SKRIPSI
Oleh:
NURMAYA SARI
NIM 15034067501
Skripsi
Oleh:
NURMAYA SARI
NIM 15034067501
NIM : 15034067501
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Nurmaya Sari
NIM. 15034067501
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Berkat Rahmat dan
Bimbingannya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada peneliti
sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Dan Nutrisi
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rs
Dr.R. Hardjanto Balikpapan“. skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep) pada Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Wiyata Husada Samarinda.
Peneliti
ABSTRACT
ABSTRAK
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan
Asupan Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R.
Hardjanto Balikpapan
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
2
Dosen, Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Samarinda
3
Dosen, Sekolah Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
DAFTAR ISI
HaL
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.............................................................................. 5
2. Tujuan Khusus……………………………………..………….......... 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6
E. Penelitian terkait.............................................................................. 7
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan................................................................................... 53
2. Saran ………………..……..…………............................................ 54
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Skema 2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 24
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang
terjadi selama 3 bulan atau lebih, yang didefinisikan sebagai abnormalitas
struktur atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau
kerusakan ginjal; termasuk ketidakseimbangan komposisi zat di dalam darah
atau urin serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan
(Dep-Kes RI 2008). LFG yang kurang dari 60ml/menit/1,73 m² lebih dari 3
bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Dep-Kes RI 2008). Penyakit ini
disebut CKD stadium 5 dan juga disebut penyakit ginjal stadium akhir (End
State Renal Disease [ESRD]), ESRD ditunjukkan dengan ketidakmampuan
ginjal dalam mempertahankan homeostatis tubuh (Ignatavicius & Workman,
2006). Pasien CKD dapat mempertahankan hidup sampai beberapa tahun
dengan menggunakan terapi pengganti ginjal. Salah satu terapi pengganti
adalah Hemodialisis (HD) yang bertujuan menggantikan fungsi ginjal
sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki
kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik (Black dan Hawks, 2014).
Penyakit gagal ginjal kronik adalah masalah kesehatan yang tumbuh
dengan cepat. 11% populasi penduduk Amerika Serikat (AS) atau 19,2 juta
orang diperkirakan mengidap CKD. Insiden ESRD atau CKD stadium 5
sangat beragam bergantung keadaan dan negara. Di Amerika Serikat,
insidennya adalah 338 kasus baru per satu juta orang. Menurut US Renal
Data System (Sistem Data Ginjal AS), pada akhir 2003 total 441.051 orang
dirawat dengan ESRD. Kira-kira 28% melakukan transplantasi, 66%
menerima hemodialisis, dan 5% menjalani dialisis peritoneal. The Centers for
Disease Control and Prevention di Atlanta baru-baru ini telah membangun
program penyakit ginjal kronis untuk meningkatkan pengawasan dan
program pencegahan CKD pada tingkat federal dan negara (Black dan
Hawks, 2014).
Sedangkan menurut Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) di
Indonesia jumlah penderita CKD baru dan aktif di Indonesia pada tahun
2014 meningkat yaitu pasien baru sebanyak 17.193 orang dan pasien aktif
sebanyak 11.689 orang. Diagnosis penyakit utama pasien hemodialisa baru
dari data unit hemodialisa yang terkirim adalah gagal ginjal akut atau ARF
sebanyak 9%, dan gagal ginjal terminal atau ESRD sebanyak 84%, hasil
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) menyebutkan tiga provinsi
dengan kasus CKD tertinggi di Indonesia adalah provinsi Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sedangkan penderita gagal ginjal di pulau
Kalimantan sendiri terdata 385 pasien aktif CKD yang menjalani terapi
hemodialisa (Indonesia Renal Registry, 2014).
Pada penyakit gagal ginjal kronik (CKD), Renal Replacement Therapy
diperlukan untuk memperpanjang hidup (Barnet et all, 2007 dalam
Sulistyaningsih, 2012). Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisa,
peritoneal dialysis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis digunakan bagi klien
ARF atau gagal ginjal kronik yang sudah tidak dapat diperbaiki dan terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Hemodialisis dilakukan dengan
mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal buatan (Dialiser) yang terdiri dari
dua kompartemen yang terpisah. Hemodialisa tidak hanya untuk
memperpanjang hidup akan tetapi juga mengembalikan kualitas hidup
dengan meningkatkan kemandirian pasien. Bagi penderita gagal ginjal
kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian hemodialisa
tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal. Pasien akan tetap
mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi serta adanya berbagai
perubahan pada bentuk dan fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer dan Bare,
2008; Knap, 2005 dalam Sulistyaningsih, 2012).
Tindakan terapi hemodialisa pada penyakit gagal kronik akan memerlukan
waktu yang panjang yang tentunya harus ditentukan oleh banyak faktor
untuk mencapai kualitas yang optimal. Di Amerika dan Afrika kualitas hidup
pasien gagal ginjal akan baik dan efektif jika pemenuhan kepatuhan dialisis
terjamin. Kepatuhan sangat diperlukan dalam keberhasilan pengobatan pada
penyakit gagal ginjal (Am J Kidney Dis, 2010). Menurut jurnal keperawatan
Soedirman tahun 2009 bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis rutin di RSU Panti Rapih 64,29%, penderita gagal ginjal kronik
tidah patuh dalam mengurangi asupan cairan (Ikaristi, 2009). Beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap terapi hemodialisa adalah;
pengetahuan, tingkat ekonomi, sikap, usia, jarak, nilai dan keyakinan, derajat
penyakit, dan yang lebih penting adalah dukungan sosial keluarga (Pitda-
IPDI, 2010). Nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengambil suatu
keputusan dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui
terapi hemodialisis merupakan keyakinan dasar yang digunakan oleh
individu tersebut untuk memotivasi dirinya selama menjalani terapi. Menurut
penelitian Departements of Medicine and psychology (Joann Spinale, Scott
D. Cohen et al, 2008), bahwa tingkat spiritual dan dukungan sosial keluarga
sangat berpengaruh pada bertahan hidupnya pasien gagal ginjal kronik.
Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan
kondisi sakitnya dan gangguan dalam hidupnya. Seorang pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) dalam kurun waktu yang
lama tentu membutuhkan dukungan sosial keluarga. Mereka biasanya
menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaannya, dorongan seksual yang menghilang/impotensi, depresi akibat
sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Gaya hidup terencana
yang berhubungan dengan terapi dialisis dan pembatasan asupan makanan
serta cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien dan keluarganya.
Sulit bagi pasien, pasangan dan keluarganya untuk mengungkapkan rasa
marah serta perasaan negatif. Keadaan ini mengarahkan pasien dan
keluarganya kepada sumber-sumber yang ada untuk mendapatkan bantuan
serta dukungan (Vittinghoff and McCulloch, 2007).
Dukungan sosial adalah sumber daya sosial dalam menghadapi suatu
peristiwa yang menekan dan perilaku menolong yang diberikan pada individu
yang membutuhkan dukungan. Dukungan keluarga yang dirasakan oleh
individu dalam kehidupannya membuat ia merasa dicintai, dihargai, dan
diakui serta membuat dirinya lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi
yang ada pada dirinya. Dukungan sosial keluarga dapat berbentuk dukungan
material, harga diri, emosional maupun informasional. Dukungan sosial
sangat berpengaruh pada pasien gagal ginjal kronik untuk bertahan hidup
(Vittinghoff and McCulloch, 2007).
Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan merupakan rumah sakit milik
TNI AD yang berlokasi di tengah pusat kota Balikpapan, dengan tipe RS
kelas B. Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan mempunyai ruang khusus
hemodialisa yang melayani pasien hemodialisa dengan menyediakan 11 unit
mesin hemodialisa. 10 mesin untuk pasien rutin, dan satu mesin untuk pasien
yang mengidap penyakit hepatitis C. Jumlah pasien hemodialisa di Rumah
Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan saat ini mencapai 41 orang. Setiap hari
kegiatan hemodialisa dilakukan dalam dua shift, pagi dan siang. Ruang
hemodialisa Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan melayani pasien
umum, BPJS, kerjasama perusahaan dan asuransi. (Rumah Sakit Dr. R.
Hardjanto Balikpapan, 2017).
Data Rekam Medik di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan pada
tahun 2015 didapatkan jumlah pasien yang menjalani hemodialisa rata rata
dalam satu bulannya yaitu 31 pasien dengan 166 kunjungan, dan pada tahun
2016 rata-rata jumlah pasien yaitu 37 pasien dengan 271 kunjungan, data
terakhir bulan januari 2017 menunjukkan jumlah pasien meningkat 42 pasien
dengan 301 kunjungan setiap bulannya dengan frekuensi terapi setiap pasien
berbeda, ada yang menjalani 1 kali dalam seminggu, ada yang rutin 2 kali
seminggu dan ada pula yang 3 kali dalam seminggu sesuai anjuran dokter.
Berdasarkan observasi dan wawancara pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti pada bulan Januari sampai Februari 2017 di ruang hemodialisa
Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan diperoleh informasi dari 16 orang
pasien terdapat 10 pasien yang kurang mematuhi pembatasan asupan cairan
dan nutrisi oleh karena kurang mendapat motivasi dari keluarga serta tidak
ada yg melarang/membatasi pasien makan dan minum selama di rumah.
6 pasien lainnya mengatakan dukungan keluarga hanya terbatas pada
dukungan dana saja namun secara moril dan mental mereka tidak pernah
merasa mendapatkan dukungan dari keluarganya. Bila kepatuhan dalam
pembatasan cairan dan pengaturan nutrisi diabaikan dapat menyebabkan
pasien sering merasa sesak dan fungsi ginjal menurun.
Pengaturan nutrisi dan cairan yang tidak dipatuhi membuat fungsi ginjal
menurun sehingga frekuensi menjalani hemodialisa menjadi meningkat.
Peningkatan frekuensi menjalani hemodialisa tentunya menambah biaya dan
waktu serta dapat meningkatkan stress baik bagi pasien keluarga dan
menimbulkan permasalahan buat pemerintah. Dukungan Sosial keluarga
sangat berpengaruh pada tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalani
terapi hemodialisa. Dukungan keluarga diharapkan dapat membuat pasien
patuh terhadap pembatasan asupan cairan dan nutrisi dapat berupa
dukungan informasional, dukungan penilaian tentang pola komposisi dan
jumlah asupan nutrisi dan cairan bagi pasien. Berdasarkan uraian diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan Cairan
Dan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di Di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
dalam Pembatasan Asupan Cairan dan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto
Balikpapan”.
C. Tujuan Penelitian
1. Ilmu Keperawatan
Menambah informasi terutama dalam ilmu keperawatan yang terkait
dengan munculnya masalah kesehatan, terutama pada kepatuhan pasien
gagal ginjal Kronik dengan pembatasan asupan cairan dan nutrisi di
Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan.
2. Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bentuk
dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan pasien gagal
ginjal kronik terhadap pembatasan asupan cairan dan nutrisi, sebagai
masukan bagi dunia keperawatan dalam keperawatan hemodialisa.
3. Institusi
Sebagai informasi tambahan agar dapat digunakan sebagai sumber
informasi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
4. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
terkait dengan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
5. Peneliti
Memperoleh pengalaman baru dalam melakukan penelitian
khususnya tentang bentuk dukungan keluarga yang berhubungan dengan
kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam pembatasan asupan
cairan dan nutrisi bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa.
