Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR SINISTRA

A. Definisi
Dyspepsia atau dispepsia merupakan keluhan / gejala klinis yang terjadi dari rasa
tidak enak di perut / sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. (
Arie,2000).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa. (Dharmika
2001)
Sedangkan menurut Aziz (1997) Sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gajala
yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung rasa penuh,
serta mual-mual.
Dyspepsia merupakan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak /
sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refleks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartbum) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,2007).
Dyspepsia adalah keluhan yang di asosrasikan sebagai akibat dari kelainan
saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut , lekas kenyang, anoreksia,
kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi,2009).

B. Etiologi
Seringnya dyspepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acard refluks.
Jika ada memiliki penyakit acard refluks. Asam lambung terdorong ke atas
menuju esofagus ( saluran muskola membranosa) yang membentang dari faring
ke dalam lambung. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat – obatan
seperti obat anti inflammatory. Dapat menyebabkan dispepsia . Terkadang
penyebab dispepsia belum dapat di temukan. Penyebab dispepsia secara rinci
adalah :
1. Menelan Udara (Aerofagi)
2. Regurgitasi ( Alir balik refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung ( gastritis)
4. Ulus gastrium atau ulkus duodehalis.
5. Kanker lambung
6. Peradangan kanker empedu ( kolesistitis )
7. Intoleransi laktosa ( ketidakmampuan mancerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakkan usus
9. Stres psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi helicobacter pylony

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Dispepsia organik, bila diketahui adanya kelainan organik sebagai


penyebabnya ( misalnya tungkak peptic, gastritis, panreastitis,dan binya)
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus bila
tidak jelas penyebabnya.

C. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur menurut rasjad (2015) terdapat klasifikasi sebagai brikut yaitu :
1). Klasifikasi etiologis
a). fraktur traumatic
fraktur yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba
b). fraktur patologis
fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit yang menyebabkan
kelemahan pada tulang (infeksi tumor kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontanm atau
akibat trauma ringan
c). fraktur stress
fraktur yang terjadi akibat adanya stress kecil dan berulang ulang pada daerah tulang yang
menopang berat badan.fraktur stress jarang terjadi skali ditemukan pada anggota gerak atas
2). Klasifikasi klinis
a). fraktur tertutup (simple fraktur)
fraktur yang terjadi bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
b). fraktur terbuka (compound fraktur )
apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan
kulit dan jaringan lunak.fraktur ini dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without
dari luar
Manifestasi Klinis
Menurut Fadlani dan Harahap (2012) manifestasi fraktur femur antara lain :

1) Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang yang di
immobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untukmeminimalkan gerakan dan fragmen tulang.

2) Hilangnya fungsi tubuh


Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderungbergerak secara
tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.Pergeseran fragmen
pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupunteraba) ekstremitas
yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitastidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulangtempat
melekatnya otot.

3) Pemendekan ekstremitas
Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnyakarena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

4) Krepitus
Saat ekstremitas di periksa dengan palpasi, teraba adanya derik tulang (krepitus) yangteraba
akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat menyebabkankerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.

5) Pembengkakan dan perubahan warna


Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulitterjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelahbeberapa jam atau beberapa hari
setelah cedera.18

Menurut Nayduch (2014) manifestasi fraktur femur antara lain:


1. Bengkak dan nyeri tekan
2. Guarding, menolak atau tidak mampu bergerak atau menahan berat badan
3. Ekimosis
4. Deformitas dapat terlihat maupun teraba
5. Krepitus
6. Kontaminasi pada luka terbuka (misalnya kotoran, debu dan benda asing)
7. Parastesia (cedera saraf)
8. enyut berkurang atau tidak ada (cedera vaskuler)

Menurut Digiulio,dkk (2014) manifestasi klinik dari fraktur femur ada empat yaitu:
a. Pendarahan lokal di mana perubahan warna kulit atau mungkin tidak terlihat,
tergantung jumlahdarah dan jarak fraktur dan kulit.
b. Edema pada lokasi karena reaksi radang akibat kerusakan jaringan.
c. Rentang gerak abnormal dimana membutuhkan tulang yang utuh agar otot menarik
danmenciptakan gerakan, jika fraktur terjadi dekat sendi dapat bengkak sehingga
membatasi rentang gerak.
Pemendekan kaki dan perputaran eksternal adalah hal bi

Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan.
Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusuk. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan adanya vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi
sel darah putih (Wahid,2013).

