Anda di halaman 1dari 98

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN NELAYAN


DI KELURAHAN MANEMBO-NEMBO BAWAH
KECAMATAN MATUARI
KOTA BITUNG

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persayaratan Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Oleh:
YEHESKEL YOHANIS SLARMANAT
NIM. 711430 114 079

Kepada
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
Juli 2018
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : YEHESKEL YOHANIS SLARMANAT

NIM : 711430 114 079

Jurusan : KEPERAWATAN

Program Studi : D-IV

Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi ini merupakan hasil karya orang
lain secara keseluruhan maka saya bersedia menerima sanksi berupa Pencabutan
Gelar Akademik.

Manado, Juli 2018


Yang Membuat Pernyataan

YEHESKEL YOHANIS SLARMANAT


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena Kasih dan Penyertaan-Nya

sehingga Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Nelayan di Kelurahan Manembo-nembo

Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Diploma IV program studi Keperawatan di Politeknik Kesehatan

Kemenkes Manado Jurusan Keperawatan.

Dalam menyusun Skipsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak-pihak

yang telah membantu penulis dari persiapan sampai selesainya Skripsi ini. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dra. Elisabeth N. Barung, M.Kes, Apt, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Manado

2. Jon W. Tangka, M.Kep, Ns, Sp.KMB, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.

3. Dorce S. Sarimin, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An, selaku Ketua Program Studi D-IV

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

4. Janbonsel Bobaya, S.Pd, M.Kes, selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam

membantu dan memberikan saran, arahan, masukan serta motivasi dalam

menyelesaikan Skripsi ini.


5. Lorien G. Runtu, S.Pd, S.SIT, MPH, selaku pembimbing II yang telah banyak

membantu dan memberikan saran, arahan, dan motivasi dalam penyelesaian

Skripsi ini.

6. Jane A. Kolompoy, SKM, M.Kes, selaku penguji I yang telah banyak

memberikan masukan, saran, kritik, dan arahan yang sangat berguna demi

perbaikan dan penyempurnaan Skripsi ini.

7. Semuel Tambuwun, SKM, M.Kes, selaku penguji II yang telah banyak

memberikan masukan, saran, kritik, dan arahan yang sangat berguna demi

perbaikan dan penyempurnaan Skripsi ini.

8. Hendrik H. Damping, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing, memotivasi dan mengarahkan penulis selama mengikuti

pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan

Keperawatan.

9. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Manado yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta motivasi

selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Lurah Manembo-nembo Bawah yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

11. Secara khusus buat Papa David Slarmanat, Mama Sina Moriolkosu, kakak-

kakak terkasih antara lain, kakak Betty, kakak Angky, kakak Lina, kakak Oto,

kakak Lis, kakak Buce, kakak Efi, dan kakak Nahor, serta adik-adik tercinta

antara lain, Marsel, Gerry, Gafra, Nona, dan Ira yang selalu senantiasa
memberikan motivasi, doa dan dorongan baik moril maupun materil untuk

keberhasilan penulis dalam mengikuti pendidikan dan Skripsi ini.

12. Vinda Tumelap sebagai orang terkasih yang senantiasa memberikan motivasi

dan Doa serta selalu menemani dalam proses penelitian dan penulisan skripsi

ini.

13. Kak Gio Moningka dan kak Lukas Tumiwa yang telah membantu selama

kegiatan penelitian.

14. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan II Jurusan Keperawatan Program Studi

D-IV Gawat Darurat Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Atas

Kebersamaan dan Dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Skripsi ini masih dapat

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca

yang sifatnya membangun guna pnyempurnaan Skripsi ini.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan bagi

pembaca dan penelitian Selanjutnya.

Manado, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... . i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... . ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN……………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... . vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. x

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pelatihan ................................................................. 8
B. Konsep Dasar Pengetahuan ………………………………………. 9
C. Konsep Dasar Keterampilan……………………………………… 11
D. Bantuan Hidup Dasar…………………………………………….. 12
E. Kerangka Konsep…………………………………………………. 19
F. Hipotesis………………………………………………………….. 20
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 21
C. Variabel Penelitian ......................................................................... 21
D. Definisi Operasional ...................................................................... 22
E. Populasi dan Sampel ...................................................................... 22
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 23
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 25
H. Pengolahan Data ............................................................................ 25
I. Jalannya Penelitian ……………………………………………….. 27
J. Analisis Data ……………………………………………………... 27
K. Etika Penelitian…………………………………………………… 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………….. 30
B. Hasil Penelitian ………………………………………………….. 30
C. Pembahasan……………………………………………………… 34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 39
B. Saran ……………………………………………………………… 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 41
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rancangan One-Group pre test-post test…………………………… 21


2. Definisi Operasional………………………………………………... 22
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan………………. 32
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Keterampilan....................... 33
5. Hasil Analisis Pengetahuan dan Keterampilan Nelayan................... 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Cek Respon………………………………………………………….. 16
2. Memanggil Pertolongan....……………………………….................. 16
3. Posisi Tangan Kompresi..……………………… …………………... 17
4. Recovery Possition ........…………………………………………… 18
5. Kerangka Konsep ……...…………………………………………... 19
6. Skema Jalannya Penelitian Pada Responden ……………………… 27
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ……………………... 31
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ……………….. 31
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi


Lampiran 2. Persetujuan Etik
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Lembar Observasi Penelitian
Lampiran 5. Penjelasan Sebelum Persetujuan
Lampiran 6. Informed Consent
Lampiran 7. Modul BHD untuk Orang Awam
Lampiran 8. Master Tabel Pre Test Pengetahuan
Lampiran 9. Master Tabel Post Test Pengetahuan
Lampiran 10. Master Tabel Pre Test Keterampilan
Lampiran 11. Master Tabel Post Test Keterampilan
Lampiran 12. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pengetahuan
Lampiran 13. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Keterampilan
Lampiran 14. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 15. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 16. Surat Keabsahan Data Penelitian
Lampiran 17. Daftar Hadir Responden
Lampiran 18. Curriculum Vitae
Yeheskel Yohanis Slarmanat, 2018. Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Nelayan Di Kelurahan Manembo-
nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung, (dibimbing oleh Janbonsel
Bobaya S.Pd, M.Kes sebagai pembimbing I dan Lorien G. Runtu, S.Pd, S.SIT,
MPH sebagai pembimbing II)
ABSTRAK
Pemahaman masyarakat awam mengenai Pertolongan pertama atau
tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) sangat penting untuk diterapkan dalam
meminimalisasi korban meninggal dunia akibat tenggelam. Di Indonesia,
Sulawesi Utara, Kota Bitung angka korban tenggelam menjadi meningkat akibat
kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan korban pre hospital.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan bantuan hidup
dasar terhadap pengetahuan dan keterampilan nelayan sebelum dan sesudah
diberikan pelatihan. Desain dalam penelitian ini adalah pre experimental one-
group pre test-post test design untuk membandingkan pengetahuan dan
keterampilan nelayan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan bantuan hidup
dasar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di Kelurahan
Manembo-nembo Bawah, pemilihan sampel menggunakan purposive sampling
dengan kriteria inklusi dan eklusi dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank
test. Dari 30 responden di Kelurahan Manembo-nembo Bawah, pre-test
pengetahuan yang dilakukan 2 orang (6.7%) berpengetahuan baik sedangkan 28
orang (93.3%) berpengetahuan cukup dan kurang kemudian post-test pengetahuan
30 orang (100%) berpengetahuan baik. Kemudian pre-test keterampilan 30 orang
(100%) tidak terampil dan post-test keterampilan 27 orang (90%) dikategorikan
terampil.Pelatihan bantuan hidup dasar meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan nelayan.

Kata Kunci : Pelatihan, Bantuan Hidup Dasar


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenggelam adalah kematian yang disebabkan mati lemas (kekurangan napas)

ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara

sehingga menyebabkan afiksia. Diseluruh dunia, tingkat kematian akibat

tenggelam berbeda-beda menurut aksebilitas terhadap air, iklim dan budaya

berenang ditempat tersebut. Maka tidak heran jika setiap hari tetap akan ada

kehilangan nyawa akibat tenggelam seperti anak kecil tergelincir di kolam renang,

remaja berenang di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, nelayan yang

tenggelam dengan perahunya dan warga masyarakat yang di landa banjir.

Tenggelam merupakan suatu proses masuknya cairan kedalam saluran nafas atau

paru-paru yang menyebabkan gangguan pernafasan sampai kematian. Tenggelam

merupakan suatu proses kejadian gangguan pernapasan akibat perendaman

(submersion) atau pencelupan (immersion) dalam cairan (WHO, 2015).

Ainurrifiq dan Stemia (2014) menyatakan kematian akibat tenggelam tercatat

ada 388.000 orang meninggal karena tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini

menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of

Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil

dibandingkan seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir,

kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Secara umum 90% kasus tenggelam

terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Selain itu

individu dengan pekerjaan seperti penangkap ikan atau memancing dengan

menggunakan perahu kecil lebih rentan terhadap tenggelam (WHO, 2015).


Shepherd (2012) menyatakan di Amerika Serikat, tenggelam adalah penyebab

nomor dua dikalangan anak-anak berusia 14 tahun kebawah (penyebab kematian

nomor satu adalah kecelakaan bermotor). Tenggelam atau nyaris tenggelam bisa

terjadi disetiap genangan air yang bisa mengakibatkan mulut dan hidung anak

terendam air, termasuk ditoilet, bak mandi, akuarium atau ember besar. Di

beberapa negara, tingkat kematian akibat tenggelam berbeda-beda sebagai contoh

di Britania Raya terdapat 450 korban mati tenggelam per tahun, sementara di

Amerika Serikat terdapat 6.500 korban mati tenggelam per tahun. Cedera akibat

tenggelam menempati peringkat ke-5 dalam penyebab kematian akibat kecelakaan

di Amerika Serikat.

Berdasarkan data American Heart Association (AHA) tahun 2015 menunjukan

terdapat 45-75% korban henti napas dan henti jantung terjadi diluar rumah sakit,

dan 95% pasien meninggal sebelum tiba di Rumah Sakit. Sedangkan Data

Statistik Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2013) menunjukan bahwa 47%

cedera terjadi dijalan raya, 40% dirumah, 7% diaerah pertanian dan 6% disekolah.

Dengan kondisi ini, masyarakat diharapkan mampu memberikan bantuan hidup

dasar diluar rumah sakit selama menunggu penanganan lebih lanjut oleh tenaga

kesehatan, sehingga masyarakat yang mampu melakukan bantuan hidup dasar

maka semakin banyak kematian yang dihindarkan.