6. Penelitian selanjutnya.
Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti
dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya
mengenai bentuk dukungan keluarga yang berhubungan dengan
kepatuhan terhadap asupan cairan dan nutrisi pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
E. Penelitian terkait
Dari penelusuran peneliti mengenai hubungan dukungan keluarga
terhadap kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit,
Adapun beberapa penelitian yang sudah diteliti yang hampir sama, antara
lain :
1. Yemima G.V Wurara, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling (2013), meneliti
Mekanisme Koping pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Terapi Hemodialisis di Rumah Sakit Prof.Dr.R.D Kandou Manado.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa responden yang menggunakan koping adaptif 27
orang (45,5%), sedangkan yang menggunakan koping maladaptif 32
orang (54,2%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis lebih banyak
menggunakan mekanisme koping maladaptif. Persamaan penelitian
Yemima, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah jenis penelitian
(deskriptif). Perbedaan penelitian Yemima, dkk dengan penelitian yang
diteliti adalah variabel bebas (mekanisme koping), metode penelitian
(aksidental sampling), lokasi penelitian, waktu penelitian dan subjek
penelitian.
2. Vinami Yulian (2008) dengan penelitiannya yang berjudul “hubungan
antara suport sistem keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat
jalan di rumah sakit jiwa daerah surakarta”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan desain corelational, bersifat
deskriptif, dengan pendekatan cross sectional dan retrospective. Hasil
penelitian Berdasarkan hasil uji kendall’s tau dengan derajat kemaknaan
p<0,05 disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara suport sistem
keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat jalan di RS Jiwa Daerah
Surakarta dengan korelasi sedang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Pengertian Keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal
ini bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan
seseorang dalam mendefinisikan. Keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial
individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai
tujuan umum (Duval, 1972 dalam Ali, 2009). Menurut Friedman (2010)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan atau tidak adanya ikatan perkawinan darah atau adopsi dan
anggota keluarga saling berinteraksi dan berkomunikasi serta memiliki
peran masing-masing dalam keluarga. Menurut Friedman (1998) dalam
Rini, Rahmalia dan Dewi (2012) menyatakan bahwa ikatan
kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika pasien menghadapi
masalah, hal ini dikarenakan keluarga adalah orang yang peling dekat
hubungannya dengan pasien. Keluarga menempati posisi diantara
individu dan masyarakat, oleh karena itu betapa pentingnya peran dan
fungsi keluarga dalam mendukung kepatuhan pasien CKD dalam
pembatasan asupan cairan dan nutrisi.
2. Fungsi Keluarga
Friedman (2010) menjelaskan bahwa fungsi dasar keluarga adalah
untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dan masyarakat yang
lebih luas, terdapat lima fungsi keluarga yang harus dijalankan dalam
suatu keluarga untuk menciptakan keluarga yang harmonis yaitu :
a. Fungsi Efektif adalah fungsi keluarga yang berhubungan dengan
fungsi internal keluarga dalam memberikan perlindungan psikososial
dan dukungan terhadap anggota keluarga. Keluarga sebagai sumber
cinta, pengakuan, penghargaan dan sumber dukungan primer. Satir
(1972, dalam friedman 2010) menjelaskan bahwa fungsi afektif
keluarga merupakan aspek dasar dalam pembentukan dan
tercapainya keharmonisan keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi adalah keluarga berfungsi memberikan
pengalaman belajar pada anggota keluarga. Pengalaman ini
ditujukan untuk mengajarkan pada anak bagaimana mengemban
peran sebagai orang dewasa di dalam masyarakat, sebelum anak
keluar dari rumah untuk hidup mandiri dimasyarakat.keluarga
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu fungsi keluarga dalam menjaga
dan merawat kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki
produktifitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga dibidang kesehatan.
d. Fungsi Ekonomi keluarga berfungsi sebagai pencari sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagai
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Keluarga sebagai tepat perencana akan kebutuhan dimasa yang
akan datang melalui menabung.
e. Fungsi Reproduksi yaitu keluarga bertugas meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi
keluarga, serta menjaga kelangsungan hidup keluarga.
Syarat pemberian diet pada CKD adalah (Almatsier, 2006 dalam Syamsiah,
2011) :
1) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
2) Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai
biologik tinggi.
3) Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi,
diutamakan lemak tidak jenuh ganda.
4) Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang
berasal dari protein dan lemak.
5) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria
atau anuria, banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g.
6) Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium
darah . 5,5 mEq) oliguria atau anuria.
7) Cairan dibatasi yanitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah
dengan pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan
(±500ml).
8) Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat,
vitamin C dan vitamin D.
b. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan sudah pasti berbeda. Berbeda dalam cara
berespon, bertindak, dan bekerja di dalam situasi yang
mempengaruhi setiap segi kehidupan. Misalnya dalam hubungan
antar manusia, intuisi perempuan cenderung ditampakkan dengan
nada suara dan air muka yang lembut, sedangkan laki-laki cenderung
tidak peka terhadap tanda-tanda komunikasi tersebut. Laki-laki dan
perempuan memperlihatkan budaya sosial yang berbeda satu sama
lain. Mereka menggunakan symbol, system kepercayaan, dan cara-
cara yang berbeda untuk mengekspresikan dirinya
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan kualitas pribadi seseorang, dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan akan semakin besar kemampuannya untuk
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya (Siagian, 2001
dalam Rohman, 2007).
d. Lamanya Hemodialisa
Periode sakit dapat mempengaruhi kepatuhan. Beberapa penyakit yang
tergolong penyakit kronik, banyak mengalami masalah kepatuhan.
Pengaruh sakit yang lama, belum lagi perubahan pola hidup yang
kompleks serta komplikasi-komplikasi yang sering muncul sebagai
dampak sakit yang lama mempengaruhi bukan hanya pada fisik
pasien, namun lebih jauh emosional, psikologis dan social pasien.