Pada kondisi trauma di perlukan gaya besar untuk mematahkan tulang pada dewasa.
Biasanya klien mengalami multiple trauma yang menyertainya. Secara klinis fraktur femur
sering di dapatkan adanya kerusakan neurovaskuler yang akan memberikan manifestasi
peningkatan resiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah (pada setiap patah
tulang di prediksi akan hilangnya darah 500cc dari sistem vaskuler), maupun syok neurologik di
sebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di
bawah tulang (Suratun,dkk,2008).
Penatalaksanaan
Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan umum pada pengelolaan fraktur mengikuti prinsip
pengobatan kedokteran pada umumnya yaitu yang pertama dan utama adalah jangan cederai
pasien (primum non nocere). Cedera iatrogen tambahan pada pasien terjadi akibat tindakan yang
salah atau tindakan yang berlebihan. Hal yang kedua, pengobatan didasari atas diagnosis yang
tepat dan prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam dan keempat memilih
pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara individu. Tujuan penatalaksanaan ini
dilakukan berdasarkan empat tujuan utama yaitu:

1.) Menghilangkan rasa nyeri


Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena fraktur sendiri, namun karena terluka jaringan
di sekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat
penghilang rasa nyeri dan teknik immobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik
immobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai dan gips.
a) Pembidaian dengan menempatkan benda keras didaerah sekeliling tulang.
b) Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkus disekitar tulang yang patah.

2) Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.


Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu
diperlukan lagi teknik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksternal
atau fiksasi internal tergantung jenis frakturnya sendiri.
a) Penarikan (traksi)
Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya.
b) Fiksasi internal dan eksternal
Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecah
pecahan tulang.

3) Agar terjadi penyatuan tulang kembali


Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam 4 minggu dan akan menyatu dengan
sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang
sehingga dibutuhkan graft tulang.
4) Mengembalikan fungsi seperti semula
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.
Penatalaksanaan ortopedi dapat dilakukan sesuai kondisi klinik dan kemampuan yang ada untuk
penanganan fraktur. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Proteksi tanpa reposisi dan immobilisasi
2) Immobilisasi dengan fiksasi
3) Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan immobilisasi
4) Reposisi dengan traksi
Cara ini dilakukan ada fraktur dengan otot yang kuat yaitu fraktur femur. Berikut ini
macam- macam traksi:
a) Traksi lurus atau langsung
b) Traksi suspensi seimbang
c) Traksi kulit
d) Traksi skelet
e) Traksi manual

5) Repoisi diikuti dengan immobilisasi dengan fiksasi luar


Fiksasi fragmen patahan tulang digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang,
kemudian pin baja distukan secara kokoh dengan batangan logam diluar kulit.

Pengkajian

9. Identitas pasien
Nama :Ny. D B
Umur :65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Minahasa
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk RS : 24 November 2019
Ruang rawat inap : Irina A atas
Tanggal pengkajian :
Diagnosa medis : Frakturfemursinitra
No. RM : 00708965

10. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn F P
Umur :69 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat :Wolian dua lingkungan 1
Hubungan dengan pasien :

11. Riwayat kesehatan


a. Keluhan utama : Nyeri paha kiri dan bengkak
b. Riwayat kesehatan sekarang : Bengkak dan nyeri di paha
Kiri dirasakan 4 hari yang lalu sebelum masuk RS
akibat pasien terjatuh, nyeri terus dirasakan
sehingga pasien di bawah ke RS tanggal 24
November, soal dikaji pasien mengalami fraktur di
paha kiri, nyeri (+) bengkak (+)
C Riwayat penyakit masa lalu
d. Penyakit yang pernah dialami : Pasienmengatakan mempunyai
Riwayat penyakit asam lambung
e. Pernah di rawat : Pasien mengatakan pernah di rawat
di RS advent
f. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada
ada riwayat alergi baik obat atau
makanan
g. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan di dalam
Keluarganya tidak ada riwayat
Penyakit turunan dan menular
h. Data Genogram

B. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia ( 11 pola gordon )

1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan


Pasien mengatakan sudah pernah masuk RS dan di rawat inap dengan diagnosa penyakit
yang sama dan pasien mengatakan cemas, dan ingin cepat sembuh dan pasien
mengatakan bersedia mengikuti program RS
2. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum saki :
Pasien mengatakan makan 3-4 kali sehari dengan menu nasi, ikan dan sayur 7-8 gelas
sehari
Saat sakit :
Pasien mengatakan
Pasien mengatakanmakan 3 kali sehari tapi tidak dihabiskan hanya 4-5 sendok makan,
kalau dipaksa muntah dengan menu yang sudah diberikan oleh ahli gizi minum 5-6 gelas
sehari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan BAB rutin 1 kali sehari dengan konsisten padat warna feses padat,
BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih bau khas urine
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat di kaji belum BAB, BAK frekuensi 5-6 kali sehari warna kuning
pekat bau khas urine
4. Pola aktivitas dan fisik
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum
Minum
Toitering
Berpakaian
Mobilitas di
tempat tidur
Berpindah dan
berjalan
Ambulasi
/posiai
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidur malam 4-5 jam dan tidur siang 4-5 jam
Saat sakit :
Pasien mengatakan tidur malam dan tidur siang pasien mengatakan susah tidur
6. Pola kognitif dan perseptual
Sebelum masuk RS dan dan saat sakit pasien mengatakan pengelihatan baik, pendengaran
baik, penciuman baik dibuktikan pasien dapat membedakan bau busuk dan bau harum,
dan cara bicaranya normal, berkomunikasi dengan baik.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit :
Pasien merasa bersyukur, dan saat ini pasien ingin selalu sehat supaya tidak merepotkan
suami dan anaknya
Saat sakit:
Pasien merasa tidak enak dengan suami dan anaknya karena merepotkan, dan pasien
ingin cepat sembuh
8. Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai 1 anak, pasien tidak
mempunyai gangguan reproduksi
9. Pola peran dan hubungan
Sebelum m
masuk RS dan saat sakit pasien mengatakan keluarganya selalu beŕkunjung melihat
keadaan pasien
10. Pola mekanisme koping dan toleransi stres
Pasien mengatakan jika mempunyai masalah bercerita kepada keluarga
11. Pola nilai kepercayaan
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien memeluk agama kristendan rajin beribadah
Saat sakit :
Pasien mengatakan hanya dapat berdoa di tempat tidur memohon kesembuhan
b. pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. GCS : E : 4 M :6 V :5
4. TTV: TD: 120/70 mmhg
N : 86X/mnt
RR : 24 X/mnt
SB : 26 ’c
5. Head to toe
Kepala : Bentuk kepala simetris, bersih, tidak ada benjolan rambut beruban
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklers normal, pupil normal, klien
mengggunakan kaca mata.
Hidung : Simetris, kebersihan hidung baik tidak ada obstruksi
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, leher dapat di gerakan ke kanan dan ke
kiri
Thorax :
inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, simetris kiri dan kanan
perkusin: bunyi sonor
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
jntung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada memar
palpasi : Ictus kordis tidak teraba
perkusi : Bunyi redup
Auskultasi : Suara jantung normal
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltic usus 10x /mnt

G. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


.
1 Ds: Pasienmengatakannyeri di Fraktur Nyeriakut
pahakiri
P: Adanyafraktur femur sinistra
Q: Nyerisepertiditusuk-tusuk Luka tertutup
R: Di
pahakiritepatnyapadadaerahfra
ktur Edema
S: Skalanyeri 4 (0-10)
T: Dirasakansaatbergerak
Agenpencederafisik
Do:
- Pasientampakmeringis
- Adanyafraktur femur sinistra Nyeri
- Terdapat edema
2 Ds: Pasienmengatakansusahtidur Fraktur Gangguanpolatidur
danterjagakarenanyeri