Palmer (2005, 64) dalam Susanto (2009) tentang data yang telah dikumpulkan

dari American Foundation for Aquatic Injury Prevention sepanjang tahun 2005

bahwa ada 70% korban tenggelam yang meninggal, karena tidak adanya

pertolongan dan waktu tenggelam yang melebihi 5 menit.


Yunus (2007) menjelaskan 10% kematian diseluruh dunia adalah akibat

kecelakaan dan 8% akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang

sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang angka kejadian

tenggelamnya belum dapat di ketahui pasti karena banyaknya kasus yang tidak di

laporkan dan banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan medis. Di

Indonesia angka korban meninggal tenggelam akibat bencana alam menurut

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebanyak 44 orang selama

tahun 2013 dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Data

Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tahun 2010-2016 Selama periode itu ada 337

orang meninggal dunia dan hilang dan 474 orang telah menjadi korban luka-luka,

sementara korban meninggal akibat tenggelam di kota Bitung, sesuai data Tim

Badan SAR Manado angka kematian korban tenggelam tahun 2014 bulan februari

sekitar 2 orang sedangkan tahun 2017 pada bulan agutus tercatat korban

tenggelam 23 orang, 16 diantaranya selamat dan 7 orang lainnya masih belum

ditemukan serta pada bulan september lalu 1 orang ditemukan tewas karena juga

tenggelam.

Azhari (2011) menyatakan penyebab tingginya angka kematian akibat

tenggelam salah satunya adalah sistem pertolongan dan pengetahuan penanganan

korban yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai. Banyak

kejadian penderita pertolongan pertama yang justru meninggal dunia atau

mengalami kecacatan akibat kesalahan dalam memberikan pertolongan awal. Hal


ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kasus

kegawatdaruratan.

Novita (2009) dalam Anggun G, dkk (2015:4) Kegawatdaruratan pada korban

tenggelam terkait erat dengan masalah pernafasan dan kardiovaskuler yang

penaganannya memerlukan penyokong kehidupan jantung dasar dengan

menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar melalui resusitasi, dan

mencegah insufisiensi. Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) menjadi

penting dalam meminimalisasi korban meninggal dunia akibat tenggelam. Banyak

kasus korban meninggal karena penanganan pre hospital yang kurang cermat

sehingga terjadi henti nafas dan henti jantung. Tingginya angka kematian di

pengaruhi oleh keterlambatan pertolongan pertama gawat darurat atas korban,

terutama pada korban tenggelam yang tergolong dalam katagori darurat dan

gawat-darurat.

Tenggelamnya kapal motor (KM) Baku Sayang pada bulan agustus 2017,

tercatat ada sekitar 23 korban yang tenggelam, 16 diantarnya ditemukan selamat

dalam keadaan lemah dan beberapa diantaranya kurang sadarkan diri namun

diberikan pertolongan oleh masyarakat setempat sehingga bisa tertolong dan

dibawa ke rumah sakit untuk tindakan medis, selanjutnya tercatat oleh pemerintah

kota Bitung dan Badan SAR Manado sekitar 7 korban lainnya belum ditemukan

sejak kejadian tersebut.

Masalah tenggelam dapat di tanggulangi dengan meningkatkan pengetahuan

masyarakat awam tentang pertolongan pertamadari sumber yang terpercaya

seperti teknik pertolongan pertama pada korban tenggelam dan cara meminta
pertolongan serta memberikan bantuan hidup dasar. Pada sebagian korban

tenggelam perlu di lakukan resusitasi jantung paru karena pada kondisi tenggelam

seseorang akan kehilangan pola nafas yang adekuat karena dalam hitungan <5

menit korban tenggelam akan mengalami hipoksia, anoksia susunan syaraf pusat,

hingga terjadi kegagalan resusitasi dan jika tidak segera di berikan pertolongan

akan menimbulkan kematian. Hal ini perlu di perhatikan karena pengetahuan dan

kertampilan masyarakat tentang kasus kegawatdaruratan sangat penting (Tuju,

2016).

Berdasarkan uraian diatas, mengenai jumlah korban tenggelam serta

pentingnya penanganan pertama pada korban tenggelam maka penulis tertarik

untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam pertolongan pertama

bantuan hidup dasar kepada para nelayan di Kelurahan Manembo-nembo Bawah,

Kecamatan Matuari Kota Bitung karena mengingat bahwa daerah ini merupakan

daerah pesisir pantai dengan 45% mata pencarian masyarakat adalah nelayan serta

belum pernah dilakukan penelitian maupun sosialisasi tentang pengetahuan dan

keterampilan masyarakat terhadap penanganan pertama pada korban tenggelam

sehingga penelitian ini dianggap perlu guna meningkatkan kualitas pengetahuan

dan keterampilan para nelayan tentang kasus kegawatdaruratan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pelatihan


bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan dan keterampilan nelayan di Kelurahan

Manembo-nembo bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Diketahui pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan

dan keterampilan nelayan di Kelurahan Manembo-nembo bawah Kecamatan

Matuari Kota Bitung.

2. Tujuan Khusus.

a. Teridentifikasi pengetahuan nelayan sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan bantuan hidup dasar .

b. Teridentifikasi keterampilan nelayan sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan bantuan hidup dasar.

c. Teranalisis pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan


dan keterampilan nelayan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi nelayan di Kelurahan Manembo- nembo bawah Kecamatan Matuari Kota

Bitung.

Dapat mempunyai pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal dasar

pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami henti jantung dan henti

nafas yang terjadi dilingkungan sekitar atau diluar rumah sakit.


2. Bagi Institusi Pendidikan.

Sebagai referensi dalam penelitian lanjutan dan bahan pertimbangan bagi

yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan,

referensi, untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan Bantuan Hidup Dasar.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan.

Pelatihan adalah proses pembelajaran di mana orang yang dilatih dapat

mencapai keefektifannya ketika melakukan latihan (Muljani, 2016).

Sesuai dengan Pedoman Akreditasi Pelatihan (Standar Sumber Daya

Pelatihan, 2009), pelatihan yang dapat diakreditasi dan efektif adalah pelatihan

yang dilaksanakan minimal 30 jam pelajaran dengan maksimum jumlah peserta

latih adalah 30 orang.

2. Tujuan.

Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

(BP2SDM, 2016), tujuan pelatihan adalah

a. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja.

b. Meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada organisasi dan

masyarakat.

c. Meningkatkan mutu dan kemampuan serta keterampilan dalam

melaksanakan tugasnya maupun kepemimpinannya.

d. Melatih dan meningkatkan mekanisme kerja dan kepekaan dalam

perencanaan.

3. Jenis-jenis Pelatihan.

Menurut SSDP (2009), jenis pelatihan diantaranya :

a. Pelatihan teknis adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai

persyaratan kompetensi teknis untuk pelaksanaan tugas.


b. Pelatihan fungsional adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai

persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis jenjang jabatan fungsional.

c. Pelatihan kepemimpinan adalah pelatihan yang dilaksankan untuk mencapai

persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai

dengan jabatan struktural.

B. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat Pengetahuan.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

menurut Notoadmodjo (2012) yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterim. Oleh sebab itu, „tahu‟ ini

merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa seseorang tahu tentang apa yang ia pelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secera

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut seceara benar. Orang yang telah pahamterhadap objek atau materi

tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kerja: dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.


f. Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Rantung (2017), pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu:

a) Pengetahuan baik, jika persentasi jawaban 76-100%

b) Pengetahuan cukup, jika persentasi jawaban 56-75%

c) Pengetahuan kurang, jika persentasijawaban<56%

C. Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan.

Keterampilan adalah bakat yang dipelajari yang seseorang miliki untuk

melakukan suatu tugas, keterampilan dapat berubah seiring dengan pelatihan

atau pengalaman (Ivancevich, 2011).

Keterampilan adalah keahlian, kemampuan berlatih, kemampuan

seseorang melaksanakan tugas secara efektif. Keterampilan mencakup

pengalaman dan praktek yang mengarah ke tindakan sadar dan otomatis.

Keterampilan merupakan praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta


didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (Notoatmodjo,

2012).

2. Tingkatan praktik atau tindakan menurut Notoatmodjo (2012), terdiri dari :

a. Persepsi (Perception)

Praktik tingkat pertama adalah persepsi yaitu mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin (guided response)

Indikator praktik tingkat dua adalah respon terpimpin yaitu seseorang

dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai contoh.

c. Mekanisme (mechanism)

Peserta didik dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Tindakan atau keterampilan itu sudah

dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

D. Bantuan Hidup Dasar

1. Pengertian.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah bantuan dasar untuk menyelamatkan

hidup setelah terjadi henti jantung dan henti napas atau usaha yang dilakukan

untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita/korban mengalami

keadaan mengancam nyawa (Lumbantoruan & Nazmudin, 2015).


Bantuan Hidup Dasar adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk

mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti

jantung dan henti napas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada

dan bantuan nafas (Hardisman, 2014).

Tindakan bantuan hidup dasar merupakan penanganan awal yang dilakukan

terhadap korban yang mengalami kondisi jiwa, sampai korban tersebut

mendapatkan bantuan hidup lanjut oleh tenaga kesehatan. Kondisi mengancam

jiwa ini berupa sakit, cidera dan kecelakaan secara tiba-tiba dan memerlukan

penanganan segera. Jika korban tidak segera mendapatkan penanganan, maka

korban dapat mengalami kematian (Dikutip dari Kurikulum dan Modul

Training of Trainer BHD Bagi Masyarakat Awam).

2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar harus segera dilakukan pada setiap orang yang

ditemukan tidak sadarkan diri yaitu pada orang yang tidak teraba denyut nadi

dan tidak bernapas dan atau keduanya (Hardisman, 2014). Henti napas dan

henti jantung dapat disebabkan karena tenggelam, stroke, obstruksi jalan nafas

oleh benda asing, inhalasi asap, kelebihan dosis obat, terkena aliran listrik,

trauma, miocard cardiac infark, serangan jantung (Krisanty, 2009).

3. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya napas atau dan keduanya

b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi.

c. Mempertahankan hidup.

d. Memulihkan kesehatan.
e. Membatasi kecacatan (Lumbantoruan & Nazmudin, 2015).

4. Indikasi diberhentikannya Bantuan Hidup Dasar

Resusitasi Jantung Paru diberhentikan apabila :

a. Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan.

b. Ada yang lebih bertanggung jawab.

c. Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon.

d. Adanya DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)

e. Tanda kematian yang irreversible.