Pada pasien hemodialisis didapatkan hasil riset yang memperlihatkan
perbedaan kepatuhan pada pasien yang sakit kurang dari 1 tahun
dengan yang lebih dari 1 tahun. Semakin lama sakit yang diderita,
maka resiko terjadi penurunan tingkat kepatuhan semakin tinggi
(Kamerrer, 2007 dalam Syamsiah,2011)
e. Kebiasaan merokok
Leggat et al (1998 dalam Kamerrer, 2007) adalah orang pertama yang
mempertimbangkan bahwa merokok sebagai prediktor potensial dari
ketidakpatuhan. Kutner et al (2002 dalam Kamerrer, 2007) juga
menunjukkan bahwa merokok saat ini memiliki hubungan yang
bermakna dengan ketidakpatuhan (melewatkan sesi hemodialisis)
dengan P = 0,04.
f. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting terbentuknya prilaku
seseorang. Prilaku didasarkan atas pengetahuan, walaupun
pengetahuan yang mendasari sikap seseorang masih dipengaruhi
oleh banyak faktor lain yang sangat kompleks sehingga terbentuk
prilaku yang nyata (Notoadmodjo, 2003 dalam sari 2009)
1. Motivasi
Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan
atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk
berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang
menggerakkan manusia untuk bertingkahlaku, dan di dalam
perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
2. Akses pelayanan kesehatan
Faktor akses pelayanan kesehatan meliputi : fasilitas unit
hemodialisis, kemudahan mencapai pelayanan kesehatan
(termasuk didalamnya biaya, jarak, ketersediaan transportasi,
waktu pelayanan dan keterampilan petugas). Fasilitas ukuran
besar (10 atau lebih pasien di HD) dihubungkan dengan reaksi
melewatkan dan memperpendek waktu pengobatan dialysis, serta
kelebihan IDWG.
3. Persepsi pasien terhadap pelayanan perawat
Perawat merupakan salah satu petugas kesehatan yang
berinteraksi paling lama dengan pasien hemodialisis, mulai dari
persiapan, Pre Hemodialisis, Intra Hemodialisis sampai post
dialysis. Riset membuktikan bahwa keberadaan tenaga-tenaga
perawat yang terlatih dan professional dan kualitas interaksi
perawat dengan pasien memiliki hubungan yang bermakna
dengan tingkat kepatuhan pasien hemodialisis.
C. Konsep Hemodialisis
1. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo=darah, dan dialisis=pemisahan atau
filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan
untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika
secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan
proses tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin
yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermiabel (ginjal
buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin pada saat toksin
atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan
permanen atau menyebabkan kematian. Tujuan dari hemodialisis adalah
untuk memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dalam
sirkulasi klien dan dikelurkan kedalam mesin dialisis (Muttaqin dan Sari,
2011).
2. Prinsip Kerja Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal
buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen terpisah. Darah
pasien dipompa dan di alirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh
selaput semipermiabel buatan (artifisial) dengan kompartmen (artifisial)
dengan kompartmen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen,
berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak
mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisat dan darah yang
terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi yaang tinggi kearah
konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama dikedua
kompartmen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari
kompartmen darah ke kompartmen cairan dialisat dengan cara menaikan
tekanan hidrostatik negatif pada kompartmen dialisat. Perpindahan ini
disebut ultrafiltrasi (Sudoyo, 2009).
Difusi merupakan proses perpindahan molekul dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke daerah dengan larutan berkonsentrasi rendah
sampai tercapai kondisi seimbang. Proses terjadinya difusi dipengaruhi
oleh suhu, visikositas dan ukuran dari molekul. Saat darah dipompa
melalui dialyser maka membran akan mengeluarkan tekanan positifnya,
sehingga tekanan diruangan yang berlawanan dengan membran menjadi
rendah. Hal ini mengakibatkan cairan dan larutan dengan ukuran kecil
bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi menuju daerah yang
bertekanan rendah (tekanan hidrostatik). Karena adanya tekanan
hidrostatik tersebut maka cairan dapat bergerak menuju membran
semipermeabel. Proses ini disebut dengan ultrafiltrasi.
D. Kerangka Teori
Dari teori yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun gambar kerangka
teorinya sebagai
Keterangan
Saling berhubungan
Yang diteliti
G. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian adalah suatu proposisi atau anggapan yang mungkin
benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau
pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut
(Notoatmodjo, 2012).Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hipotesis nol ( Ho),
Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam
Pembatasan Asupan Cairan dan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto
Balikpapan”.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien rutin yang menjalani hemodialisa, bersedia menjadi
responden serta pasien dan keluarganya telah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai diet cairan dan nutrisi oleh
petugas kesehatan.
2) Bisa membaca dan menulis
3) Kesadaran composmentis
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek penelitian tidak
dapat diambil/diikutsertakan dalam penelitian karena mengganggu
pengukuran dan interpretasi, serta mengganggu kemampuan dalam
pelaksanaan, hambatan - hambatan etis kesehatan dan subyek
menolak berpartisipasi (Sugiyono, 2015).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien gagal ginjal yang baru pertama kali menjalani hemodialisa
2) Pasien dengan kesadaran menurun
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Variabel Independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dukungan Keluarga.
b. Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan dalam pembatasan
cairan dan nutrisi pasien Gagal Ginjal Kronik dalam menjalani terapi
hemodialisa.
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dengan sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011).
1 Dukungan Keluarga
- Dukungan informasional 1,2,4,16,18
- Dukungan emosional 5,6,7,8,12,13,17
- Dukungan instrumental 3,4,14,15
- Dukungan penilaian 9,10,11,18
2. Kepatuhan pasien
hemodialisa dalam 1,2,3,13,14,15,
pembatasan asupan 17,18,19,
Cairan dan Nutrisi
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
diperoleh langsung dari subyek penelitiannya (Saryono, 2008). Dalam
penelitian ini data sekunder diperoleh dari bagian-bagian yang
berhubungan dengan obyek penelitian seperti bagian medical record,
catatan perawatan (status pasien) dan bagian lain yang terkait.