Do: - Nyeri

Gangguanpolatidur
3 Ds: Fraktur Gangguanmobilitasfis
Pasienmengatakannyerisaatber ik
gerak
Bidai
Do: Gerakkanterbatas

Gangguanmobilitasfisik

H. DiagnosaKeperawatan

1. Nyeri b/d agenpencederafisik di


tandaidenganpasienmengatakannyeripahakiridanterliatpasientampakmeringis , adanyafraktur
femur sinistra 1 terdapatedema.

2. Gangguanpolatidur b/d nyeri di


tandaidenganpasienmengatakansulittidurdanterjagakarenanyeri.

3. Gangguanmobilitasfisik b/d fraktur di


tandaidenganpasienmengatakannyerisaatbergerakdanterlihatpasiengerakkannyaterbatas.

I. Intervensi

N Diagnosakeperawat Tujuan&Kriteriahasil Intervensi


o. an
1 Nyeriakut b/d Setelahdilakukantindakan 1. Identifikasikarakteristiknyeri
agenpencederafisik keperawatanselama 3x8 (PQRST)
di tandaidengan : jam di
Ds : harapkantingkatnyerimen 2. Identifikasiresponnyeri yang non
Pasienmengatka urundengan KH : verbal
nnyeri di -
pahakiri Keluhannyerimenurunme 3. berikanteknik non
Do : njadi 1 farmakologisuntukmengurangi rasa
- - Meringismenurun nyeri (Teknikrelaksasi)
Pasientampakmerin
gis 4. Kolaborasidalampemberianobat
- Adanyafraktur
femur sinistra
- Terdapat edema
2 Gangguanpolatidur Setelah di 1. Identifikasifaktorpenggangutidur
b/d nyeri lakukantindakankeperawa
Ds : tanselama 3x8 jam di 2. batasiwaktutidursiang
Pasienmengatakan harapkanpolatidurmembai
sulittidurdanterja kdengan KH : 3. teruskanjadwalrutin
gakarenanyeri -
Do : - Keluhanseringterasaataut 4. Ajarkanmenepatikebiasaanwaktutidur
erbangunkarenanyeri
3 Gangguanmobilitasf Setelah di 1.
isik b/d fraktur lakukantindakankeperawa Identifikasiadanyanyeriataukeluhanfisik
tanselama 3x8 jam lainnya
Ds: diharapkanmobilitasfisik
Pasienmengatakan meningkatdengan KH : 2. Monitor
nyerisaatbergerak - kondisiumumselamamelakukanmobilita
Pergerakkanekstremitasm s
Do : eningkat
Gerakanterbatas 3.
Libatkankeluargauntukmembantupasien
dalammenegakkanpergerakkan

4. Anjurkanmobilitassederhana yang
harus di lakukan

IMPLEMENTASI

Hari /
No Diagnosa
Tangga Jam Implementasi Evaluasi
. Keperawatan
l
1 Nyeri akut b/d agen Selasa, 09.00 - Mengidentifikasi S : Pasien
pencedera fisik d/d 26-11- karakterisitik nyeri mengatakan nyeri
Ds : pasien 2019 Hasil : dipaha bagian
mengatakan nyeri P : Adanya fraktur femur kiri, seperti
pada paha kiri sinistra Q : Seperti ditusuk – ditusuk – tusuk,
Do : pasien tampak tusuk dirasakan saat
meringis, adanya R : Paha bagian kiri tepatnya bergerak
fraktur femur pada bagian fraktur
sinistra, terdapat S : Skala nyeri 4 O : wajah pasien
edema T : Di rasakan saat bergerak tampak meringis,
skala nyeri 4
09. 15 - Mengidentifikasi respon
nyeri nonverbal A : Masalah
Hasil : Pasien tampak belum teratasi
meringis
P : Lanjutkan
09.20 - Memberikan teknik intervensi
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (
relaksasi nafas dalam )
Hasil : Pasien paham dan
melakukan teknik relaksasi
saat merasa nyeri

