ETIK
BACKGROUND
Perawat profesional harus menghadapi tanggung
jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami
sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik
profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran,
hak klien, perubahan sosial dan hukum telah
berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik.
Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode
etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negera bagian atau
provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip
etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup
nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan
semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan
bertindak sebagai advokat klien.
Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki
suatu landasan dan lindungan yang jelas. Para
perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang
berkaitan dengan praktik keperawatan karena
mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka
lakukan. Secara umum terhadap dua alasan
terhadap pentingnya para perawat tahu tentang
hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama
untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan
tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan
prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi
perawat dari liabilitas
DEFINISI
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu
etos yang artinya adat, kebiasaaan, perilaku,
atau karakter. Sedangkan menurut kamus
webster, etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk
secara moral. Dari pengertian di atas, etika
adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia
hidup di dalam masyarakat yang menyangkut
aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
baik dan buruk
kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum.
Pertama, etik mengacu pada metode penyelidikan
yang membantu orang memahami moralitas perilaku
manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika
digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu
aktifitas; etik adalah cara memandang atau
menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia.
Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan
standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik
dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia
(yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan
dari profesi
DEFINISI
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang
berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral
adalah perilaku yang diharapkan oleh
masyarakat yang merupakan “standar
perilaku” dan nilai-nilai” yang harus
diperhatikan bila seseorang menjadi anggota
masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang
dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik
berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan
yang nyata.
KODE ETIK
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai
suatu standar kesempurnaan dan nilai kelompok.
Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh
semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian
moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi
sebagai standar untuk tindakan profesional mereka.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau
wadah yang membina profesi tertentu baik secara
nasional maupun internasional. Kode etik
keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan
Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di
jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari
Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat.
Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap tugasnya.
Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab
perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lain.
Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan.
Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang
tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa,
dan tanah air.
Tanggung jawab Perawat
terhadap klien
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan
antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai
berikut :
○ Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya,
senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang
bersumber pada adanya kebutuhan terhadap
keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
○ Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang
keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga
dan masyarakat.
○ Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa
dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur keperawatan.
Tanggung jawab Perawat
terhadap tugas
Pasal 9, ayat 1
SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh
dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 12
SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh
dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki
pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan
keperawatan dengaan kompetensi yang lebih tinggi.
Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah
bukti tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan
praktek perawat.
Pasal 13
Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP
dilakukan melalui penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode
etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek
keperawatan.
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang
untuk :
- Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
- Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i)
meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan.
- Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
- Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan
permintan tertulis dari dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus
mencantum SIPP di ruang prakteknya.
Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak
diperbolehkan memasang papan praktek.
Pasal 31
Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
- Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum
dalam izin tersebut.
- Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar
profesi.
Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan
darurat atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang
tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.
APLIKASI DALAM
KEP. GERONTIK
BACKGROUND
Dalam bidang geriatri, masalah etika
(termasuk hukum) sangat penting artinya,
bahkan diantara berbagai cabang
kedokteran mungkin pada cabang inilah
etika dan hukum paling berperan.
Kane (1994) dkk menyatakan : ”…. ethic is
fundamental part of geriatrics. While it is
central to the practice of medicine it self,
the dependent nature of geriatric patients,
makes it a special concern………….”.
Fenomena pd geriatri terkait dg etik &
hukum, antara lain:
keputusan tentang mati hidup penderita.
Apakah pengobatan diteruskan atau
dihentikan.
Apakah perlu tindakan resusitasi.
Apakah makanan tambahan per infuse tetap
diberikan pada penderita kondisi yang
sudah jelas akan meninggal?
Dalam geriatric aspek etika ini erat dengan
aspek hukum, sehingga pembicaraan
mengenai kedua aspek ini sering disatukan
dalam satu pembicaraan.
Aspek hukum penderita denagn
kemampuan kognitif yang sudah sangat
rendah seperti pada penderita dementia
sangat erat kaitannya dengan segi etik.
Antara lain berbagai hal mengenai
pengurusan harta benda enderita lansia
Beberapa hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian di Indonesia
Dimana geriatri merupakan bidang ilmu
yang baru saja mulai berkembang.
Oleh karena itu, beberapa dari prinsip etika
yang dikemukakan berikut ini sering belum
terdapat / dilaksanakan di Indonesia.
Pengertian dan pengetahuan mengenai hal
ini akan memberi gambaran bagaimana
seharusnya masalah etika dan hukum pada
perumatan penderita lanjut usi diberlakukan.
Prinsip etika penderita usia lanjut
(Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
Empati
1. ”simpati atas dasar pengertian yang dalam”.
2. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatri
harus memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
3. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,
tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-
protective dan belas-kasihan.
4. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus
memahami proses fisiologis dan patologik dari penderita
lansia.
Yang harus dan yang ”jangan”
Kesungguhan Hati
Produk Hukum
Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak,
belum semua produk hukum dan perundang-
undangan mempunyai Peraturan Pelaksanaa
• Begitu pula, belum diterbirkan Peraturan Daerah,
Petunjuk Pelaksanaan serta Ptunjuk Teknisnya,
sehingga penerapannya di lapangan sering
menimbulkan permasalahan. Undang-undang
terakhir yang diterbitkan yaitu Undang-undang
Nomor 13 tahun 1998, baru mengatur kesejahteraan
sosial Lanjut Usia, sehingga perlu dipertimbangkan
diterbitkannya undang-undang lainnya yang dapat
mengatasi permasalahan Lanjut Usia secara
spesifik.
Keterbatasan prasarana
Penodongan.
Pencurian dan perampokan.
Penjambretan.
Perkosaan.
Penipuan dalam pengobatan penyakit.
Penipuan oleh orang tak dapat dipercaya,
pemborong, sales, dll.
Pelayanan perlindungan
(protective services)
Pelayanan perlindungan adalah pelayanan
yang dibeikan kepada para Lanjut Usia yang
tidak mempu melindungi dirinya terhadap
kerugian yang terjadi akibat mereka tidak
dapat merawat diri mereka sendiri atau
dalam melakukan kiegiatan sehari-hari.
Pelayanan perlindungan bertujuan
memberikan perlindungan kepada para
Lanjut Usia, agar kerugian yang terjadi
ditekan seminimal mungkin. Pelayanan yang
diberikan akan menimbulkan keseimbangan
di antara kebebasan dan keamanan.
Jenis pelayanan
pelayanan medik, sosial atau hukum.
Pelayanan medik: pelayanan perorangan.
Pelayanan gawat darurat.
Pelayanan berupadukungan guna meningkatkan
ADL (activities of daily life).
Pelayanan Sosial: dukungan sosial.
Bantuan perumahan, Bantuan keuangan/sembako.
Pelayanan hokum: bantuan pengacara (power of
attorney).
Penunjukan (conservatorship).
Perlindungan (informal guardianship).
Perlindungan hukum
Informal guardianship.
Pengaturan jenis ini berdasakan suatu hokum, akan tetapi
meruakan suatu kesepakatan bahwa pelindung bagi lanjut
usia tersebut adalah tetangganya, panti atau suatu
perusahaan.
Persetujuan tertulis
(Informed consent).
Persetujuan tertulis merupakan suatu
persetujuan yang diberikan sebelum prosedur
atau pengobatan diberikan kepada seorang
lanjut usia .
Syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia
memberikan persetujuan ialah ia masih
kompeten dan telah mendapatkan informasi
tentang manfaat dan risiko dari suatu prosedur
atau pengobatan tertentu yan g diberikan
kepadanya. Bila seorang lanjut usia
inkompeten, persetujuan diberikan oleh
pelindung atau seorang wali.
Kualitas kehidupan dan isu etika
(quality of life and related ethical
issue).
Berbagai factor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan yang yang mempengaruhi kualitas
kehidupan lanjuy usia adalah:
Kemajuan ilmu kedoktean di bidang diagnostic seperti CT-
scan dan katerisasi jantung, MRI, dsb.
Kemajuan dibidang pengobatan seperti transplatasi
organ, raidasi.
Bertambahnya risiko pengobatan.
Biaya pengobatan yang meningkat.
Manfaat pengobatan yang masih diragukan.
Database yang diperlukan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Isu etika
Untuk mengawali atau melanjutkan
pengobatan terhadap lanjut usia yang
sakit berat.
Mempertahankan atau melepaskan
infuse atau tube feeding.
Melakukan tindakan yang biayanya
mahal.
Euthanasia.
Isu euthanasia
merupakan isu yang hangat dipertentangan di luar negeri,
tetapi belum merupakan hal yang penting di Indonesia,
mengingat hal ini bertentangan denagn hokum dan
perundang-undangan serta kode etik kedokteran di
Indonesia. Di luar negeri keputusan yang diambil berupa :
Keinginan lanjut usia dan keluarganya.
Derajat penderitaan dan derajat gangguan kognitif lanjut usia
tersebut.
Prognosa penyakit yang diderita.
Kualitas kehidupan dari lanjut usia.
Perawatan yang sedang diberikan.
Jenis euthanasia yang diberikan adalah active euthanasia
(orang luar mempercepat lanjut usia untuk mengakhiri
hidupnya) dan passive euthanasia (orang lain atau
petugas kesehatan menolak memberikan pertolongan
ytertentu kepada penderita terminal)
RANGKUMAN