3. Prosedur Pengumpulan Data :
a. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada instansi tempat
penelitian.
b. Memilih sampel pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian.
c. Menjelaskan maksud, tujuan penelitian, manfaat, peran serta
responden selama penelitian menjadi jaminan kerahasiaan calon
responden.
d. Mengajukan permohonan persetujuan penelitian kepada responden
yaitu pasien.
e. Setelah responden menyetujui, selanjutnya diminta untuk
menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden
penelitian.
f. Setelah bersedia untuk menjadi responden, kemudian responden
pasien mengisi kuesioner penelitian
g. Hasil pengisian kuesioner dikumpulkan pada peneliti.
h. Peneliti mengecek kelengkapan kuesioner.
i. Hasil kuesioner yang lengkap dilakukan pengolahan data dan
dianalisis.
r
{n ∑ xy−(∑ x)(∑ y )}
hitung =
Keterangan :
rhitung = Koefisien korelasi
X = Variabel bebas
y = Variabel terikat
n = Jumlah responden
Keputusan uji :
1) Bila rhitung> r tabel maka butir pertanyaan valid
2) Bila rhitung< rtabel maka butir pertanyaan tidak valid
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen suatu penelitian dapat
dipercaya. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran
reliabilitas internal dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Keterangan :
r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan
∑σb2 = jumlah varians butir
∑σ12 = varians total
Keputusan uji:
1. Bila rhitung> r tabel maka instrumen reliabel
2. Bila rhitung< rtabel maka instrumen tidak reliabel
F. Analisa Data
Analisa data bertujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistika,
informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan
keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. (Notoatmojo, 2010).
Dalam pengolahan data terdapat langkah-langkah yang telah ditempuh
diantaranya :
1. Editing
Hasil wawancara, atau pengamatan dari lapangan telah dilakukan
penyuntingan terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
merupakan kegiatan untuk pengecekan data. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah jumlah data telah sesuai
dengan jumlah yang disebarkan atau ditentukan. (Notoatmojo, 2010).
2. Coding
Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmojo,
2010). Salah satu cara untuk menyederhanakan data hasil penelitian
tersebut adalah dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk
masing-masing data yang sudah diklasifikasikan diberikan kode,
kemudian di masukkan ke program SPSS. Pemberian kode dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Dukungan Keluarga
Kode 1 : Kurang Mendukung
Kode 2 : Mendukung
b. Variabel Kepatuhan Pasien
Kode 1 : Tidak Patuh
Kode 2 : Patuh
3. Processing
Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software
computer (SPSS versi. 23) (Notoatmojo,2010).
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau respoden selesai
dimasukkan, perlu adanya cek kembali untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data (Notoatmojo, 2010).
5. Tabulation
Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data
yang akan menjurus ke analisa kuantitatif(Wasis, 2008). Pengolahan
data menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan program software
komputer. Teknik analisa data yang digunakan melalui analisa univariat
dan bivariat. Sebelum dilakukan analisa univariat dan bivariat, maka
dilakukan uji homogenitas dan normalitas untuk mengetahui apakah data
dari kedua kelompok homogen atau tidak serta berdistribusi normal
ataukah tidak.Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk
karena jumlah sampel < 50.
1. Analisis Univariat
P = F x 100%
Keterangan :
P : Presentasi yang di cari
F : Frekuensi sampel / responden untuk setiap pertanyaan
η : jumlah keseluruhan sampel
2. Analisa Bivariat.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan setiap
variabel dengan dukungan keluarga sebagai variabel dependen. Uji
yang digunakan adalah Chi Square, sehingga dapat diketahui ada
atau tidaknya hubungan bermakna secara statistic dengan
menggunakan program komputer dan derajat kemaknaan 95%.
Apabila nilai (p<0,05) berarti perhitungan statistic bermakna
(signifikan) dan bila nilai (p>0,05) berarti hasil perhitungan statistic
tidak bermakna. Artinya nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha
(hipotesa penelitian) diterima, yang berarti ada hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila nilai p>0,05
maka Ho diterima dan Ha (hipotesa penelitian) ditolak yang berarti
tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Rumus uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan
rumus sebagai berikut (Hastono, 2007)
X² = ∑ (o ─ E) ²
E
Keterangan :
χ² : statistic chi square
O : observasi
E : expected atau hasil yang diharapkan
Setelah didapatkan χ² hitung, kemudian nilai χ² dengan derajat uji kebebasan :
df = (b – 1) (k – 1)
b = jumlah baris
k = jumlah kolom
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti telah mendapatkan persetujuan
penelitian dari Direktur Rumah Sakit. Kemudian melakukan
pengamatan/observasi terhadap responden yang diteliti dengan
menekankan pada etika. Secara garis besar dalam melaksanakan
sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh
(Notoatmodjo,2010) yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity). Peneliti perlu mempertimbangkan hak – hak subyek
penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti
melakukan penelitian tersebut., Sebagai ungkapan peneliti
menghormati harkat dan martabat subyek penelitian, peneliti telah
mempersiapkan (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality). Setiap orang mempunyai hak – hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memberikan
informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti
menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan Inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness). Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti
dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati – hatian. Prinsip
keterbukaan yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian
sedangkan prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa
membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.
K. Alur Penelitian
Alur penelitian yang direncanakan peneliti adalah sebagai berikut :
Hasil penelitian ini telah dilakukan di Ruang Hemodialisa Rs. Dr. R. Hardjanto
pada tanggal 24 Mei sampai 2 Juni 2017 dengan jumlah responden sebanyak 41
orang. Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner untuk mengetahui
hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Cairan
Dan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.
Adapun hasil penelitian akan dijelaskan secara univariat untuk memberikan
gambaran mengenai variabel penelitian dan bivariat untuk mengetahui hubungan
kedua variabel tersebut. Analisis yang digunakan adalah uji chi square, sebelum
dilakukan analisa univariat dan bivariat, maka disajikan terlebih dahulu
karakteristik responden sebagai berikut :
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik koresponden
Sebelum menjelaskan hasil penelitian, maka sebelumnya dipaparkan
terlebih dahulu karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan.
a. Variabel Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di
Ruang HD Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan
2. Uji Univariat
1) Dukungan Keluarga
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Dr.R Hardjanto
1 Mendukung 26 63,4
2 Kurang 15 36,6
Total 41 100,0
b. Variabel Kepatuhan
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pasien Gagal
Ginjal Kronik dalam Pembatasan Cairan Dan Nutrisi Dalam
Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rumah Sakit Dr.R Hardjanto
No Kepatuhan Jumlah %
1 Patuh 27 65,9
Total 41 100,0
3. Uji Bivariat
Data dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal dimana bisa
dilihat didalam tabel dibawah ini
Shapiro-Wilk
Variabel Statistik Df Sig.