09.30 - Berkolaborasi dalam


pemberian obat
Hasil : Asering 500mg/12
jam IV , Katerolak 30 mg/12
jam IV, Lanzoprazole 30mg/
24 jam oral, Amlodipin
5mg/24 jam oral , Loratadin
10g/24 jam oral

2 Gangguan pola 10.00 - Mengidentifikasi faktor S : pasien


tidur b/d nyeri d/d pengganggu tidur mengatakan
Ds : pasien Hasil : pasien mengatakan sering terjaga
mengatakan sulit terganggu karena nyeri atau terbangun ,
tidur dan terjaga pasien
karena nyeri 10.05 - Membatasi waktur tidur mengatakan nyeri
Do : - siang tidak terlalu
Hasil : pasien mengatakan dirasakan
tidur siang ± 30 menit dan O:-
biasanya 1-2 jam A : masalah
belum teratasi
10.15 - Menetapkan jadwal tidur P : lanjutkan
rutin intervensi
Hasil : tidur malam pukul
20.00, pasien menerima
jadwal

10.20 - Menganjurkan menepati


kebiasaan waktu tidur
Hasil : pasien mengatakan
akan melakukan kebiasaan
waktu tidur sesuai jadwal

3 Gangguan 10.30 - Mengidentifikasi adanya S : pasien


mobilitas fisik b/d nyeri atau keluhan fisik mengatakan
fraktur d/d lainnya pergerakan
Ds : klien Hasil : pasien mengatakan ekstremitas mulai
mengatakan nyeri nyeri di paha kiri sehingga meningkat
saat bergerak mobilitas terganggu
Do : gerakkan O : tampak
terbatas 10.35 -Memonitor kondisi umum pasien melakukan
selama melakukan mobilitas mobilitas
hasil keadaan umum sederhana secara
Hasil : sedang bertahap

10.40 - Melibatkan keluarga untuk A : masalah


membantu pasien dalam belum teratasi
meningkatkan pergerakan
Hasil : keluarga terlibat P : lanjutkan
dalam latihan mobilisasi yang intervensi
dilakukan

10.45 - Menganjurkan mobilisasi


yang harus dilakukan
Hasil : pasien mulai
melakukan mobilisasi
sederhana seperti duduk
diatas tempat tidur
1 Nyeri akut b/d agen Rabu , 09.00 - Mengidentifikasi S : Pasien
pencedera fisik d/d 27-11- karakterisitik nyeri mengatakan nyeri
Ds : pasien 2019 Hasil : dipaha bagian
mengatakan nyeri P : Adanya fraktur femur kiri, seperti
pada paha kiri sinistra Q : Seperti ditusuk – ditusuk – tusuk,
Do : pasien tampak tusuk dirasakan saat
meringis, adanya R : Paha bagian kiri tepatnya bergerak
fraktur femur pada bagian fraktur
sinistra, terdapat S : Skala nyeri 3 O : wajah pasien
edema T : Di rasakan saat bergerak tampak meringis,
skala nyeri 3
09. 15 - Mengidentifikasi respon
nyeri nonverbal A : Masalah
Hasil : Pasien tampak belum teratasi
meringis
P : Lanjutkan
09.20 - Memberikan teknik intervensi
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (
relaksasi nafas dalam )
Hasil : Pasien paham dan
melakukan teknik relaksasi
saat merasa nyeri
09.30 - Berkolaborasi dalam
pemberian obat
Hasil : Asering 500mg/12
jam IV , Katerolak 30 mg/12
jam IV, Lanzoprazole 30mg/
24 jam oral, Amlodipin
5mg/24 jam oral , Loratadin
10g/24 jam oral

2 Gangguan pola 10.00 - Mengidentifikasi faktor S : pasien


tidur b/d nyeri d/d pengganggu tidur mengatakan
Ds : pasien Hasil : pasien mengatakan sering terjaga
mengatakan sulit terganggu karena nyeri atau terbangun ,
tidur dan terjaga pasien
karena nyeri 10.05 - Membatasi waktur tidur mengatakan nyeri
Do : - siang tidak terlalu
Hasil : pasien mengatakan dirasakan
tidur siang ± 30 menit dan O:-
biasanya 1-2 jam A : masalah
teratasi
10.15 - Menetapkan jadwal tidur P : pertahankan
rutin intervensi
Hasil : tidur malam pukul
20.00, pasien menerima
jadwal