1) Kaku mayat (Rigor Mortis)

2) Pupil Melebar (Midriasis)

3) Refleks Cahaya Negatif (-)

1. Komplikasi Bantuan Hidup Dasar

a. Kompresi jantung luar

1) Fraktur iga dan sternum sering terjadi terutama pada orang tua

2) Pneumothorax

3) Kontusio paru

b. Napas buatan

1) Inflasi gaster

2) Regurgiasi

2. Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam

a. Keamanan (Safety)

Keamanan merupakan hal yang harus diingat setiap penolong karena

merupakan hal utama dalam melaksanakan rumus penanganan pre-hospital,


yaitu jangan membuat cidera lebih lanjut. Urutan prioritas keamanan saat

memasuki daerah tugas :

1) Keamanan diri sendiri/proteksi diri

Keamanan diri sendiri lebih diutamakan karena apabila penolong

cedera maka perhatian penolong lain akan beralih dan penderita menjadi

tidak diperhatikan (yang semula menjadi fokus utama). Untuk menjaga

keamanan penolong idealnya melakukan persiapan pengamanan diri

yaitu alat pelindung diri.

2) Keamanan Lingkungan

Ini juga meliputi lingkungan sekitar korban yang belum terkena

cedera.

3) Keamanan Korban

Betapapun ironisnya korban tetapi prioritas terakhir terletak pada

korban karena korban sudah cedera dari awal (Hasdianda dkk, 2014).

b. Respon (Response)

Periksa dan tentukan dengan cepat bagaimana respon korban,

memeriksa keadaan dengan pengecekan metode AVPU (Alert, voice, pain,

unresponsive).

1) Respon panggil (Shout).

Mulailah dengan berbicara kepada korban, katakan nama penolong.

Apabila korban tampak pingsan, penolong dapat memanggil “pak, pak,

apakah bapak dapat mendengar saya?”. Respon panggil ini dapat

dilakukan dengan respon menepuk pada pundak korban.


2) Respon menepuk/goyang (shake).

Lakukan dengan menepuk-nepuk pundak, tangannya dan pipinya

(jika keadaan mengizinkan), atau mengoyang-goyang pundaknya dengan

hati-hati.

Gambar 1. Cek Respon (Koster et al, 2010).

c. Mengaktifkan system keadaan darurat (Call)

Jika korban berada pada kondisi tidak memberi respon (unresponsive),

segera berteriak meminta tolong dengan berteriak “Tolong-tolong, disini

ada korban tak sadarakan diri, saya hanya sendiri, saya butuh bantuan”

dan meminta orang sekitar menghubungi 118/ambulan/rumah sakit atau

bantuan lain. Bisa juga meminta bantuan orang sekitar unuk membantu.

Laporkan jumlah korban, kondisi korban, lokasi kejadian, serta kebutuhan

yang diperlukan (Koster et al, 2010).

Gambar 2. Memanggil Pertolongan (Koster et al, 2010).

d. Sirkulasi (circulation)

1) Pemeriksaan nadi

Tentukan ada tidaknya nadi, pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri

karotis dalam waktu tidak boleh lebih dari 10 detik. Bila denyut nadi
ada, tetapi pernafasan tidak ada maka pertolongan pernafasan dilakukan

dua kali ventilasi atau mulut ke mulut nafas awal (2 detik setiap napas).

Selanjutnya cek nadi jika nadi tidak teraba maka lakukan kompresi dada.

2) Kompresi Dada

Kompresi dada akan menyebabkan sirkulasi ke paru-paru dan diikuti

ventilasi. Teknik kompresi yang tepat :

a) Mengatur posisi korban terlentang diatas permukaan yang keras dan

datar, sedangkan posisi penolong berlutut disamping korban.

b) Melakukan penekanan dada dengan meletakan pangkal tangan

dipertengahan dada korban dan meletakan tangan yang lain diatas

tangan yang pertama dengan jari-jari mengunci dan lengan tetap lurus.

c) Melakukan penekanan dada dengan kedalaman 5-6 cm dan kecepatan

100-120 kali/menit. Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30:2

(kompresi 30 kali dan ventilasi 2 kali). Dada korban harus

mengembang kembali seperti semula sebelum melakukan penekanan

dada berikutnya.

Gambar 3. Posisi Tangan (Koster et al, 2010).

d) Teknik ini dilakukan hingga penolong tenaga kesehatan datang atau

korban kembali sadar atau bergerak.

e) Jika korban sadar, berikan posisi miring mantap.


Prosedur posisi pemulihan :

1. Penolong berlutut disamping korban dengan kedua kaki lurus. Lengan

korban yang paling dekat dengan penolong ditekuk membuat sudut siku-

siku dengan badanya, siku ditekuk dan telapak tangan membuka keatas.

2. Silangkan lengan korban yang jauh pada dadanya, telapak tangannya

memegang pipi.

3. Pegang paha korban yang jauh dengan tangan penolong yang lain,

dengan lutut korban ditekuk keatas, kaki korban menginjak lantai.

Pegang tangan korban supaya terus memegang pipi. Tarik badannya ke

arah penolong melalui tangan yang memegang paha.

4. Tarik kepala korban kebelakang supaya jalan napas selalu terbuka. Jika

perlu atur tangannya agar selalu menopang kepala. Atur kaki korban

yang ada diatas agar panggul dan lututnya membentuk siku-siku.

Gambar 4. Recovery Position (Koster et al, 2010)


E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
-Tahu
(know)
-Memahami
(Comprehension) Baik
Analisis Cukup
(analysis)
-Aplikasi Kurang
(application)
-Evaluasi
Pelatihan (evaluation)
Bantuan Hidup
Dasar (BHD)

Masyarakat
Awam Awam
D-R-C-C Keterampilan
Danger -Persepsi Terampil
Respon (perception)
Calling -Respon Cukup
Circulation (response) Terampil
Tenaga Medis -Mekanisme Tidak Terampil
D-R-C-A-B (mechanism)
Danger - Adaptasi
Respon (adaptation)
Circulation
Airway
Breathing

Variabel Diteliti Variabel Tidak Diteliti

Gambar 5. Kerangka Konsep.


F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, patokan

duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Ha: Ada Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan

Nelayan.

Ha: Ada Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Keterampilan

Nelayan.
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pre experimental design dengan menggunakan

desain one-group pre test-post test design dimana tidak ada kelompok

pembanding (control), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimen (program) atau intervensi. Bentuk rancangan ini adalah

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 1. Rancangan One-Group pre test-post test

Pre Test Perlakuan Post test


O1 X O2

Keterangan :
O1: Keterampilan sebelum pelatihan
X: Pemberian pelatihan bantuan hidup dasar
O2 : Keterampilan sesudah pelatihan

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juni 2018 pada Nelayan di lingkungan

III Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variable bebas (independent) yaitu pelatihan bantuan

hidup dasar dan variable terikat (dependent) yaitu pengetahuan dan keterampilan

nelayan.
D. Definisi Operasional

Tabel 2. Defenisi Operasional Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar


Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Nelayan Di Kelurahan
Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Independen Suatu kegiatan melatih - - Ordinal
dan memberikan
Pelatihan informasi kepada
Bantuan masyarakat nelayan
Hidup Dasar mengenai cara dan
Pada Orang langkah-langkah
Awam Bantuan Hidup Dasar.
Dependen Pemahaman nelayan Kuisioner Baik, jika persentase Ordinal
mengenai Bantuan jawaban 76-100%
Pengetahuan Hidup Dasar yang dengan range 13-16
Nelayan diukur sebelum dan jawaban benar.
sesudah pelatihan Cukup, jika persentase
jawaban 56-75% dengan
range 9-12 jawaban
benar.
Kurang, jika
persentase jawaban
<56% dengan range
<8.
Dependen Kemampuan dalam Lembar Terampil: Ordinal
melakukan/mengimplem Observasi Jika dilakukan 10 item
Keterampilan entasikan langkah- /Standar
Nelayan langkah Operating Tidak terampil:
BantuanHidup Dasar: Prosedur Jika tidak dilakukan 10
- Danger (Bahaya) (SOP) item
- Respon (Reaksi)
- Calling (Panggil)
-Circulation(Sirkulasi)

E. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Natoadmojo, 2012) dalam penelitian adalah nelayan dilingkungan III. Kelurahan

Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung yang berjumlah 150.


2. Sempel

Sempel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode

purposive sampling yaitu penentuan dengan pertimbangan tertentu yaitu

berjumlah 30 responden.

a. Kriteria inklusi

1) Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan

2) Berjenis kelamin laki-laki

3) Berusia produktif 18-45

4) Tidak ada gangguan komunikasi

5) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Responden yang tidak berada di tempat

2) Responden yang sakit.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data

instrument penelitian dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-

formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu

1. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

Pelatihan akan diberikan melalui metode ceramah, dan peragaan atau

demonstrasi berdasarkan Modul Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk Orang


Awam. Kegiatan pelatihan diberikan penjelasan lebih dahulu sebelum

melakukan peragaan yang dengan menggunakan Phantom BHD.

2. Kuesioner Pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar

Kuesioner yang digunakan berisi 16 item pertanyaan dengan jenis pilihan

ganda atau MCQ (Multiple Choice Question) berisi pertanyaan mengenai

langkah-langkah BHD yang harus dijawab oleh responden, jika jawaban

responden benar akan diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0

berdasarkan skala Guttman. Kemudian variabel pengetahuan dibagi menjadi 3

kategori. Pengetahuan baik jika persentase jawaban 76-100% dengan range 13-

16 jawaban benar, pengetahuan cukup jika persentase jawaban 56-75% dengan

range 9-12 jawaban benar, pengetahuan kurang jika persentase jawaban <56%

dengan range <8 jawaban benar.

3. Standar Operasional Prosedur bantuan hidup dasar (SOP)

Standar operasional prosedur/lembar observasi berbentuk checklist yang

diisi oleh peneliti dimana terdapat 10 item digunakan untuk melihat

keterampilan nelayan dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan langkah-

langkah tindakan bantuan hidup dasar yang terdiri dari Danger, Respon, Call,

Circulation, langkah-langkah bantuan hidup dasar dengan menggunakan skala

guttman yaitu dilakukan dan tidak dilakukan, dilakukan diberikan skor 1 dan

tidak dilakukan diberikan 0.