Dukungan keluarga 276 41 0,00
Kepatuhan pasien 964 23 558
Sumber Data : Data Penelitian 2017
Kepatuhan
P
Dukungan Patuh Tidak Patuh Jumlah
Value
Keluarga N % N % n %
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian baik secara univariat maupun bivariat, maka
dapat dilakukan pembahasan untuk masing-masing hasil penelitian sebagai
berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Berdasarkan hasil penelitian dari 41 responden menunjukan bahwa
sebagian besar pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa Rs
Dr. R. Hardjanto berumur 45-65 tahun sebanyak 25 orang (61,0%).
Menurut Young (2006) pada tahun 1996 - 2005 kelompok umur
pasien yang menerima dialisis meningkat untuk semua kelompok umur
dewasa, Pada tahun 2005 lebih dari separoh (54,70 %) memulai terapi
pengganti ginjal adalah berumur 65 tahun. Umur dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit tertentu, dimana sel maupun organ
tubuh akan mengalami penurunan fungsi seiring dengan pertambahan
umur seseorang. Menurut beberapa literatur usia merupakan salah
satu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dari gagal ginjal kronik
dan menurut para peneliti di Amerika telah menemukan bahwa
usia tua merupakan salah satu dari delapan faktor resiko terjadinya
penyakit gagal ginjal kronik (Sahabat ginjal, 2009).
Menurut Avis (2005 dalam Lase 2010) meningkatnya umur dapat
mempengaruhi kepatuhan seseorang sehingga kepatuhan pasien
menurun, usia erat kaitannya dengan prognose dan harapan hidup,
pada pasien yang berada pada usia diatas 65 tahun kecenderungan
untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal
sangat besar bila dibandingakan dengan usia dewasa muda antara 30
sampai 40 tahun. (Lase 2010). Menurut asumsi peneliti dilapangan
tingkatan usia yang lebih muda pasien ternyata masih ada yang
memiliki kepatuhan yang buruk dibandingkan dengan pasien berusia
diatas 45 tahun, dengan adanya peningkatan usia, kepatuhan yang
baik dan kemampuan fisik yang baik masih bisa didapatkan oleh
responden yang berusia diatas 45 tahun.
2. Uji Univariat
a. Variabel Dukungan Keluarga
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa sebagian besar pasien memiliki
dukungan keluarga mendukung yaitu 26 (63,4%) dan sisanya memiliki
dukungan keluarga kurang mendukung yaitu 15 (36,6%). Pasien yang
menjalani hemodialisis di RS DR.R Hardjanto saat ini hampir sebagian
besar memiliki dukungan keluarga baik, hal ini di buktikan dengan keluarga
sudah dapat memberikan dukungan instrumental yaitu hampir seluruhnya
keluarga tahu jumlah minum pasien yang diminum setiap harinya sebanyak
80,5% dan sebagian besar keluarga ikut membantu menyediakan minum
yang dibutuhkan oleh pasien. Dukungan informasional hampir seluruhnya
keluarga dapat memberi semangat kepada pasien untuk memberikan
informasi mengenai asupan cairan dan nutrisi sebanyak 87,8%. Dukungan
emosional hampir seluruhnya keluarga memberi semangat pada pasien
untuk patuh pada aturan minum yang dianjurkan sebanyak 70,3%, dalam
dukungan penghargaan hampir seluruhnya keluarga dapat memberi
dukungan pada pasien saat mematuhi aturan minum yang dianjurkan
sebanyak 73,2%.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang diterima. Niven (2002)
menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan. Keluarga dapat membantu menghilangkan
godaan pada ketidakpatuhan dan keluarga seringkali dapat menjadi
kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.. Smet dalam (Wardani,
2014) menjelaskan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu upaya
yang diberikan kepada anggota keluarga, baik moril maupun materil dalam
bentuk motivasi, informasi, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku.
Orang yang mendapat dukungan secara emosional akan merasa lega
karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan,
Penelitian sebelumnya Desitasari (2014) hasil terbukti bahwa dari 36
responden ada 23 (63,9%) yang memiliki dukungan keluarga baik dan 13
(36,1%) memiliki dukungan keluarga buruk yang dapat mempengaruhi
kepatuhan asupan cairan.
Pada waktu penelitian, peneliti mengobservasi ada beberapa pasien
yang tidak di temani olah keluarganya. Setelah di wawancara, seorang
pasien mengatakan bahwa dia tidak ingin merepotkan keluarganya
sehingga dia tidak ingin di temani oleh istri maupun anaknya. Sedangkan
pasien lainnya mengatakan bahwa anaknya sedang pergi ke tempat kerja,
anaknya hanya bisa mengantar dan menjemputnya jika ada jadwal untuk
melakukan hemodialisa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kepatuhan
pasien itu sendiri. Asumsi peneliti dukungan yang diberikan oleh keluarga
dapat membuat pasien merasa percaya dan merasa ada orang-orang yang
tersayang yang berada disekitarnya yang memberikan dukungan moril dan
semangat dalam menjalani terapi hemodialisa.
b. Variabel Kepatuhan
Berdasarkan data responden yang di teliti di ruang hemodialisa di
Rs Dr. R. Hardjanto pada tabel diatas dari 41 responden yang patuh ada 27
orang dan yang tidak patuh ada 14 orang. Tingkat kepatuhan adalah sikap
yang ditunjukkan oleh penderita GGK untuk mematuhi asupan cairan yang
harus dijalani. Menurut Sackett dalam (Niven, 2002) kepatuhan adalah
sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
profesional kesehatan. Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan
kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan
dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, mengikuti jadwal. Kepatuhan
adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk
pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat
(Niven, 2002).
Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan
perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan
kesehatan menurut WHO dalam (Syamsiah, 2011). Kepatuhan pasien
terhadap rekomendasi dan perawatan dari pemberi pelayanan kesehatan
adalah penting untuk kesuksesan suatu intervensi. Ketidakpatuhan menjadi
masalah yang besar terutama pada pasien yang menjalani hemodialisis,
sehingga berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, termasuk
konsistensi kunjungan, regimen pengobatan serta pembatasan makanan
dan cairan menurut Kutner dalam (Syamsiah, 2011). Nutrisi mempunyai
peranan yang penting pada penyakit gagal ginjal kronik. Obesitas,
hiperlipidemia dan kontrol gula yang buruk akan berpengaruh terhadap
progresifitas gagal ginjal. Disisi lain, kondisi uremik dan pembatasan diit
yang berlebihan (terutama protein) tanpa disertai jumlah energi yang cukup
dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi.
Pasien gagal ginjal kronik yang tidak mematuhi pembatasan asupan
cairan akan mengalami penumpukan cairan sehingga menyebabkan
edema paru dan hipertropi pada ventrikel kiri. Penumpukan cairan dalam
tubuh menyebabkan fungsi kerja jantung dan paru-paru semakin berat,
yang berakibat pada respon fisik pasien yang cepat lelah dan sesak,
aktifitas fisik juga mengalami gangguan baik pada saat beraktifitas ringan
maupun sedang (Riyanto, 2011).
Penelitian Haynes (2006) menyatakan bahwa pengobatan jangka
panjang yang memaksa untuk merubah kebiasaan-kebiasaan seperti
mengurangi kalori makanan atau komponen tertentu dalam diit sehari-hari
yang memberikan kesan atau sikap negatif bagi penderita untuk dilakukan
sehingga cenderung untuk tidak patuh. Menurut asumsi peneliti ketidak
patuhan pasien dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi dikarenakan
ada faktor lain seperti motivasi dari diri sendiri yang kurang dikarenakan
kebiasaan dan gaya hidup pasien sendiri.
3. Uji Bivariat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini tentang hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronis dalam pembatasan asupan
cairan dan nutrisi yang menjalani hemodialisis di RS. Dr. R. Hardjanto
dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata karakteristik umur responden penelitian adalah 46-55 tahun
sebanyak 25 orang (61,0%) sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 24 orang (58,5%) dengan rata-rata tingkat pendidikan SMA
sebanyak 19 orang (46,3%).
2. Dalam penelitian ini sekitar 26 responden ( 63,4%) mendapatkan
dukungan keluarga yang mendukung secara instrumential, emosional,
material maupun penilaian.
3. Berdasarkan data responden yang telah diteli ti di ruang hemodialisa
Rs Dr. R. Hardjanto pada tabel diatas menunjukan kepatuhan pasien
gagal ginjal kronik dalam pembatasan cairan dan nutrisi dalam
menjalani terapi hemodialisa termasuk dalam kategori Patuh 27
responden (65,9%) dan yang tidak patuh sebanyak 14 responden
(34,1%).
4. Berdasarkan data responden yang di teliti di ruang hemodialisa
di Rs Dr. R. Hardjanto pada tabel diatas dengan nilai ρ value = 0,796
> α 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan
yang signifikan (bermakna) antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi dalam
menjalani terapi hemodialisa di RS DR. R. Hardjanto Balikpapan.
B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai masukan untuk
memberikan informasi tambahan bagi kependidikan keperawatan
mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien
gagal ginjal kronik dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi dalam
menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto
Balikpapan
2. Bagi Unit Hemodialisa
Bagi perawat hemodialisa diharapkan lebih memberikan motivasi
kepada pasien dalam pembatasan asupan dan cairan. Edukasi dan
motivasi diberikan diharapkan agar pasien hendaknya meningkatkan
kepatuhan agar tercipta kualitas hidup yang lebih baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti yang akan datang hendaknya mengembangkan penelitian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi dukungan
keluarga dengan kepatuhan pasien gagal ginjal dalam pembatasan
cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa.
DAFTAR PUSTAKA
Duwi Priyatno. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS.
Andi. Yogyakarta
Sudoyo. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 11. Jakarta Pusat: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Suhardjono (2005). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi Ketiga. FK UI,
Jakarta
Stuart, G.W and Sundeen, S.J. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing sixth edition, Mosby, company, New york.
NIM : 15034067501
Nurmaya Sari
NIM. 15034067501
Lampiran 2
Nama : .......................................
Alamat : .......................................
Surat ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun
Responden
( )
Lampiran 3
KUESIONER
A. DATA DEMOGRAFI
1. Usia
( ) 25-44 tahun
( ) 45-65 tahun
( ) > 65 tahun
2. Jenis kelamin
( ) laki-laki ( ) perempuan
3. Pendidikan terakhir
( ) SD atau sederajat ( ) SMA atau sederajat
( ) SMP atau sederajat ( ) Akademi ( ) Sarjana
2. Pilih jawaban yang tepat sesuai dengan keadaan yang anda alami
B. DUKUNGAN KELUARGA
Pernyataan
No Ya Tidak
1 Keluarga memberikan penjelasan
mengenai pentingnya mematuhi
membatasi asupan cairan dalam
sehari-hari agar tidak terjadi komplikasi
2 Keluarga memberikan penjelasan
mengenai pentingnya mematuhi
membatasi asupan nutrisi dalam
sehari-hari agar tidak terjadi komplikasi
3 Keluarga membantu dalam mengatur
makanan yang harus dikonsumsi sesuai
petunjuk petugas kesehatan
4 Keluarga mengajari dalam memilih menu
makanan sehari-hari
5 Keluarga menegur saya bila saya makan
buah2an yang tinggi kalium
6 Keluarga menegur saya bila saya minum
terlalu banyak melebihi aturan hemodialisa
7 Keluarga menegur saya jika
mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein seperti ( daging,ikan,
telur) secara berlebihan.