10.20 - Menganjurkan menepati


kebiasaan waktu tidur
Hasil : pasien mengatakan
akan melakukan kebiasaan
waktu tidur sesuai jadwal

3 Gangguan 10.30 - Mengidentifikasi adanya S : pasien


mobilitas fisik b/d nyeri atau keluhan fisik mengatakan
fraktur d/d lainnya pergerakan
Ds : klien Hasil : pasien mengatakan ekstremitas mulai
mengatakan nyeri nyeri di paha kiri sehingga meningkat
saat bergerak mobilitas terganggu
Do : gerakkan O : tampak
terbatas 10.35 -Memonitor kondisi umum pasien melakukan
selama melakukan mobilitas mobilitas
hasil keadaan umum sederhana secara
Hasil : sedang bertahap

10.40 - Melibatkan keluarga untuk A : masalah


membantu pasien dalam belum teratasi
meningkatkan pergerakan
Hasil : keluarga terlibat P : lanjutkan
dalam latihan mobilisasi yang intervensi
dilakukan

10.45 - Menganjurkan mobilisasi


yang harus dilakukan
Hasil : pasien mulai
melakukan mobilisasi
sederhana seperti duduk
diatas tempat tidur dan
menggerakkan kaki ke kiri
dan kanan.
1 Nyeri akut b/d agen Kamis , 16.00 - Mengidentifikasi S : Pasien
pencedera fisik d/d 28-11- karakterisitik nyeri mengatakan nyeri
Ds : pasien 2019 Hasil : dipaha bagian
mengatakan nyeri P : Adanya fraktur femur kiri, seperti
pada paha kiri sinistra Q : Seperti ditusuk – ditusuk – tusuk,
Do : pasien tampak tusuk dirasakan saat
meringis, adanya R : Paha bagian kiri tepatnya bergerak
fraktur femur pada bagian fraktur
sinistra, terdapat S : Skala nyeri 2 O : wajah pasien
edema T : Di rasakan saat bergerak tampak meringis,
skala nyeri 2
16. 15 - Mengidentifikasi respon
nyeri nonverbal A : Masalah
Hasil : Pasien tampak rileks teratasi

16.20 - Memberikan teknik P : pertahankan


nonfarmakologi untuk intervensi
mengurangi rasa nyeri (
relaksasi nafas dalam )
Hasil : Pasien paham dan
melakukan teknik relaksasi
saat merasa nyeri

16.30 - Berkolaborasi dalam


pemberian obat
Hasil : Asering 500mg/12
jam IV , Katerolak 30 mg/12
jam IV, Lanzoprazole 30mg/
24 jam oral, Amlodipin
5mg/24 jam oral , Loratadin
10g/24 jam oral

2 Gangguan 16.40 - Mengidentifikasi adanya S : pasien


mobilitas fisik b/d nyeri atau keluhan fisik mengatakan
fraktur d/d lainnya pergerakan
Ds : klien Hasil : pasien mengatakan ekstremitas
mengatakan nyeri nyeri di paha kiri sehingga meningkat
saat bergerak mobilitas terganggu
Do : gerakkan O : pasien
terbatas 16.45 -Memonitor kondisi umum melakukan
selama melakukan mobilitas mobilitas secara
hasil keadaan umum bertahap
Hasil : sedang
A : masalah
16.50 - Melibatkan keluarga untuk teratasi
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan P : pertahankan
Hasil : keluarga terlibat intervensi
dalam latihan mobilisasi yang
dilakukan

16.55 - Menganjurkan mobilisasi


yang harus dilakukan
Hasil : pasien mulai
melakukan mobilisasi
sederhana seperti duduk
diatas tempat tidur & duduk
disisi tempat tidur

Anda mungkin juga menyukai