-ragu dan nilai
tiga berarti tidak setuju. Nilai tertinggi yang dicapai responden adalah 33
pembimbing dan komite etik dari kampus sekolah tinggi ilmu kesehatan
rencana penelitian kepada kepala ruangan dan perawat yang bekerja di unit
hemodialisa.
2. Tahap Pelaksanaan
dengan selang antara periode pertama dan periode kedua tiga hari sesuai
hemodialisa.
J. Validasi dan Reliabilitas
1. Validasi
Validasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk
cermat mengenai data tersebut. Cermat dalam hal ini, dilakukan dengan
alat ukur sesuai dengan kasusnya. Item pertanyaan yang dibuat diuji
uji validasi, dengan melihat korelasi antar item. Selama proses uji validasi,
Keterangan:
n = jumlah responden
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan melihat
dahulu kepada responden. Berikut adalah rumus uji reabilitas yang dapat
> 0.60 maka reliable, dengan rumus sebagai berikut (Donsu 2016).
Keterangan:
r = Koefisien reliability pertanyaan
k = Banyaknya butir pertanyaan
= Total varians
= Total varian butir.
K. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul sebelum dilakukan analisis data, terlebih
b. Coding
digunakan untuk “entry data” penelitian adalah paket program SPSS for
Window.
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
L. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunaka analisis univariate
b. Analisis Bivariate
Analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan atau
korelasi antara kedua variabel independen yaitu self efficacy dan variabel
dalam penelitian ini dalam skala ordinal, sehingga uji yang digunakan
2017). Dalam analisa ini akan diperoleh nilai sig dan Coeffetion
71
correlation. jika sig < 005 artinya Ho ditolak atau ada hubungan yang
dengan +1 yang menunjukkan kuat rendah dan arah hubungan atara dua
hubungan positif yang artinya semakin baik self efficacy maka semakin
72
Lampiran 1: Jadwal Penelitian
Kegiatan Penyusunan Okt 18 Nov-18 Des 18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 Mei 19 Jun-19 Jul-19
Skripsi 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembagian Pembimbing
Proses Pengajuan Judul
Proses Bimbingan
Proposal
UJIAN PROPOSAL
Proses Perbaikan
Proposal
Proses Penelitian
Proses Bimbingan hasil
dan pembahasan
UJIAN SKRIPSI
Proses Perbaikan
Skripsi
Proses Pengumpulan
Hard & Soft Copy
Skripsi
Pengumuman Nilai
Mata Kuliah SKRIPSI
Lampiran 2 : Pernyataan Keaslian Penulisan
NIM : 15060140104
Jurusan : S1 Keperawatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran sendiri. Apabila dikemudian hari dapat
dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia
Kertha Usada”.
penelitian dan memberikan jawaban sesuai dengan yang dirasakan serta mengikuti
penelitian ini dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai
identitas saya akan ditulis dengan inisial dan akan tersimpan ditempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam
penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya
sanksi atau kehilangan hak-hak saya. Saya telah diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian
ini dan telah dijawab serta dijelaskan secara rinci oleh peneliti.
Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini
Peneliti Responden
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Petunjuk pengisian:
No Pernyataan Jawaban
Tidak Ragu- Setuju
setuju ragu
1 Saya mampu membatasi konsumsi air yang 1 2 3
banyak (misalkan; air yang keluar dari tubuh
1000 ml, maka anda hanya minum 600 ml atau
sekitar 60% dari air yang keluar dari tubuh)
2 Saya yakin menimbang berat badan tiap hari 1 2 3
sebelum makan pagi, akan membantu untuk
mengetahu tingkat cairan antara hemodialisa
3 Saya mampu menilai gejala yang saya rasakan 1 2 3
(misalkan; mengenal gejala bengkak,
peningkatan TD, penurunan TD, dll)
4 Saya pantang menyerah dalam menghadapi 1 2 3
setiap masalah terkait pengaturan cairan selama
menjalani hemodialisa.
5 Saya yakin bahwa menghisap es batu lebih baik 1 2 3
dari minum air
6 Saya yakin bisa mengikuti diet cairan yang di 1 2 3
anjurkan oleh dokter
7 Saya dapat menyelesaikan permasalahan yang 1 2 3
saya hadapi selama menjalani hemodialisa
8 Saya mengubungi dokter atau perawat untuk 1 2 3
meminta pentunjuk dalam mengatasi
komplikasi yang muncul selama periode
hemodialysis
9 Saya mengalami kesulitan untuk mematuhi 3 2 1
aturan makan dan minum selama menjalani
terapi hemodialisa.
10 Saya menjaga diri agar terhindar dari 1 2 3
komplikasi (contoh komplikasinya yaitu
bengkak, penurunan BB drastis, mual/muntah,
sesak nafas, nyeri ulu hati)
11 Saya yakin dengan pengobatan yang saya 1 2 3
lakukan bisa menolong kondisi saya.
- Kurang: 11-18
- Cukup: 19-26
- Baik: 28-33
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
2. Umur
≤ 50 Tahun
≥ 50 Tahun
3. Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMA
Sarjana
4. Pekerjaan
Petani
PNS
Pegawai swasta/buruh
Tidak bekerja
5. Lama menjalani HD
≥ 2 Tahun
≤ 2 Tahun
- Sedang 4-6%
- Berat ≥6%
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan alat :
1. Timbangan Badan (berdiri)
2. Set APD (sarung tangan, masker).
3. Buku catatan.
4. Alat tulis.
b. Persiapan Pasien :
1. Pasien diberikan penjelasa tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur posisi pasien dalam keadaan rileks dalam posisi duduk.
c. Persiapan Lingkungan :
1. Mengatur pencahayaan.
2. Tutup pintu dan jendela.
3. Mengatur suasana yang nyaman.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Keterampilan :
1. Mencuci tangan
2. Anjurkan responden untuk melepas alas kaki atau jaket yang dapat
tenang.
6. Tunggu angka digital berhenti bergerak pada angka tertentu.
7. Baca dan catat hasil ukur berat badan responden.
8. Anjurkan responden turun dari timbangan badan perlahan.
9. Dokumentasikan hasil pengukuran berat badan.
b. Sikap :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin privasi pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
c. Tahap Akhir :
1. Terminasi
Evaluasi perasaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan dilakukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi.
=3,7%