G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara pertanyaan

tertulis dan observasi secara terstruktur. Sumber data yaitu :

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer yaitu data yang secara langsung dari

subjek penelitian yaitu didapatkan dari pertama pengisian kuesioner tentang

pengetahuan mengenai bantuan hidup dasar yang nantinya diisi oleh nelayan

dikelurahan Manembo- nembo bawah sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan

serta yang kedua ialah pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

(SOP)/lembar observasi berbentuk checklist yang diisi mengenai bantuan hidup

dasar dimana nantinya akan dilaksanakan oleh nelayan sebelum diberi

perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data pendukung didapatkan dari

kantor Kelurahan Manembo-nembo Bawah.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Notoatmodjo (2012), sebagai berikut :

1. Pengeditan Data (editing)

Yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan melalui

kuesioner dan lembar observasi meliputi kelengkapan, kesesuaian, kejelasan

dan kosistensi jawaban. Proses editing dilakukan oleh peneliti dengan

mengklarifikasi kuesioner yang belum lengkap jawabanya kepada responden.


2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode pada setiap komponen variabel agar mempermudah dalam

proses tabulasi dan analisis data. Peneliti memberikan kode jawaban responden

pada kuesioner dan lembar observasi yang telah digunakan.

3. Memasukkan data (Entry Data)

Setelah seluruh kuesioner terisi dan diberikan kode, selanjutnya dilakukan

pemrosesan data agar data yang sudah dimasukkan dianalisis. Peneliti

memasukkan data pada komputer secara berurutan mulai dari responden

pertama, kedua, dan seterusnya sampai responden ke lima puluh.

4. Pembersihan data (Cleaning Data)

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry untuk memastikan

data yang telah dimasukkan yaitu benar. Peneliti melakukan pengecekan data

dan melakukan perbaikan pada data yang tidak sesuai. Setelah itu, peneliti

melanjutkan olah data dan analisis.


I. Jalannya Penelitian.
Populasi 150 orang nelayan yang berada dilingkungan III, Kelurahan
Manembo-nembo Bawah, Kecamatan Matuari Kota Bitung

Pemilihan sampel/responden dengan teknik Purposive Sampling.


Menetapkan responden sesuai kriteria inklusi dan eklusi

PSP (Penjelasan Sebelum Penelitian)


Mendapatkan persetujuan responden (Informed Consent)

Pelaksanaan Penelitian

Pre-Test
1. Membagi kuisioner pengetahuan kepada responden untuk diisi
sebelum dilakukan pelatihan/treatment.
2. Mempersilahkan responden untuk melakukan Bantuan Hidup
Dasar sambil mengisi ceklist keterampilan pada lembar observasi.
Pelatihan/Treatment
1. Memberikan materi mengenai langkah-langkah Bantuan Hidup
Dasar pada orang awam.
2. Mendemonstrasikan tentang langkah-langkah BHD pada orang
awam (Danger-Respon-Calling-Circulation).
Post-Test
1. Melakukan simulasi kepada responden mengenai langkah-langkah
BHD sambil melihat keterampilan dengan cara mengisi ceklist
lembar observasi
2. Membagikan kuisoner pengetahuan kepada responden sesudah
diberikan pelatihan.

Gambar 6.Skema Jalannya Penelitian Pada Responden

J. Analisis Data

Dalam penelitian ini di gunakan analisis data univariat dan analisis

bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah seluruh variabel yang akan di gunakan dan di

tampilkan dalam distribusi frekuensi, analisis univarat untuk melihat distribusi


frekuensi dari masing-masing variable dependen dan independen dengan

rumus:

Keterangan :
P : Jumlah persentase yang di cari
f : Jumlah frekuensi untuk setiap katagori
n :Jumlah sempel
100: angka konstan
2. Analisis Bivariat
Analisis bivarat adalah analisa yang di gunakan untuk membandingkan
sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, dengan menggunakan uji t jika
syarat uji t dipenuhi Analisa bivarat adalah analisa yang di gunakan untuk
membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, dengan
menggunakan uji t jika syarat uji t dipenuhi.

Rumus test t= ∑

Keterangan :
Md = mean dari perbedaan pre test dan post test
Xd = deviasi masing-masing subjek
∑ = jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel

Jika tidak, maka akan dilakukan uji alternatif lain dari uji t yaitu Wilcoxon

Signed Ranks Test. Dengan derajat kesalahan 0.05% atau derajat kemaknaan

95%. Uji ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh perlakuan dengan

membandingkan nilai ratio pre test dan post test.


K. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia maka segi etika

penelitian harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Inform Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subyek penelitian

dengan cara tidak memberikan/mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik informasi masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Manembo-nembo Kecamatan Matuari merupakan salah satu

kelurahan tertua dikota Bitung. Awalnya Manembo-nembo berada dibawah

kelurahan Tanjung Merah dengan nama Tulap. Kemudian resmi diganti dengan

nama Manembo-nembo semenjak pemilihan Hukum Tua yang terpilih Efraim

Lengkong pada tanggal 5 Januari 1899. Pada tahun 2007 resmi dimekarkan

menjadi Kecamatan Matuari serta dibagi menjadi 3 Kelurahan yakni Manembo-

nembo Bawah, Tengah dan Atas serta sampai saat ini Manmbo-nembo bawah

sudah dimpim 17 Hukum Tua/Lurah. Dikelurahan Manembo-nembo Bawah

terdiri dari V lingkungan dengan lokasi penelitian berada dilingkungan III,

melihat bahwa lokasi lingkungan berada dipesisir pantai dengan jumlah populasi

nelayan mencapai 150 orang.

B. Hasil Penelitian

Penilitian ini dilakukan bulan Juni 2018 pada nelayan dikelurahan Manembo-

nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan.

Penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni hasil penelitian univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

a. Karakterisitik Responden
1) Umur

Gambar 7. Karakterisitik Responden Berdasakan Umur


(n=30)

1 18-25 2 26-35 3 35-45

7%
3
23%
6

70%
21

Gambar 7 menunjukan klasifikasi umur menurut DEPKES (2009),

bahwa dari 30 responden 70% berumur 35-45 tahun dan 7% berumur 18-

25 tahun.

2) Pendidikan

Gambar 8. Karakterisitik Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan (n=30)

1 SD 2 SMP 3 SMA/SMA

13%
4
23%
7 64%
19

Gambar 8. Menunjukan bahwa dari 30 responden 64% berpendidikan

SD dan 13% SMA/SMK.


b. Pengetahuan

Pengetahuan nelayan sebelum dan sesudah diberikan Pelatihan Bantuan

Hidup Dasar.

Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan nelayan sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan Bantuan Hidup Dassar dapat dilihat pada tabel

tiga.

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan


sebelum dan sesudah diberikan pelatihan BHD (n=30)

Ketegori

Variabel
Baik Cukup Kurang
N % N % N %
Pengetahuan Nelayan
Pretest 2 6.7 14 46.7 14 46.7
Posttest 30 100 - - -

Tabel 3. Menunjukkan bahwa pengetahuan Bantuan Hidup Dasar

responden sebelum diberikan pelatihan sebanyak kategori

pengetahuan kurang dan cukup dengan persentase sama 46.7%

kemudian pengetahuan responden sesudah diberikan pelatihan

pengetahuan baik 100 %.

c. Keterampilan

Keterampilan nelayan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan Bantuan

Hidup Dasar.

Karakteristik responden berdasarkan keterampilan nelayan sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan Bantuan Hidup Dasar dapat dilihat pada tabel

empat.
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan keterampilan
sebelum dan sesudah diberikan pelatihan BHD (n=30)

Ketegori

Variabel Tidak
Terampil
Terampil
N % N %
Keterampilan Nelayan
Pretest - - 30 100
Post test 27 90 3 10
Tabel 4. Menunjukkan bahwa keterampilan sebelum diberikan pelatihan.

Bantuan Hidup Dasar dengan kategori tidak terampil 100% dan

keterampilan responden sesudah diberikan pelatihan menjadi peningkatan

dengan kategori terampil 90%.

2. Hasil Analisis Bivariat

Perbedaan rata-rata pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah

diberikan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar yang dianalisis dengan Wilcoxon

Signed Rank Test. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel lima.

Tabel 5. Hasil analisis pengetahuan dan keterampilan Nelayan


sebelum dan sesudah diberikan pelatihan BHD di Kelurahan
Manembo-nembo Bawah
Variabel Mean SD P-value
Pengetahuan Nelayan 1.60 .621
Pretest 3.00 .300 0,000
Posttest
Keterampilan nelayan 1.00 .000
Pretest 1.90 .305 0,000
Posttest
Tabel 5. Menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan nelayan sebelum

pelatihan BHD yaitu 1.60 dengan SD 621 dan sesudah pelatihan BHD rata-rata

pengetahuan nelayan yaitu 3.00 dengan SD 300.


Nilai rata-rata keterampilan nelayan sebelum pelatihan BHD yaitu 1.00

dengan SD 000 dan sesudah 1.90 rata-rata keterampilan nelayan yaitu dengan

SD 305.

C. Pembahasan

Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui

pengetahuan dan ketrampilan nelayan di Kelurahan Manembo-nembo Bawah

Kecamatan Matuari Kota Bitung sebelum dan sesudah diberikan pelatihan

Bantuan Hidup Dasar.

1. Pengetahuan Nelayan Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan Bantuan

Hidup Dasar.

Pada penelitian ini pengetahuan nelayan sebelum diberikan pelatihan BHD

dari 30 responden, 28 responden memiliki pengetahuan kurang dan cukup

dengan persentase yang sama 46.7%. Hal ini berarti sebagian besar responden

memiliki pengetahuan yang kurang mengenai tindakan bantuan hidup dasar.

Sesudah diberikan materi 30 responden memiliki pengetahuan baik dengan

persentase 100%. Artinya pengetahuan responden mengalami peningkatan

sesudah diberikan materi bantuan hidup dasar karena pengetahuan responden

pre-test lebih rendah dari pada pengetahuan post-test dengan hasil persentase

(6.7%<100%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tuju (2016)

yang menyatakan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dengan

menggunakan metode pelatihan pada siswa di SMA Negeri 1 Langowan

adanya perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Rata-rata

pengetahuan responden sebelum pelatihan 7.1% meningkat menjadi 85.7%.


Kurangnya pengetahuan nelayan disebabkan karena belum terpaparnya

pendidikan kesehatan dan pelatihan BHD, belum adanya kerjasama pemerintah

dengan tenaga kesehatan terlatih untuk melakukan pelatihan kepada

masyarakat mengingat juga faktor pendidikan dari responden.

Menurut Ariani (2014) menjelaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Seseorang yang memiliki

sumber informasi lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Penelitian Krick (2000) Mengatakan 96% seseorang dapat mengetahui BHD

dengan efektif karena faktor penggunaan televisi sebagai sumber informasi

tentang BHD.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek teretentu (Pryoto, 2014).