8. Keluarga menegur saya jika
mengkonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat (nasi, roti)
secara berlebihan.
Pernyataan Ya Tidak
No
Keluarga saya ikut memperhatikan dan
9
mengawasi asupan minum di rumah.
Keluarga menanyakan kabar dan
10
memperhatikan saya
Keluarga ,membantu saya dalam
11 mengatasi masalah perekonomian dengan
memberikan bantuan dana
Keluarga peduli terhadap makanan yang
12
saya konsumsi
Keluarga peduli terhadap minuman yang
13
saya konsumsi
Keluarga menemani dan mengunjungi
14
saya waktu sakit
Keluarga membantu saya dalam
15 melakukan aktifitas yang tidak bisa saya
lakukan
Keluarga memberi dukungan dalam
16 mengatasi komplikasi akibat terapi
hemodialisa
Keluarga memberi semangat kepada saya
17 untuk tetap mengikuti terapi hemodialisa
secara teratur
Keluarga memberi suasana yang nyaman
18
dirumah
Keluarga memberikan nasihat untuk
19 mengatasi efek samping yang timbul
akibat hemodialisa
Keluarga memberi dorongan untuk tetap
20 berserah diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa
( Kim 2010 Yang Dimodifikasi Peneliti)
Lampiran 4.
C. KEPATUHAN
Pernyataan
No Ya Tidak
Saya mengukur jumlah konsumsi
1 minuman sesuai dengan takaran yang
diharuskan ± 500cc (2-3 gelas kecil)
Saya mengkonsumsi makanan sehari-hari
2 sesuai dengan petunjuk dari petugas
kesehatan
Saya selalu menjaga pola makan karena
3
ingin sehat
Ketika kebutuhan cairan saya sudah
mencapai batas, tetapi saya haus, maka
4 untuk menghilangkan haus biasanya yang
Saya lakukan mengulum es batu atau
sikat gigi dan berkumur
Saya memahami pembatasan asupan
5 cairan membantu mengoptimalkan
kualitas hidup
Jika ada jamuan pesta/acara, saya hanya
makan nasi 1 piring sedang dan tidak
6
akan tambah, karena saya sudah makan
dirumah
Saya mempelajari asupan nutrisi
7 yang dianjurkan untuk pasien
gagal ginjal kronik.
Saya makan nasi dengan menu
8
yang diinginkan setiap hari.
Saya mengatur menu makanan
9
yang boleh dikonsumsi.
( Kim 2010 Yang Dimodifikasi Peneliti)
Lampiran 7
JADWAL PENELITIAN
1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Revisi
Proposal
4 Pengumpulan
Data Dan
Analisa Data
5 Penyusunan
Hasil
Penelitian
6 Presentasi
Hasil
Penelitian
Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.747 30
Item-Total Statistics
Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
P1 54.60 98.524 .909 .732
P2 54.53 101.568 .685 .741
P3 54.60 101.834 .356 .742
P4 54.63 98.654 .779 .733
P5 54.67 98.506 .727 .733
P6 54.60 98.524 .909 .732
P7 54.90 99.955 .393 .738
P8 54.87 99.637 .434 .737
P9 54.60 101.559 .401 .741
P10 54.53 101.568 .685 .741
P11 54.67 98.644 .708 .733
P12 54.53 101.568 .685 .741
P13 54.53 101.568 .685 .741
P14 54.53 101.568 .685 .741
P15 54.60 98.524 .909 .732
P16 54.53 101.568 .685 .741
P17 54.53 101.568 .685 .741
P18 54.53 101.568 .685 .741
P19 54.60 98.524 .909 .732
P20 54.60 99.697 .711 .736
P21 54.63 98.792 .758 .733
P22 54.63 99.895 .594 .737
P23 54.53 102.189 .514 .742
P24 54.60 102.041 .322 .743
P25 54.60 102.179 .300 .743
P26 54.67 102.161 .237 .744
P27 55.17 101.178 .281 .742
P28 54.63 101.413 .372 .741
P29 54.53 101.568 .685 .741
skor_total 25.30 27.803 .930 .931
TABEL FREKUENSI
Jenis Kelamin
Cumulative
JK Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 24 58.5 58.5 58.5
Perempuan 17 41.5 41.5 100.0
Total 41 100.0 100.0
Cumulative
Usia Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 25-35 2 4.9 4.9 4.9
36-45 9 22.0 22.0 26.8
45-65 25 61.0 61.0 87.8
> 65 5 12.2 12.2 100.0
Total 41 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Cases
Descriptives
Nilai Dukungan Keluarga * Kepatuhan Pasien Dalam Pembatasan Asupan Cairan Dan
Nutrisi Dalam Menjalani Terapi Hemodialisa Crosstabulation
kepatuhan pasien
dalam pembatasan
asupan cairan dan
nutrisi dalam
menjalani terapi
hemodialisa
tidak patuh patuh Total
nilai dukungan kurang Count 6 9 15
keluarga baik Expected Count 5.1 9.9 15.0
% within nilai dukungan
40.0% 60.0% 100.0%
keluarga
baik Count 8 18 26
Expected Count 8.9 17.1 26.0
% within nilai dukungan
30.8% 69.2% 100.0%
keluarga
Total Count 14 27 41
Expected Count 14.0 27.0 41.0
% within nilai dukungan
34.1% 65.9% 100.0%
keluarga
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for nilai
dukungan keluarga 1.500 .398 5.654
(kurang baik / baik)
For cohort kepatuhan
pasien dalam
pembatasan asupan
1.300 .558 3.031
cairan dan nutrisi dalam
menjalani terapi
hemodialisa = tidak patuh
For cohort kepatuhan
pasien dalam
pembatasan asupan
.867 .533 1.409
cairan dan nutrisi dalam
menjalani terapi
hemodialisa = patuh
N of Valid Cases 41
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
No Telepon/Hp : 081254420119
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. Tahun 1988 -1994 : SD Cacaban 6 Magelang
RIWAYAT PEKERJAAN