Peningkatan pengetahuan nelayan mengenai BHD terjadi peningkatan ketika

melakukan penginderaan yaitu melihat dan mendengar suatu kegiatan yang

dipaparkan. Pada penelitian ini, setelah diberikan pelatihan BHD ditemukan

paling tinggi pada kategori baik dari 6.7% menjadi 100%, artinya pengetahuan

responden mengalami peningkatan setelah diberikan pengetahuan mengenai

pelatihan BHD.

2. Keterampilan Nelayan Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan Bantuan

Hidup Dasar

Keterampilan akan meningkat jika ada pengetahuan atau pelatihan. Sesuai

dengan Priyoto (2014) mengatakan pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang. Keterampilan


didapatkan dari melihat, melakukan atau memperagakan sesuatu. Kurangnya

keterampilan nelayan dikelurahan Manembo-nembo Bawah jelas terlihat

karena belum pernah dilakukan pelatihan mengenai tindakan bantuan hidup

dasar.

Kecenderungan seseorang dapat melakukan suau keterampilan secara

langsung apabila sudah pernah diajarkan lewat suatu pendidikan dan pelatihan

atau mempunya pengalaman yang diarasa secara individu. Pada penelitian ini

keterampilan nelayan sebelum diberikan pelatihan bantuan hidup dasar dari 30

responden tidak ada responden yang terampil. Hal ini berarti keseluruhan

responden memiliki keterampilan yang kurang menegenai tindakan bantuan

hidup dasar, melihat bahwa dalam lembar observasi 10 item harus dilakukan

secara berurutan maka dapat dikategorikan terampil dan rata-rata responden

tidak melakukan 10 item secara tepat dan terlewatkan beberapa item. Setelah

diberikan pelatihan 27 responden terampil dengan persentasi 90%, artinya

keterampilan responden mengalami peningkatan sesudah diberikan pelatihan

bantuan hidup dasar dengan hasil (0%<90%). Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dialakukan oleh Sari (2015) dalam Rantung (2017) yang

menyatakan bahwa terjadinya peningkatan keterampilan siswa sebelum

pelatihan 10.0% keterampilan baik menjadi 53.3% dan penurunan keterampilan

yang kurang dari 66.7% menjadi 10.0%.


3. Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan dan

Keterampilan Nelayan di Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan

Matuari Kota Bitung.

Pada penelitian ini menunjukan terjadi peningkatan keterampilan

responden dapat dilihat sebelum diberikan pelatihan dengan kategori terampil

0% menjadi 90% uji lebih lanjut dengan wilcoxon Signed Rank Test pada

responden terdapat pengaruh yang signifikan dimana p-value=0.00(a<0.05),

yang berarti adanya pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan

keterampilan nelayan. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Riani,

Ani (2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar

terhadap pengetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan tentang

kegawatdaruratan dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan

pengetahuan dan keterampilan antara sebelum dan sesudah pelatihan bantuan

hidup dasar. Penelitian ini menunjukan bahwa nelayan dapat terampil dalam

melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Nelayan terlatih adalah orang awam

yang dapat melakukan pertolongan pertama pada siapapun dalam keadaan

gawat darurat terutama pada orang yang membutuhkan pertolongan pertama

pre-hospital.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesungguhnya tidak lepas dari

pemberian pelatihan. Sehingga tingkat pengetahuan dan keterampilan

menunjukkan adanya perubahan setelah diberikan pelatihan. Hal ini sudah

dibuktikan peneliti bahwa dengan pemberian materi dan pelatihan secara

berulang mengenai BHD telah memberikan hasil yang berbeda dan


berpengaruh sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggun, G. Dkk (2015); Fitriani

(2016) bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan ketrampilan

pada kejadian korban tenggelam didapat bahwa adanya pengaruh yang

signifikan.

Sehingga menurut peneliti bahwa dengan dilakukannya pelatihan bantuan

hidup dasar dengan sumber daya manusia yang berkompeten ialah pemateri

profesional dan didukungnya ketersediaan sarana prasarana (Manikin,

Audiovisual) serta antusiasme nelayan maka akan dapat meningkatkan kualitas

penegetahuan dan ketrampilan lebih baik lagi dan nelayan sebagai masyarkat

awam dapat melakukan pertolongan pertama pada siapapun dalam dalam

keadaan gawat darurat terutama pada korban yang mengalami henti napas dan

henti jantung.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Nelayan di kelurahan Manembo-nembo

Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung pada bulan Juni 2018, Dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan

Nelayan di kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota

Bitung sebelum dan sesudah diberikan pelatihan

2. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar berpengaruh dalam meningkatkan

keterampilan Nelayan di kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan

Matuari Kota Bitung sebelum dan sesudah pelatihan.

3. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan Nelayan di kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan

Matuari Kota Bitung sebelum dan sesudah pelatihan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Nelayan di Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota

Bitung
Untuk memperluas pengetahuan serta meningkatkan keterampilan nelayan

di kelurahan Manembo-nembo Bawah mengenai Pelatihan Bantuan Hidup

Dasar dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari jika menemukan

korban yang membutuhkan pertolongan segera.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Manado

melakukan pengabdian masyarakat yakni memberikan pendidikan dan

pelatihan (DIKLAT) mengenai Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dalam

memperluas pengetahuan serta meningkatkan keterampilan masyarakat di

Sulawesi Utara yang belum terpapar, dengan demikian masyarakat khususnya

orang awam memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat melakukan penelitian tentang Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

dengan metode atau jenis penelitian yang berbeda seperti quansi eksperiment

dengan grup kontrol atau melakukan penelitian dengan topik yang sama

dengan responden dan sampel berbeda yang dapat mewakili populasi, sehingga

dapat membandingkan hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Ainurrofiq & Stemia (2014). Laporan Kasus Kematian Akibat Tenggelam.


http://www.scribd.com/document/363207074/Jurnal-Kematian-Akibat-
Tenggelam. diakses tanggal 14 januari 2018.

American Heart Association. (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA


2015 untuk CPR dan ECC. AHA. Amerika.

Anggun, G. Dkk (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan


Pertama Korban Tenggelam Air Laut Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Masyarakat Nelayan Di Desa Bolang Itang II Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.
Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan
Reproduksi. Nuhu Medika, Yogyakarta.

BNPB. data dan informasi bencana di Indonesia. http://dibi.bnpb.go.id diakses


tanggal 13 November 2017.
Ftriana Rani. (2016). Pengetahuan Masyarakat Tentang Pertolongan Pertama
pada Kejadian Tenggelam Di Waduk Gonggang Tawang Desa Janggan
Kecamatan Poncol kabupaten Magetan.
Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Jakarta .Gosyan Publising
Ivancevich, J.M, Konopaske, R. & Matteson, M. (2011). Prilaku dan Manajemen
Organisasi Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI.(2009). Standar Suber Daya Pelatihan. Available frop
perpustakaan.depkes.go.id/bistream. Diakses 31 january 2017.
Lumbantoruan & Nazmudin. (2015). BTCLS & Disaster Management,
Medhatama Restyan. Jakarta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Jakarta.
Palmer, Lynn. (2005). Safe Swimming. Parks & Recration; Feb 2005; 40, 2;
ProQuest Education Journals
Priyoto. (2014). Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan (Dilengkapi Contoh
Kuisioner). Pacitan: Nuhu Medika.
Rantung Yessy (2017) Pengaruh Demonstrasi Dan Simulasi Penanganan
Kecelakaan Lalu Lintas Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Ketrampilan
Pengendara Bus Di Terminal Karombasan Kota Manado. SKRIPSI tidak
dipublikasikan.
Riani, Ani (2016). Pengaruh Pelatihan Basic Life Suport Terhadap Pengetahuan
Dan Keterampilan Mahasiswa Keperawatan Tentang Kegawatdaruratan di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Availiable from http://repository.ump.ac.id/ Accesed 28 Juli 2018.
Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes, Jakarta
Sheperd (2012). Basic Trauma Cardiac Life Support, CV Sageng Seto, Jakarta
Suyanto (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta.
Nuha Medika
Tuju Alfando (2016). Pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap
pengetahuan dan keterampilan siswa di SMA Negeri 1 Langowan. KTI
tidak dipublikasikan. Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Manado.
Tumiwa, Lukas. (2017). Pengaruh Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat Bencana Terhadap Pengetahuan Dan Ketrampilan Siswa di SMA
Negeri 1 Langowan. Skripsi tidak dipublikasikan
World Health Organization (WHO), 2015, Tingkat Kematian Akibat Tenggelam
Mengkhawatirkan.https://www.voaindonesia.com/a/who-tingkat-kematian-
akibat-tenggelam-mengkhawatirkan/2539796.html. Diakses tanggal 14
jaunuari 2018.
Yunus, Faisal (2007). Tenggelam Dan Permasalahannya, Jurnal GERAI 2007,
Hal. 4-7
LAMPIRAN
KUISIONER PENELITIAN

A. Pengetahuan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Data Demografi

No. Kuisoner : …..………

Nama Responden : ………….. (Inisial)

Umur : ………….. Tahun

Jenis kelamin Laki laki

Perempuan

2. Jawablah dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang

menurut anda tepat.

1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life

Support (BLS) merupakan pengertian dari:

a. Pertolongan pertama yang dilakukan seseorang yang mengalami henti

jantung dan henti atau henti napas

b. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami sakit kepala

ketika tenggelam

c. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami nyeri

2. Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat dilakukan oleh:

a. Kalangan medis seperti dokter dan perawat saja

b. Siapa saja baik dari bidang medis maupun masyarakat yang mampu

melakukannya

c. Masyarakat saja
3. Pada kasus tenggelam, setelah kita berhasil membawa seseorang yang

tenggelam dari laut dan membawanya ke darat maka kita perlu melakukan:

a. Pemeriksaan nadi dan nafas pada korban

b. Pemeriksaan seluruh tubuh apakah korban mengalami luka atau tidak

c. Kita tidak perlu lagi melakukan apa-apa

4. Seorang yang tenggelam akan diberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

karena :

a. Mengalami henti jantung dan atau henti nafas

b. Merasakan sakit kepala atau pusing

c. Merasakan sakit perut

5. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) terdiri dari :

a. Pembebasan jalan nafas dan memberi bantuan nafas

b. Pembebasan jalan nafas dan sirkulasi

c. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan nafas dan pijit jantung

6. Dalam Bantuan Hidup Dasar (BHD) dikenal istilah untuk masyarakat

awam DRCC, yang dimaksudkan dengan DRRC dibawah ini adalah:

a. Danger (Bahaya), Respon (Reaksi), Calling (Memanggil) dan

Circulation (Peredaran)

b. Danger (Bahaya), Respiration (Pernapasan), Calm (Tenang) dan

Calling (Memanggil)

c. Danger (Bahaya), Respon (Reaksi), Calm (Tenang) dan Calling

(Memanggil)
7. Saat menemukan korban tenggelam yang tidak sadar, hal yang pertama

kali kita lakukan adalah:

a. Cek kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil

“Pak! Pak!” atau “Ibu! Ibu”

b. Membebaskan jalan nafas

c. Memberi nafas bantuan

8. Apabila ada korban yang tenggelam dan tidak sadar maka yang kita

lakukan adalah

a. Membersihkan jalan nafas

b. Cek nadi korban

c. Meminta bantuan atau hubungi no darurat (ambulans atau rumah sakit

terdekat)

9. Ketika ada seseorang yang tenggelam dan tidak sadar maka kita akan

menilai pernafasannya apakah masih bernapas atau tidak, dapat dilakukan

dengan cara seperti:

a. Melihat gerakan dada, mendengar suara nafas dan merasakan nafas

b. Melihat gerakan dada saja

c. Mendengar suara nafas saja

10. Lokasi yang tepat untuk kita melakukan pijit jantung atau

kompresi/tekanan adalah:

a. Ditengah perut

b. Ditengah tulang dada

c. Diantara perut dan dada


11. Apabila ada korban yang tenggelam dan tidak sadar maka kita akan segera

melakukan tindakan pijit jantung, tempat/lokasi yang paling cocok untuk

kita melakukannya adalah:

a. Tempat yang keras dan datar

b. Tempat yang keras dan berbatu- batu

c. Tempat yang berbatu- batu tetapi datar

12. Pijit jantung dan pemberian nafas buatan dilakukan dengan perbandingan

a. 30 : 2 (30 kali pijit jantung : 2 kali nafas buatan)

b. 30 : 1 (30 kali pijit jantung : 1 kali nafas buatan)

c. 15 : 2 (15 kali pijit jantung : 2 kali nafas buatan)

13. Frekuensi/kecepatan dalam melakukan pijit jantung adalah:

a. 50 x tekanan /permenit

b. 80 x tekanan /permenit

c. 100 x tekanan /permenit

14. Dalam pelaksanaan pijit jantung minimal kedalaman tekanannya adalah:

a. 3 cm

b. 5 cm

c. 7 cm

15. Setelah tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan korban telah sadar,

maka yang kita lakukan pada korban adalah dengan memberikan posisi :

a. Posisi duduk pada korban

b. Posisi berdiri pada korban

c. Posisi korban tidur dengan posisi miring


16. Tindakan pijit jantung dihentikan apabila :

a. Penolong merasa letih atau bantuan medis telah datang atau korban

kembali pulih

b. Penolong tidak mau lagi melakukan pijat jantung

c. Penolong merasa tidak berhak melakukan pijat jantung


LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

B. Ketrampilan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Data Demografis
No. Kuisioner :……......…

Nama Responden :.….……… (Inisial)

Umur :..……….... Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

2. Checklist Keterampilan tentang langkah- langkah Bantuan Hidup Dasar


pada Masyarakat Awam.
Petunjuk Pengisian Checklist

Berikan tanda centang (√) di kolom “Ya” jika ketrampilan dilakukan dan
dikolom “Tidak” jika ketrampilan tidak dilakukan.

No Checklist Ya Tidak

1 Penolong memperhatikan keamanan diri sendiri, korban dan


lingkungan sekitar.

2 Mulailah dengan berbicara kepada korban, katakana nama


penolong. Apabila korban pingsan, penolong dapat
memanggil “pak/ibu..pak/ibu.. apakah bapak/ibu dapat
mendengar saya?”. Respon panggil ini dapat dilakukan
dengan respon mepuk pundak korban.

3 Segera berteriak meminta tolong dengan teriak


“Tolong..tolong, disini ada korban tak sadarkan diri, saya
hanya sendiri, saya butuh bantuan” dan atau meminta
orang sekitar menelpon 118/ambulans atau bantuan lain.

4 Tentukan ada tidaknya nadi, pemeriksaan dilakukan pada


arteri karotis dalam waktu <10 detik.

5 Mengatur posisi korban terlentang diatas permukaan yang


keras dan datar, sedangkan posisi penolong berlutut
disamping korban.

6 Melakukan penekanan dada dengan meletakkan pangkal


tangan di pertengahan dada korban dan meletakkan tangan
yang lain di atas tangan yang pertama dengan jari-jari
mengunci dan lengan tetap lurus.

7 Penekanan dada dengan kedalaman 5-6 cm dan kecepatan


100-120 kali/menit. Dada korban harus mengembang
kembali seperti semula sebeleum melakukan penekanan
dada berikutnya.

8 Teknik ini dilakukan hingga penolong tenaga kesehatan


datang atau pasien kembali sadar atau bergerak.

9 Jika pasien sadar, berikan posisi miring mantap.

10 Jika pasien sadar, berikan posisi miring mantap.


1) Penolong berlutut disamping korban
dengan kedua kaki lurus. Lengan korban
yang paling dekat dengan penolong ditekuk
membuat sudut siku-siku dengan badanya,
siku ditekuk dan telapak tangan membuka
keatas.
2) Silangkan lengan korban yang jauh pada
dadanya, telapak tangannya memegang pipi.
3) Pegang paha korban yang jauh dengan
tangan penolong yang lain, dengan lutut
korban ditekuk keatas, kaki korban
menginjak lantai. Pegang tangan korban
supaya terus memegang pipi. Tarik badannya
ke arah penolong melalui tangan yang
memegang paha.
4) Tarik kepala korban kebelakang supaya
jalan napas selalu terbuka. Jika perlu atur
tangannya agar selalu menopang kepala. Atur
kaki korban yang ada diatas agar panggul dan
lututnya membentuk siku-siku.
PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

Saat ini saya Yeheskel Yohanis Slarmanat mahasiswa Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado akan melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Dan

Keterampilan Nelayan Di Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan

Matuari Kota Bitung”

Di Indonesia angka korban meninggal tenggelam akibat bencana alam

menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebanyak 44 orang

selama tahun 2013 dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Data

Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tahun 2010-2016 Selama periode itu ada 337

orang meninggal dunia dan hilang dan 474 orang telah menjadi korban luka-luka,

sementara korban meninggal akibat tenggelam di kota Bitung, sesuai data Tim

Badan SAR Manado angka kematian korban tenggelam tahun 2014 bulan februari

sekitar 2 orang sedangkan tahun 2017 pada bulan agutus tercatat korban

tenggelam 23 orang, 16 diantaranya selamat dan 7 orang lainnya masih belum

ditemukan serta pada bulan september lalu 1 orang ditemukan tewas karena juga

tenggelam.

Berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan dan

keterampilan nelayan di kelurahan Manembo-nembo bawah Kecamatan Matuari

Kota Bitung pada bulan Juni 2018 yang berjumlah 30 Responden.


Responden diminta untuk ikut serta dalam penelitian agar mendapat

pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pertolongan pertama pada korban

tenggelam sesuai dengan satuan operasional prosedur. Partisipasi responden

bersifat sukarela, sesuai dengan kesediaan responden, serta semua biaya yang

diperlukan selama penelitian adalah gratis dan ditanggung oleh peneliti.

Responden bebas untuk menolak berpartisipasi dan bebas untuk mengundurkan

diri selama penelitian namun diharapkan untuk memberikan informasi mengenai

alasan responden berhenti dari penelitian. Keputusan responden untuk berhenti

dari penelitian tidak akan mempengaruhi hak perawatan yang diberikan oleh tim

medis pada responden dan tidak dikenakan sangsi apapun.

Penelitian ini bersifat pelatihan (treatment), sehingga responden akan

mendapatkan perlakuan namun tidak menimbulkan resiko karena akan

menggunakan phantom BHD dalam melakukan pelatihan.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini akan diawali dengan membagikan

kuesioner pengetahuan kepada responden untuk diisi sebelum dilakukan

pelatihan/treatment, selang waktu yang akan diberikan kepada responden selama

15 menit untuk menyelesaikan pengisian kuisioner (pretest) kemudian peneliti

memberikan waktu selama 40 menit kepada responden untuk melakukan

simulasi BHD menggunakan phantom sambil menilai dengan mengisi ceklist pada

lembar observasi yang berpatokan pada Satuan Operasional Prosedur (SOP),

setelah itu akan diberikan materi sesuai Modul BHD untuk Orang Awam selama

40 menit serta mendemonstrasikan langkah-langkah BHD pada orang awam.

Setelah selesai demonstrasi, peneliti memberikan kesempatan kepada responden


selama 40 menit untuk melakukan simulasi langkah-langkah BHD sambil melihat

ketrampilan dengan mengisi ceklist pada lembar observasi kemudian akan

diberikan waktu 15 menit kepada responden untuk mengisi kuisioner pengetahuan

(posttest) untuk menilai pengetahuan.

Hasil pengumpulan data dan semua informasi yang berkaitan dengan

penelitian ini akan disampaikan kepada responden dan tempat penelitian tetapi

akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program

kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Demikian penjelasan sebelum melakukan penelitian ini, apabila Bapak/Ibu

memerlukan penjelasan lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian ini dapat

menghubungi saya dinomor ini 0853-4225-2633 dengan alamat peneliti

Malalayang 1 Barat, Manado.

Peneliti Responden Saksi

Yeheskel Y. Slarmanat ( ) ( )
PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP
PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN NELAYAN DI KELURAHAN
MANEMBO-NEMBO BAWAH KECAMATAN MATUARI
KOTA BITUNG
Oleh : Yeheskel Yohanis Slarmanat

INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Hp/ No. Tlp :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Pengaruh Pelatihan
Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Dan Ketrampilan Nelayan Di
Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung” maka
dengan ini saya secara suka rela dan tanpa paksaan bersedia menjadi responden
penelitian.

Manado, Juni 2018


Responden Saksi

(……………..…….) (……….....………..)

Peneliti

Yeheskel Y. Slarmanat
711430 114 079
MODUL
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
BAGI MASYARAKAT AWAM

Oleh:

Yeheskel Yohanis Slarmanat

NIM. 711430114079

Program Studi D-IV Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

2018
MODUL PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
BAGI MASYARAKAT AWAM

DESKRIPSI SINGKAT

Tindakan Bantuan Hidup Dasar atau disingkat dengan BHD,


merupakan penanganan awal yang dilakukan terhadap korban yang
mengalami kondisi mengancam jiwa, sampai korban tersebut
mendapatkan bantuan hidup lanjut oleh tenaga kesehatan. Kondisi
mengancam jiwa ini, dapat berupa sakit, cedera dan kecelakan yang
terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan segera. Jika korban
tidak segera mendapatkan penanganan, maka korban dapat mengalami
kematian.

Berdasarkan data American Heart Association (AHA) pada tahun


2015 menunjukan terdapat sebanyak 45-75% korban henti napas dan
henti jantung terjadi diluar rumah sakit, dan 95% pasien meninggal
sebelum tiba di rumah sakit. Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi
di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Selain itu
individu dengan pekerjaan seperti penangkap ikan atau memancing
dengan menggunakan perahu kecil lebih rentan terhadap tenggelam
(WHO, 2015). Dengan kondisi ini, masyarakat diharapkan mampu
memberikan BHD diluar rumah sakit selama menunggu penanganan
lanjut oleh tenaga kesehatan, sehingga semakin banyak masyarakat yang
mampu melakukan BHD maka semakin banyak kematian yang dapat
dihindari.

Modul ini menguraikan materi tentang langkah-langkah BHD


yang difokuskan pada penanganan korban yang mengalami kondisi henti
napas dan henti jantung. Tingkat keberhasilan BHD sangat tergantng
pada kecepatan dalam bertindak dan ketepatan dalam melakukan
tindakan. Dengan semakin seringnya teknik-teknik tindakan ini
dilatihkan maka akan semakin meningkatkan kemampuan penolong
dalam melakukan BHD.
TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Umum :

Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu mengetahui dan


memahami serta dapat melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.

B. Tujuan Khusus :

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:

1. Memahami Konsep Bantuan Hidup Dasar


2. Melakukan Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar

POKOK BAHASAN

1. Konsep Bantuan Hidup Dasar


2. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar

SUB POKOK BAHASAN

1. Definisi Bantuan Hidup Dasar


2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar
3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

SASARAN

Nelayan di Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kecamatan Matuari Kota Bitung

WAKTU

Materi : 40 Menit
Pelatihan : 120 Menit (2 Jam)

METODE

Ceramah, Diskusi, Pelatihan

ALAT BANTU

Phantom BHD
MODUL PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
BAGI MASYARAKAT AWAM

STRATEGI PELATIHAN
Senin, 11 Juni 2018

SESI 1 Pembukaan (5 menit)

Langkah 1 Menyapa peserta dengan ucapan salam


Perkenalan diri

Langkah 2 Menjelaskan topik-topik yang akan dipelajari


Jelaskan tujuan pelatihan

Langkah 3 Menanyakan kesiapan peserta

SESI 2 Pembagian kuesioner pengetahuan (15 menit)

Langkah 1 Membagikan kuesioner


Menganjurkan peserta untuk mengisi kuesioner

Langkah 2 Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi peserta

SESI 3 Pembahasan sub pokok bahasan Bantuan Hidup Dasar :


Definisi BHD, Manfaat BHD, Indikasi BHD (30 menit)

Langkah 1 Menanyakan kepada peserta hal-hal yang berhubungan


dengan materi pembelajaran

Langkah 2 Jelaskan tentang definisi BHD, manfaat BHD dan indikasi


Beri kesempatan pada peserta untuk bertanya
Memberikan jawaban secara singkat dan jelas

Langkah 3 Menyimpulkan jawaban

SESI 4 Pembahasan pokok bahasan Langkah-langkah BHD


(130 menit)

Langkah 1 Jelaskan tentang langkah-langkah BHD

Langkah 2 Pelatihan BHD

Langkah 3 Observasi

Langkah 4 Menyimpulkan hasil observasi


URAIAN MODUL PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
MATERI BAGI MASYARAKAT AWAM

Pokok Bahasan 1 Bantuan Hidup Dasar

Sub Pokok Bahasan 1 : Definisi Bantuan Hidup Dasar

1. Definisi Henti Nafas


Henti afas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban / pasien.
Pada awalnya henti napas oksigen masih terdapat di dalam darah
untuk beberapa saat dan jantun masih dapat mensirkulasikan darah ke otak
dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas
akang sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah
henti jantung.
2. Definisi Henti Jantung
Henti jantung adalah berhentinya jantung berdenyut. Saat terjadi
henti jantung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan
cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. pernapasan
yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya
henti jantung.
Pada awal henti jantung, darah langsung berhenti bersirkulasi dan
jantung masih dapat mensirkulasi darah ke otak dan organ vital lainnya
dengan bantuan tindakan kompresi dadad agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah terhentinya suplai oksigen ke seluruh tubuh yang
berdampak kematian.
Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak, setiap
peristiwa yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat
menimbulkan keadaan henti napas dan hentin jantung. Keadaan yang
dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung salah satunya adalah
tenggelam.
Henti napas dan henti jantung merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
3. Definisi Bantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah bantuan dasar untuk
menyelamatkan hidup setelah terjadi henti jantung dan henti napas atau
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat
penderita/korban mengalami keadaan mengancam nyawa (Lumbantoruan
& Nazmudin, 2015).
Bantuan Hidup Dasar adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan
untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada
korban henti jantung dan henti napas. Intervensi ini terdiri dari pemberian
kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014).
Tindakan bantuan hidup dasar merupakan penanganan awal yang
dilakukan terhadap korban yang mengalami kondisi jiwa, sampai korban
tersebut mendapatkan bantuan hidup lanjut oleh tenaga kesehatan. Kondisi
mengancam jiwa ini berupa sakit, cidera dan kecelakaan secara tiba-tiba
dan memerlukan penanganan segera.

Sub Pokok Bahasan 2 : Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar merupakan bagian pertolongan gawat darurat yang


bertujuan untuk :

a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya napas atau dan keduanya


b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi.
c. Mempertahankan hidup.
d. Memulihkan kesehatan.
e. Membatasi kecacatan (Lumbantoruan & Nazmudin, 2015).

Sub Pokok Bahasan 3 : Indikasi Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar harus segera dilakukan pada setiap orang yang
ditemukan tidak sadarkan diri yaitu pada orang yang tidak teraba denyut nadi dan
tidak bernapas dan atau keduanya (Hardisman, 2014). Henti napas dan henti
jantung dapat disebabkan karena tenggelam, stroke, obstruksi jalan nafas oleh
benda asing, inhalasi asap, kelebihan dosis obat, terkena aliran listrik, trauma,
miocard cardiac infark, serangan jantung (Krisanty, 2009).

Indikasi diberhentikannya Bantuan Hidup Dasar

Resusitasi Jantung Paru diberhentikan apabila :


a. Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan.
b. Ada yang lebih bertanggung jawab.
c. Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon.
d. Adanya DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
e. Tanda kematian yang irreversible.
1) Kaku mayat (Rigor Mortis)
2) Pupil Melebar (Midriasis)
3) Refleks Cahaya Negatif (-)
URAIAN MODUL PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
MATERI BAGI MASYARAKAT AWAM

Pokok Bahasan 2 Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar

Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar Bagi Masyarakat Awam

a. Keamanan (Safety)
Keamanan merupakan hal yang harus diingat setiap penolong karena
merupakan hal utama dalam melaksanakan rumus penanganan pre-hospital,
yaitu jangan membuat cidera lebih lanjut. Urutan prioritas keamanan saat
memasuki daerah tugas :
1) Keamanan diri sendiri/proteksi diri
Keamanan diri sendiri lebih diutamakan karena apabila penolong
cedera maka perhatian penolong lain akan beralih dan penderita menjadi
tidak diperhatikan (yang semula menjadi fokus utama). Untuk menjaga
keamanan penolong idealnya melakukan persiapan pengamanan diri
yaitu alat pelindung diri.
2) Keamanan Lingkungan
Ini juga meliputi lingkungan sekitar korban yang belum terkena
cedera.
3) Keamanan Korban
Betapapun ironisnya korban tetapi prioritas terakhir terletak pada
korban karena korban sudah cedera dari awal (Hasdianda dkk, 2014).

b. Respon (Response)
Periksa dan tentukan dengan cepat bagaimana respon korban,
memeriksa keadaan dengan pengecekan metode AVPU (Alert, voice, pain,
unresponsive).
1) Respon panggil (Shout).
Mulailah dengan berbicara kepada korban, katakan nama penolong.
Apabila korban tampak pingsan, penolong dapat memanggil “pak, pak,
apakah bapak dapat mendengar saya?”. Respon panggil ini dapat
dilakukan dengan respon menepuk pada pundak korban.
2) Respon menepuk/goyang (shake).
Lakukan dengan menepuk-nepuk pundak, tangannya dan pipinya
(jika keadaan mengizinkan), atau mengoyang-goyang pundaknya dengan
hati-hati.
Gambar 1. Cek Respon (Koster et al, 2010).

c. Mengaktifkan system keadaan darurat (Call)


Jika korban berada pada kondisi tidak memberi respon (unresponsive),
segera berteriak meminta tolong dengan berteriak “Tolong-tolong, disini
ada korban tak sadarakan diri, saya hanya sendiri, saya butuh bantuan”
dan meminta orang sekitar menghubungi 118/ambulan/rumah sakit atau
bantuan lain. Bisa juga meminta bantuan orang sekitar unuk membantu.
Laporkan jumlah korban, kondisi korban, lokasi kejadian, serta kebutuhan
yang diperlukan (Koster et al, 2010).

Gambar 2. Memanggil Pertolongan (Koster et al, 2010).


d. Sirkulasi (circulation)
1) Pemeriksaan nadi
Tentukan ada tidaknya nadi, pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri
karotis dalam waktu tidak boleh lebih dari 10 detik. Bila denyut nadi
ada, tetapi pernafasan tidak ada maka pertolongan pernafasan dilakukan
dua kali ventilasi atau mulut ke mulut nafas awal (2 detik setiap napas).
Selanjutnya cek nadi jika nadi tidak teraba maka lakukan kompresi dada.
2) Kompresi Dada
Kompresi dada akan menyebabkan sirkulasi ke paru-paru dan diikuti
ventilasi. Teknik kompresi yang tepat :
a) Mengatur posisi korban terlentang diatas permukaan yang keras dan
datar, sedangkan posisi penolong berlutut disamping korban.
b) Melakukan penekanan dada dengan meletakan pangkal tangan
dipertengahan dada korban dan meletakan tangan yang lain diatas
tangan yang pertama dengan jari-jari mengunci dan lengan tetap lurus.
c) Melakukan penekanan dada dengan kedalaman 5-6 cm dan
kecepatan 100-120 kali/menit. Rasio kompresi dan ventilasi adalah
30:2 (kompresi 30 kali dan ventilasi 2 kali). Dada korban harus
mengembang kembali seperti semula sebelum melakukan penekanan
dada berikutnya.
Gambar 3. Posisi Tangan (Koster et al, 2010).

d) Teknik ini dilakukan hingga penolong tenaga kesehatan datang atau


korban kembali sadar atau bergerak.
e) Jika korban sadar, berikan posisi miring mantap.
Prosedur posisi pemulihan :
1. Penolong berlutut disamping korban dengan kedua kaki lurus. Lengan
korban yang paling dekat dengan penolong ditekuk membuat sudut siku-
siku dengan badanya, siku ditekuk dan telapak tangan membuka keatas.
2. Silangkan lengan korban yang jauh pada dadanya, telapak tangannya
memegang pipi.
3. Pegang paha korban yang jauh dengan tangan penolong yang lain, dengan
lutut korban ditekuk keatas, kaki korban menginjak lantai. Pegang tangan
korban supaya terus memegang pipi. Tarik badannya ke arah penolong
melalui tangan yang memegang paha.
4. Tarik kepala korban kebelakang supaya jalan napas selalu terbuka. Jika
perlu atur tangannya agar selalu menopang kepala. Atur kaki korban yang
ada diatas agar panggul dan lututnya membentuk siku-siku.

Gambar 4. Recovery Position (Koster et al, 2010)

Referensi

Pedoman Bantuan Hidup Dasar untuk awam, American Heart Association, 2015
MASTER TABEL PENGETAHUAN NELAYAN SEBELUM DIBERIKAN
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
DI KELURAHAN MANEMBO-NEMBO BAWAH KECAMATAN
MATUARI KOTA BITUNG

N Resp U 16 item pertanyaan pengetahuan nelayan Ju Kat S


O onde si sebelum pelatihan bantuan hidup dasar ml ego k
n a (PreTest) ah ri or
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6
1 F.M 4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 9 Cu 2
4 kup
2 A.M 4 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 8 Kur 1
3 ang
3 M.P 4 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 10 Cu 2
0 kup
4 F.N 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 12 Cu 2
8 kup
5 N.K 4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 11 Cu 2
1 kup
6 A.M 3 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 9 Cu 2
1 kup
7 J.K 4 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 8 Kur 1
1 0 ang
8 A.M 3 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 6 Kur 1
6 ang
9 M.D 4 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 6 Kur 1
3 ang
1 T.S 4 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Bai 3
0 2 k
1 J.L 4 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kur 1
1 3 ang
1 M.B 4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 11 Cu 2
2 5 kup
1 M.K 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 10 Cu 2
3 5 kup
1 M.B 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 12 Cu 2
4 8 kup
1 G.M 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 8 Kur 1
5 1 ang
1 M.L 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 11 Cu 2
6 7 kup
1 J.G 3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 9 Cu 2
7 1 kup
1 Z.M 3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 9 Cu 2
8 7 kup
1 H.A 2 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 7 Kur 1
9 9 ang
2 A.S 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 Bai 3
0 9 k
2 H.K 4 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 11 Cu 2
1 1 kup
2 J.T 3 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 6 Kur 1
2 1 ang
2 R.A 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 6 Kur 1
3 4 ang
2 S.T 3 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kur 1
4 5 ang
2 R.T 4 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 8 Kur 1
5 2 ang
2 J.K 4 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 6 Kur 1
6 3 ang
2 O.P 3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 9 Cu 2
7 6 kup
2 J.K 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 8 Kur 1
8 2 ang
2 A.S 2 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 8 Kur 1
9 8 ang
3 H.T 3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 9 Cu 2
0 2 kup
MASTER TABEL PENGETAHUAN NELAYAN SESUDAH DIBERIKAN
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
DI KELURAHAN MANEMBO-NEMBO BAWAH KECAMATAN
MATUARI KOTA BITUNG

N Resp U 16 item pertanyaan pengetahuan nelayan Ju Kat S


O onde si sesudah pelatihan bantuan hidup dasar ml ego k
n a (PostTest) ah ri or
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6
1 F.M 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
4 1 1 k
2 A.M 4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
3 k
3 M.P 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 Bai 3
0 0 k
4 F.N 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 13 Bai 3
8 k
5 N.K 4 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Bai 3
1 k
6 A.M 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Bai 3
1 k
7 J.K 4 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Bai 3
1 1 k
8 A.M 3 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Bai 3
6 k
9 M.D 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 13 Bai 3
3 k
1 T.S 4 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Bai 3
0 2 k
1 J.L 4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 13 Bai 3
1 3 k
1 M.B 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Bai 3
2 5 k
1 M.K 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
3 5 k
1 M.B 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 13 Bai 3
4 8 k
1 G.M 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Bai 3
5 1 k
1 M.L 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Bai 3
6 7 k
1 J.G 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 Bai 3
7 1 k
1 Z.M 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13 Bai 3
8 7 k
1 H.A 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
9 9 k
2 A.S 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 Bai 3
0 9 k
2 H.K 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Bai 3
1 1 k
2 J.T 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Bai 3
2 1 k
2 R.A 2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Bai 3
3 4 k
2 S.T 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
4 5 k
2 R.T 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
5 2 k
2 J.K 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
6 3 k
2 O.P 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Bai 3
7 6 k
2 J.K 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
8 2 k
2 A.S 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Bai 3
9 8 k
3 H.T 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Bai 3
0 2 k
MASTER TABEL KETERAMPILAN NELAYAN
SEBELUMDIBERIKAN PELATIHAN
BANTUAN HIDUP DASAR DI KELURAHAN MANEMBO-NEMBO
BAWAH KECAMATAN MATUARI KOTA BITUNG

NO Responden Usia 10 item Lembar observasi Jumlah Kategori Skor


keterampilan nelayan sebelum
pelatihan bantuan hidup dasar
(PreTest)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 F.M 44 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 TT 1
2 A.M 43 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 TT 1
3 M.P 40 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
4 F.N 38 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 TT 1
5 N.K 41 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 5 TT 1
6 A.M 31 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 TT 1
7 J.K 41 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 TT 1
8 A.M 36 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
9 M.D 43 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
10 T.S 42 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 7 TT 1
11 J.L 43 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
12 M.B 45 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
13 M.K 35 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
14 M.B 38 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 3 TT 1
15 G.M 31 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
16 M.L 37 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 3 TT 1
17 J.G 31 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
18 Z.M 37 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
19 H.A 29 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
20 A.S 39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 TT 1
21 H.K 41 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 TT 1
22 J.T 31 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
23 R.A 24 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
24 S.T 35 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
25 R.T 42 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
26 J.K 43 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
27 O.P 36 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
28 J.K 22 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 TT 1
29 A.S 28 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 TT 1
30 H.T 32 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 TT 1
KETERANGAN :
TERAMPIL (T) : Melakukan 10 item
TIDAK TERAMPIL (TT) : Tidak Melakukan 10 item
MASTER TABEL KETERAMPILAN NELAYAN SESUDAH
DIBERIKAN PELATIHAN
BANTUAN HIDUP DASAR DI KELURAHAN MANEMBO-NEMBO
BAWAH KECAMATAN MATUARI KOTA BITUNG

NO Responden Usia 10 item Lembar observasi Jumlah Kategori Skor


keterampilan nelayan sesudah
pelatihan bantuan hidup dasar
(PostTest)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 F.M 44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
2 A.M 43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
3 M.P 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 TT 1
4 F.N 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 TT 1
5 N.K 41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
6 A.M 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
7 J.K 41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
8 A.M 36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
9 M.D 43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
10 T.S 42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
11 J.L 43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
12 M.B 45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 T 2
13 M.K 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
14 M.B 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
15 G.M 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
16 M.L 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
17 J.G 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
18 Z.M 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 TT 1
19 H.A 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
20 A.S 39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
21 H.K 41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
22 J.T 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
23 R.A 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
24 S.T 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
25 R.T 42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
26 J.K 43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
27 O.P 36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
28 J.K 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
29 A.S 28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
30 H.T 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 T 2
KETERANGAN :
TERAMPIL (T) : Melakukan 10 item
TIDAK TERAMPIL (TT) : Tidak Melakukan 10 item
Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

pretestpengetahuan 30 1.60 .621 1 3

posttestpengetahuan 30 3.00 .000 3 3

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

a
posttestpengetahuan - Negative Ranks 0 .00 .00
pretestpengetahuan
b
Positive Ranks 28 14.50 406.00

c
Ties 2

Total 30

a. posttestpengetahuan < pretestpengetahuan

b. posttestpengetahuan > pretestpengetahuan

c. posttestpengetahuan = pretestpengetahuan
a
Test Statistics

posttestpengeta
huan –
pretestpengetah
uan

b
Z -4.765

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Frequencies

Statistics

pretestpengetah posttestpengeta
uan huan

N Valid 30 30

Missing 0 0

Frequency Table

pretestpengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 14 46.7 46.7 46.7

cukup 14 46.7 46.7 93.3

baik 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

posttestpengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 30 100.0 100.0 100.0


Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

a
posttestketerampilan - Negative Ranks 0 .00 .00
pretestketerampilan
b
Positive Ranks 27 14.00 378.00

c
Ties 3

Total 30

a. posttestketerampilan < pretestketerampilan

b. posttestketerampilan > pretestketerampilan

c. posttestketerampilan = pretestketerampilan

a
Test Statistics

posttestketerampilan - pretestketerampilan

b
Z -5.196

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.


Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pretestketerampilan 30 1 1 1.00 .000

posttestketerampilan 30 1 2 1.90 .305

Valid N (listwise) 30

Frequencies

Statistics

Pretestketerampilan posttestketerampilan

N Valid 30 30

Missing 0 0

Frequency Table

pretestketerampilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak terampil 30 100.0 100.0 100.0

posttestketerampilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

30Valid tidak terampil 3 10.0 10.0 10.0

Terampil 27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama : Yeheskel Yohanis Slarmanat


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 Tahun
Tempat/Tanggal lahir : Werain/21 Desember 1996
Alamat : Malalayang I Barat, Lingkungan I, Lorong Gereja Elim
Kota Manado Propinsi Sulawesi Utara
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
Nomor handphone : 0853-4225-2633
Email : yeheskelslarmanat@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2002-2008 : SD Kristen Werain


2008-2011 : SMP Kristen Werain
2011-2014 : SMA Negeri Unggulan Saumlaki
2014-Sekarang : Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan
Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai